Anda di halaman 1dari 8

2.

1 DEFINISI
Jugular vena pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan system vena yang
dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran system sirkulasi vena sendiri dapat dilakukan
dengan metode invasive memasukkan kateter yang dihubungkan dengan sphygmomanometer
melalui vena subclavia dextra yang diterukan hingga ke vena centralis (vena cava superior).
Namun, karena pertimbangan harga dan resiko yang besar, maka dilakukan metode non-invasif
dengan menggunakan vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti sphygmomanometer
dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-kira berada pada perpotongan
antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua linea midaxillaris.
Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi
berbaring di sepanjang permukaan musculus sternocleidomastoideus. JVP yang meningkat adalah
tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai
distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak setinggi leher, jauh lebih tinggi daripada normal.1
Distensibilitas vena-vena di leher dapat memperlihatkan adanya perubahan volume dan
tekanan di dalam atrium kanan. Vena jugular merupakan salah satu vena yang terdapat di area
leher. Terdapat 2 buah vena jugular yaitu vena jugular internal dan vena jugular eksternal. Untuk
mendeteksi tekanan vena sentral (CVP) lebih reliabel melalui vena jugular interna daripada vena
jugular eksterna. Namun vena jugular interna terletak lebih dalam dibelakang musculus
sternokleidomastoideus sehingga sering tidak tampak dari permukaan kulit. Sedangkan vena
jugular eksterna dapat lebih mudah melebar/membesar walaupun hanya dengan sedikit provokasi
seperti dengan menahan nafas, menengokan leher, dan dengan pemakaian pakaian yang sempit di
daerah leher atau diatas area thoraks. JVP normal adalah 5 +/- 2 cm H2O di atas sendi
manubriosternal (angulus sternalis), saat pasien berbaring setengah tidur terlentang (300-450), di
mana ujung atas kolom vena sistemik berada di bawah atau hanya terlihat sedikit di atas angulus
sternalis. Ujung atas kolom vena akan terlihat lebih mudah jika pasien mengubah posisi lebih
horizontal dan adapun sumber lain mengatakan bahwa dengan menggunakan refluks hepato
jugularis.2
2.2 TUJUAN PENGUKURAN JVP
Tujuan pengukuran JVP adalah untuk melihat adanya distensi vena jugularis dan
memperkirakan tekanan vena sentral (CVP). Distensi vena-vena dileher dapat memperlihatkan
adanya perubahan volume dan tekanan di dalam atrium kanan. Vena jugularis merupakan salah
satu vena yang terdapat di area leher. Di leher terdapat 2 buah vena jugular yaitu vena jugular
interna dan vena jugular eksterna. Vena jugular interna terletak lebih dalam dibelakang otot
sternokleidomastoideus sehingga sering tidak tampak dari permukaan kulit. Padahal tekanan vena
sentral (CVP) lebih reliabel melalui vena jugular interna daripada vena jugular eksterna.
Sedangkan vena jugular eksterna dapat lebih mudah melebar/membesar saatmenahan nafas, dan
menengokan leher.3
2.3 MENGUKUR TEKANAN VENA JUGULARIS
1. Minta pasien untuk relax, tempat tidur ditegakkan agar tidak tegang. Dengan posisi 30o-450.
2. Jangan menggunakan bantal, karena bentuk gelombang dari vena jugularis lebih baik dilihat
dengan posisi kepala langsung menempel di tempat tidur.
3. Memposisikan leher sampai dapat terlihat jelas.
4. Jika cahaya ruangan sudah baik, tidak perlu lagi menggunakan lampu flash, senter, atau cahaya
langsung lainnya.
5. Yang pertama lihat denyut terlebih dahulu, kemudian menentukan apakah denyutan berasal dari
arteri atau vena dengan menerapkan kriteria berikut untuk mengidentifikasi gelombang vena:
a. Gelombang vena yang bifida, menjentik (flicking) seperti lidah ular.
b. Naik jika menurunkan kepala ke tempat tidur, dan akan tenggelam jika mengangkat kepala dari
tempat tidur.
c. Berubah dengan respirasi, tenggelam hingga ke dada saat inspirasi.
d. Tidak teraba. Hal ini baik untuk menggunakan vena jugular eksterna selama dapat melihat bentuk
gelombang yang jelas di dalamnya.
e. Umumnya, denyut yang menonjol itu berasal dari arteri karotis bukan dari JVP. Untuk
membedakan, tekan/bendung daerah proksimal (di atas klavikula), sampai tampak jelas, kemudian
tekan pada bagian distal (bawah dagu) dan lepas bendungan di proksimal sambil melihat ke leher.
Dengan melakukan maneuver ini pada semua individu, JVP akan terlihat naik, sedangkan denyut
arteri karotis tidak berubah.
6. JVP dapat dinilai baik dari sisi kanan maupun dari sisi kiri. Namun dari beberapa sumber
menyebutkan dari musculoskeletal anatomi, dan bekuan vena, pulsasi hanya dapat divisualisasikan
di satu sisi. Jika tidak dapat mengidentifikasi JVP pada jugularis interna dengan jelas pada sisi
kanan, maka periksalah juga sisi kiri.
7. Jika tidak dapat melihat JVP, maka laporkan dengan mengatakan JVP tidak divisualisasikan

dibandingkan dengan tidak ada JVP.


Setelah dapat menentukan atau melihat gelombang vena, maka kemudian mengukur tekanan
vena jugularis :
1. Identifikasi JVP pada titik tertinggi pulsasi, dengan memberi bendungan pada daerah proksimal
(di atas klavikula), sampai vena tampak jelas kemudian bendung pada bagian distal (dibawah
dagu) dan bendungan di atas klavikula dilepas. Perhatikan ujung kolom darah di dalam vena.
2. Gunakan kartu atau penggaris sacara horizontal dari titik denyut tertinggi hingga melewati
penggaris yang telah diletakkan secara vertical tepat diatas angulus sterni.
3. Tambahkan 5 cm (untuk sampai ke pusat atrium), dan kemudian melaporkan dengan mengatakan
tekanan vena jugularis adalah 5 +.. cm H2O.

Table 1. Perbedaan antara denyut vena jugularis dengan arteri carotis


Vena jugularis Arteri carotis
Berdenyut ke dalam Berdenyut keluar
Dua puncak dalam satu siklus (pada irama Satu puncak dalam satu siklus
sinus)
Dipengaruhi oleh kompresi abdomen Tidak dipengaruhi oleh kompresi abdomen
Dapat menggeser earlobes (bila tekanan vena Tidak menggeser earlobes
meningkat)

2.4 MEMAHAMI GELOMBANG VENA JUGULAR


Gelombang vena jugular normal
Terdapat 2 gelombang positif “a” dan “v”, salah satu terjadi sebelum suara pertama jantung
atau impuls karotis, dan salah satu setelahnya. Ketika denyut jantung adalah 80 atau kurang, akan
sangat mudah untuk menentukan waktunya, apabila denyut nadi cepat maka perlu auskultasi
sambil mengobservasi.
“A wave” adalah kontraksi atrium (hilang pada atrial fibrilasi).
“C wave” adalah kontraksi ventrikel.
“X descent” adalah relaksasi atrial.
“V wave” adalah pengisian vena atrium (terjadi pada waktu yang sama dengan kontraksi
ventrikel).
“Y descent” adalah pengisian ventrikel (tricuspid terbuka).
Gelombang vena jugular abnormal
1. Elevasi gelombang “a”
Resistensi terhadap pengosongan atrium kanan, dapat terjadi pada atau di luar katup tricuspid.
Contohnya, hipertensi pulmonal, rematik tricuspid stenosis, massa atrium kanan atau thrombus.
2. Cannon gelombang “a”
Denyut vena yang besar positif selama gelombang “a”. hal ini terjadi ketika kontraksi atrium
terhadap katup tricuspid yang tertutup selama AV disosiasi. Contohnya, atrium
premature/junctional/ventricular, atrio-ventricular komplit (AV) blok, dan takikardi ventrikuler.
3. Gelombang “a” hilang
Tidak ada kontraksi atrium, umumnya pada atrial fibrilasi.
4. Elevasi gelombang “v”
Penyebab tersering adalah regurgitasi tricuspid (lancisi sign). Kontraksi pada ventrikel dan jika
katup tricuspid tidak menutup dengan baik, sehingga aliran darah balik ke atrium kanan. Tricuspid
regurgitasi, jika signifikan akan disertai dengan pulsatile liver (terasa pada bagian bawah costal
margin). Dapat terdengar murmur dari regurgitasi tricuspid berupa pansistolik murmur yang
meningkat saat inspirasi.
2.5 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PADA PENGUKURAN JVP
2.5.1 Indikasi
Fungsi dari pemeriksaan JVP adalah untuk melihat adanya distensi vena jugularis, memberikan
informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan, fungsi paru, dan merupakan
komponen terpenting untuk menilai volume darah, serta untuk mencapai diagnosis dan memantau
terapi untuk pasien dengan penyakit jantung. Beberapa sumber menyebutkan bahwa indikasi
pengukuran JVP diklasifikasikan berdasarkan jenis masalahnya apakah factor cardiac atau non-
cardiac, berikut adalah klasifikasinya:
Cardiac.
a. Gagal jantung kanan sekunder, selanjutnya gagal jantung kiri.
b. Gagal jantung kanan.
c. Cor pulmonal.
d. Stenosis katup tricuspid atau pulmonal.
e. Efusi pericardial atau tamponade.
f. Restriktif cardiomiopati atau constriktif pericarditis.
g. Lesi pada jantung kanan.
Non-Cardiac
a. Obstruksi vena cava superior.
b. Peningkatan volume darah.
c. Peningkatan intrathoraks sampai dengan tekanan positif ventilasi mekanik, maneuver valsava,
penyakit obstruksi jalan nafas, tension pneumothoraks.
d. Peningkatan tekanan intraabdomen sampai dengan kehamilan, obesitas, dan asites.
2.5.2 Kontraindikasi
Pengukuran JVP tidak dilakukan pada pasien dengan :
a. SVC syndrome
b. Infeksi pada area insersi.
c. Koagulapati.
d. Insersi kawat pacemaker.
e. Disfungsi kontralateral diafragma.
f. Pembedahan leher.

DAFTAR PUSTAKA

1. Witteles, R. Neck veins & wave forms. Stanford medicine 25. Available at
http://stanfordmedicine25.stanford.edu/the25/nvwf.html. Accessed 20th, September 2016.
2. Natadidjaja, H. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penyakit dalam. Jakarta: Binarupa aksara. 2012.
3. Setiyohadi B, Subekti I. Pemeriksaan Fisis Umum. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Jakarta: Interna
Publishing;2014.
1. A. PENGUKURAN JUGULAR VENOUS PRESSURE (JVP)

Pemeriksaan pada leher untuk melihat vena jugularis, dapat memberikan gambaran tentang
aktifitas jantung. Perubahan aktifitas jantung dapat memberikan gambaran pada vena dengan
cara menyebabkan perubahan tekanan vena-vena perifer, bendungan pada vena-vena perifer
dan perubahan pada bentuk pulsus vena. Karena perubahan aktifitas jantung yang terlihat pada
vena berlangsung pada tekanan rendah maka penilaian perubahan vena harus dilakukan dengan
teliti. Vena-vena yang sering mudah dilihat dan dapat dinilai terutama adalah vena jugularis.
Perubahan tekanan vena perifer biasa dinilai pada tekanan vena jugularis eksterna.

Kesulitan penilaian tekanan vena jugularis terjadi jika terdapat peningkatan tekanan intratoraks
yang menyebabkan penjalaran tekanan vena dari jantung terhambat, misalnya pada saat tertawa,
sesak, batuk, menangis, mengejan, Manuver Valsava, pada penderita-penderita dengan emfisema,
struma, atau jika terdapat sklerosis vena jugularis karena usia, pasca kanulasi, dan sebagainya.

 ALAT DAN BAHAN


o 2 buah penggaris / mistar
o Pulpen

Kapas dan alcohol

 ANATOMI STERNUM

Sternum terdiri dari tiga bagian :

1) Manubrium sterni

2) Corpus sterni

3) Processus xipoideus

 Manubrium Sterni

Merupakan bagian atas sternum, dan bersendi dengan klavikula dan kosta 1 dan bagian atas rawan
kosta II pada masing-masing sisi. Manubrium sterni terletak berhadapan denagn thoracica III dan
IV.

 Corpus sterni

Di atas bersendi dengan sendi fibrokartilago, articulatio manubrio sternalis. Di bawah corpus
sterni bersendi dengan processus xipoideus. Pada samping corpus sterni terdapat lekukan-lekukan
untuk bersendi dengan bagian bawah rawan costa II dan rawan costa III sampai VII. Rawan II
sampai VII bersendi dengan sternum melalui sendi sinovial.
Processus xipoideus merupakan bagian terbawah dan terendah sternum. Merupakan rawan hialin
yang tipis yang pada orang dewasa mengalami osifikasi pada ujung proximalnya.

Angulus sterni (sudut Louis) yang dibentuk oleh persendian manubrium sterni dengan corpus
sterni, dapat dikenal dengan adanya peninggian transversal pada permukaan anterior sternum.
Peninggian transversal terletak setinggi rawan costa II, tempat dimana semua rawan costa dan
costa dihitung. Angulus sterni terletak berhadapan dengan diskus intervetebralis antara vertebra
thoracica IV dan V.

Sistem vena mempunyai tekanan lebih rendah dari pada arteri. Dinding vena sedikit mengandung
otot dari pada arteri, hal ini mengurangi kekakuan vena dan lebih menggelembung. Hal lain yang
menentukan tekanan vena adalah volume darah dan kapasitas jantung kanan untuk memompa
darah ke system arteri pulmonalis.

Penyakit jantung dapat mengubah berbagai variabel, mempengaruhi tekanan vena sentral.
Misalnya gagalnya tekanan vena ketika output ventrikel kiri atau volume darah berkurang secara
signifikan, atau meningkat ketika kegagalan jantung kanan atau ketika tekanan meningkat di
kantong pericardial akan menghambat darah balik ke atrium. Perubahan tekanan vena
direfleksikan dengan tingginya kolom darah di vena jogularis. Yang disebut Jogular venous
Pressure (JVP). Tekanan vena jugularis mereflksikan tekanan atrium kanan, yang memberikan
indikator klinis yang penting untuk fungsi jantung dan hemodinamik jantung kanan. JVP biasanya
diukur vertikal jarak di atas angulus sternum: pertemuan ujung klavikula denan Kosta kedua dan
manubrium sterni. Tinggi normal JVP adalah 5 -2 cm H2O sampai 5 +2 cm H2O.

Pengukuran JVP

 PROSEDUR

INSPEKSI DAN PALPASI

1) Melakukan cuci tangan menurut WHO.

2) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita

3) Menjelaskan maksud pemeriksaan dan meminta persetujuan serta buat pasien nyaman.

4) Penderita berbaring dengan membuat sudut 30 derajat dari bidang horizontal.

5) Identifikasi vena jugularis.

6) Menemukan titik teratas pada pulsasi vena jugularis (bendung vena dengan cara mengurut
vena kebawah lalu dilepas).

7) Tentukan titik angulus sternalis (pertemuan manubrium sterni dengan corpus sterni)
8) Dengan mistar plastik pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara horizontal
kedada sampai titik manubrium sterni.

9) Kemudian mistar kedua letakkan vertikal ke angulus sternalis.

10)Ukurlah hasil pembacaan ( hasil yang dibaca 5+ angka didapat pada mistar).

Tambahan:

1) Untuk melihat kenaikan vena jugularis Tempatkan telapak tangan pada tengah abdomen

2) Tekan telapak tangan kearah dalam

3) Tahan 30-60 detik

4) Mengamati ada tidaknya kenaikan tekanan vena jugularis.

5) Melakukan cuci tangan.

Anda mungkin juga menyukai