Anda di halaman 1dari 7

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2014

TENTANG

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN PRIMER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan primer
perlu disusun panduan praktik klinis bagi dokter di
fasilitas pelayanan kesehatan primer;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1438/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran;
-2-

5.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 585)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 35 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 741);
6.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/PER/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita
Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Tahun 671);
7.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan Pada
Jaminan
Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Menetapkan : Tahun 2013 Nomor 1400);

MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PANDUAN


PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER.

Pasal 1

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer


bertujuan untuk memberikan acuan bagi Dokter dalam memberikan
pelayanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer baik milik pemerintah
maupun swasta dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekaligus
menurunkan angka rujukan.

Pasal 2

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer


meliputi pedoman penatalaksanaan terhadap penyakit yang dijumpai di
layanan primer berdasarkan kriteria:
a. penyakit yang prevalensinya cukup tinggi;
b. penyakit dengan risiko tinggi; dan
c. penyakit yang membutuhkan pembiayaan tinggi.
-3-

Pasal 3

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer


sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 4

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Februari 2014

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Februari 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 231


LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 5 TAHUN 2014
TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI
DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER

PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN PRIMER

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terwujudnya kondisi kesehatan masyarakat yang baik adalah tugas dan
tanggung jawab dari negara sebagai bentuk amanah konstitusi yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam pelaksanaannya
negara berkewajiban menjaga mutu pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat. Mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh fasilitas
kesehatan serta tenaga kesehatan yang berkualitas. Untuk mewujudkan
tenaga kesehatan yang berkualitas, negara sangat membutuhkan peran
organisasi profesi tenaga kesehatan yang memiliki peran menjaga kompetensi
anggotanya.
Bagi tenaga kesehatan dokter, Ikatan Dokter Indonesia yang mendapat
amanah untuk menyusun standar profesi bagi seluruh anggotanya, dimulai
dari standar etik (Kode Etik Kedokteran Indonesia – KODEKI), standar
kompetensi yang merupakan standar minimal yang harus dikuasasi oleh
setiap dokter ketika selesai menempuh pendidikan kedokteran, kemudian
disusul oleh Standar Pelayanan Kedokteran yang harus dikuasai ketika berada
di lokasi pelayanannya, terdiri atas Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
dan Standar Prosedur Operasional.
Standar Pelayanan Kedokteran merupakan implementasi dalam praktek yang
mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Dalam rangka
penjaminan mutu pelayanan, dokter wajib mengikuti kegiatan Pendidikan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) dalam naungan IDI.
-2-

Tingkat kemampuan dokter dalam pengelolaan penyakit di dalam SKDI


dikelompokan menjadi 4 tingkatan, yakni : tingkat kemampuan 1, tingkat
kemampuan 2, tingkat kemampuan 3A, tingkat kemampuan 3B dan tingkat
kemampuan 4A serta tingkat kemampuan 4B.
1. Tingkat Kemampuan 1: mengenali dan menjelaskan
Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik
penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan
rujukan yang paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
2. Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit
tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan.
3. Tingkat Kemampuan 3: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal,
dan merujuk
a) Tingkat Kemampuan 3A. Bukan gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti
sesudah kembali dari rujukan.
b) Tingkat Kemampuan 3B. Gawat darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan
nyawa atau mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien.
Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi
penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
4. Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara m mandiri dan tuntas.
a) Tingkat Kemampuan 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus
dokter
b) Tingkat Kemampuan 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah
selesai internsip dan/atau Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB).
Pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia tahun 2012, dari 736 daftar
penyakit terdapat 144 penyakit yang harus dikuasai penuh oleh para lulusan
karena diharapkan dokter layanan primer dapat mendiagnosis dan melakukan
Thank you for using PDF Editor 6 Professional.

You can only convert up to 5 pages in the trial version.

To get the full version, please purchase the program here:

http://cbs.iSkysoft.com/go.php?pid=3152&m=db

Anda mungkin juga menyukai