Anda di halaman 1dari 101

BAB 1

KONSEP KELUARGA

1. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1.1 Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih

yang satu sama lain saling terikat secara emosional serta ber-

tempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang berdekatan

(Friedman, 2010)

Menurut UU No. 19 Tahun 1992 tentang perkembangan

kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri

dan anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004).

Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

Keluarga adalah kumpulan dua orang manusia atau lebih yang

terdiri dari suami, istri dan anak yang satu sama lain saling terikat

secara emosional serta bertempat tinggal yang sama dalam satu

daerah yang berdekatan

1
1.2 Tipe Keluarga

Menurut Friedman (2010), menyatakan adanya beberapa

tipe/bentuk keluarga lain :

a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri

dari ayah, ibu, dan anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah kelurga inti

ditambah dengan sanak saudara, seperti nenek, kakek,

keponakan, dan sebagainya.

c. Kelurga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri

dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan

merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga Duda atau Janda (Single Family), adalah keluarga

yang terdiri dari perceraian dan kematian.

e. Keluarga Berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersamaan.

f. Keluarga Kabitas (Chabitation) adalah dua orang yang

menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu

keluarga.

Menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988), dalam Yohanes Dion

(2013) tipe keluarga dibedakan berdasarkan keluarga tradisional

dan non tradisional.

2
1) Keluarga tradisional

Yang termasuk keluarga tradisional adalah :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri

dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah

tangga yang sama

b. Keluarga dengan orang tua tunggal (Single parent) yaitu

keluarga hanya dengan satu orang yang mengepalai aki-

bat dari perceraian, pisah atau ditinggalkan.

c. Pasangan inti (Keluarga Dyad), hanya terdiri dari suami

dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal

bersama mereka.

d. Bujang dewasa (Single Adult), yang tinggal sendirian.

e. Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai

pencari nafkah, istri tinggal dirumah dengan anak sudah

kawin atau bekerja.

f. Jaringan keluarga besar terdiri dari dua keluarga inti atau

lebih atau anggota keluarga yang tidak menikah yang

hidup berdekatan dalam daerah geografis.

2) Keluarga non tradisional

a. Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi

tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anak saja)

b. Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah

mempunyai anak

3
c. Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis ke-

lamin sama yang hidup bersama sebagai pasangan yang

menikah

d. Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari

lebih satu pasangan monogami dengan anak-anak,

secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan

memiliki pengalaman yang sama.

Setiadi menuliskan bahwa pembagian tipe keluarga bergantung

pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Pem-

bagian tipe keluarga menurut Setiadi sedikit berbeda dengan yang

ditulis Sussman (1974) dan Maclin (1988), yakni sebagai berikut :

1) Secara tradisional

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang han-

ya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari ke-

turunannya atau adopsi atau keduanya

b. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti

ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).

2) Secara Modern

Dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya ra-

sa individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain

diatas adalah :

4
a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar ru-

mah.

b. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan

kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu ru-

mah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawi-

nan yang lama maupun hasil dari perkawinan baru, sa-

tu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

c. Niddle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya

bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah

karena sekolah/perkawinan/karier.

d. Dyadic Nuclear

Suami istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak

yang keduanya atau salah satu bekerja diluar rumah.

e. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah

atau diluar rumah.

5
f. Dual Carrier

Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tanpa

anak

g. Commuter Married

Suami atau istri atau keduanya orang karier dan tinggal

terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari pa-

da waktu tertentu

h. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak

adanya keinginan untuk kawin.

i. Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah

j. Institusional

Yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu

panti

k. Comunall

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama da-

lam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturun-

annya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

6
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang

tua dari anak.

m. Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi.

n. Cohibing Couple

Dua orang atau satu pasangan yang hidup bersama tanpa

ikatan perkawinan.

o. Gay and Lesbian Family

Keluarga atau pasangan yang dibentuk oleh pasangan

yang berjenis kelamin sama.

(Dion Yohanes, dk. 2013)

1.3 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menunjukkan bagaimana keluarga tersebut

diorganisasikan, cara unit-unit tersebut ditata serta bagaimana

komponen tersebut berhubungan satu sama lain. Selain itu,

struktur dalam keluarga dapat menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga tersebut dimasyarakat.

1. Ciri-ciri struktur keluarga

Menurut Mubarak dkk (2006) dalam Yohanes Dion dk (2013),

ciri-ciri dari struktur keluarga adalah sebagai berikut :

a. Terorganisasi

7
Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana se-

tiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya mas-

ing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Or-

ganisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan

yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergan-

tungan dalam mencapai tujuan.

b. Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki

peran dan tanggung jawabnya masing-masing, sehingga

dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-

mena tetapi memiliki keterbatasan yang dilandaskan pada

tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

c. Perbedaan dan kekhususan

Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjuk-

kan nbahwa masing-masing anggota keluarga mempunyai

peran dan fungsi yang berbeda dank has seperti halnya

peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu

sebagai anggota keluarga yang merawat anak-anak.

2. Jenis struktur keluarga

Berikut adalah struktur keluarga yang umumnya terdapat di

NTT atau Indonesia secara umum ;

8
a. Berdasarkan jalur hubungan darah

1) Patrilineal

Yang dimaksud dengan struktur patrilineal adalah

keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara da-

lam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

berdasarkan garis keturunan.

2) Matrilineal

Yang dimaksud dengan struktur matrilineal adalah

keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan

itu disusun melalui garis keturunan ibu.

b. Berdasarkan keberadaan tempat tinggal

1) Matrilokal

Merupakan suami istri yang mana setelah menikah

dan tinggal bersama keluarga sedarah istri

2) Patrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersa-

ma keluarga sedarah suami.

c. Berdasarkan pribadi pengambilan keputusan

Keputusan merupakan peran yang harus dilakukan oleh

suami dan atau istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, namun tidak selamanya pengambilan keputusan

dilaksanakan bersama-sama. Berikut adalah pembagian

9
struktur berdasarkan siapa yang mengambil keputusan

adalah sebagai berikut :

1) Patraiakal : dominasi pembagian keputusan ada pada

pihak suami

2) Matriakal : dominasi pengambilan keputusan ada pa-

da pihak istri

3. Dimensi struktur keluarga

Menurut Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Fried-

man (1998) mengatakan ada 4 dimensi struktur keluarga yaitu

a. Pola dan proses komunikasi

Adalah proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebu-

tuhan-kebutuhan dan opini. Faktor yang menghambat

komunikasi didalam keluarga adalah perbedaan pengala-

man, kebudayaan, sosial, pendidikan dan emosi. Menurut

Galvin dan Brommel (1986) komunikasi keluarga sebagai

proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan

mengungkapkan pengertian dalam keluarga.

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari

seseorang dalam situasi sosial tertentu. Peran keluarga

menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi

dan situasi tertentu

10
c. Struktur kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan seseorang individu untuk

mengontrol, mempengaruhi dan mengubah tingkah laku

seseorang. Menurut Cromwell dan Olson (1995), kekuatan

merupakan aspek paling fundamental dari semua interaksi

sosial.

d. Struktur nilai-nilai keluarga

Nilai adalah suatu ide, sikap dan kepercayaan yang

secara sadar maupun tidak sadar mengikuti seluruh ang-

gota keluarga dalam suatu budaya yang lazim (Parad dan

Caplan, 1985). Menurut Rokeach (1983), nilai diartikan

sebagai keyakinan abadi berbentuk perilaku spesifik, ber-

fungsi sebagai pedoman atas tindakannya.

(Dion Yohanes, dk. 2013)

1.4 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga yang dikemukakan oleh Friedman

(1998), adalah sebagai berikut :

a. Fungsi Afektif adalah fungsi yang utama untuk mengajarkan

segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini membutuhkan

untuk perkembangan individu dan psikososial anggota

keluarga.

11
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi adalah fungsi

mengembangkan dan tempat melatih anak untuk

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan oranglain.

c. Fungsi Reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan

generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga secara ekonomidan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu, meingkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Keperawatan / Pemeliharaan Kesehatan yaitu fungsi

untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga

agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

Menurut UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994, secara

umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :

1. Fungsi keagamaan

a. Membina norma ajaran agama sebagai dasar dan tujuan

hidup seluruh anggota keluarga

b. Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku kehidupan

sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga

c. Memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan sehari-hari

tentang pengalaman dari ajaran agama

12
d. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak

tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah

dan masyarakat

e. Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga be-

ragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

2. Fungsi budaya

a. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan

bangsa yang ingin dipertahankan

b. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk

menyaring norma-norma dan budaya asing yang tidak

sesuai

c. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya dapat berperilaku baik sesuai dengan norma

bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan global-

isasi

d. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang

anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai

pengaruh negative globalisasi dunia

e. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan

seimbang dengan budaya masyarakat atau bangsa untuk

13
menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil bahagia se-

jahtera

3. Fungsi cita kasih

a. Menumbuh kembangkan potensi kasih saying yang telah

ada antar keluarga ke dalam symbol-simbol nyata secara

optimal dan terus menerus

b. Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar ang-

gota keluarga secara kuantatif dan kualitatif

c. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi

dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras, dan

seimbang

d. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang

mampu memberikan dan menerima kasih saying sebagai

pola ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.

4. Fungsi perlindungan

a. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik

dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun luar

keluarga

b. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari

berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari

luar

14
c. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan

keluarga sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia

sejahtera.

5. Fungsi reproduksi

a. Membina keidupan keluarga sebagai wahana pendidikan

reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi

keluarga sekitarnya

b. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pemben-

tukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun

mental

c. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang

berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara 2 anak

dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga

d. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai

modal yang kondusif menuju keluarga bahagia sejahtera

6. Fungsi sosialisasi

a. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan

keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak

pertama dan utama

b. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan

keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari

pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang

dijumpai, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat

15
c. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang

hal-hal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan

dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak atau ku-

rang diberikan oleh lingkungan sekolah atau masyarakat

d. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi

dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat

positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka

perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju

keluarga kecil bahagia sejahtera.

7. Fungsi ekonomi

a. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam

lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsun-

gan dan perkembangan kehidupan keluarga

b. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran

c. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah

dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan

secara serasi, selaras dan seimbang

d. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai

modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera

16
8. Fungsi pelestaria lingkungan

a. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian ling-

kungan di dalam keluarga

b. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian ling-

kungan eksterna keluarga

c. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian ling-

kungan yang serasi, selaras dan seimbang antara ling-

kungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat

sekitarnya.

d. Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian ling-

kungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju keluar-

ga kecil bahagia sejahtera

Menurut Effendy (1998) terdapat 3 fungsi pokok keluarga ter-

hadap anggota keluarganya, adalah :

a. ASIH

Yaitu memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memung-

kinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai denga

usia dan kebutuhannya

b. ASUH

Yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara , sehingga di-

17
harapkan menjadikan mereka anak-anak baik fisik, men-

tal, sosial dan spiritual

c. ASAH

Yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga

siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mem-

persiapkan masa depannya

1.5 Peranan Keluarga

Beberapa peran formal dalam keluarga menurut Nasrul Effendy

(1998) dalam buku Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan

Praktek karangan Yohanes Dion dk, 2013 terdiri dari :

1. Peranan Ayah : sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-

anak berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung

dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, se-

bagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu : sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak

berperan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh

dan pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan salah satu

anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat

dan lingkungan disamping dapat berperan pula sebagai pen-

cari nafkah tambahan keluarga.

18
3. Peranan Anak adalah melaksanakan peranan psikososial

sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental,

sosial dan spiritual.

Sehubungan dengan fungsi keluarga, maka peranan keluarga

juga diutamakan dalam kegiatan keluarga terutama peran ayah

dan ibu. Seperti yang dinyatakan oleh Mubarak (2006) adalah

sebagai berikut

a. Peran Ibu

Ditinjau dari segi kehidupan secara keseluruhan, ibu berperan

sebagai satu rumah tangga yang dapat mengemudikan

keluarga. Peran ibu dalam keluarga antara lain mengatur

situasi keluarga, keharmonisan, kerukunan yang dapat

mewarnai keluarga dalam hubungan tertentu.

Dalam hubungan dengan anak : ibu berperan sebagai

seorang yang mempunyai kaitan yang pertama. Dalam

kehidupan anak, ibu merupakan kasih sayang yang abadi.

b. Peranan Ayah

Dalam kehidupan sehari-hari ayah berperan sebagai kepala

keluarga bersama ibu untuk menjaga kelangsungan hidup

keluarga. Peran ayah dalam kehidupan keluarga adalah

sebagai suami, ayah dari anak-anaknya, perncari nafkah,

pendidik, pelindung dan sebagai anggota masyarakat.

19
1.6 Tugas Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) dalam

Effendy & Makhfudli (2009) tersebut adalah :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

2. Membuat keputusan tindakan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang

sehat

5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di-

masyarakat

1.7 Tahap Perkembangbangan Keluarga

Pembagian tahap perkembangan keluarga menurut Suprajitno

(2004}

Tabel 1

Tugas Perkembangan Keluarga Sesuai Tahap Perkembangan

Tahap Perkembangan Tahap Perkembangan (Utama)

1 2

1. Keluarga Baru Menikah a. Membina hubungan intim yang


memuaskan.
b. Membina hubungan dengan
keluarga lain, teman, dan
kelompk sosial
c. Mendiskusikan rencana
memiliki anak
2. Keluarga Dengan Anak Baru a. Mempersiapkan diri menjadi

20
Lahir orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan
adanya anggota keluarga baru,
hubungan seksual
c. Mempertahankan hubungan
dalam rangka memuaskan
pasangan
3. Keluarga dengan anak usia a. Memenuhi kebutuhan anggota
pra sekolah keluarga, misalnya : kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
b. Membantu anak untuk
bersosialisasi
c. Pembagian tanggung jawab
anggota keluarga
d. Merencanakan kegiatan untuk
pertumbuhan dan
perkembangan anak
4. Keluarga dengan anak usia a. Membantu mensosialisasi anak
sekolah terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah dan lingkungan
lebih luas
b. Mempertahankan keintiman
pasangan
c. Mempunyai kebutuhan yang
meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak a. Memberikan kebebasan yang
remaja seimbang dan bertanggung
jawab mengingat remaja adalah
seorang dewasa muda dan
memiliki otonomi

21
b. Mempertahankan hubungan
intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan orang
tua. Hindarkan terjadinya
perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan
d. Mempersiapkan perubahan
sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga
6. Keluarga melalui pelepasan a. Memperluas jaringan keluarga
anak sebagai dewasa dari keluarga inti menjadi
keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman
keluarga
c. Membantu anak untuk mandiri
sebagai keluarga baru
dimasyarakat
d. Penataan kembali peran orang
tua
7. Keluarga usia pertengahan a. Mempertahankan kesehatan
individu dan pasangan usia
pertengahan
b. Mempertahankan hubungan
yang serasi dan memuaskan
dengan anak-anaknya dan
sebayanya
c. Meningkatkan hubungan
keakraban pasangan
8. Keluarga lanjut usia a. Mempertahankan suasana
kehidupan rumah tangga yang

22
saling menyenangkan
pasangannya
b. Adaptasi dengan perubahan
yang akan terjadi, kehilangan
pasangan, kekuatan fisik dan
penghasilan keluarga
c. Mempertahankan keakraban
pasangan yang saling merawat
d. Melakukan live review masa lalu

1.8 Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga

Tujuan perawatan keluarga menurut Effendy (1998), adalah :

a. Tujuan Utama

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan

kesehatan keluarga.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi.

2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam

menanggulangi masalah kesehatan dasar dalam keluarga

3) Mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi

masalah kesehatan para anggota keluarganya

4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan

asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga sakit dan

dalam mengatasi masalah kesehatan keluarganya

23
5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan

mutu hidupnya

2. Pengertian Keperawatan Keluarga

2.1 Pengertian Keperawatan Keluarga

Keperawatan keluarga menurut Effendy (1998) adalah metode

ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan

menentukan masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga,merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan

intervensi keperawatan terhadap keluarga sesuai dengan rencana

yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan

keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga.

2.2 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

Suprajitno,(2004) mengatakan tujuan keperawatan keluarga terdiri

dari :

a. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatannya secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah meningkatkan

kemampuan keluarga :

1) Mengenal masalah kesehatan keluarga

2) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi

masalah kesehatan keluarga.

24
3) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan yang tepat

kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai

gangguan tubuh atau keluarga yang membutuhkan

kemampuan keluarga.

4) Memelihara lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan sosial).

5) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat

(misalnya, puskesmas, posyandu, atau sarana kesehatan

lain untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

kebutuhan keluarga)

2.3 Proses Keperawatan Keluarga

Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang

digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan

masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan

asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi keperawatan

terhadap keluarga sesuai dengan rencana yang telah disusun dan

mengevaluasi mutu hasil keperawatan yang dilaksanakan

terhadap keluarga (Nasrul, 1998).

Asuhan keperawatan keluarga melalui praktik

keperawatan dengan sasaran keluarga. Tahapan dari proses

keperawatan keluarga adalah sebagai berikut ; 1). Pengkajian

keluarga dan individu dari dalam keluarga. Pengkajian keluarga

meliputi cara mengidentifikasi data demografi dan sosial kultural,

data lingkungan dan struktur dan fungsi keluarga, stress dan

25
koping keluarga yang digunakan keluarga dan perkembangan

keluarga, sedangkan pengkajian terhadap individu sebagai

anggota keluarga meliputi : fisik, mental, emosi, sosial dan

spritual. 2). Perumusan diagnosa keperawatan keluarga. 3).

Penyusunan perencanaan. 4). Pelaksanaan asuhan keperawatan.

5). Evaluasi

Langkah-langkah proses keperawatan adalah pendekatan

ilmiah atau metode pemecahan masalah. Langkah-langkah proses

keperawatan keluarga sendiri dari ; pengkajian, analisa data,

rumusan masalah, mendiagnosa masalah, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

1) Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang

keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah

awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Dalam

menentukan masalah pasien dalam tahap ini mengharuskan

perawat menentukan secepat mungkin pengalaman lalu

pasien, pengetahuan yang dimiliki, perasaan dan harapan

kesehatan dimasa yag akan datang. Dalam tahap pengkajian

terdiri dari beberapa tahap meliputi :

26
a) Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam

menghimpun informasi atau data dari berbagai pihak

keluarga, petugas kesehatan dan hasil rekawan medis.

Data yang dikumpulkan adalah data yang bersifat

objektif dan subjektif, data demografi, riwayat tumbuh

kembang, riwayat penyakit keluarga, aktifitas sehari-hari,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium. Sumber

data yang didapatkan melalui anamnessa, observasi

dengan pemeriksaan fisik. Riwayat penyakit sekarang,

biasanya penderita malaria mengeluh demam, kurang

nafsu makan, banyak berkeringat, merasa pusing, mual,

lemas, dan kelihatan pucat. Keadaan ini harus segera

mendapat pengobatan. Dalam hal ini keluarga

mempunyai keterlibatan dalam fungsi perawatan

kesehatan keluarga seperti kesanggupan keluarga

dalam melakukan tugas perawatan dengan

memeriksakan anggota keluarga ke tempat pelayanan

kesehatan misalnya puskesmas. Riwayat penyakit

keluarga, riwayat kesehatan masing-masing anggota

keluarga, adakah anggota keluarga yang mengalami

penyakit turunan atau penyakit yang sama. Riwayat

psikososial, Identifikasi hubungan sosial keluarga dalam

27
masyarakat, hubungan interaksi anggota keluarga,

tanggapan pasien tentang penyakitnya, fasilitas atau

pelayanan kesehatan yang digunakkan keluarga.

Riwayat spritual, kaji ketaatan beribadah pasien dan

menjalankan kepercayaanya serta support sistem dalam

keluarga.

Pada aktivitas sehari-hari, penyakit malaria terjadi

karena keluarga kurang memelihara lingkungan sekitar

rumah, terlihat dari selokan yang kotor, masih ada

gantungan pakaian di dalam kamar, keadaan seperti ini

dapat dijadikan sarang nyamuk dan keluarga dapat

terinfeksi malaria. Pemeriksaan fisik, melakukan

pemeriksaan infeksi dengan melihat adanya anemia,

splenomegali, hepatomegali, dan iktrus, dan

pemeriksaan palpasi dengan melakukan perabaan untuk

mengetahui adanya pembekakan pada organ limpa dan

hati.

2) Analisa Data

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu

menetapkan masalah kesehatan keluarga. Ada 5 kelompok

masalah keperawatan keluarga yaitu ; 1) ketidaksanggupan

mengenal masalah kesehatan keluarga, 2)

ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalan

28
melakukan tindakan yang tepat, 3) ketidakmampuan

merawat anggota keluarga yang sakit, 4) ketidaksanggupan

memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, 5)

ketidakmampuan menggunakan sumber di masyarakat guna

memelihara kesehatan.

3) Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang

respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan

potensial (Allen, 1998).

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan

data yang didapatkan pada pengkajian, komponen

diagnosa keperawatan meliputi: a) problem atau masalah,

b) etiologi atau penyebab,c) symptom atau tanda, yang

dikenal dengan PES.

Tipologi diagnosa keperawatan meliputi :

Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang

sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan

dari perawat dengan cepat

Diagnosa resiko/resiko tinggi adalah masalah

keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk

29
menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi

cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.

Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera

dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat

ditingkatkan.

Diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA,

1995, yang berkaitan dengan masalah fungsi perawatan

kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Perubahan pemeliharaan kesehatan

b. Potensial peningkatan pemeliharan kesehatan

c. Perilaku mencari pertolongan kesehatan

d. Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan teraupetik

keluarga

e. Resiko terhadap penyebaran penyakit

Tabel 2

Skala Untuk Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga

Sesuai Dengan Prioritas

No Kriteria Komponen Scor Bobot

1 Sifat Masalah Aktual 3 1


Potensial 2
Resiko 1

30
2 Kemungkinan Mudah 2 2
Masalah dapat Sebagian 1
diubah Tidak Dapat 0
3 Potensial Masalah Tinggi 3 1
Dapat Dicegah Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya Berat, 2 1
Masalah segera
ditangani
Ada 1
masalah,
tidak perlu
segera
ditangani
Tidak 0
dirasakan

4) Perencanaan keperawatan keluarga

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan

tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan

dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang

sering muncul pada pasien. Asuhan keperawatan keluarga

disesuaikan dengan prioritas masalah keperawatan.

5) Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses

keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan

31
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk

mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan

kepada asuhan keperawatan yang telah disusun

6) Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

hasil, implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila hasil dan

evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana

keperawatan yang baru.

32
BAB 2

KONSEP PENYAKIT

2. Konsep Diare

2.1 Pengertian Diare

Menurut Depkes RI (2008), diare adalah suatu penyakit dengan

adanya tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi

dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam

sehari.

2.2 Macam-macam Diare

Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat dikelompokan atau

diklasifikasikan menjadi :

1. Diare akut terbagi atas

a. Diare dengan dehidrasi berat

b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang

c. Diare tanpa dehidrasi

3. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih,

terbagi atas :

a. Diare persisten dengan dehidrasi

b. Diare persisten tanpa dahidrasi

3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah

33
2.3 Penyebab Diare

1. Faktor infeksi

 Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, yaitu :

Vibrio cholerae, E coli, Salmonela, Shigella,

Criptosporidium

 Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem

pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis

media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis.

2. Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,

beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

3. Faktor psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan

cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada akan

yang lebih besar

2.4 Manifestasi Klinik

Beberapa tanda dan gejala tentang diare antara lain :

 Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

 Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek

(elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung,

membran mukosa kering.

 Kram abdominal.

34
 Demam.

 Mual dan muntah.

 Anoreksia.

 Lemah.

 Pucat.

 Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.

 Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan

tablet clinitest , bila diduga terdapat intoleransi gula

c. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resitensi

2. pemeriksaan ganguan keseimbangan asam basa dalam

darah ,dengan menentukan Ph dan cadangan alkali atau

lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah

3. pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui

faal ginjal

4. pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium ,kalium,

kalsium,dan fosfor dalam serum (terutama dalam penderita

diare yang disertai kejang )

5. pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis

jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,

35
terutama dilakukan pada penderit diare kronik .

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi bagi pasien diare dengan

melihat status berat ringannya diare dan faktor penyebab di-

are. Adapun terapi yang dapat diberikan berupa :

a. Metronidazol: 750 mg PO tid selama 5-10 hari untuk usus

amebiasis; 250 mg PO tidak untuk giardiasis.

b. Vankomisin: 500mg-2g PO sehari-hari (untuk dibagi

empat dosis) selama 7-10 hari untuk pasien dengan

pseudomembranosa enterokolitis.

c. Sulfasalazine (azulfidine): awal terapi, 3-4g PO sehari-hari

dalam dosis terbagi; pemeliharaan terapi, 1,6-2g PO

sehari-hari dalam dosis terbagi, bagi pasien dengan kolitis

urolative.

d. Prednisone :2,6-15mg PO atau prednisolone, 2-30mg IV

selama 12 hari bagi pasien dengan peradangan penyakit

usus.

e. Loperamide (imodium): 4-16mg PO harian untuk mengen-

dalikan diare.

f. Diphenoxylate (lomotit) : 2,5-5mg PO qid untuk mengen-

dalikan diare.

36
g. Antiperistaltic agen seperti Loperamide, Diphenoxylate,

dan bahu codeine tidak akan diberikan kepada pasien

dengan kolitis ulserativa parah karena risiko beracun

megacolon.

2. Non Farmakologi

Penatalaksanaan Non farmakologi untuk diare dapat berupa

1) Pemberian larutan gula garam (LGG).

 1 tahun: 3 jam pertama setengah gelas, kemudian

setengah setelah mencret.

 Antara 1 - 4 tahun : 3 jam pertama 3 gelas,

kemudian setengah gelas setelah mencret,

 Antara 5 - 12 tahun : 3 jam pertama 6 gelas,

kemudian setengah gelas setelah mencret.

 Lebih dari 12 tahun : 3 jam pertama 12 gelas,

kemudian setengah gelas setelah mencret.

CARA PEMBUATAN LLG :

Persiapan alat dan bahan :

a. 1 Sendok teh gula pasir.

b. ¼ Sendok teh garam dapur.

c. 1 Gelas air matang.

Cara Membuat :

a. Siapkan 1 sendok teh gula pasir dan ¼ sendok teh

garam dapur.

37
b. Masukkan gula dan garam tersebut ke dalam 1 gelas

air matang, aduk hingga merata dan berikan segera

kepada anak 2 - 3 gelas larutan dan 1 gelas setiap

mencret.

2) ASI tetap diberikan.

3) Segera diberi makan jika anak ingin makan.

4) Segera control kembali ke sarana kesehatan terdekat.

Penatalaksanaan pengobatan diare dapat juga dengan

menggunakan tanaman-tanaman dibawah ini sebagai pen-

gobatan tradisional :

✒ Buah dan daun jambu biji

Tanaman jambu biji sudah terkenal ampuh dan manjur

untuk mengobati diare secara alami dan cepat. Kita bisa

memakan secara langsung buah jambu biji yang masih

muda atau mengkonsumsi pucuk daun jambu biji bersa-

38
ma dengan garam dapur. Obat diare ini akan bekerja

secara langsung untuk menghentikan rasa sakit di perut.

✒ Daun Randu / Daun Kapuk

Khasiat daun randu (daun kapuk) untuk mengatasi ma-

salah diare akut memang belum banyak diketahui. Kan-

dungan hidrat arang, zat penyamak dan dammar dida-

lamnya bisa menjadi ramual herbal obat diare. Cara

membuatnya adalah dengan menumbuk daun sampai

halus lalu peras airnya kemudian campur dengan air ma-

tang ½ gelas dan garam secukupnya. Minum secara ter-

atur 3 kali sehari sampai diare sembuh.

✒ Daun singkong

Daun singkong yang masih mudah bisa ditemukan

disekitar kita. Selain untuk dimasak, daun ini juga

39
berguna untuk mengobati diare secara alami. Siapkan 1

ikat daun singkong muda lalu rebus dengan 4 gelas air.

Setelah air tersisa 2 gelas, angkat dan dinginkan. Minum

ramuan alami obat diare tersebut 2 kali sehari pagi dan

malam

✒ Buah sirsak

Khasiat buah sirsak untuk kesehatan adalah mengatasi

penyakit diare pada anak. Rasa buah yang tidak pahit

sangat membantu saat memberikan obat diare alami dari

buah sirsak. Siapkan buah yang sudah matang kemudi-

an peras airnya, minumkan 2-3 sendok makan pada bayi

yang mengalami diare.

40
✒ Air putih

Tips mengatasi masalah diare saat terserang diare,

tubuh akan banyak kehilangan cairan sehingga lemas

tidak bertenaga. Minum air putih sebanyak mungkin

berguna untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang.

2.7 Komplikasi

 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik).

 Renjatan hipovolemik.

 Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,

lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

 Hipoglikemia.

41
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi

enzim laktose karena kerusakan vili mukosa usus halus.

 Kejang terutama pada dehidrasi hipertoni

 Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,

penderita juga mengalami kelaparan.

DAFTAR PUSTAKA

Yohanes Dion, dk. 2013, “ Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan


Praktik “. Yogyakarta, Nuha Medika

Marilyn M. Friedman dk, Alih bahasa oleh Achir Yani S. Hamid, 2013, “
Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktek Edisi
5 “, PN. EGC, Jakarta

Friedman M. 1998, “ Keperawatan Keluarga, Teori dan Praktik “, PN.


Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Wahid Iqbal Mubarak, dkk. 2005, “ Buku Ajar Ilmu Keperawatan


Komunitas, Teori dan Aplikasi Dalam Praktik Dengan Pen-
dekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan
Keluarga “, PN. Sagung Seto, Jakarta

Suprajitno, 2004. “ Asuhan Keperawatan Keluarga dan Aplikasi Da-


lam Praktek “ EGC, Jakarta

Depkes RI, 2008. “ Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) “, Jakar-


ta

H Elizabeth J. Corwin, 2009. “ Buku saku patofisiologi, edisi 3 “.


Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.EGC.

NANDA International,2010.”Diagnosa Keperawatan Defenisi dan


KLasifikasi 2009-2011 “.Jakarta .EGC

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006. ”Buku Saku Diagnosa


Keperawatan ”. Jakarta.EGC

42
FKUI, 1982. “ Kapita Selekta Kedokteran “. Jakarta, Fakultas
kedokteran. Universitas Indonesia

Ngastiyah. 1997. “ Perawatan Anak Sakit “. Jakarta. EGC

www.Manfaatalami.xyz/2013/08/ramuan-alami-untuk-mengobati-
diare.html?m=1 diposkan oleh Rahmawati, agustus 2013

PRA PLANNING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. R.A

DENGAN DIARE PADA ANAK B.A DI RT 03 RW 02 DUSUN I DESA

APREN WILAYAH KERJA PUSKESMAS OEKABITI KECAMATAN

AMARASI KABUPATEN KUPANG

Hari / tanggal : 19 Oktober 2015

Waktu : 1 x 60 menit

Tempat : Rumah Keluarga Tn. R.A

Topik Kegiatan : Pengkajian

A. LATAR BELAKANG

Keluarga sebagai penerima pelayanan kesehatan dibutuhkan peran

aktif dalam seluruh proses perubahan sejak pengenalan masalah

kesehatan sampai penanggulangan sebagai focus keperawatan

keluarga berupa promotif dan preventif. Menindaklanjuti hasil

pengumpulan data maka sebagai proses penentuan prioritas masalah

sehingga evaluasi perlu kesepakatan keluarga. Berhasil tidaknya

penanganan masalah kesehatan keluarga bergantung dari peran serta

keluarga yang difasilitasi oleh petugas kesehatan maupun dukungan

43
dari lintas program dan lintas sektoral.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memperoleh data-data yang akurat sehingga dapat

mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada pada keluarga.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengidentifikasi masalah dalam keluarga

b. Menyadari masalah kesehatan keluarga yang ada pada

keluarganya

c. Secara langsung bersama-sama dapat melihat data-data yang

ada dalam keluarga.

C. PESERTA

Seluruh keluarga Tn. R.A

D. SETTING WAKTU

No Waktu Kegiatan Penanggung


jawab
1 5 menit Perkenalan Mahasiswa
50 menit Pengkajian :
2  15 menit  Wawancara
 10 menit  Observasi
 25 menit  Pemeriksaan fisik
3 5 menit Kontrak waktu

E. RENCANA EVALUASI KEGIATAN

1. Evaluasi Struktur

a. Persiapan dilaksanakan 1 hari sebelum pengkajian

44
b. Pemberitahuan kepada keluarga 1 hari sebelumnya

c. Pengkajian dilakukan selama 60 Menit

2. Evaluasi Proses

a. Diharapkan kegiatan dapat berjalan dengan lancar sesuai

perencanaan

b. Keluarga dapat terlihat aktif dalam kegiatan pengumpulan

data dan dapat memberikan respon verbal dan nonverbal

dengan baik.

3. Evaluasi Hasil

a. Mahasiswa mampu berinteraksi dan membina hubungan baik

dengan keluarga

b. Keluarga menyadari akan kesehatan yang ada pada keluarga

sendiri

c. Keluarga mengerti akan masalah kesehatan yang ada dalam

keluarga

45
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. R.A PADA ANAK B.A


DENGAN DIARE DI RT 03 RW 02 DESA APREN WILYAH KERJA
PUSKESMAS OEKABITI KECAMATAN AMARASI KABUPATEN
KUPANG

Nama Mahasiswa : Haleny N. Ruhupatty

Tanggal Pengkajian : 20 Oktober 2015

Jam : 09.00 Wita

A. IDENTITAS KELUARGA

1. Identitas Kepala Keluarga

Nama : Tn. R.A

Umur : 38 tahun

Agama : Kristen Katolik

Suku : Timor

Pendidikan : SMA Tidak Tamat

Pekerjaan : Petani

Alamat : RT 03 RW 02 Desa Apren Kec. Amarasi

46
Nomor telepon : -

2. Komposisi keluarga

No Nama Umur L/P Hubung Pendidikan Pekerjaan Status


an Kesehatan
1 Tn. R.A 38 thn L Suami SMA tdk Petani Sehat
tamat
2 Ny. RAT 36 thn P Istri SMA tamat Petani Sehat
3 An. IA 15 thn P AK SMA Pelajar Sehat
4 An. MA 13 thn L AK SMP Pelajar Sehat
5 An. AA 10 thn L AK SD Pelajar Sehat
6 An. BA 6 thn L AK SD Pelajar Sakit

3. Genogram

Keterangan:
: Perempuan

: Laki-laki : tinggal serumah

: Pasien X : meninggal

4. Tipe keluarga

47
Keluarga ini tergolong dalam tipe keluarga Nuclear family karena

terdiri atas ayah, ibu dan 4 orang anak.

5. Suku bangsa Atau Etnis

a. Latar belakang etnis keluarga dan anggota keluarga

Tn. R.A dan Ny. RAT sama – sama berasal dari suku Timor

tetapi Tn. R.A berasal dari suku Timor TTS (Soe) sedangkan Ny.

RAT berasal dari suku Timor Amarasi. Dalam suku mereka tidak

ada budaya yang menentang hal-hal yang mendukung

kesehatan. Keluarga Tn. R.A mengatakan bahwa di lingkungan

mereka terdapat hanya 1 suku saja yaitu suku timor dan mereka

dapat berinteraksi dengan baik dengan warga sekitar

b. Tempat Tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang

secara etnis bersifat homogen). Uraikan.

Keluarga Tn. R.A mengatakan bahwa tempat tinggal mereka di

RT 03 RW 02 Dusun I Desa Apren Sebagian besar masyarakat

yang tinggal dekat dengan keluarga ini adalah berasal dari suku

Timor. Masyarakat area tempat tinggal keluarga Tn R.A bersifat

homogen.

c. Kegiatan-kegiatan Keagamaan, sosial, budaya, rekreasi,

pendidikan (Apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam

kelompok kultur/budaya keluarga).

Keluarga ini mengatakan bahwa dalam satu keluarga menganut

agama yang sama yaitu Kristen Katolik. Keluarga ini

48
mengatakan bahwa setiap hari minggu selalu meluangkan waktu

untuk ke gereja dan aktif dalam ibadat rumah tangga di

lingkungannya dan Ny. RAT juga aktif dalam anggota paduan

suara/koor gabungan di gereja. Keluarga mengatakan tidak ada

nilai keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan.

d. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau

modern)

Keluarga mengatakan tidak ada kebiasaan diet. Keluarga ini

menggunakan pakaian modern saat di rumah maupun ke

tempat-tempat resmi seperti gereja, tempat pesta dan lain-lain.

e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau “modern”

Keluarga ini mengatakan bahwa jika dalam keluarga ada

masalah maka pengambilan keputusannya adalah kepala

keluarga melalui musyawarah.

f. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah.

Keluarga ini mengatakan bahwa bahasa yang digunakan adalah

bahasa indonesia dan bahasa Daerah Timor. Keluarga

mengatakan bahwa ada hambatan dalam berkomunikasi dalam

keluarga karena anak ketiga mereka yaitu anak AA tidak

mengerti bahasa daerah yang digunakan sehingga keluarga ha-

rus menggunakan bahasa Indonesia.

49
g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan

praktisi. (Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi,

terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional,

atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang

kesehatan).

Keluarga mengatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang

sakit, maka akan dibawa ke Puskesmas. Namun jika sakit pada

malam hari maka keluarga akan menunggu sampai pagi hari

untuk membawa anggota keluarga yang sakit. Keluarga

mengatakan tidak puas dengan pelayanan kesehatan yang

diterima dimana petugas pustu yang tidak pernah ada ditempat

disebabkan tenaga kesehatan yang tersedia di wilayah keja

puskesmas oekabiti sangat minim sehingga tenaga pustu yang

ada juga diperbantukan di puskesmas induk sehingga pelayan

kesehatan yang diterima tidak memuaskan bagi anggota

masyarakat di desa Apren. Keluarga juga mengeluhkan bahwa

keluarga tidak memiliki kartu Jaminan kesehatan Jamkesmas

sehingga jika ada keluarga yang sakit dan butuh di rawat,

keluarga harus bolak balik ke desa untuk mengurus surat

keterangan tidak mampu sedangan jarak desa dengan

puskesmas induk cukup jauh.

6. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

a. Bagaimana agama yang dianut. Uraikan

50
Keluarga mengatakan bahwa semua anggota keluarga

menganut agama yang sama yaitu agama kristen katolik dan

memiliki pandangan yang sama tentang praktik keyakinan

beragama.

b. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama

atau organisasi keagamaan.

Keluarga ini mengatakan bahwa keluarga aktif dalam kegiatan

keagamaan seperti mengikuti gereja setiap hari minggu dan aktif

dalam ibadat rumah tangga. Tn. R.A dan Ny. RAT juga aktif

dalam koor gabungan di gereja.

c. Kepercayaan dan nilai keagamaan yang dianut dalam kehidupan

keluarga terutama hal kesehatan.

Keluarga ini mengatakan bahwa penyakit yang dialami adalah

salah satu sakit karena pola makan yang tidak teratur mungkin

dengan sakit ini bisa merubah pola makan.

7. Status sosial ekonomi keluarga

Dalam keluarga ini, yang mencari nafkah bagi keluarga yaitu Tn.

R.A, sedangkan Ny. RAT sebagai ibu rumah tangga. Tn. R.A

memelihara beberapa ekor ternak seperti sapi dan kambing di

kebunnya dan setiap pagi dan sore ia harus berangkat ke kebun

untuk memberi makan hewan peliharaannya itu. Tn. R.A juga

mempunyai kebun pisang yang diandalkan sebagai mata pen-

caharian. Jumlah penghasilan yang didapat tidak tentu, biasanya ±

51
Rp 200.000/bulan, kadang-kadang tidak ada sama sekali. Uang

tersebut dipergunakan untuk keperluan makan sehari-hari dan

kebutuhan sekolah anaknya. Keluarga ini tidak memiliki tabungan

Khusus.

8. Aktivitas rekreasi keluarga

Keluarga Tn. R.A tidak pernah melakukan rekreasi ke tempat-

tempat khusus. Namun keluarga ini sering berkumpul bersama

dimalam hari. Biasanya keluarga ini duduk bersama bercerita

tentang kegiatan siang hari masing-masing anggota keluarga.

B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN RIWAYAT KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. R.A mempunyai anak tertua: An. I.A berusia 15 tahun

dan anak kedua An. M.A berusia 13 tahun. Maka tahap

perkembangan keluarga Tn. R.A saat ini adalah berada pada tahap

V yaitu keluarga dengan Anak Remaja.

2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga

No Nama Umur BB Keadaan Jenis Masalah Tindakan yg telah


. (Kg) kesehata imunisasi kesehatan dilakukan
n
1 Tn. R.A 38 thn 65 Sehat Lupa Tidak Ada Tidak Ada
2 Ny. RAT 36 thn 60 Sehat Lupa Bumil Pemeriksaan
(G6P4A1 ) Kehamilan setiap
bulan di
puskesmas
oekabiti
3 An. IA 15 thn 45 Sehat Lengkap Tidak Ada Tidak ada

52
4 An. MA 13 thn 34 Sehat Lengkap Tidak ada Tidak ada
5 An. AA 10 thn 23 Sehat Tidak Tidak ada Tidak ada
Lengkap
6 An. BA 6 thn 18 Sakit Tidak Diare Tidak pernah
Lengkap berobat ke
pustu/puskesmas

3. Sumber pelayananan kesehatan yang dimanfaatkan

Tn. R.A mengatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit

dan dianggap sangat bahwa merupakan penyakit medis maka ang-

gota keluarga tersebut dibawa ke Pustu Apren atau Puskesmas

Oekabiti. Jika penyakit yang dianggap bukan penyakit medis maka

keluarga akan membawa anggota keluarga tersebut ke dukun atau

tim doa.

C. DATA LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah

a. Gambaran tipe tempat tinggal

Tn. R.A mengatakan bahwa rumah yang ditempati adalah rumah

sendiri, rumah pribadi. Luas bangunan rumah ini berukuran 6 x

5 m2, terdiri dari : 1 ruang tamu sekaligus kamar tidur utama, 1

ruang kamar tidur kecil, dan 1 ruang makan dan perabotan

dapur, halaman belakang dan samping rumah di buat sebagai

tempat memelihara babi dengan cara diikat bukan dikandang,

Dapur, WC dan kamar mandi tidak ada tetapi menumpang

bersama-sama dengan Ibu kandung dari Ny. RAT. Lantai rumah

terbuat dari tanah, tampak kotor dan berdebu, perabotan rumah

53
tidak tertata dengan rapi. dinding rumah terbuat dari bebak dan

beratapkan daun. Pada ruang rumah tersebut tidak terdapat

ventilasi dan jendela sehingga pertukaran udara tidak terjadi dan

pencahayaan rumahpun tampak gelap. Di belakang rumah

terdapat beberapa pohon kelapa.

b. Denah rumah

WC/Kmr
Babi Mandi
diikat
Ruang
Jalan umum

Kamar
perabot
gudang dapur

Dapur
R. tamu sekaligus

R. tidur Utama

Kandang
bekas

Babi
diikat

c. Gambaran kondisi rumah

54
Rumah yang ditempati TN. RA bersama istri dan anaknya adalah

milik pribadi yang terdiri 1 ruang tamu sekaligus ruang tidur uta-

ma, 1 kamar gudang dan 1 ruang tempat perabot dapur.

Penataan perabotan dalam rumah tidak rapi, ventlasi tidak ada,

penerangan cukup, lantai dari tanah, dinding bebak dan atap

daun gawang.

d. Dapur

Dapur terletak diluar rumah induk, terkesan berantakan dan

berdebu, perabotan masak tersusun tidak rapi. Sumber air

minum menggunakan air sumur dan bersih tetapi berkapur.

Setelah masak perabotan dapur dicuci bersih. Keluarga ini

memasak menggunakan kayu api sehingga terdapat tungku di

dapur. Tipe rumah dapur berlantai tanah, dinding dari bebak dan

beratapkan daun gawang.

e. Kamar mandi

Kamar mandi dan WC digabung menjadi satu. Kamar mandi

bendinding batako tanpa plester dan tidak beratap, Lantai pada

kamar mandi adalah tanah, tidak ada bak penampung air mandi,

air mandi d tampung dlm ember untuk 1 kali mandi., tidak ada

jentik nyamuk namun terdapat lumut-lumut di dinding kamar

55
mandi. Terdapat sabun, sikat gigi, pepsodent, sikat pakian,

sampo, gayung dan ember.

f. Pengaturan tidur didalam rumah

Pada rumah yang di tempati keluarga Tn. RA hanya terdapat 1

ruang tidur yang ditempati oleh Tn. RA dan Ny. RAT pada mal-

am hari sedangkan anak-anak mereka tidur di rumahdari ibu

kandung Ny. RAT yang jaraknya tidak jauh dari rumah induk Tn.

RA. Ventilasi kamar tidak ada karena tidak terdapat jendela satu

pun dari rumah tersebut.

g. Keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah

Pada bagian lingkungan depan rumah ada halaman rumah yang

bersih, terdapat bunga-bunga yang ditanam sebagai pagar ru-

mah dan beberapa pohon Kelapa di belakang rumah.

h. Perasaan subjektif keluarga terhadap rumah

Keluarga Tn. R.A mengatakan bahwa mereka aman dan nyaman

tinggal dalam rumah karena rumah yang ditempati adalah milik

sendiri, tetapi Tn. RA mengatakan dirinya merasa sedih karena

beliau belum bisa membuat rumah yang lebih besar sehingga

bisa tinggal bersama-sama dengan anak-anaknya mengingat

penghasilan yang rendah dan tidak tetap

i. Evaluasi adekuasi pembuangan sampah

Sampah rumah tangga keluarga dikumpulkan dan langsung

dibakar.

56
j. Pengaturan rumah

Penataan dalam rumah tidak rapi, kursi di ruang tamu sekaligus

ruang tidur utama tersusun rapi, perabot dalam rumah tidak

tersusun rapi, keadaan umum rumah berantakan, kotor dan

berdebu.

2. Karakteristik lingkungan rumah

Keluarga Tn. R.A tinggal di lingkungan pedesaan. Mayoritas

penduduknya adalah orang timor. Interaksi antar warga lebih sering

dilakukan pada siang hari dan malam hari karena pada waktu pagi

dan sore hari, masyarakat sibuk dengan pekerjaannya di kebun.

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. R.A sudah menempati rumah ini sejak berumah

tangga. Tn. R.A tinggal bersama dengan istrinya. Semua keluarga

Tn. R.A berada di kabupaten TTS sedangkan keluarga Ny. RAT

semuanya berasal dari desa Apren Kecamatan Amarasi.

4. Perkumpulan dan interaksi keluarga dengan komunitas

Keluarga Tn. R.A mengatakan bahwa keluarganya sangat aktif

dalam mengkuti kegiatan-kegiatan yang ada dilingkungannya.

Sedangkan Ny. RAT aktif dalam paduan suara koor gabungan

gerejawi bersama para ibu-ibu di lingkungannya. Ny. RAT juga

sering berkumpul bersama ibu-ibu dari keluarga lainnya untuk turut

membantu memasak apabila ada salah satu keluarga

dilingkungannya mengadakan acara.

57
5. Sistem dukungan sosial keluarga

Seluruh anggota keluarga Tn. R.A berada dalam keadaan sehat

kecuali An.B.A. Ny. RAT mengatakan saat ini An. B.A dalam

keadaan sakit, Ny. RAT tidak membawa anaknya ke Pustu Apren

ataupun fasilitas kesehatan lain untuk berobat tetapi keluarga

memutuskan untuk merawat anaknya sendiri di rumah dengan

menggunakan pengobatan alternatif. Keluarga dekat Ny. RAT selalu

memberikan motivasi untuk An. B.A agar tetap dibawa kembali ke

pustu/puskesmas tetapi keluarga menolak dengan alasan tidak

mempunyai

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola dan proses komunikasi

Keluarga mengatakan pola komunikasi yang digunakan adalah pola

komunikasi secara terbuka dan bebas menyampaikan pendapat bila

terdapat permasalahan dalam keluarga. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa indonesia dan bahasa daerah timor. Saat

berkomunikasi tidak ada masalah dalam proses komunikasi.

2. Struktur kekuatan

Pengendalian keluarga adalah Tn. R.A sebagai kepala keluarga.

Keputusan diambil oleh kepala keluarga melalui musyawarah

namun jika Tn. R.A mengalami sakit, keputusan diambil oleh istri

dan sanak saudara bersama. Dalam pengambilan keputusan tidak

terdapat masalah.

58
3. Struktur peran

Peran Tn. R.A sebagai kepala keluarga yaitu mencari nafkah dan

pelindung bagi istri dan anak-anaknya. Ny. RAT berperan sebagai

ibu rumah tangga yang mengurus seluruh kebutuhan rumah tangga

seperti memasak, mencuci, mengasuh dan mengasihi anggota

keluarganya baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

4. Nilai-nilai dan norma keluarga

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga ini menyesuaikan

dengan nilai dalam agama Kristen Katolik yang dianutnya, dimana

harus saling mengasihi sesama dan saling menghargai serta saling

menghormati norma-norma yang ada dimasyarakat sekitarnya.

E. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif

Tn. R.A mengatakan dalam kehidupan keluarga setiap hari dapat

dikembangkan sikap saling menghargai. Sikap dan hubungan antar

keluarga baik. Hal ini terlihat saat anak sulungnya berbicara dengan

santun kepada orang tua maupun tamu-tamunya.

2. Fungsi sosialisasi

Tn. R.A dan Ny. RAT pendidikan terakhirnya adalah SMA, namun

hal ini tidak memungkinkan keluarga Tn. R.A untuk mengetahui

nilai-nilai dan norma-norma yang lebih tinggi yang diterapkan di

59
lingkungannya tetapi Tn. R.A dan Ny. RAT selalu berusaha

membimbing dan menerapkan sesuatu yang baik yang dapat

berpengaruh pada lingkungan sekitarnya, misalnya menyapa siapa

saja yang ditemui di jalan atau yang lewat depan rumahnya, tidak

membuat keributan di lingkungan, menghargai tamu yang datang,

suka tolong menolong, dan aktif dalam kegiatan adat dan kegiatan

lingkungan lainnya. Dan pada kenyataanya, keluarga Tn. R.A

memiliki hubungan interaksi yang baik dengan masyarakat

sekitarnya, hal ini terlihat pada siang hari tetangga Tn R.A sering

duduk bersama dibelakang rumahnya dan bercerita bersama.

3. Fungsi perawatan kesehatan

a. Makan

Keluarga Tn. R.A makan 2 x sehari, makanan yang di konsumsi

kadang mengunakan lauk kadang waktu tanpa lauk tergantung

dari pendapatan yang didapat oleh Tn. RA. Minumannya yaitu air

putih. Namun pola makan Tn RA tidak teratur, biasanya makan

terlambat dan juga biasanya makan 1 kali sehari saja karena

waktu di habiskan di kebun yang jarak dari rumah cukup jauh.

b. Pakaian

Pakaian yang digunakan Tn. R.A bersama keluarga terlihat

lusuh dan kotor. Pakaian diganti setiap 2 hari sekali sehabis

mandi. Mengingat dilingkungan tempat tinggal Tn. R.A keterse-

diaan air bersih sangatlah susah sehingga untuk mandi keluarga

60
2 hari sekali mandi. Pakaian dicuci 1 x semingggu. Pakaian

untuk bepergian, pesta dan ke gereja berbeda dengan pakaian

sehari-hari.

c. Perawatan anggota keluarga yang sakit

Tn. R.A belum mampu mengatasi masalah kesehatan yang

dialaminya karena keluarga belum memahami dengan jelas apa

itu Diare tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab, cara

penanganannya.

4. Fungsi reproduksi

Tn. R.A mengatakan ia memiliki 4 orang anak, 1 orang perempuan

dan 3 orang laki-laki, dan sekarang masih dalam bangku

pendidikan. Usia Ny. RAT sekarang adalah 36 thn. Ny. RAT tidak

menggunakan KB. Ny. RAT mempunyai riwayat Aborsi pada ke-

hamilan ke 4 (empat). Saat sekarang Ny. RAT dalam kondisi hamil

anak ke 6 dengan usia kehamilan memasuki trimester III.

5. Fungsi sosial ekonomi

Tn. R.A mengatakan ia hanya bekerja sebagai petani dan sedang

menyekolahkan anak-anak mereka, Tn. R.A mengatakan penghasi-

lan yang didapat tidak menentu setiap harinya. Penghasilan Tn. R.A

di dapat dari kebun pisang saja, jika ada pisang yang sudah matang

dan siap dipanen maka Tn. R.A akan memperoleh uang dari hasil

penjualan pisang tersebut tetapi jika tidak ada pisang yang matang

maka Tn. R.A tidak tidak mendapat uang sepeserpun. Penghasilan

61
tersebut kadang tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-

hari.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor keluarga jangka pendek dan jangka panjang

Jangka panjang

Tn. R.A mengatakan selama ini banyak hal yang menjadi

beban pikirannya, tetapi ia berusaha untuk mengesampingkan

hal-hal yang lain dan fokus pada anaknya yang sedang sakit.

Tn. R.A mengatakan sudah 1 minggu An. B.A mengalami sakit

mencret dan muntah, hingga saat ini An. B.A masih mencret.

Jangka pendek

Tn. R.A mengatakan An. B.A belum dibawa untuk berobat ke

pustu apren atau fasilitas kesehatan lain tetapi Ny. RAT mem-

berikan obat tradisional untuk An. B.A tetapi An. B.A tidak

sembuh.

2. Respon keluarga terhadap stressor

NY. RAT merasa bingung dengan keadaan An. B.A saat ini, An. B.A

sudah diberi obat tradisional berupa pucuk jambu tetapi tidak sem-

buh, sehingga Ny. RAT menanyakan pengobatan alternatif lain pada

tetangga sekitar dan keluarga dekatnya untuk mengambil sikap dan

tindakan guna menyembuhkan An. B.A.

3. Penggunaan strategi koping

62
Tn. R.A mengatakan dapat menerima keadaan apa adanya dan

sampai saat ini keadaan keluarganya baik-baik saja, harmonis dan

saling menyayangi satu sama lain diantara anggota keluarganya

walaupun pemenuhan kebutuhan hidup untuk anggota keluarganya

tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Jika ada masalah,

Tn. R.A selalu duduk bersama dengan anggota keluarga dan

bermusyawarah untuk memecahkan masalah tersebut.

4. Koping yang berhasil dilakukan oleh keluarga

Keluarga saling mendiskusikan masalah ataupun keputusan yang

akan dilakukan untuk mengatasi penyakit An.B.A

G. ANAMNESE DAN PEMERIKSAAN FISIK FOKUS PADA PENDERITA

1. Identitas

Nama : An. B.A

Usia : 6 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pelajar

2. Keluhan utama

Ny. RAT mengatakan An. B.A masih mencret ± 2-3 kali / hari, badan

panas, makan minum hanya sedikit. An. B.A mengatakan perutnya

sakit

3. Riwayat Penyakit Sekarang

63
An. B.A mengatakan badannya kadang-kadang lemas, perut sakit,

tidak suka makan, mulut terasa tidak enak, pusing, sakit kepala

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Ny. RAT mengatakan An. B.A tidak mempunyai penyakit diare sebe-

lumnya. An. B.A sejak kecil hanya menderita sakit batuk pilek dan

demam.

5. Tanda-Tanda Vital

Nadi: 90x/menit, Suhu: 37,8  C, RR: 22x/menit

6. Pemeriksaan Fisik

No. Pengakajian Hasil


1 Breathing Tidak ada sesak napas, tidak ada suara
napas tambahan, RR 22x/menit
2 Blood Akral hangat, tidak ada edema dan sianosis.
Nadi 90x/menit, Suhu 37,8 C, konjungtiva
normal, sclera normal.
3 Brain Kepala sakit
4 Bladder Frekuensi BAK 3x/hari, warna kuning tua, ma-
ta agak cekung
5 Bowel BAB 2-3x/hari, konsistensi cair berisi, perut
sakit,nafsu makan tidak ada, nyeri tekan pada
perut, mulut kotor, tidak ada sariawan, perut
kembung.
6 Bone Lemas, bibir agak kering, turgor kulit baik,
skala kekuatan otot normal 5/5

H. HARAPAN KELUARGA

1. Terhadap masalah kesehatan

64
Keluarga Tn. R.A berharap An. B.A dapat sembuh dari sakit ini dan

hal ini merupakan pelajaran bagi keluarga agar dapat

memperhatikan baik-baik pola makan keluarga dan kebersihan diri

dan lingkungannya. Tn. R.A juga mengatakan belum mengetahui

lebih banyak tentang penyakit yang diderita oleh An. B.A. Ny. RAT

juga mengatakan dengan sakit yang dialami oleh anaknya ini maka

ia akan memperhatikan pola makannya dengan teratur serta

kebersihan diri dari masing-masing anggota keluarga.

2. Terhadap petugas kesehatan

Keluarga berharap agar pelayanan kesehatan di Desa Apren dapat

ditingkatkan dengan adanya petugas tetap di Pustu Apren sehingga

jika ada masyarakat yang sakit, masyarakat tidak susah dalam

mencari pelayanan kesehatan mengingat jarak tempuh dari desa ke

faskes yang cukup jauh dan keterbatasan ekonomi masyarakat.

☞ ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1 Ds: Ketidakmampuan Kurangnya
 An. B.A mengeluh keluarga pengetahuan
lemah, perut sakit, mengenal masalah keluarga TN.
mencret, sakit kepala, kesehatan yang R.A
tidak nafsu makan terjadi pada An.
 Keluarga mengatakan B.A
bahwa belum
mengetahui lebih

65
banyak tentang
penyakit yang diderita
oleh An. B.A
 Keluarga juga menga-
takan tidak pernah
mendapat informasi
kesehatan tentang
penyakit-penyakit
yang sering terjadi pa-
da anak

Do:
 Nadi : 90x/menit
 Suhu : 37,8 C
 RR : 22x/menit
 Mulut agak kering

2 Ds : Ketidakmampuan Resiko ter-


 Ny. RAT mengatakan keluarga merawat jadinya penu-
bahwa An. B.A sudah anggota keluarga laran penyakit
seminggu mencret yang sakit (An. An. B.A
 Ny. RAT juga menga- B.A) dengan ang-
takan bahwa sudah gota keluarga
biasa anak-anaknya yang lain
menderita penyakit
seperti ini.
 keluarga mengatakan
tidak tahu jika penyakit
diare dapat menular.

66
 Keluarga mengatakan
ketersediaan air bersih
yang kurang dan jarak
sumur yang jauh dari
tempat tinggal
Do :
 An. B.A terlihat lemah
dan tidur-tiduran saja
 Perut kembung
 Diberi makan nasi
tanpa lauk tetapi An.
B.A tidak nafsu
makan/tidak mau
makan
 Mata agak cekung
 Keadaan rumah
berantakan, kotor dan
berdebu
 Kebiasaan tidak
mencuci tangan sebe-
lum makan
 Kebiasaan mengkon-
sumsi air masak yang
tidak pernah disaring
 Keadaan air bersih
yang tinggi kapur

☞ DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurangnya pengetahuan keluarga TN. RA b.d Ketidakmampuan

keluarga mengenal gejala dan tanda Diare pada An. BA

67
2. Resiko terjadinya penularan penyakit An. B.A dengan anggota

keluarga yang lain b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit (An. B.A)

☞ SKORING MASALAH
Masalah 1

Kurangnya pengetahuan keluarga TN. RA b.d Ketidakmampuan keluarga


mengenal gejala dan tanda Diare pada An. BA
Criteria Skala Bobot Scoring Pembenaran
Sifat Masalah 3 1 3/3x1=1 Diare dapat meningkat-
(Actual) kan motilitas & cepatnya
pengosongan pada in-
testinal akibat dari
gangguan absorbs dan
ekskresi cairan dan el-
ektrolit yang berlebihan,
cairan sodium, potassi-
um dan bicarbonate
berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam
tinja sehingga mengaki-
batkan dehidrasi keku-
rangan elektrolit dan
dapat terjadi asidosis
metabolik.

Kemungkinan 2 2 2/2x1=1 Latar belakang pendidi-


Masalah (Mudah) kan Tn. RA dan Ny. RAT
dapat diubah adalah SMA sehingga
informasi yang diberikan

68
oleh petugas kesehatan
dapat diterima dengan
baik
Potensial 2 1 2/3x1=0,6 Ny. RAT dapat men-
masalah (Cukup) jalankan informasi yang
dapat diberikan oleh petugas
dicegah kesehatan
Menonjolnya 1 2 2x2x1=1 Dengan informasi yang
masalah (Ada telah diterima, Tn. RA
Mslh,segera dan keluarga dapat
ditangani) mengerti tentang penya-
kit diare sehingga Tn.
RA dapat mengikuti an-
juran yangdiberikan oleh
tenaga kesehatan.
TOTAL 3,6

Masalah 2

Resiko terjadinya penularan penyakit An. B.A dengan anggota keluarga yang
lain b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit (An.
B.A)
Criteria Skala Bobot Scoring Pembenaran
Sifat Masalah 3 1 3/3x1=1 Penularan diare dapat
(Actual) didukung oleh ling-
kungan fisik keluarga Tn.
RA seperti ketersediaan
air bersih yang tidak
memadai, pola hidup
yang tidak bersih, ling-
kungan rumah yang ko-

69
tor, penyimpanan ma-
kanan yang tidak sesuai
Kemungkinan 2 2 2/2x1=1 Tn. RA dan Ny. RAT
Masalah dapat (Mudah) dapat mengerti tentang
diubah hal-hal yang disam-
paikan dan mau meru-
bah pola hidup lama ke
pola hidup sehat secara
bertahap
Potensial ma- 3 1 3/3x1=1 Tn. RA Ny. RAT dapat
salah dapat (Tinggi) menjalankan informasi
dicegah yang diberikan oleh
petugas kesehatan dan
merawat An. BA sesuai
petunjuk yang diberikan
Menonjolnya 0 1 0/2x1=0 Tn. RA dan Ny. RAT
masalah (tidak du- mengatakan tidak
rasakan ada pernah berpikir kalau
masalah) penyakit diare dapat
menular, selama ini
mereka makan tidak
pernah cuci tangan dan
hidup dengan keadaan
rumah seperti sekarang
(kotor, berdebu dan
berantakan ) keadaan
kesehatan mereka tetap
sehat-sehat saja.
TOTAL 3

☞ PRIORITAS MASALAH

70
1. Kurangnya pengetahuan keluarga TN. RA b.d Ketidakmampuan

keluarga mengenal gejala dan tanda Diare pada An. BA

2. Resiko terjadinya penularan penyakit An. B.A dengan anggota

keluarga yang lain b.d ketidakmampuan keluarga merawat ang-

gota keluarga yang sakit (An. B.A)

☞ IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal DP Implementasi Evaluasi


21-10-2015 1  Mengucapkan salam selamat pagi S : Tn. RA dan Ny.
s/d 29-10-  Membina hubungan saling percaya RAT mampu
2015  Mengingatkan kontrak dengan meng- menjelaskan ten-
ingatkan kembali nama mahasiswa tang diare
 Menjelaskan tujuan O:
Tupen 1 - Ny. RAT men-
Mengenal masalah diare pada An. BA jelaskan bahwa
1. Mendiskusikan dengan keluarga diare adalah sua-
mengenai pengertian diare tu penyakit
2. Memberikan kesempatan kepada keluar- dengan tanda
ga untuk menanyakan hal-hal yang be- adanya peru-
lum dipahami tentang diare bahan bentuk
3. Mengevaluasi kembali pemahaman dan konsistensi
keluarga tentang pengertian diare. dari tinja yang
4. Memberikan pujian kepada keluarga melembek sam-
atasa keberhasilan keluarga menyebut pai mencair dan

71
kembali pengertian diare bertambahnya
5. Mendiskusikan dengan keluarga frekuensi BAB
mengenai penyebab diare biasanya 3-4 x/hr
6. Memberikan kesempatan kepada keluar- - Ny. RAT mampu
ga untuk menanyakan mengenai hal-hal menjelaskan
yang belum dimengerti tentang bahwa faktor
penyebab diare penyebab diare
7. Mengevaluasi kembali pemahaman dapat berasal
keluarga mengenai faktor penyebab di- dari makanan
are yang basi, faktor
8. Mendiskusikan dengan keluarga lingkungan yang
mengenai tanda dan gejala diare kotor dan kebia-
9. Memberikan kesempatan kepada keluar- saan tidak
ga menanyakan hal-hal yang belum mencuci tangan
dipahami sebelum makan
10. Mengevaluasi kembali pemahaman - Ny. RAT mampu
keluarga tentang tanda dan gejala diare menjelaskan ten-
tang tanda dan
gejala diare sep-
erti : lemah, BAB
encer/cair, BAB
lebih dari 3
kali/hari
A : keluarga mampu
mengenal masa-
lah diare
P : Lanjut ke
rencana tindakan
tupen 2 2
Tupen 2 : S : keluarga menga-
1. Menanyakan pada keluarga akibat dari takan bahwa
penyakit diare jika tidak diobati akan terjadi
2. Memberikan kesempatan pada keluarga lemah, kurang

72
untuk menanyakan hal yang belum dipa- cairan dan ke-
hami mengenai akibat yang terjadi jika matian jika diare
diare tidak diobati tidak diobati
O : keluarga tampak
bersemangat un-
tuk bertanya kiat-
kiat yang dapat
mencegah diare
A : keluarga mampu
mengambil kepu-
tusan untuk
mengurus ang-
gota keluarga
yang sakit
P : Lanjutkan ke Tu-
pen 3
Tupen 3 S : Keluarga
 Mendiskusikan dengan keluarga cara mengatakan
membuat larutan gula garam dengan dapat membuat
takaran atau ukuran bahan yang ada da- larutan gula
lam rumah tangga garam sesuai
 Memberikan kesempatan kepada keluarga dengan arahan
untuk menanyakan hal yang belum dipa- perawat
hami tentang cara membuat larutan gula O :
garam. - Keluarga dapat
 Mengevaluasi kembali pemahaman mendemostrasi-
keluarga mengenai cara pembuatan laru- kan cara mem-
tan gula garam buat LLG dengan
 Memberikan pujian kepada kelurga atas takaran yang
kemampuan membuat larutan gula garam benar

 Mendiskusi dengan keluarga mengenai - keluarga mampu


pemanfaatan tanaman sebagai obat tradi- membuat obat

sional dan cara memberikan pengobatan diare tradisonal

73
tradisional berupa pucuk daun jambu biji dengan
untuk mencegah diare menggunakan
 Memberikan kesempatan pada keluarga pucuk jambu biji
untuk bertanya hal yang belum dipahami A : Keluarga mampu
 Mengevalusi kembali pemahaman keluar- merawat anggota
ga tentang pengobatan tradisional pucuk keluarga yang
daun jambu biji untuk mengobati diare sakit dengan
memberikan LLG
yang dibuat
sendiri dan obat
tradisional pucuk
jambu biji se-
bagai cara
pencegahan
awal penyakit di-
are
P : Lanjut Tupen 4
S : Keluarga menga
Tupen 4 takan memodifikasi
 Mendiskusikan dengan keluarga cara me- lingkungan dengan
modifikasi lingkungan rumah tempat ting- perubahan gaya
gal hidup seperti :
 Memotivasi usaha kelurga untuk merubah menjaga kebersihan
gaya hidup rumah, mencuci
 Memberikan kesempatan pada keluarga tangan sebelum
untuk bertanya hal yang kurang dimengerti makan, sesudah
Evaluasi pemahaman dan usaha keluarga BAB/BAK dan
untuk merubah gaya hidup setelah pulang dari
kebun.
O:
- keluarga mampu
menjawab
pertanyaan dari

74
perawat.
- keluarga tampak
antusias dan
berniat merubah
pola hidupnya
A : Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan terhadap
keluarga yang
menderita diare
P : lanjutkan tupen 5

Tupen 5 S:
 Menginformasikan mengenai pengobatan  keluarga menga
dan pendidikan kesehatan yang dapat di- takan akan mem-
peroleh keluarga di faskes bawa An. BA untuk
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan memeriksakan
kembali hasil diskusi kesehatannya di
pustu/puskesmas
terdekat.
 Keluarga mengata
kan kalau ke pela-
yanan kesehatan,
informasi banyak
yang didapatkan
dan bisa mendapat
pemeriksaan yang
menunjang.
O : Keluarga
tampak mengerti
apa yang sudah
dijelaskan

75
A : Keluarga mampu
memanfaatkan
pelayanan
kesehatan yang
ada.
P : Tupen 5 teratasi.

2  Mengidentifikasi pemahaman keluarga S : keluarga menga-


Tn.RA mengenai cara penularan dan takan penularan di-
pencegahan penyakit Diare are didapat dari :
 Menjelaskan kepada keluarga Tn.RA - Kebiasaan tidak
tentang resiko penularan yang terjadi aki- mencuci tangan
bat penyakit Diare sebelm makan,
 Menjelaskan kepada keluarga Tn. RA ten- sehabis
tang cara yang dapat dilakukan untuk BAB/BAK
mencegah penyakit diare tertular seperti : - Makan makanan
- Mencuci tangan sebelum makan, yang sudah ter-
sesudah BAB/BAK, dan sehabis berke- kontaminasi lalat
bun (makanan tidak
- Meningkatkan daya tahan tu- buh dengan pernah ditutup
ma kanan bergizi. dengan tudung
- Mengobati anggota keluar saji)
- ga yang sakit sampai tuntas. - Lingkungan ru-
 Memberikan kesempatan keluarga Tn. RA mah yang kotor
untuk menanyakan kembali yang belum O:
dipahami tentang penularan dan pencega- - Keluarga Tampak
han penyakit diare serius mendengar

 Memberi pujian kepada keluarga atas ke- kan penjelasan

mampuannya untuk menjelaskan kembali yang diberikan,


dan mampu men-
jawab pertanyaan
dari perawat.
- Ekpresi wajah

76
keluarga tampak
rileks saat mende-
ngar dan
menjawab pertan-
yaan dari perawat.
A : Keluarga mampu
mengenal
masalah
penularan dan
pencegahan
penyakit TB
paru .
P : Intervensi
dihentikan

Penyuluhan Kesehatan Tentang Diare Pada Keluarga Tn. RA di


Dusun 1 Rt 03 Rw 02 Desa Apren Kecamatan Amarasi
Kabupaten Kupang

77
OLEH

Haleny Novelzyn Ruhupatty

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2015/2016

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah

satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan

masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih

buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun ren-

dahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan

78
masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare terse-

but.

Penyakit diare merupakan penyakit yang dikenal sejak

jaman Hippocrates. Sampai saat ini, Diare masih merupakan sa-

lah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia. Diare

merupakan penyakit berbahaya karena dapat ,mengakibatkan

kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa.

Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu se-

bagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja di-

are. Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% dian-

taranya dapat meinggal.

BAB 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN

2.1 Satuan Acara Penyuluhan

Topik : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Sub Topik : Diare

Sasaran : Keluarga Tn. RA

Tempat : Rumah Tn. RA

79
Hari / Tanggal : 21 Oktober 2015

Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 WIB

2.1.1 Tujuan

1. Tujuan instruksional Umum

Setelah dilakukan proses penyuluhan kesehatan selama ± 30

menit, diharapkan agar Tn. RA dan keluarga mampu mengerti,

memahami serta dapat mencegah penyakit diare.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti proses penyuluhan kesehatan Tn. RA dan

keluarga diharapkan mampu:

a. Menjelaskan pengertian diare

b. Menjelaskan penyebab diare

c. Menjelaskan tanda dan gejala diare

d. Menjelaskan cara penanggulangan diare

e. Menjelaskan cara penanganan diare di rumah

f. Menjelaskan cara pencegahan diare

g. Menjelaskan cara pembuatan larutan gula garam

2.1.2 Materi Penyuluhan

1. Pengertian diare

2. Penyebab diare

3. Tanda dan gejala diare

4. Cara penanggulangan diare

80
5. Cara penanganan diare di rumah

6. Cara pencegahan daire

7. Cara pembuatan larutan gula garam

2.1.3 Metode

Ceramah dan diskusi/tanya jawab

2.1.4 Media

Leaflet dan flipcart

2.1.5 Kegiatan Penyuluhan Kesehatan


No. Waktu Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. 5 menit Pembukaan 1. Memberikan salam. 1. Menyambut salam


2. Memperkenalkan diri. 2. Mendengarkan
3. Melakukan kontrak 3. Mendengarkan
waktu.
4. Menjelaskan tujuan dari 4. Mendengarkan
penyuluhan.
5. Menyebutkan materi 5. Mendengarkan
penyuluhan yang akan
diberikan

81
2 30 Isi Penyuluh menjelaskan 1. Mendengarkan
menit tentang: dan
 Pengertian diare memperhatikan
 Penyebab diare
 Tanda dan gejala diare 2. Mendengarkan
 Penanganan diare di dan
rumah memperhatikan
 Pencegahan diare 3. Mendengarkan
 Membuat larutan gula dan
dan garam memperhatikan
4. Mendengarkan
dan
memperhatikan
5. mendengarkan
dan
memperhatikan

Penyuluh memberikan Memberikan


kesempatan kepada peserta pertanyaan
untuk bertanya tentang
materi yang diberikan.

Memberikan Mendengarkan dan


jawaban/penjelasan dari memperhatikan
pertanyaan yang diajukan

3 10 Penutup 1. Penyuluh menanyakan 1. Menjawab


menit materi yang sudah di pertanyaan yang
berikan kepada peserta diberikan
penyuluhan.
2. Menyatakan kegiatan 2. Mendengarkan
telah selesai.
3. Mengucapkan terima 3. Menerima leaflet

82
kasih dan membagikan
leaflet.
4. Mengucapkan salam 4. Menyambut salam
sebagai penutup acara.

2.1.6 Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Penyuluhan diberikan kepada keluarga Tn. RA di Dusun 1

Rt 03 Rw 02 Desa Apren Kecamatan Amarasi

b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rumah Tn. RA

2. Evaluasi proses

a. Diharapkan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan

yang diberikan

b. Diharapkan keluarga dapat mendengarkan penyuluhan

dengan seksama

c. Diharapkan keluarga dapat mengajukan pertanyaan dan

menjawab pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh

3. Evaluasi hasil

a. Keluarga dapat menyebutkan pengertian diare

b. Keluarga dapat menyebutkan penyebab diare

c. Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala diare

d. Keluarga dapat menyebutkan cara penanggulangan diare

e. Keluarga dapat menyebutkan cara penanganan diare

dirumah

f. Keluarga dapat menyebutkan cara pencegahan diare

83
g. Keluarga dapat menyebutkan dan mempraktekan cara

membuat larutan gula garam

2.1.7 Pengorganisasian

1. Pembimbing :Angela Muryanti Gatum, S.Kep, Ns

2. Penyaji : Haleny N. Ruhupatty

2.2 Konsep Diare

2.2.1 Pengertian Diare

Menurut Depkes RI (2008), diare adalah suatu penyakit dengan

adanya tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi

dari tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya

frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam

sehari.

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, ber-

tambahnya cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang

dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relative terhadap kebia-

saan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari

satu minggu.

2.2.2 Macam-macam Diare

Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat dikelompokan atau

diklasifikasikan menjadi :

84
1. Diare akut terbagi atas

a. Diare dengan dehidrasi berat

b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang

c. Diare tanpa dehidrasi

4. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih,

terbagi atas :

a. Diare persisten dengan dehidrasi

b. Diare persisten tanpa dahidrasi

3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah

2.2.3 Penyebab Diare

1. Faktor infeksi

 Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak, yaitu :

Vibrio cholerae, E coli, Salmonela, Shigella,

Criptosporidium

 Infeksi parenteral : merupakan infeksi di luar sistem

pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti otitis

media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis.

2. Faktor makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,

beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

85
3. Faktor psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan

cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada akan

yang lebih besar

2.2.4 Manifestasi Klinik

Beberapa tanda dan gejala tentang diare antara lain :

 Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.

 Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek

(elastisitas kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung,

membran mukosa kering.

 Kram abdominal.

 Demam.

 Mual dan muntah.

 Anoreksia.

 Lemah.

 Pucat.

 Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.

 Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

86
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan

tablet clinitest , bila diduga terdapat intoleransi gula

c. bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resitensi

2. pemeriksaan ganguan keseimbangan asam basa dalam

darah ,dengan menentukan Ph dan cadangan alkali atau

lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah

3. pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui

faal ginjal

4. pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium ,kalium,

kalsium,dan fosfor dalam serum (terutama dalam penderita

diare yang disertai kejang )

5. pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis

jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,

terutama dilakukan pada penderit diare kronik .

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1. Farmakologi

Penatalaksanaan farmakologi bagi pasien diare dengan

melihat status berat ringannya diare dan faktor penyebab di-

are. Adapun terapi yang dapat diberikan berupa :

a. Metronidazol: 750 mg PO tid selama 5-10 hari untuk usus

amebiasis; 250 mg PO tidak untuk giardiasis.

87
b. Vankomisin: 500mg-2g PO sehari-hari (untuk dibagi

empat dosis) selama 7-10 hari untuk pasien dengan

pseudomembranosa enterokolitis.

c. Sulfasalazine (azulfidine): awal terapi, 3-4g PO sehari-hari

dalam dosis terbagi; pemeliharaan terapi, 1,6-2g PO

sehari-hari dalam dosis terbagi, bagi pasien dengan kolitis

urolative.

d. Prednisone :2,6-15mg PO atau prednisolone, 2-30mg IV

selama 12 hari bagi pasien dengan peradangan penyakit

usus.

e. Loperamide (imodium): 4-16mg PO harian untuk mengen-

dalikan diare.

f. Diphenoxylate (lomotit) : 2,5-5mg PO qid untuk mengen-

dalikan diare.

g. Antiperistaltic agen seperti Loperamide, Diphenoxylate,

dan bahu codeine tidak akan diberikan kepada pasien

dengan kolitis ulserativa parah karena risiko beracun

megacolon.

2. Non Farmakologi

Penatalaksanaan Non farmakologi untuk diare dapat berupa

1) Pemberian larutan gula garam (LGG).

88
 1 tahun: 3 jam pertama setengah gelas, kemudian

setengah setelah mencret.

 Antara 1 - 4 tahun : 3 jam pertama 3 gelas,

kemudian setengah gelas setelah mencret,

 Antara 5 - 12 tahun : 3 jam pertama 6 gelas,

kemudian setengah gelas setelah mencret.

 Lebih dari 12 tahun : 3 jam pertama 12 gelas,

kemudian setengah gelas setelah mencret.

CARA PEMBUATAN LLG :

Persiapan alat dan bahan :

a. 1 Sendok teh gula pasir.

b. ¼ Sendok teh garam dapur.

c. 1 Gelas air matang.

Cara Membuat :

a. Siapkan 1 sendok teh gula pasir dan ¼ sendok teh

garam dapur.

b. Masukkan gula dan garam tersebut ke dalam 1 gelas

air matang, aduk hingga merata dan berikan segera

kepada anak 2 - 3 gelas larutan dan 1 gelas setiap

mencret.

89
2) ASI tetap diberikan.

3) Segera diberi makan jika anak ingin makan.

4) Segera control kembali ke sarana kesehatan terdekat.

Penatalaksanaan pengobatan diare dapat juga dengan

menggunakan tanaman-tanaman dibawah ini sebagai pen-

gobatan tradisional :

✒ Buah dan daun jambu biji

Tanaman jambu biji sudah terkenal ampuh dan manjur

untuk mengobati diare secara alami dan cepat. Kita bisa

memakan secara langsung buah jambu biji yang masih

muda atau mengkonsumsi pucuk daun jambu biji bersa-

ma dengan garam dapur. Obat diare ini akan bekerja

secara langsung untuk menghentikan rasa sakit di perut.

90
✒ Daun Randu / Daun Kapuk

Khasiat daun randu (daun kapuk) untuk mengatasi ma-

salah diare akut memang belum banyak diketahui. Kan-

dungan hidrat arang, zat penyamak dan dammar dida-

lamnya bisa menjadi ramual herbal obat diare. Cara

membuatnya adalah dengan menumbuk daun sampai

halus lalu peras airnya kemudian campur dengan air ma-

tang ½ gelas dan garam secukupnya. Minum secara ter-

atur 3 kali sehari sampai diare sembuh.

✒ Daun singkong

Daun singkong yang masih mudah bisa ditemukan

disekitar kita. Selain untuk dimasak, daun ini juga

berguna untuk mengobati diare secara alami. Siapkan 1

ikat daun singkong muda lalu rebus dengan 4 gelas air.

91
Setelah air tersisa 2 gelas, angkat dan dinginkan. Minum

ramuan alami obat diare tersebut 2 kali sehari pagi dan

malam

✒ Buah sirsak

Khasiat buah sirsak untuk kesehatan adalah mengatasi

penyakit diare pada anak. Rasa buah yang tidak pahit

sangat membantu saat memberikan obat diare alami dari

buah sirsak. Siapkan buah yang sudah matang kemudi-

an peras airnya, minumkan 2-3 sendok makan pada bayi

yang mengalami diare.

92
✒ Air putih

Tips mengatasi masalah diare saat terserang diare,

tubuh akan banyak kehilangan cairan sehingga lemas

tidak bertenaga. Minum air putih sebanyak mungkin

berguna untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang.

2.2.7 Komplikasi

 Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau

hipertonik).

 Renjatan hipovolemik.

 Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot,

lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).

 Hipoglikemia.

Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi

enzim laktose karena kerusakan vili mukosa usus halus.

 Kejang terutama pada dehidrasi hipertoni

93
 Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,

penderita juga mengalami kelaparan.

2.2.8 Cara Pencegahan.

1. Menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

2. BAB pada tempat.

3. Cuci tangan setelah BAB dan sebelum atau sesudah makan.

4. Makan makanan yang tidak basi dan tidak terkontaminasi

kuman.

5. Bila terjadi diare segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit

terdekat.

94
BAB 3

LAPORAN HASIL

3.1 Evaluasi

3.1.1 Evaluasi struktur

1. Penyuluhan kesehatan tentang Diare dilaksanakan diru-

mah Tn. RA

2. Penyuluhan kesehatan dilakukan Haleny N. Ruhupatty

Ners Muda Angkatan III. Program Studi Keperawatan.

3.1.2 Evaluasi proses

1. Kegiatan peyuluhan dilakukan pada pukul 09.00 WITA.

2. Kegiatan penyuluhan berakhir pada pukul 09.30 WITA.

3. Total waktu penyuluhan adalah 30 menit. Dengan rincian

sebagai berikut:

a) Salam pembuka 5 menit.

b) Penyaji menyampaikan materi 10 menit

c) Ada pertanyaan yang diberikan oleh keluarga

d) Menilai umpan balik masyarakat selama 10 menit.

e) Salam penutup 5 menit.

95
4. Selama mengikuti penyuluhan keluarga memberikan

respon yang cukup baik dan umpan balik terhadap materi

yang diberikan

3.1.3 Evaluasi hasil

1. Kegiatan peyuluhan dilakukan pada Jumat, 21 Oktober

2015 pukul 09.00 WITA sesuai dengan perencanaan.

2. Total kegiatan yang direncanakan adalah 30 menit.

3. Hasil umpan balik keluarga dapat menyebutkan:

a) Pengertian diare

b) Penyebab diare

c) Tanda dan gejala diare

d) Penanganan diare di rumah

e) Pencegahan diare

f) Pembuatan larutan gula garam

96
LAMPIRAN KEGIATAN ASKEP KELUARGA

97
Gambar 1. Pengkajian pengambilan data keluarga awal

98
Gambar 2. Pemeriksaan Fisik An. BA

99
Gambar 3. Memberikan Penyuluhan tentang Diare pada
Keluarga Tn. RA

Daftar Pustaka

Soegijanto, S. 2002. “ Ilmu Penyakit anak, Diagnosa dan Pe-


natalaksanaan “. Jakarta : Salemba Medika

Ranuh, dkk. 2001. “ Buku Imunisasi di Indonesia “. Jakarta : Satgas


Imunisasi IDAI

100
101

Anda mungkin juga menyukai