Anda di halaman 1dari 1

Makna Kematian Kristiani

Umat beriman terkasih,

Sebuah fakta yang tak bisa dipungkiri yakni semua manusia pasti mengalami kematian. Sebagai
manusia, kita tidak dapat mengelak dari peristiwa ini. kematian adalah akhir kehidupan jasmani, seluruh
fungsi tubuh berhenti dan saat itu jiwa manusia terpisah dari raganya. Bagi umat beriman, raga akan
hancur menjadi tanah sedangkan jiwa berpulang kepada Allah. Dengan kematian, sejarah hidup manusia
di hadapan Allah mencapai bentuknya yang lengkap dan tak dapat diubah.

Semua orang yang hidup di dunia ini akan mengakhiri hidup duniawinya dengan kematian.
Kematian merupakan titik akhir dari perjalanan hidup manusia di dunia ini. Titik akhir dari masa rahmat
dan masuk dalam kehidupan yang terakhir. Kehidupan terakhir ini tidak ditentukan oleh seberapa besar
jasa dan perbuatan kita selama di dunia tetapi seberapa besar kita melaksanakan hukum cinta kasih.
KGK (Katekismus Gereja Katolik) 1013 mengatakan "Kematian adalah titik akhir peziarahan manusia di
dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati
kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang
terakhir."

Kitab Suci melihat kematian sebagai hal yang alami (bdk. Mzm 49:11-12; Yes 40:6-7), sebagai
akibat dosa atau upah dosa (Kej 3:19; Rm 5:12), sebagai musuh terakhir yang harus dikalahkan (1Kor
15:26). Dalam Roma 5:12 dikatakan: "Sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang,
dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua
orang telah berbuat dosa." Gereja Katolik memandang kematian yang sifatnya alami itu terjadi akibat
dosa. Kematian masuk ke dalam dunia karena manusia telah berdosa, baik karena dosa yang
dilakukannya sendiri maupun karena dosa asal. (KGK 1008)
Dengan keyakinan akan adanya kebangkitan, kematian dapat bernilai positif bagi kita. Umat
Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus Kristus, menganggap kematian sebagai
pertemuan dengan Yesus dan sebagai langkah masuk ke dalam kehidupan kekal. Kematian Kristus
membuka pintu perdamaian antara kita dengan Allah dan oleh kurban Kristus kita dapat memperoleh
keselamatan dan hidup yang kekal. Dengan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah mengalahkan kematian
dan membuka pintu masuk menuju keselamatan untuk semua orang (KGK 1019).
Karya penebusan Yesus Kristus telah mengubah kematian menjadi berkat, kematian yang pada
mulanya dinilai negatif menjadi bernilai positif. "Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan" (Flp 1:21) "Benarlah perkataaan ini: Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan
Dia" (2Tim 2:11). Aspek yang sungguh baru dalam kematian kristen terdapat dalam hal pembaptisan
secara sakramental, yaitu sesudah "mati bersama Kristus", dapat mengalami suatu kehidupan yang
baru.
Kematian bukanlah akhir dari segala-galanya tetapi merupakan suatu perjalanan menuju
kediaman abadi dalam rumah Bapa. Untuk menyediakan tempat bagi kitalah, Kristus harus
meninggalkan dunia ini dan wafat disalib. (bdk. Yoh 14:2). Dengan demikian, kematian merupakan
perjalanan pulang dari perziarahan menuju pangkuan Bapa. Bapa menanti kita semua untuk berkumpul
dalam kerajaan-Nya sebagai anak dan Bapa, dan memerintah bersama Dia untuk selama-lamanya.(bdk
Why 22:5).
Yesus berpesan agar kita tidak takut menghadapi kematian. Yesus berkata, “Janganlah gelisah
hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal.
Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan
tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan
datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun
berada” (Yoh 14:1-3).

Akhirnya, mari bersama-sama kita merenungkan dan mempersiapkan bila tiba hari kematian kita
sebab hidup ini sementara. Walaupun kita telah memperoleh janji keselamatan dan kehidupan kekal,
namun untuk memperolehnya, kita harus memperjuangkannya selama kita masih hidup di dunia ini (lih.
Flp 2:12). Perjuangan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh mengimani Allah dalam Kristus,
menjalankan perintah kasih dan melakukan pertobatan secara terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai