Anda di halaman 1dari 8

A.

PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI

jika ditinjau dari asal kata epidemiologi berasal dari bahasa yunai yang terdiri dari 3 kata
dasar yaitu epi yang berarti pada atau tentang, demos yang berati penduduk dan kata terakhir
adalalah logos yang berarti ilmu pengetahuan. jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari
tentang penduduk. Sedangkan dalam pengertian pada saat ini epidemiologi adalah suatu
cabang ilmu kesehatan untuk menganalisi distribusi dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu dengan tujuan untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangannya. sebagai ilmu yang selalu berkembang,
epidemiologi senantiasa mengalami perkembangan pengertian dan karena itu pula mengalami
modifikasi dalam batasan/definisinya. beberapa definisi telah dikemukakan oleh para pakar
epidemiologi, beberapa diantaranya adalah :

1. Greenwood ( 1934 ) mengatakan bahwa epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan


segala macam kejadian yang mengenai kelompok ( herd ) penduduk. kelebihannya adalah
adanya penekanan pada kelompok penduduk yang mengarah kepada distribusi suatu
penyakit.

2.Brian Mac Mahon ( 1970 ) epidemiology is the study of the distribution and determinants
of disease frequency in man. epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab
frekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. di sini sudah
mulai menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab terjadinya distribusi dari suatu
penyakit.

3. Wade Hampton Frost ( 1972 ) mendefinisikan epidemiologi sebagai suatu pengetahuan


tentang fenomena massal ( mass phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah (
natural history ) penyakit menular. di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian
epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai
masyarakat/massa.

4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 ) epidemiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
terjadinya penyakit pada populasi manusia.

5. Abdel R. Omran ( 1974 ) epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan
distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannya serta akibat - akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
6. Hirsch ( 1883 ) epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis- jenis
penyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan
dengan kondisi eksternal

7. Robert H. Fletcher ( 1991 ) epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang
distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.

8. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn epidemiology is the description and explanation of the
differences in accurence of events of medical concern in subgroup of population, where the
population has been subdivided according to some characteristic believed to influence of the
event.

9. Lilienfeld ( 1977 ) epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu tingkat kesehatan
populasi.

10. Moris ( 1964 ) epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari suatu
penduduk.

11. Pengertian Epidemiologi Menurut Center Of Disease Control (CDC) 2002 Definisi
epidemiologi menurut cdc 2002, last 2001, gordis 2000 menyatakan bahwa epidemiologi
adalah : “ studi yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan keadaan kesehatan
pada populasi serta penerapannya untuk pengendalian masalah-masalah kesehatan “.

12. Menurut WHO Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan
dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang
menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan
masalah-masalah tersebut.

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan
agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010). Riwayat alamiah
penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip
Wikipedia, 2010).
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa
dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem
penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010).
Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu yang rentan
(suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau kedekatan (proximity)
dengan sumber agen penyakit. Konsep paparan berlaku untuk penyakit infeksi maupun non-
infeksi. Contoh, paparan virus hepatitis B (HBV) dapat menginduksi terjadinya hepatitis B,
paparan stres terus-menerus dapat menginduksi terjadinya neurosis, paparan radiasi
menginduksi terjadinya mutasi DNA dan menyebabkan kanker, dan sebagainya. Arti
“induksi” itu sendiri merupakan aksi yang mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil,
dalam hal ini mempengaruhi awal terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat
penempelan (attachment) dan jalan masuk sel (cell entry) yang tepat maka paparan agen
infeksi dapat menyebabkan invasi agen infeksi dan terjadi infeksi. Agen infeksi melakukan
multiplikasi yang mendorong terjadinya proses perubahan patologis, tanpa penjamu
menyadarinya.
Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium/ skrining
disebut “window period”. Dalam “window period” individu telah terinfeksi, sehingga dapat
menularkan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum terdeteksi oleh tes laboratorium.
Implikasinya, tes laboratorium hendaknya tidak dilakukan selama “window period”, sebab
infeksi tidak akan terdeteksi. Contoh, antibodi HIV (human immunodeficiency virus) hanya
akan muncul 3 minggu hingga 6 bulan setelah infeksi. Jika tes HIV dilakukan dalam
“window period”, maka sebagian besar orang tidak akan menunjukkan hasil positif, sebab
dalam tubuhnya belum diproduksi antibodi. Karena itu tes HIV hendaknya ditunda hingga
paling sedikit 12 minggu (3 bulan) sejak waktu perkiraan paparan. Jika seorang telah terpapar
oleh virus tetapi hasil tes negatif, maka perlu dipertimbangkan tes ulang 6 bulan kemudian.
Selanjutnya berlangsung proses promosi pada tahap preklinis, yaitu keadaan patologis yang
ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan derajatnya menjadi keadaan dengan manifestasi
klinis (Klein baum etal., 1982; Rothman, 2002). Melalui proses promosi agen kausal akan
meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi tubuh, menyebabkan transformasi sel atau
disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda dan gejala klinis. Dewasa ini telah
dikembangkan sejumlah tes skrining atau tes laboratorium untuk mendeteksi keberadaan
tahap preklinis penyakit (US Preventive Services Task Force, 2002; Barratt et al., 2002;
Champion dan Rawl, 2005).
Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul manifestasi klinik, disebut
“sojourn time”, atau detectable preclinical period (Brookmeyer, 1990; Last, 2001; Barratt et
al., 2002). Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab makin
panjang tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini (prompt treatment) agar proses
patologis tidak termanifestasi klinis. Kofaktor yang mempercepat progresi menuju penyakit
secara klinis pada sojourn time (detectable preclinical period) disebut akselerator atau
progresor (Achenbach et al., 2005).
Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga timbulnya manifestasi klinis
disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini
penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut penyakit subklinis
(asimtomatis). Masa inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik atau
hipersentivitas. Contoh, gejala kolera timbul beberapa jam hingga 2-3 hari sejak paparan
dengan Vibrio cholera yang toksigenik. Pada penyakit kronis masa inkubasi (masa laten) bisa
berlangsung sampai beberapa dekade. Kovariat yang berperan dalam masa laten (masa
inkubasi), yakni faktor yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit secara klinis, disebut
faktor risiko. Sebaliknya, faktor yang menurunkan risiko terjadinya penyakit secara klinis
disebut faktor protektif.
Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda (sign) dan gejala
(symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami manifestasi klinis disebut
kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala prodromal. Selama tahap klinis,
manifestasi klinis akan diekspresikan hingga terjadi hasil akhir/ resolusi penyakit, baik
sembuh, remisi, perubahan beratnya penyakit, komplikasi,rekurens, relaps,sekuelae, disfungsi
sisa, cacat, atau kematian. Periode waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga
terjadi hasil akhir penyakit disebut durasi penyakit. Kovariat yang mempengaruhi progresi ke
arah hasil akhir penyakit, disebut faktor prognostik (Kleinbaum et al., 1982; Rothman, 2002).
Penyakit penyerta yang mempengaruhi fungsi individu, akibat penyakit, kelangsungan hidup,
alias prognosis penyakit, disebut ko-morbiditas (Mulholland, 2005). Contoh, TB dapat
menjadi ko-morbiditas HIV/AIDS yang meningkatkan risiko kematian karena AIDS pada
wanita dengan HIV/AIDS (Lopez- Gatell et al., 2007).

FAKTOR DETERMINAN PENYAKIT


A. Determinan Intrinsik Penyakit
Determinan Faktor Intrinsik pada Penyakit erat hubungan dengan Segitiga Epidemiologi yang
dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950) dalam Timreck (2004), yang menyebutkan
bahwa timbul atu tidaknya penyakit pada organisme dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu host,
agent dan environment. Gordon dan La Richt mengemukakan bahwa :
a.Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent (penyebab) dan host (organisme
hidup)
b.Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan karakteristik agent dan host (baik
individu maupun kelompok)
c.Karakteristik agent dan host akan mengadakan interaksi, dalam interaksi tersebut akan
berhubungan langsung pada keadaan alami pada lingkungan (lingkungan sosial, fisik,
ekonomi dan biologis
1. Determinan agen
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis. kadang-kadang,
untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti penyakit ulkus peptiku,
coronaryheart diseases, dan lain-lain. Menurut Bustan (2006), Agen penyakit dapat
diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu:
1.Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoan.
2.Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.
3.Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan.
4.Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikimia), uremia, dan eksogenous
seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
5.Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
1.1Agen
Proses Perjalanan suatu penyakit bermula dari adanya gangguan keseimbangan antara agen
penyakit, host dan lingkungan, sehingga menimbulkan gejala penyakit. Agen penyakit
merupakan faktor awal proses terjadinya penyakit, sehingga faktor agen penyakit ini
merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari, agar setiap organisme dapat melakukan
pencegahan lebih awal terhadap timbulnya suatu penyakit.
Menurut Rajab (2009), menyebutkan bahwa ukuran yang menunjukkan kemampuan agen
penyakit untuk mempengaruhi riwayat alamiah penyakit sebagai berikut: (1) infektivitas, (2)
patogenesitas, dan (3) virulensi.
1.Infektivitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan terjadinya infeksi. Dihitung
dari jumlah individu yang terinfeksi dibagi dengan jumlah individu yang terpapar.
2.Patogenesitas : kemampuan agen penyakit untuk menyebabkan penyakit klinis. Dihitung
dari jumlah kasus klinis dibagi dengan jumlah individu yang terinfeksi.
3.Virulensi : kemampuan penyakit untuk menyebabkan kematian. Indikator ini menunjukkan
kemampuan agen infeksi menyebabkan keparahan (severety) penyakit. Dihitung dari jumlah
kasus yang mati dibagi dengan jumlah kasus klinis
1.2. Hubungan antara infeksi dengan penyakit
Menurut Bustan (2006), mengemukan bahwa Infeksi dan penyakit mempunyai hubungan satu
sama lain disebut juga sebuah proses interaksi. Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya
interaksi antara agen yang merupakan faktor penyebab penyakit, manusia sebagai penjamu
atau lebih dikenal dengan Host, dan faktor lingkungan yang mendukung proses interaksi.
Selanjutnya Bustan (2007), mengemukan bahwa Proses interaksi ini dapat terjadi secara
individu atau kelompok, karena adanya mikroorganisme yang kontak baik secara langsung
maupn tidak secara langsung dengan manusia sebagai penjamu yang rentan, daya tahan tubuh
yang rendah dan lingkungan yang tidak sehat yang menyebabkan sakit pada host.
Pada sebuah penelitian tentang kesehatan anak, Mubarak, dkk (1995) mengemukakan bahwa,
Infeksi mempunyai konstribusi terhadap defisiensi energi, protein dan zat gizi lainnya karena
menurunnya nafsu makan sehingga asupan makan menjadi berkurang. Kebutuhan energi
pada saat infeksi bisa mencapai dua kali dari kebutuhan normal karena meningkatnya
kebutuhan metabolisme basal.
Dalam riwayat alamiah penyakit infeksi, proses terjadinya infeksi, penyakit klinis, maupun
kematian dari suatu penyakit tergantung dari berbagai determinan, baik intrinsik maupun
ekstrinsik, yang mempengaruhi penjamu maupun agen kausal. Tergantung tingkat kerentanan
(atau imunitas), individu sebagai penjamu yang terpapar oleh agen kausal dapat tetap sehat,
atau mengalami infeksi (jika penyakit infeksi) dan mengalami perubahan patologi yang
ireversibel.
Dalam epidemiologi penyakit infeksi, individu yang terpapar belum tentu terinfeksi. Hanya
jika agen kausal penyakit infeksi terpapar pada individu lalu memasuki tubuh dan sel (cell
entry), lalu melakukan multiplikasi dan maturasi, dan menimbulkan perubahan patologis
yang dapat dideteksi secara laboratoris atau terwujud secara klinis, maka individu tersebut
dikatakan mengalami infeksi.
1.3. Metode Transmisi/Penularan Agen Penyakit
Ketiga faktor ( Host, Agen dan Lingkungan ) terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu
sama lain. Bila interaksi seimbang terciptalah keadaan sehat, bila terjadi gangguan
kesimbangan, muncul penyakit.
Menurut Chandra (2009), mengemukakan bahwa masuknya agent (bibit penyakit) yang dapat
menimbulkan penyakit pada host disebabkan oleh agent melalui beberapa macam jalur
penularan, sebagai berikut :
1.Inhalasi :
Yaitu masuknya agent dengan perantaraan udara (air borne transmission). Misalnya, terhirup
zat-zat kimia berupa gas, uap, debu, mineral, partikel (golongan a-biotik) atau berupa kontak
dengan penderita TB (golongan biotik).
2.Ditelan :
Yaitu masuknya agent melalui saluran pencernaan dengan cara memakan atau tertelan.
Misalnya minuman keras, obat-obatan, keracunan logam berat.
3.Melalui Kulit :
Yaitu masuknya agent melalui kontak langsung dengan kulit. Misalnya keracunan oleh bahan
kosmetika tumbuh-tumbuhan dan binatang.
2. Determinan Host
Menurut Rajab (2009), dijelaskan bahwa faktor pejamu (host) adalah semua faktor yang
terdapat pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Host
erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan manusia makhluk sosial
sehingga manusia dalam hidupnya mempunyai dua keadaan dalam timbulnya suatu penyakit
yaitu manusia kemungkinan terpajan dan kemungkinan rentan/resisten.
Faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam proses kejadian penyakit pada pejamu
(host) adalah sebagai berikut :
1.Faktor Keturunan. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua
orang tua (misalnya penyakit asma dan diabetes mellitus).
2.Mekanisme Kekebalan Tubuh/Imunitas. Daya tahan tubuh seseorang tidaklah sama, namun
faktor imunitas sangat berperan dalam proses terjadinya penyakit. Imunitas dibagi dalam
beberapa kategori, yaitu : Imunitas alamiah, Imunitas didapat dan Kekebalan kelompok.
3.Usia
4.Jenis Kelamin
5.Ras
6.Sosial ekonomi
7.Status Perkawinan
8.Penyakit Terdahulu
9.Nutrisi.
B. Determinan Ekstrinsik Penyakit
Determinan Faktor Ekstrinsik pada Penyakit adalah faktor ketiga atau semua faktor luar dari
suatu individuyang dapat berupa lingkungan fisik, biologik dan sosial sebagai penunjang
terjadinya penyakit. Faktor ini disebut juga faktor ekstrinsik.
1. Iklim
Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Menurut
Brisbois, dkk (2010), menyebutkan bahwa Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap
faktor iklim, khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air, dan angin.2 Begitu
juga dalam hal distribusi dan kelimpahan dari organisme vektor dan host intermediate.
Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector borne disease) seperti malaria dan Demam
Berdarah Dengue (DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit seperti ini akan
makinmeningkat dengan perubahan iklim. Di banyak negara tropis penyakit ini merupakan
penyebab kematian utama.
Iklim dapat berpengaruh terhadap pola penyakit infeksi karena agen penyakit baik virus,
bakteri atau parasit, dan vekor bersifat sensitif terhadap suhu, kelembaban, dan kondisi
lingkungan ambien lainnya. Selain itu, WHO juga menyatakan bahwa penyakit yang
ditularkan melalui nyamuk seperti DBD berhubungan dengan kondisi cuaca yang hangat.
(Sitorus, 2003)
2. Tanah
Tanah adalah merupakan lingkungan biologis semua makluk hidup yang berada disekitar
manusia yaitu flora dan fauna, termasuk juga manusia. Misalnya, wilayah dengan flora yang
berbeda akan mempunyai pola penyakit yang berbeda. Faktor ini adalah faktor yang baik
untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri dan virus sebagai penyebab sakit.
3. Peran Manusia
Tahap ini digambarkan sebagai interaksi manusia dengan lingkungan, dimana suatu keadaan
terpengaruhnya manusia secara langsung oleh lingkungannya dan terjadi pada saat pra-
patogenesis (Periode sebelum manusia sakit terdapat interaksi antara faktor-faktor host, agent
dan environment yang berlangsung terus menerus) suatu penyakit, misalnya udara dingin,
hujan dan kebiasaan membuat/menyediakan makanan. Akibatnya faktor tersebut akan
mempengaruhi agen penyakit, host dan lingkungan secara serentak, sehingga akan
mempengaruhi agen penyakit untuk masuk ke dalam tubuh manusia, misalnya pencemaran
air sumur oleh kotoran manusia yang akan menyebabkan muntaber (Rajab, 2009).
TINGKAT PENCEGAHAN PENYAKIT

1. Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus


(specific protection).
2. Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
3. Pencegahan tersier: rehabilitasi. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum
menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja
untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-
lain. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama
dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan
penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
d. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama
untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan
Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan
sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

METODE EPIDEMIOLOGI
Metode epidemiologi adalah kumpulan cara atau desain penelitian epidemiologi yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi atau angka-angka kesehatan yang merupakan
indikator kesehatan.
a. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit. Didalam epidemiologi
deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi berubah menurut perubahan variable-variabel
epidemiologi yeng terdiri dari dari orang (person), tempat (place) dan waktu (time).
1) Orang (person) meliputi peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, jenis pekerjaan,
penghasilan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan
paritas.
2) Tempat (place) adalah pengetahuan mengenai distribusi geografis (misal : Batas daerah
pemerintahan, kota dan pedesaan, daerah berdasarkan batas alam, negara, regional, dll)
dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
3) Waktu (time) mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan
dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Meliputi :
Fluktuasi jangka panjang, perubahan secara siklus, perubahan angka kesakitan yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang.

b. Epidemiologi Analitik (Analytic Epidemiologic)


Pendekatan atau studi ini digunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang
diperoleh studi epidemiologi deskriptif. Epidemiologi analitik berusaha mendapatkan
informasi khusus yang bersifat spesifik melalui desain penelitian yang bersifat analitik
berupa hubungan kausalitas, estimasi, prediksi, dan asosiasi antara faktor exposure atau
resiko dan outcome.

Ada 3 studi tentang epidemilogi ini yaitu :


1) Studi Riwayat Kasus (case history studies)
Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yaitu kelompok yang terkena
penyebab penyakit dengan kelompok orang tidak terkena penyakit (kelompok kontrol).
2) Studi Kohort (kohort studies)
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit
(agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan kelompok pertama. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol. Setelah
beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari
perbedaan antara kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.
3) Epidemiologi Eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek,
kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).

Tata
Penegrtian wabah

Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam
masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Anda mungkin juga menyukai