Anda di halaman 1dari 17

17

BAB II

TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

2.1. Transaksi Perdagangan Internasional

Produksi suatu Negara ada kalanya belum dapat dikonsumsi seluruhnya di

dalam negeri sehingga mendorong Negara tersebut untuk menjual kelebihan hasil

produksinya ke Negara lain, di samping itu, karena pertimbangan faktor biaya

produksi suatu Negara dapat memutuskan untuk mendatangkan/ membeli suatu

jenis barang kebutuhannya di Negara lain.

Jual beli barang antarnegara inilah yang disebut Transaksi perdagangan

internasional atau transaksi perdagangan luar negeri. 1 Transaksi Perdagangan

internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan

bisnis yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Transaksi perdagangan internasional ini menjadi rumit karena para

pengusaha ada dalam lingkup transaksi perdagangan internasional dan tinggal di

Negara yang berbeda. Pengaruh keseluruhan dari transaksi perdagangan

internasional, memberikan keuntungan bagi Negara-negara yang mengimpor dan

mengekspor. Transaksi perdagangan internasional secara langsung berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi dari Negara-negara yang terlibat di dalamnya.

1
Daud S.T.Kobi, 2011, Buku Pintar Transaksi Ekspor-Impor, Andi Yogyakarta,
Yogyakarta, h.2.
18

2.1.1.Pengertian transaksi perdagangan internasional dan dasar hukumnya

Transaksi internasional adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih

dari sebuah transaksi jual beli barang antar pengusaha. Transaksi perdagangan

internasional adalah kontrak yang didalamnya terdapat unsur-unsur asing, 2

seperti: ada perbedaan kewarganegaraan dari importir (applicant) dan eksportir

(beneficiary), domisili hukum, atau bahasa yang dipakai dalam sales contract.

Pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang

menjadi dasar pengaturan perdagangan internasional antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-

undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan,

2. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

172/MPP/Kep/10/ 2000 tentang Organisasi dan cara Kerja Tim

Organisasi Antidumping,

3. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdanganan Nomor

427/MPP/Kep/10/2000 tentang Komite antidumping Indonesia,

4. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomor

428/MPP/kep/10/2000 tentang Pengangkatan Anggota Komite

antidumping Indonesia,

5. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomor

216/MPP/Kep/7/2001 tentang Perubahan keputusan Menteri

perindustrian Nomer 261/MPP/kep/9/1996 tentang tata cara

2
Sudargo Gautama, 2008, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Alumni, Bandung, hal.
68.
19

Persyaratan pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping dan barang

Mengandung Subsidi.

6. Peraturan Menteri perdagangan Republik Indonesia Nomor 37/M-

Dag/per/9/2008 tentang surat keterangan Asala (certificate of origin)

Terhadap Barang Impor yang dikenakan tindakan pengamanan

(safeguard).

2.1.2. Para pihak yang terlibat dalam transaksi perdagangan internasional

Transaksi perdagangan internasional melibatkan banyak pihak, karena

melewati batas Negara dan hukum yang berbeda. Dalam transaksi perdagangan

internasional berbagai pihak terkait di dalamnya, ada pihak langsung maupun

tidak langsung. Untuk memberikan pengertian yang jelas dan menghindari

kerancauan maka yang dimaksud dengan:

1. Pembeli (importir)

adalah orang/pengusaha yang memperoleh izin untuk memasukan

barang dari luar negeri ke dalam negeri.

2. Penjual (eksportir)

adalah orang/pengusaha yang memperoleh izin untuk

menjual/mengirim hasil produksinya kepada pembeli di luar negeri.

Selain eksportir dan importir, ada beberapa pihak yang terlibat dalam

transaksi perdagangan internasional antara lain: 3

3
Ibid.
20

1. Bank (Bank Devisa)

adalah pihak yang ikut terlibat hampir dalam setiap transaksi

perdagangan internasional sebagai perantara dalam hal pembayaran

dan sebagai pihak penyedia jasa pembiayaan.

2. Maskapai Pelayaran dan/ atau Penerbangan

yaitu pihak yang menerima barang-barang dari eksportir dan mengatur

pengangkutan barang-barang tersebut dan menerbitkan surat bukti

pengiriman barang yang disebut bill of lading (B/L) dan/atau Air

Waybill.

3. Pemerintah (Departemen-departemen Teknis)

yaitu pihak yang mengeluarkan surat izin untuk mengekspor dan

mengimpor barang serta memungut pajak-pajak yang berkenaan

dengan transaksi ekspor-impor.

4. Bea dan Cukai

a. Bagi Importir yaitu pihak yang bertindak sebagai agen dan akan

memberikan ijin untuk melepaskan barang-barang bila dokumen-

dokumen B/L telah dilakukan pembayaran.

b. Bagi Eksportir yaitu pihak yang meneliti dokumen serta

pembayaran pajak dan memberikan ijin barang untuk dimuat ke

atas atau ke dalam kapal.

5. Societi General De Surveillance SA (SGS)

yaitu salah satu Surveyor yang ditunjuk oleh pemerintah untuk

memeriksa kebenaran/kecocokan barang-barang yang akan diimpor


21

maupun diekspor dengan mengeluarkan Laporan Kebenaran

Pemeriksaan (LKP).

6. Perusahaan Asuransi

yaitu pihak yang mengasuransikan atau menutup asuransi untuk

barang-barang yang dikapalkan sesuai dengan nilai yang disyaratkan

oleh eksportir untuk mengeluarkan sertifikat atau polis asuransi untuk

menutup resiko yang tidak dikehendaki, serta yang menyelesaikan

tagihan/tuntutan apabila ada kerugian.

7. Berbagai Lembaga dan Instansi yang berwenang untuk menerbitkan

berbagai sertifikat sesuai ketentuan yang berlaku seperti Kamar

Dagang dan Industri (KADIN), Laboratorium tertentu dan lain

sebagainya.

2.1.3.Cara pembayaran dalam transaksi perdagangan internasional

Ada beberapa cara pembayaran yang lazim digunakan dalam transaksi

perdagangan internasional antara lain: 4

1. Advance Payment

adalah suatu cara pembayaran dimana pembeli barang melakukan

pembayaran terlebih dahulu sebelum menerima barang yang dibelinya.

2. Open Account

adalah suatu cara pembayaran dimana penjual/eksportir mengirim

barangnya terlebih dahulu, kemudian pembayaran dilakukan oleh

4
Ibid, h.4.
22

pembeli/importir sesuai jadwal pembayaran yang telah disepakati

bersama.

3. Collection

adalah suatu cara pembayaran dimana eksportir mengirim barang dan

kemudian menagih pembayaran dari importir bersama-sama dengan

pengiriman dokumen pengapalan dan wesel/draft. Cara pembayaran

collection ada 2 (dua) cara yaitu:

a. Document Against Payment

yaitu penyerahan dokumen kepada importir apabila importir telah

membayar/melunasi dokumen tersebut.

b. Document Against Acceptance

yaitu penyerahan dokumen kepada importir apabila importir telah

mengaksep wesel.

4. Letter of Credit

adalah suatu cara pembayaran dimana penjual/eksportir akan

menerima pembayaran pada saat dia mengirim barang bersama

dokumen-dokumen dan sebaliknya pembeli/ importir akan melakukan

pembayaran pada saat dokumen-dokumen dan/ atau barang diterima.

5. Consignment (Konsinyasi)

adalah suatu cara penjualan barang dimana penjual menyerahkan

barangnya kepada agen di luar negeri dan pembayaran dilaksanakan

setelah barang tersebut terjual.


23

6. Cara pembayaran lain yang lazim dalam transaksi perdagangan

internasional sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli

merupakan cara pembayaran dari kelima cara pembayaran tersebut

diatas namun dianggap lazim dalam transaksi perdagangan

internasional seperti barter, perdagangan lintas batas.

1.2.Sistem Pembayaran Dengan Red Clause L/C Dalam Transaksi

Perdagangan Internasional

1.2.1.Pengertian red clause L/C dan dasar hukumnya

Red clause L/C adalah L/C yang dibayar di muka. Di dalam jenis L/C ini

dimuat suatu klausul yang secara tradisional dicetak dengan “warna merah” (red

clause) yang isinya memungkinkan penerima menarik pembayaran L/C dimuka

sebelum dilakukan pengiriman barang. 5 Penarikan dimuka tersebut dapat terhadap

seluruh nilai atau terhadap sebagian nilai L/C. Klausul red clause menggambarkan

kepercayaan pemohon terhadap penerimanya.

Fasilitas pembayaran dimuka diberikan kepada penerima tanpa disertai

dengan pengajuan dokumen-dokumen kepada bank pembayaran pada saat

menerima pembayaran dimuka. 6 Dokumen-dokumen diajukan kepada bank

pembayar setelah dilakukan pengiriman barang oleh penerima.

Red Clause L/C merupakan salah satu jenis Letter of Credit. L/C diatur

dalam Uniform Customs And Practice For Documentary Credit (UCP)

5
Ramlan Ginting, 2000, Letter of Credit: Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, Edisi
Pertama, Salemba Empat, Jakarta, h.47.
6
Ibid, h.48.
24

International Chamber Of Commerce (Icc) Publication no. 600 yang berlaku

tanggal 1 juli 2007. Dasar hukum L/C di indonesia yaitu:

1. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor. 04/M-

DAG/PER/1/2015 Tentang Penggunaan Letter Of Credit Untuk Ekspor

Barang Tertentu,

2. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor. 26/M-

DAG/PER/3/2015 Tentang Ketentuan Khusus Pelaksanaan Penggunaan

Letter Of Credit Untuk Ekspor Barang Tertentu

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor. 5/11/PBI/2003 Tentang Pembayaran

Transaksi Impor,

4. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor. 01/M-

DAG/PER/1/2009 Tentang Ekspor Barang Yang Wajib Menggunakan

Letter Of Credit,

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 Tentang

Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri Dan Penerimaan Hibah.

UCP mengeluarkan ketentuan L/C dengan tujuan untuk menghindari

perselisihan dan menjadi acuan apabila terjadi perselisihan mengenai proses dan

hukum yang akan digunakan serta agar transaksi-transaksi demikian terlaksana

tanpa merugikan masing-masing pihak.

1.2.2.Jenis-jenis L/C

Letter of Credit dibedakan dalam beberapa tipe/jenis dengan variasi yang

berbeda-beda pula sehingga para pedagang/setiap orang dapat memilih tipe/jenis


25

letter of credit yang paling menguntungkan bagi mereka. Secara umum, letter of

credit dibagi 2 (dua) jenis yaitu: 7

1. Irrevocable L/C

adalah L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan

dari pihak-pihak yang terlibat dalam L/C tersebut.

2. Revocable L/C

adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan pada setiap waktu tanpa

persetujuan terdahulu dari pihak lain.

Disamping jenis-jenis Letter of Credit Irrevocable dan Revocable, masih

ada beberapa pembagian khusus dari letter of credit sebagai berikut:

1. Sight L/C

adalah suatu jenis L/C yang mensyaratkan pembayaran segera/tunai

pada saat penyerahan dokumen.

2. Usance L/C

adalah suatu jenis L/C yang mensyaratkan pembayaran dilaksanakan

pada suatu waktu tertentu di kemudian hari sesudah penyerahan

dokumen.

3. Transferable L/C

adalah suatu jenis L/C yang memperkenankan kepada beneficiary

untuk mengalihkan hak atas L/C yang diterima, baik sebagian maupun

seluruhnya kepada satu atau lebih beneficiary lainnya.

4. Restricted L/C

7
Daud S.T.Kobi, op.cit, h.9.
26

adalah suatu jenis L/C yang menetapkan nama bank tertentu yang

mendapat wewenang untuk menegoisasi/mengambil alih dokumen-

dokumen ekspor.

5. Unrestricted LC

adalah suatu jenis L/C yang memperkenankan negoisasi atas dokumen

ekspor bebas dilaksanakan bank mana saja yang dipilih eksportir.

6. Confirmend L/C

adalah suatu jenis L/C yang dalam penerusannya kepada beneficiary

ditambah jaminan pembayaran dari suatu bank lain (confirming bank).

7. Unconfirmed L/C

adalah suatu jenis L/C yang dalam penerusannya kepada beneficiary

tidak ada tambahan jaminan dari bank lain.

8. Red Clause L/C

adalah suatu jenis L/C yang memperkenankan kepada beneficiary

untuk menarik sejumlah uang muka tertentu sebelum realisasi ekspor.

9. Differed Payment L/C

adalah suatu jenis L/C yang mensyaratkan pembayaran di kemudian

hari dengan penarikan sight draft. Differed Payment L/C merupakan

kombinasi Sight L/C dan Usance L/C.

10. Back to back L/C

adalah suatu jenis L/C yang diminta oleh seorang nasabah (biasanya

agen komisi) dengan menggunakan suatu L/C yang telah diterimanya

sebagai dasar dan/atau jaminan untuk penerbitan L/C tersebut.


27

11. Revolving L/C

adalah suatu jenis L/C yang jumlahnya dapat digunakan berulang-

ulang selama expiry date belum dilampaui, sepanjang jumlah setiap

penarikan tidak melebihi jumlah L/C dan untuk masing-masing

penarikan opening bank sudah menerima reimburse dari applicant.

12. Periodic L/C

adalah suatu jenis L/C yang dibatasi baik dalam jumlah keseluruhan

maupun jumlah yang dapat dipakai selama periode tertentu misalnya

mingguan, bulanan, dan sebagainya. Periodic L/C ada 2 (dua) macam

yaitu:

a. Cumulative yaitu periodic L/C dimana sisa/saldo yang tidak

terpakai seterusnya masih dapat dipergunakan selama masa berlaku

L/C.

b. Non-cumulative yaitu periodic L/C dimana pembayaran setiap

periode dibatasi untuk jumlah tertentu dan setiap saldo yang tidak

terpakai tidak dapat digunakan pada periode berikutnya.

13. Straight L/C

adalah suatu jenis L/C yang secara tegas membatasi kewajiban opening

bank untuk membayar kepada beneficiary baik langsung maupun

kepada suatu bank tertarik yang ditetapkan.


28

14. Negotiating L/C

adalah suatu jenis L/C yang menjamin kewajiban opening bank untuk

membayar kepada beneficiary maupun kepada para pemegang yang

sah (bonafide holder) atas wesel-wesel yang ditarik beneficiary.

15. Standby L/C

adalah suatu jenis L/C yang tidak mengcover suatu transaksi

pengapalan barang sehubungan dengan realisasi ekspor maupun impor

melainkan semata-mata dipergunakan untuk menjamin seperti

kewajiban suatu perusahaan/orang yang terikat dalam suatu kontrak

tertentu.

1.2.3.Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan L/C

Pihak-pihak yang lazim terlibat dalam suatu transaksi perdagangan

internasional dimana Letter of Credit sebagai alat pembayaran antara lain: 8

1. Importir/Opener/Applicant/Accountee/Buyer

adalah pembeli barang.

2. Eksportir/Beneficiary/Supplier/Seller

adalah penjual barang.

3. Opening Bank/Issuing Bank

adalah bank yang menerbitkan/membuka Letter of Credit untuk

keuntungan penjual atas instruksi pembeli.

8
Daud S.T.Kobi, op.cit, h.7.
29

4. Advising Bank

adalah bank yang meneruskan Letter of Credit yang dibuka oleh

Issuing Bank kepada beneficiary.

5. Negotiating Bank

adalah bank yang mengambil alih/menegosiasikan dokumen-dokumen

ekspor dengan melakukan pembayaran kepada penjual/beneficiary atau

mengaksep wesel penjual apabila syarat-syarat dan ketentuan-

ketentuan yang diminta dalam Letter of Credit telah dipenuhi.

Negotiating Bank bisa juga bertindak sebagai Advising Bank atau bank

ketiga.

6. Remitting Bank

adalah bank yang meneruskan dokumen-dokumen ekspor kepada

Issuing Bank. Remitting Bank bisa juga bertindak sebagai Negotiating

Bank atau bank ketiga.

7. Reimbursing Bank

adalah bank yang ditunjuk oleh Opening Bank/Issuing Bank untuk

memberi penggantian (reimbursement) kepada Negotiating Bank untuk

jumlah yang dibayarkannya kepada penjual/beneficiary.

8. Collection Bank

adalah bank yang menerima document collection dari Remmiting Bank.

9. Confirming Bank

adalah bank yang memberi konfirmasi (tambahan jaminan

pembayaran) kepada beneficiary atas Letter Of Credit yang diterbitkan.


30

10. Transferring Bank

adalah bank yang atas permintaan beneficiary melaksanakan

pengalihan Letter Of Credit, baik sebagian maupun seluruhnya kepada

satu atau beberapa pihak lain.

1.2.4.Prosedur penerbitan L/C dalam transaksi perdagangan internasional

Untuk melakukan penerbitan Letter of Credit, debitur (perorangan atau

badan hukum) harus memenuhi suatu prosedur. Prosedur penerbitan L/C penting

dipahami untuk mengadakan pengawasan terlaksananya transaksi perdagangan

internasional. Secara sederhana prosedur penerbitan Letter of Credit dapat

dijelaskam sebagai berikut:

1. Penerbitan L/C harus lebih dahulu dilandasi oleh langkah-langkah yang

telah ditentukan oleh penjual dan pembeli dalam perjanjian jual beli antara

mereka. Dengan kata lain pembeli dan penjual menyetujui isi kontrak jual-

beli (sales contract) yang ada didalamnya, antara lain disepakati bahwa

pembayaran oleh pembeli kepada penjual akan dilakukan dengan cara

penerbitan L/C. Selain itu, persyaratan dan kondisi L/C yang akan

diterbitkan biasanya juga ditetapkan dalam sales contract.

2. Atas dasar sales contract tersebut, applicant mengajukan permohonan

penerbitan L/C kepada issuing bank sesuai dengan syarat dan kondisi

sebagaimana telah disepakati dalam sales contract.

Kemudian issuing bank memberikan syarat-syarat yang harus

dipenuhi oleh applicant yang memohon penerbitan suatu L/C. Applicant

harus mengisi, melengkapi dan menandatangani formulir permohonan


31

membuka kredit atau applicant form yang telah disediakan oleh issuing

bank.

Dengan diterbitkannya L/C oleh issuing bank maka issuing bank

mengambil alih segala resiko dan tanggung jawab pembayaran dari

applicant terhadap beneficiary oleh karena itu issuing bank sebagai

penjamin pembayaran biasanya meminta jaminan dari applicant.

3. Tidak semua pengajuan penerbitan L/C pasti akan disetujui oleh bank.

Sebelum menyetujui penerbitan L/C, bank akan menilai dan menganalisa

bonafiditas dan kredibilitas applicant maupun beneficiary. 9

Setelah itu, application form ditandatangani oleh applicant dan

disetujui oleh issuing bank, kemudian issuing bank mengeluarkan L/C

dilengkapi dengan semua persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di

dalam application form dan mengirimkan ke beneficiary melalui advising

bank dengan telex atau dengan surat atau teletransmisi lainnya. Setelah

mengecek otentifikasi L/C tersebut, kemudian advising bank

memberitahukan kepada beneficiary bahwa untuk kepentingannya telah

diterbitkan suatu L/C.

Advising bank adalah koresponden bank atau cabang dari issuing

bank, yang keterlibatannya dalam prosedur L/C ini tidak menimbulkan

tanggung jawab atau kewajiban baru. Namun demikian, jika advising bank

bertindak sebagai negotiating bank yaitu bersedia untuk membeli atau

mengambil alih (menegosiasi) wesel-wesel pihak beneficiary, maka

9
Teguh Pudjo Mulyono, 2001, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, BPFE,
Yogyakarta, h. 141.
32

tindakan ini menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab baru yakni

antara negotiating bank dengan beneficiary.

4. Apabila beneficiary telah menerima L/C serta meneliti dan ternyata tidak

terdapat masalah mengenai persyaratan dan kondisi L/C itu, maka langkah

selanjutnya adalah menjadi kewajibannya menyiapkan dan melakukan

pengiriman atau pengapalan barang-barang serta mengisi export

declaration sebagai dasar pemeriksaan oleh bea cukai setelah itu

beneficiary melengkapi dokumen-dokumen seperti yang diminta dalam

L/C misalnya wesel (draft), faktur (invoice), polis asuransi, surat bukti

muat (bill of lading), certificate of origin, certificate of weight, packing list

dan sebagainya.

5. Kemudian beneficiary menyerahkan dokumen pengapalan atau

pengangkutan beserta dokumen-dokumen lain yang sesuai dengan yang

disyaratkan dalam L/C dimana kredit itu berlaku dengan pembayaran,

akseptasi atau negoisasi.

6. Apabila dokumen-dokumen pengapalan barang sesuai dengan persyaratan

L/C, maka negotiating bank akan melakukan negoisasi dan pembayaran

kepada beneficiary. Oleh karena itu, bank ini disebut dengan negotiating

bank atau paying bank.

7. Negotiating bank tersebut segera mengirimkan dokumen-dokumen

pengapalan barang kepada issuing bank untuk meminta penggantian

pembayaran yang telah dilakukan kepada beneficiary sesuai dengan syarat

L/C.
33

8. Opening bank atau issuing bank meneliti dokumen yang diterima dari

negotiating bank dan mencocokan dengan persyaratan L/C. Jika tidak

terdapat penyimpangan, issuing bank akan memberikan penggantian

pembayaran kepada negotiating bank tanpa menunggu pembayaran dari

applicant karena issuing bank sudah terikat sebagai penjamin dan segera

membayar bila cocok dengan syarat-syarat L/C.

9. Langkah selanjutnya adalah issuing bank memberitahukan kepada

applicant atas dokumen impor yang telah diterima dari negotiating bank

dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh applicant sesuai dengan

permohonan penerbitan L/C.

10. Applicant terlebih dahulu menyelesaikan kewajiban pembayaran kepada

issuing bank sesuai syarat-syarat penerbitan L/C sebelumnya. Dalam

rangka pengeluaran barang di pelabuhan, applicant menyiapkan

pernyataan impor (import declaration) yang merupakan dokumen utama

pabean dan harus dilegalisir oleh issuing bank dengan membayar terlebih

dahulu bea masuk tambahan dan sebagainya.

11. Dengan diterimanya dokumen pengapalan barang dari issuing bank,

applicant baru dapat mengurus pengeluaran barang sebagaimana yang

telah disepakati dalam sales contract dari pelabuhan.

Anda mungkin juga menyukai