Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan merupakan hasil dari interaksi antara genetik dan faktor

lingkungan, baik lingkungan sebelum bayi dilahirkan maupun setelah bayi lahir.

Banyak sekali faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi salah satunya adalah

faktor gizi bayi yaitu asupan makanan. Makanan memegang peran yang penting

dalam proses pertumbuhan. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan

retradasi pertumbuhan bayi. Makanan yang berlebihan juga tidak baik, karena

menyebabkan obesitas (Satoto,2010).


Masa bayi ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai

dengan perubahan yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi.

Selama periode ini bayi tergntung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian

makanan oleh ibunya. Pada saat bayi mulai membutuhkan makanan lain disamping

air susu ibu untuk keperluan gizinya, bayi belum siap menerima makanan orang

dewasa. Secara fisiologik saluran pencernaan belum sempurna (Roesli,2010).


Penelitian menunjukkan betapa masa dini usia pada anak merupakan golden

ages (masa keemasan) bagi perkembangan kecerdasan anak. Asupan gizi sangat

penting dalam menunjang hal tersebut. Gizi yang terbaik yang baik diberikan pada

anak terutama pada masa keemasannya adalah ASI. ASI merupakan singkatan dari

Air Susu Ibu yang memiliki banyak kandungan gizi didalamnya. ASI Ekslusif

memiliki manfaat yang sangat penting dan baik bagi tumbuh kembang anak (Yeyeh

dkk, 2011).
Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal hanya

dengan mengandalkan asupan gizi dari Air Susu Ibu (ASI). Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI

yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa

menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali

obat, vitamin, dan mineral). ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi

karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam

jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian

pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai

hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung

immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi

lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung

zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang

tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim

sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.

(Profil Kesehatan Indoensia, 20016).

Setelah usia 6 bulan, disamping ASI dapat pula diberikan makanan

tambahan (MP –ASI, Makanan Pendamping ASI), namun pemberiannya harus

secara tepat meliputi kapan mulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa

jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi.

Pemberian makanan tambahan harus disesuaikan dengan maturitas saluran

pencernaan bayi dan kebutuhannya ( Kristinayasari, 2009).

Namun kebanyakan ibu sudah memberikan MP-ASI kepada bayinya

sebelum berusia 6 bulan. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya pencapaian ASI

Ekslusif di Indonesia yaitu bayi yang mendapatkan ASI ekslusif sampai usia 6

bulan hanya 35,73% (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). Banyaknya pemberian


MP-ASI terlalu dini dimasyarakat akan menyebabkan resiko kekurangan gizi

penting yang ada pada ASI, resiko infeksi meningkat, kebutuhan anak tidak

terpenuhi, bayi sering diare, batuk, pilek dan panas, memperberat kerja ginjal serta

meningkatkan resiko dehidrasi (Margareth, 2009).


Berdasarkan hasil penelitian Wijayanti, dkk (2011), bayi yang diberikan ASI

ekslusif mempunyai berat badan normal sedangkan bayi yang tidak ASI Ekslusif

cenderung memiliki berat badan berlebih. Selain itu, hasil penelitian Salmarini,dkk

(2013) juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan berat badan bayi yang diberikan

ASI Ekslusif dan Tidak ASI Ekslusif , yang mana bayi yang tidak ASI Ekslusif

memiliki berat badan berlebih dibandingkan dengan bayi yang ASI Ekslusif.

Menurut IDAI (2010), bahwa dinegara maju (ASI Ekslusif) sampai umur enam

bulan memiliki pertumbuhan yang optimal (normal), dan justru pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) terlalu awal dapat menyebabkan kegemukan (obesitas).


Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report (2014),

Indonesia termasuk kedalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahangizi

sekaligus, yakni stunting (pendek), wasting (kurus), dan juga overweight (obesitas).

Data Riskesdas (2013), menyebutkan bahwa prevalensi balita gemuk menurut

BB/TB pada anak usia 0-59 bulan sebesar 11,8%. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak yaitu pola asuh orang tua (terutama

pola pemberian makan) yakni dari rendahnya pemberian ASI Ekslusif karena

memberikan susu formula yang tinggi lemak dan mengandung gula (Kemenkes,

2017)
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun

2017 cakupan ASI Ekslusif tahun 2017 adalah sebesar 67% dan cakupan pemberian

ASI Ekslusif di Kota Bengkulu sebesar 61,2%. Capaian cakupan pemberian ASI

Ekslusif di Provinsi Bengkulu masih dibawah target nasional karena target cakupan
ASI Ekslusif nasional adalah 80% bayi. Menurut Profil Kesehatan Kota Bengkulu

tahun 2017, cakupan ASI Ekslusif tertinggi adalah Puskemsas Betungan sebesar

100%, dan Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif terendah adalah Puskesmas

Lingkar Barat (18,5%) (Dinkes Kota Bengkulu, 2017).

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian adalah adakah perbedaan berat badan bayi usia 7

bulan yang diberikan ASI Ekslusif dan tidak ASI Ekslusif

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan berat badan bayi

usia 7 bulan yang diberikan ASI Ekslusif dan tidak ASI Ekslusif .
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi bayi berdasarkan status pemberian ASI.

b. Mengetahui distribusi frekuensi berat badan bayi usia 7 bulan yang

diberikan ASI Ekslusif.

c. Mengetahui distribusi frekuensi berat badan bayi usia 7 bulan yang tidak

diberikan ASI Ekslusif.

d. Mengetahui perbedaan berat badan bayi usia 7 bulan yang diberikan ASI

Ekslusif dan tidak ASI Ekslusif.

D. Manfaat

1. Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas

kesehatan khususnya bidan sehingga dapat menjalankan perannya secara

maksimal dan berkesinambungan dalam upaya meningkatkan promosi

kesehatan bayi melalui penggalakan pemberian ASI Ekslusif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Mengembangkan ilmu kebidanan dan menambah informasi tentang perbedaan

pertumbuhan bayi yang diberikan ASI Ekslusif dan tidak ASI Ekslusif.

3. Penelitian Selanjutnya

Peneltian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi peneliti

selanjutnya dan sebagai dasar penelitian lebih lanjut tentang pemberian

makanan pada bayi sesuai dengan tingkat usia.

E. Keaslian Penelitian

Anda mungkin juga menyukai