Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM IV

BOTANI PHANEROGAMAE

MAGNOLIOPHYTA
(SUBCLASSIS ROSIDAE)

Dosen Pengampu : Asep Mulyani M.Pd


Asisten Praktikum : 1. Santi Nur Fadhillah S.
2. Ahyadi

Disusun oleh :

PIPIT DAMAYANTI (1415106093)


BIOLOGI C / IV
Kelompok 6

PUSAT LABORATORIUM PENDIDIKAN BIOLOGI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2017
ACARA PRAKTIKUM IV
MAGNOLIOPHYTA
(SUBCLASSIS ROSIDAE)

A. Tujuan
1. Untuk menemukan ciri-ciri khusus spesies tumbuhan yang termasuk pada
divisi Magnoliophyta khususnya Subclassis Rosidae
2. Untuk membedakan ciri-ciri khusus tumbuhan yang termasuk pada family-
family yang ada dalam Subclassis Rosidae

B. Dasar Teori
Magnoliophyta atau angiospermae merupakan kelompok tumbuhan yang
alat perkembangbiakan generatifnya berupa bunga. Pada umumnya bunga
mempunyai perhiasan yang terdiri atas kelopak (Calyx) dan mahkota (Corolla).
Alat reproduksi jantan dihasilkan dalam stamen yang berjumlah satu atau banyak
sedangkan alat reproduksi betina berupa putik (pistilum). putik ada yang hanya
tersusun dari satu daun buah (karpel) tetapi ada juga yang terbentuk dari karpel.
Ovarium mungkin hanya terbentuk dari satu karpel atau beberapa karpel yang
bersatu. biji terdapat di dalam ovarium. Divisio magnoliophyta terdiri atas atas
dua kelas yaitu magnoliopsida (dicotiledonae) dan liliopsida (monokotiledonae)
(Sudarsono, 2005: 20). Terdapat beberapa sub kelas dari magnoliophyta, adapun
pada praktikum kali ini dibahas satu sub kelas yaitu Rosidae.
Subkelas Rosidae terdiri atas 18 ordo, 114 familia dan anggotanya sekitar
58.000 spesies.Subkelas ini termasuk subkelas terbesar dari angiospermae dalam
hal jumlah familia dan jumlah spesiesnya. Ke 18 ordo tersebut adalah Rosales,
Fabales, Proteales, Podostemales, Haloragales, Myrtales, Rhizophotales,
Cornales, Santanales, Rafflesiales, Cetastrales, Euphorniales, Rhamnales,
Linales, Polygalales, Sapindales, Geraniales., dan Apiales. Rosidae mempunyai
karakteristik stamen tersusun sentripetal jarang sentrifugal, bunga jarang dengan
plasenta parietal, ovarium majemuk, tetapi sering dengan 2 atau beberapa lokus
yang hanya memiliki 1 atau 2 ovul, bunga polypetal atau sering apetal, jarang
juga sympetal. (Mulyani, 2013: 15). Beberapa familinya akan dijabarkan sebagai
berikut.
Familia Fabaceae merupakan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri habitus
perdu, herba. Daunnya tunggal atau majemuk; tersebar atau bergantian.
Bunganya majemuk atau tunggal, zygomorf, sering ada braktea, sepal 5, lepas
bersatu, petal 5 lepas berbentuk kupu-kupu, lepas (1 vaxilum, 2 ala, dan 2
carina); stamen 10 monodelphus atau diadelphus, pistil 1, ovarium superum,
karpel 1, apokarp, beruang 1, plasenta marginalis. Buahnya legumen (polongan).
(Mulyani, 2013: 15).
Famili Myrtaceae meliputi tumbuhan dengan berbagai macam perawakan,
tetapi kebanyakan berupa tumbuhan berkayu. Umumnya memiliki daun tunggal
yang duduknya bersilang berhadapan, pada cabang-cabang yang mendatar
mengalami modifikasi seakan-akan tersusun dalam 2 baris yang berhadapan,
tanpa daun penumpu , helaian daun sering mempunyai kelenjar-kelenjar minyak.
Bunga banci atau karena adanya reduksi salah satu alat kelaminnya menjadi
berkelamin tunggal, dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam
kelopak dan mahkota bunga, kadang-kadang tanpa mahkota. Aktinomorf atau
zigomorf, kebanyakan berbilangan 4. Benang sari sama banyaknya dengan
jumlah daun mahkota atau 2 kali lipat (Tjitrosoepomo, 2009).
Familia Rosaceae merupakan tumbuhan berupa semak jarang berupa
herba.Daun tunggal, majemuk, berseling dan stipula.Bunga seringkali biseksual,
bersimetri banyak dan periginius.Kalliks berbentuk tabung berlobi 5, petal 5 buah
dan petal tampak menonjol dan berukuran besar.Benang sari banyak melengkung
ke dalam pada waktu kuncup.Ovarium berkarpel satu atau banyak, ovula bebas,
konatus atau adnatus pada dasar bunga, ovula umumnya dua pada tiap ovarium,
satu stilus atau lebih.Buah berupa drupa, pome, atau aksene.Biji dengan
eendosperma sedikit atu tanpa endosperma.Contohnya : Rosa hybrida, Pyrus
molus, Rosa rosaefolius (Tjitrosoepomo, 2009).
Familia Rutaceae, berupa pohon atau semak, pada daunnya bersisik dan
transparan yang berisi minyak..bunga dan daun beraroma keras. Daun
berhadapan atau berseling, seringkali majemuk. Bunga biasabya biseksual,
bersimetri banyak,. Sepal dan tepal masing masing berjumlah 4 buah dan 5 buah,
bebas dan konatus, dengan dua sampai banyak ovula, stilus bebes atau konatus.
Buah berupa beri kapsul atau Sizokarp.Biji dapat mengandung endosperma.
Contoh: Citrus indica (jeruk manis) (Tjitrosoepomo, 2009).
Familia Mimmosaceae memiliki bunga banci, aktinomorf, mempunyai
kelopak berbilangan 4 – 5 berlekatan, mahkota terdiri atas daun-daun mahkota
yang sama jumlahnya dan bebas satu sama lain, Benang sari 2 x lipat jumlah
daun mahkota, atau banyak, Bunga terangkai dalam bunga majemuk berbentuk
tongkol yang seringkali tanpak seperti satu bunga saja. Contoh: Mimosa pudica
(putri malu) (Kimball. 1987:154).
Familia Caesalpinaceae merupakan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri
habitus perdu, pohon.Caesalpinia berbatang simpodium dengan daun umumnya
majemuk menyirip (majemuk pinnatus), atau menyirip ganda (majemuk
bipinnatus), jarang sekali ditemukan tunggal atau beranak daun satu.Bunga nya
majemuk tak terbatas (Racemosa), dengan bunga tersusun dalam
tandan.Memiliki 5 daun kelopak (sepal), dengan 5 daun mahkota (petal) yang
bebas yang artinya tidak ada yang berlekatan (dapat pula ditemukan jumlah daun
mahkota (petal) kurang dari 5).Benang sari (stamen) kurang lebih berjumlah 10,
bisanya bebas atau berlekatan, putik (pistillum) dengan satu daun buah (carpel).
Buahnya berupa buah polong yang jika masak akan kering kemudian pecah.
Buahnya juga dapat berdaging dan tidak membuka, sering kali bersayap.Biji
dengan endoperm yang tipis atau tanpa adanya endosperm, lembaga besar
(Kimball. 1987:154).
Familia Anacardiaceae merupakan tumbuhan biasanya berupa pohon,
bergetah yang sifatnya kaustik dan akan berubah hitam apabila bersentuhan
dengan udara. Daun berseling dan jarang berhadapan, tunggal atau majemuk.
Bunga kecil, uniseksual, panikula. Sepal dan petal berjumlah 5 kadang 3-7.
Diskus berupa cincin. Stamen Berasal dari dasar diskus, jumlahnya dua kali lipat
jumlah petal, beberapa steril. Ginesium terdiri dari satu sampai tiga karpel,
ovarium terdiri dari 1-3 lokuli, masing-masing dengna satu ovulum, biasanya satu
fertil dan lainnya steril. Stilus berjumlah 1-3. buah berupa drupa, kadang-kadang
bersayap yang merupakan petal yang menutup. Biji tidak berendosperma.
Contoh: Mangifera indica, Anacardium occidentale, Mangifera odorata
(Kimball. 1987:154).
C. Alat dan bahan
1. Alat:
a. Alat tulis
b. Sillet/cutter
2. Bahan:
a. Family Fabaceae : Arachis hipogea (kacang tanah).
b.Famili Mimmosaceae : Mimmosa pudica (Puteri malu tidak berduri),
Mimmosa invisa (Puteri malu berduri), Leucaena policephala (Petai cina).
c. Family Caesalpiniaceae : Caesal pulcherima (Kembang merak), Delonix
regia (Flamboyan).
d. Family Myrtaceae : Psidium guajava (Jambu biji), Syzigium aqueum
(Jambu air),
d. Family Euforbiacea : Sauropus androginus (Katuk), Ricinus communis
(Jarak)
e. Family Rosaceae : Rosa hybrida (bunga mawar).
f. Family Anacardiaceae : Mangifera indica (mangga).
g. Family Rutaceae : Citrus aurantifolia (jeruk nipis).
D. Prosedur Kerja
1. Diamati spesimen tumbuhan yang ada hal habitus, pola percabangan, dan
bentuk atau segi penampang melintagnya.
2. Diamati daunnya dalam hal filotaksis, komposisi, pertulangan, bentuk dan tepi
daunnya.
3. Diamati bunga diamati dan dibandingkan pada komposisi, jenis karangan
bunga, dan simetri bunganya.
4. Diamati perhiasan dan alat kelamin bunga pada Corolla, Calyx, perigonium,
stamen, dan pistilumnya.
5. Bagian – bagian tumbuhan seperti percabangan, letak stipula, penampang
memanjang bunga, stamen, dan pistilumnya diamati dan diberi nama.
F. Pembahasan
Subclassis Rosidae, spesies yang akan diamati pada subkelas ini adalah
Family Fabaceae : Arachis hipogea (kacang tanah), Famili Mimmosaceae :
Mimmosa pudica (Puteri malu tidak berduri), Mimmosa invisa (Puteri malu
berduri), Leucaena policephala (Petai cina), Family Caesalpiniaceae : Caesal
pulcherima (Kembang merak), Delonix regia (Flamboyan), Family Myrtaceae:
Psidium guajava (Jambu biji), Syzigium aqueum (Jambu air),Family
Euforbiacea: Sauropus androginus (Katuk), Ricinus communis (Jarak), Family
Rosaceae: Rosa hybrida (bunga mawar), Family Anacardiaceae : Mangifera
indica (mangga), Family Rutaceae : Citrus aurantifolia (jeruk nipis), Berikut
rincian pembahasannya:
Pengamatan pertama dilakukan pada spesies Arachis hipogea (kacang
tanah), yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Family Fabaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Arachis hipogea (kacang tanah):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Arachis
Spesies : Arachis hipogea
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa kacang tanah memiliki
habitus perdu, bentuk batangnya bulat dan memilki percabangan simpodial
bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya majemuk. Daun majemuk adalah
terdiri dari dua atau lebih helai daun, mempunyai anak daun pada satu bidang,
letak daun berhadapan, bentuk daun bulat telur terbalik dengan pertulangan
menyirip, tepi daun rata, ujung daun tumpul dengan pangkal daun rotundatus.
Perbungaan meliputi perhiasan bunga dan alat-alat kelamin bunga diantaranya
macam bunga tunggal, karangan bunga rasemosa simetri bunga zigomorf
mahkota berjumlah 4 helai berwarna kuning, kelopak berjumlah 4 helai
berwarna hijau , terdapat 1 buah putik suferum, Diketahui distribusi seksnya
berumah satu atau monoseus, yakni dalam satu tanaman terdapat dua kelamin
sekaligus, terdapat bagian tambahan yaitu umbi akar menyimpan cadangan
makanan berupa biji, terdapat trikoma pada batangnya, terdapat stipula pada
ketiak daun.
Menurut (Tjitrosoepomo,1987), bunga kacang tanah mulai muncul dari
ketiak daun pada bagian bawah tanaman yang berumur antara 4-5 minggu dan
berlangsung hingga umur sekitar 80 hari setelah tanam. Bunga berbentuk kupu-
kupu (papilionaceus), berukuran kecil, dan terdiri atas lima daun tajuk. Dua
diantara daun tajuk tersebut bersatu seperti perahu. Di sebelah atas terdapat
sehelai daun tajuk yang paling lebar yang dinamakan bendera (vexillum),
sementara di kanan dan kiri terdapat dua tajuk daun yang disebut sayap (ala).
Setiap bunga bertangkai berwarna putih. Tangkai bunga sebenarnya adalah
tabung kelopak. Mahkota bunga (corolla) berwarna kuning atau kuning
kemerah-merahan. Bendera dari makhota bunga bergaris-garis merah pada
pangkalnya. Umur bunga tidak lama: setelah terjadi penyerbukan, daun mahkota
mekar penuh, dan pada hari berikutnya akan layu dan gugur. Bunga yang
berhasil menjadi polong biasanya hanya bunga yang terbentuk pada sepuluh hari
pertama. Bunga yang muncul selanjutnya sebagian besar akan gugur sebelum
menjadi ginofora (bakal buah).
Buah kacang tanah berada di dalam tanah. Setelah terjadi pembuahan,
bakal buah tumbuh memanjang dan nantinya akan menjadi tangkai polong.
Mula-mula, ujung ginofora yang runcing mengarah ke atas, kemudian tumbuh
mengarah ke bawah dan selanjutnya masuk ke dalam tanah sedalam 1-5 cm.
pada waktu menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti.
Panjang ginofora ada yang mencapai 18 cm. tempat berhentinya ginofora masuk
ke dalam tanah tersebut menajdi tempat buah kacang tanah. Ginofora yang
terbentuk di cabang bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal
membentuk polong(Tjitrosoepomo,1987).
Setiap polong kacang tanah berisi 1-4 biji, namun kebanyakan 2-3 biji.
Setiap pohon memiliki jumlah dan isi polong beragam, tergantung pada varietas
dan tanaman yang dibudidayakan. Biji kacang tanah terdapat di dalan polong.
Kulit luar (testa) bertekstur keras, berfungsi untuk melindungi biji yang berada
di dalamnya. Biji terdiri atas lembaga dan keeping biji, diliputi oleh kulit ari
tipis(tegmen). Biji berbentuk bulat agak lonjong atau bulat dengan ujung agak
datar karena berhimpitan dengan butir biji yang lain selagi di dalam polong.
Warna kulit biji bervariasi: merah jambu, merah, cokelat, merah tua, dan ungu
(Tjitrosoepomo,1987).
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandung protein yang tinggi, zat
besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B komplek dan fosfors, vitamin A dan K,
lesitin, kolin, dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh
lebih tinggi dari daging, telur, dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis
dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue (Dasuki, 1992).
Manfaat kacang tanah yaitu membantu meningkatkan kesuburan,
membantu dalam peraturan gula darah, membantu mencegah batu empedu,
membantu fight depresi, memori meningkatkan power, membantu tingkat
kolesterol rendah, menurunkan resiko penyakit jantung, melindungi terhadap
umur terkait penurunan kognitif, kanker perlindungan, resiko menurunkan berat
badan( Dasuki, 1992)
Pengamatan kedua dilakukan pada spesies: Mimmosa pudica (Puteri malu
tidak berduri), yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Famili Mimmosaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Mimmosa pudica (Puteri malu tidak berduri):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Mimmoceae
Genus : Mimmosa
Spesies : Mimmosa pudica
Berdasarkan hasil pengamatan, puteri malu termasuk kedalam tumbuhan
yang memiliki perawakan semak dengan percabangan simpodial dan bentuknya
bulat. Untuk daunnya merupakan macam daun yang majemuk, letaknya
berhadapan, bentukny lonjong dengan pertulangan menyirip, tepi daunnya rata,
ujung daunnya rotundatus dan pangkalnya yang tumpul, macam daunnya
majemuk, perbungaannya rasemosa, simetri bunga actinomorf, distribusi
seksnya monoseus, Mimosa Pudica mempunyai keunikan apabila bagian daun
dipegang, ditiup, digoyang dan dipanaskan akan secara tiba – tiba menutup dan
membuka lagi beberapa saat kemudian. Uniknya lagi Mimosa Pudica ini
menutup pada waktu matahari terbenam dan membuka lagi saat matahari terbit.
Menurut (Tjitrosoepomo. 2009: 7-19) Mimmosa pudica (putri malu)
adalah salah satu contoh spesies dari ordo Fabales family Mimmoceae. Spesies
ini memiliki habitus perdu pendek dengan pola percabangan simpodial serta segi
penampang batangnya bulat, pada seluruh batangnya terdapat rambut dan
mempunyai duri yang menempel. Berdaun majemuk dengan duduk daunnya
berhadapan(opposite), bentuk daunnya lonjong (elliptical) dengan pertulangan
menyirip (pinnatus), ujungnya runcing (accutus), dengan pangkal daunnya
runcing (accutus), bagian tepi daun rata (entire). memiliki bunga dengan
mahkota (corolla) kecil yang bertajuk empat, dan memiliki calix yang sangat
kecil. Bunga Mimosa pudica melekat pada bongkol. Pada bunga ini terdapat
benang sari yang terletak di terminal, berwarna ungu dengan jumlahnya banyak,
sementara kepala putiknya di bawah. Adapun distribusi seks pada tumbuhan ini
yaitu dengan anemogami, penyerbukan dengan bantuan angin. Ciri khusus yang
dimiliki oleh putri malu adalah mengatupkan daunnya jika terkena rangsangan.
Putri malu memiliki potensi sebagai alternatif dalam kemoterapi terhadap
kanker.
Bunga puteri malu ini berbentuk bulat seperti bola tanpa mahkota dengan
kelopak bunga yang kecil. Reproduksi tumbuhan putri malu yaitu perkembang
biakan generative atau dengan menggunakan bunga. Kemudian untuk Buah dan
biji Mimosa Pudica mempunyai buah serupa petai dan lamroto. Yaitu buah
polong, pipih dan bergaris. Di dalam buah ini terdapat biji Mimosa Pudica.
Meskipun tumbuhan ini dianggap parasit / gulma oleh petani tapi secara tidak
langsung Mimosa Pudica berperan sebagai tanaman obat, penyumbang oksigen
layaknya flora lain, penghijauan dari kandungan klorofil serta membantu
mencegah erosi tingkat menengah pada tanah berhumus(Tjitrosoepomo. 2009:
7-19)
Tumbuhan ini biasanya mempunyai duri untuk melindungi diri dari
hewan vertebrata, akarnya biasanya bersimbiosis dengan bakteri untuk mengikat
nitrogen sehingga tanah disekitarnya menjadi subur, simbiosis dengan bakteri
untuk mengikat nitrogen merupakan salah satau kekhasan dari Mimosaceae
(Mulyani, 2013).
Pengamatan ketiga dilakukan pada spesies Leucaena policephala (Petai
cina), yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Famili Mimmosaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Leucaena policephala (Petai cina):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Mimmoceae
Genus : Leucaena
Spesies : Leucaena policephala
Berdasarkan hasil pengamatan, Leucaena policephala (Petai cina):
termasuk kedalam habitus pohon kecil dengan percabangan monopodial dan
bentuknya bulat,daunnya merupakan macam daun yang majemuk, letaknya
berhadapan, bentuknya bulat telur lonjong, dengan pertulangan menjari, tepi
daunnya rata, ujung daunnya rotundatus dan pangkalnya yang sesil, macam
bunganya majemuk, perbungaannya rasemosa, simetri bunga zigomorf, terdapat
perigonium berwarna kuning keputihan, distribusi seksnya monoseus
Menurut (Tjitrosoepomo. 2009) Petai cina merupakan perdu ataupun
pohon kecil dengan tinggi 2-10 m, memiliki batang pohon keras dan berukuran
tidak besar serta batang bulat silindris dan bagian ujung berambut rapat. Daun
majemuk terurai dalam tangkai, menyirip genap ganda dua sempurna, anak daun
kecil-kecil terdiri dari 5-20 pasang, bentuknya lanset, ujung runcing, tepi rata,
panjang 6-21 mm dan lebar 2-5 mm. Bunga majemuk terangkai dalam karangan
berbentuk bongkol yang bertangkai panjang dan berwarna putih kekuningan
atau sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip buah petai ( parkia speciosa)
tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang lebih tipis, termasuk buah
polong yang berisi biji – biji kecil dengan jumlah cukup banyak, pipih, dan tipis
bertangkai pendek, panjang 10-18 cm, lebar 2 cm dan diantara biji ada sekat.
Biji terdiri dari 15-30 butir, letak melintang, bentuk bulat telur sungsang,
panjang 8 mm lebar 5 mm, berwarna coklat kehijauan atau coklat tua dan licin
mengkilap.
Manfaat Petai cina dipakai untuk pupuk hijau dan sering ditanam sebagai
tanaman pagar sedangkan daun muda, tunas bunga, dan polong bisa dimakan
sebagai lalap mentah ataupun dimasak terlebih dahulu. Perbanyakan selain
dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek
batang ( Dasuki, 1992)
Pengamatan keempat dilakukan pada spesies Caesal pulcherima
(Kembang merak), yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari
kelas Magnoliopsida subkelas rosidae dan Famili Caesalpiniaceae. Berikut ini
adalah klasifikasi dan gambar Caesal pulcherima (Kembang merak):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Caesalpinia
Spesies : Caesalpinia pulcherima
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Caesal pulcherima
(Kembang merak) memiliki habitus perdu, bentuk batangnya bulat dan memilki
percabangan simpodial bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya
majemuk. Daun majemuk adalah terdiri dari dua atau lebih helai daun,
mempunyai anak daun pada satu bidang, letak daun berhadapan, bentuk daun
bulat telur terbalik dengan pertulangan menyirip, tepi daun rata, ujung daun
retusus. Perbungaan meliputi perhiasan bunga dan alat-alat kelamin bunga
diantaranya macam bunga majemuk, karangan bunga simosa simetri bunga
actinomorf mahkota berjumlah 5 helai berwarna kuning, kelopak berjumlah 5
helai berwarna merah, terdapat alat kelamin diantaranya terdapat benang sari 10
berwarna merah dan 1 putik berwarna hijau, Diketahui distribusi seksnya
berumah satu atau monoseus, yakni dalam satu tanaman terdapat dua kelamin
sekaligus.
Menurut (Tjitrosoepomo, 2009) Caesalpinia pulcheriman (kembang
merak) adalah salah satu contoh spesies dari ordo Fabales family
Caesalpiniaceae. Spesies ini memiliki habitus perdu pola percabangan
simpodial, bentuk penampangnya bulat silindris, memiliki daun daun majemuk
menyirip tnggal (pinnatus) dengan letak filotaksisnya berhadapan (oposite),
bentuk daun lanset terbalik (oblanceolate). memiliki pertulangan daun menyirip
(pinnate). Tepi daunnya rata (entire), dengan ujung daun terbelah dengan
pangkal daun tumpul, memiliki bunga majemuk simetri bunga yang zygomorf,
dengan perbungaan simosa, letak bunganya adalah pada ujung batang atau flos
terminalis. Flos terminalis adalah bunga yang terdapat pada ujung batang
tumbuhan. Terdapat perhiasan bunga yaitu memiliki mahkota (corolla) lima
buah dan kelopak (calix) juga sebanyak lima buah berwarna orange. Banyak
terdapat Stamen pada bunga ini, yaitu ada 10 benang sari sembilan buah bersatu,
dan satu buah lepas atau diadelpus, yaitu bersatu dalam dua ikatan yang
jumlahnya tidak sebanding. Bunga ini memiliki putik satu buah. Dan distribusi
seks pada tumbuhan ini yaitu dengan cara monoesius, bunga jantan dan bunga
betina terdapat pada satu individu, pada perbungaan yang sama atau tidak.
Pengamatan kelima dilakukan pada spesies Delonix regia (Flamboyan),
yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Famili Caesalpiniaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Delonix regia (Flamboyan):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Caesalpiniaceae
Genus : Delonix
Spesies : Delonix regia
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Delonix regia
(Flamboyan) memiliki habitus pohon, bentuk batangnya bulat dan memilki
percabangan simpodial bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya
majemuk. Daun majemuk adalah terdiri dari dua atau lebih helai daun,
mempunyai anak daun pada satu bidang, letak daun berhadapan, bentuk daun
bulat telur lonjong dengan pertulangan menyirip, tepi daun rata, ujung daun
retusus, pangkal daun obtusus, Perbungaan meliputi perhiasan bunga dan alat-
alat kelamin bunga diantaranya macam bunga majemuk, karangan bunga
rasemosa simetri bunga zigomorf mahkota berjumlah 5 helai berwarna orange
kekuningan, kelopak berjumlah 5 helai berwarna kuning, dan terdapat stipula
pada bagian daun, Diketahui distribusi seksnya berumah satu atau monoseus,
yakni dalam satu tanaman terdapat dua kelamin sekaligus,
Menurut (Tjitrosoepomo. 2009) Anggota suku caesalpiniaceae ini berbeda
dengan warga papilionaceae terutama karena warga suku ini hampir semua
berupa perdu atau pohon, boleh dikatakan tidak ada yang berupa terna, daun
hampir selalu majemuk menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal
atau beranak daun 1. Selanjutnya terdapat perbedaan mengenai bunganya, ialah
bahwa pada suku ini bunga memang sering masih mempunyai mahkota yang
nyata berbentuk seperti kupu-kupu pula, tetapi ke 5 daun mahkota bebas, tidak
ada yang berlekatan atau dapat pula jumlah daun mahkota kurang dari 5, bahkan
sampai tidak ada. Benang sari 10, jarang lebih. Biasanya bebas atau berlekatan
dengan macam-macam cara. Buahnya polong yang jika masak menjadi kering
kemudian pecah, atau berdaging dan tidak membuka, sering kali bersayap. Biji
dengan endosperm tipis atau tanpa endosperm, lembaga besar.
Di sejumlah negara, flamboyan sudah menjadi komoditas penting sebagai
tanaman hias yang diperdagangkan. Di Indonesia sebenarnya tanaman ini juga
sudah cukup banyak dikenal dan dibudidayakan di berbagai tempat. Namun,
umumnya masyarakat kita menanam flamboyan lebih karena alasan fungsinya
sebagai peneduh yang cepat tumbuh. Di beberapa kompleks perumahan atau
trotoar jalan, pohon flamboyan mudah dijumpai. Sedangkan menjadikan
flamboyan sebagai tanaman hias demi terciptanya keindahan, harus diakui masih
sangat kurang (Dasuki, 1992).
Pengamatan keenam dilakukan pada spesies Psidium guajava (Jambu biji),
yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Famili Myrtaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Psidium guajava (Jambu biji):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Psidium guajava (Jambu
biji) memiliki habitus pohon, bentuk batangnya bulat dan memilki percabangan
simpodial bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya majemuk. Daun
majemuk adalah terdiri dari dua atau lebih helai daun, mempunyai anak daun
pada satu bidang, letak daun berhadapan, bentuk daun lonjong dengan
pertulangan menyirip, tepi daun undulatus, ujung daun mukronatus, dan pangkal
daun petiolatus, terdapat bagian tambahanya yaitu diantaranya terdapat
penumpu daun (spika), setiap ujung daun terdapat lilin, batang dapat
bermodifikasi sehingga dapat mengelupas epidermis, Diketahui distribusi
seksnya berumah satu atau monoseus, yakni dalam satu tanaman terdapat dua
kelamin sekaligus.
Menurut (Tjitrosoepomo, 2009), Bunga pada jambu biji merupakan bunga
tunggal terletak diterminal, dengan karangan bunga berbentuk simosa, simetri
bunga aktinomorf. Perhiasan bunga terdiri atas mahkota/tajuk bunga (corolla)
berjumlah 4 yang berwarna putih, tidak memiliki kelopak (calyx) dan tenda
bunga (perigonium). Alat kelamin bunga bunga jambu biji berupa benang sari
dan putik. Benang sari (stamen) tipe tetradinamus benang sari banyak, Putik
(pistillum) merupakan tipe sinkarpus. Distribusi seks yaitu dengan monoesius.
Buahnya buah buni, berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai
hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak,
berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji buah banyak mengumpul
ditengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecoklatan.
Manfaat Kandungan buah jambu biji (100 gr), Kalori 49 kal, Vitamin A 25
SI, Vitamin B1 0,02 mg, Vitamin C 87 mg, Kalsium 14 mg, Hidrat Arang 12,2
gram, Fosfor 28 mg, Besi 1,1 mg, Protein 0,9 mg, Lemak 0,3 gram, Air 86 gram,
Beberapa manfaat Jambu Biji adalah dapat mengobati diabetes mellitus, maag,
Sakit perut (diare dan mencret), Sakit Perut atau Diare pada bayi yang masih
menyusui, masuk angin, Beser (sering kencing) berlebihan. Tanaman jambu biji
dapat dibudidayakan, menghasilkan buah yang manis, dapat dijadikan jus dan
lain-lain (Tjitrosoepomo. 2009).
Pengamatan ketujuh dilakukan pada spesies Syzigium aqueum (Jambu air),
yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Famili Myrtaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Syzigium aqueum (Jambu air):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzigium
Spesies : Syzigium aqueum
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Syzigium aqueum (Jambu
air) memiliki habitus pohon dan memilki percabangan simpodial bentuk segi
penampang berlekuk/bergelombang. Macam daunnya majemuk. Daun majemuk
adalah terdiri dari dua atau lebih helai daun, mempunyai anak daun pada satu
bidang, letak daun berhadapan, bentuk daun bulat telur lonjong dengan
pertulangan menyirip, tepi daun rata, ujung daun akuminatus, pangkal daun
petiolatus. Perbungaan meliputi perhiasan bunga dan alat-alat kelamin bunga
diantaranya macam bunga majemuk, karangan bunga rasemosa simetri bunga
actinomorf mahkota berjumlah 4 helai berwarna putih, kelopak berjumlah 4
helai berwarna putih kekuningan, terdapat alat kelamin diantaranya terdapat
benang sari 50 berwarna putih dan 1 putik berwarna putih ditengah, Diketahui
distribusi seksnya berumah satu atau monoseus, yakni dalam satu tanaman
terdapat dua kelamin sekaligus.
Menurut (Tjitrosoepomo, 2009), Bunga pada jambu air merupakan bunga
majemuk terletak diterminal, dengan karangan bunga berbentuk simosa
dikhasium, simetri bunga aktinomorf perhiasan bunga berbentuk corong.
Perhiasan bunga terdiri atas mahkota/tajuk bunga (corolla) berjumlah 5 yang
berwarna putih, tidak memiliki kelopak (calyx) dan tenda bunga (perigonium).
Alat kelamin bunga jambu air berupa benang sari dan putik. Benang sari
(stamen) tipe tetradinamus benang sari banyak, Putik (pistillum) merupakan tipe
monokarp. Distribusi seks yaitu dengan monoesius.
Buah pada tumbuhan Jambu air termasuk buah sejati tunggal berdaging
(cornosus) bertipe buah buni yaitu uah yang berdinding tipis dan memiliki
lapisan dalam yang tebal, lunak, dan berair, dan bagian ini yang biasa di makan.
Buah berbentuk lonceng dengan pangkal kecil dan ujung yang sangat melebar,
jika masih muda berwarna hijau kekuningan dan memerah setelah tua, setelah
dewasa biasanya mengandung banyak air, daging buah berwarna putih dengan
kulit buah merah. Pada buah dewasa kadang–kadang masih berlekat tangkai
sarinya yang sudah mati dan berwarna coklat (Tjitrosoepomo, 2009).
Biji pada tumbuhan jambu biji berbentuk ginjal, diameter ± 1,5 cm, berwarna
putih kecoklatan, dengan selaput putih sebagai kulit bijinya. Terdapat sekat
sekat yang memisahkan biji satu denga yang lainnya, merupakan derivate dari
endokarpium yang berserabut. Termasuk ke dalam kelompok dikotil karena
bijinya berkeping dua (Tjitrosoepomo, 2009).
Manfaat Jambu air yang biasanya hanya buahnya yang dimanfaatkan yaitu
dengan mengonsumsinya, ternyata selain itu, kayunya yang keras dan berwarna
kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan, asalkan tidak kena tanah.
Hanya biasanya ukurannya terlalu kecil. Baik pula digunakan sebagai kayu
bakar. Di daerah Kuningan, daun jambu air biasa digunakan sebagai
pembungkus tape ketan (Dasuki, 1992)
Buah jambu air selain dikonsumsi secara langsung buah jambu air juga bisa
dibuat sirup, atau jus. Jambu air juga dapat digunakan sebagai obat obatan,
kandungan vitamin C dan protein nabati digunakan untuk mempercantik kulit
dan membuat kulit agar lebih berseri. Kandungan air dalam jambu air juga dapat
mengurangi efek samping stress, seperti kisut dibawah kelopak mata, kandungan
serat yang tinggi membantu mempermudah pencernaan dan mencegah kanker
usus (Dasuki, 1992).
Pengamatan kedelapan dilakukan pada spesies Sauropus androginus (Katuk),
yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Family Euforbiacea. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Sauropus androginus (Katuk):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbeaceae
Genus : Sauropus
spesies : Sauropus androgynus
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Sauropus androginus
(Katuk),memiliki habitus perdu, bentuk batangnya bulat dan memilki
percabangan simpodial bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya
majemuk. Daun majemuk adalah terdiri dari dua atau lebih helai daun,
mempunyai anak daun pada satu bidang, letak daun tersebar, bentuk daun bulat
telur dengan pertulangan menyirip, tepi daun rata, ujung daun mukronatus, dan
pangkal daun rotundatus.Diketahui distribusi seksnya berumah satu atau
monoseus, yakni dalam satu tanaman terdapat dua kelamin sekaligus.
Menurut (Dasuki, 1992), Tanaman ini berbentuk perdu.Tingginya mencapai
2-3 m.Cabang-cabang agak lunak dan terbagi.Daun tersusun selang-seling pada
satu tangkai,berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar
1,25-3 cm.Bunga tunggal atau berkelompok tiga.Buah bertangkai panjang 1,25
cm.Panjang lebih kurang 20 cm disemaikan terlebih dahulu. Setelah berakar
sekitar 2 minggu dapat dipindahkan ke kebun. Jarak tanam panjang 30 cm dan
lebar 30 cm. Setelah tinggi mencapai 50-60 cm dilakukan pemangkasan agar
selalu didapatkan daun muda dan segar.
Daun katuk juga memiliki kadar kalsium yang sangat baik.Kalsium
merupakan salah satu mineral terpenting yang dibutuhkan oleh tubuh. Konsumsi
kalsium kurang dari kebutuhan dapat menyebabkan rapuhnya integritas tulang
dan osteoporosis di usia dini,umumnya terjadi pada wanita.Tekanan darah tinggi
juga dapat disebabkan oleh kadar kalsium di dalam darah yang sangat
rendah.Selain memperlancar produksi ASI seperti yang dikenal selama ini,daun
katuk juga kaya senyawa yang dapat menggenjot mutu dan jumlah sperma,
termasuk membangkitkan vitalitas seksual. Daun katuk dipenuhi senyawa
fitokimia berkhasiat obat (Dasuki, 1992).
Daun katuk juga memiliki kadar kalsium yang sangat baik.Kalsium
merupakan salah satu mineral terpenting yang dibutuhkan oleh tubuh.Konsumsi
kalsium kurang dari kebutuhan dapat menyebabkan rapuhnya integritas tulang
dan osteoporosis di usia dini, umumnya terjadi pada wanita.Tekanan darah
tinggi juga dapat disebabkan oleh kadar kalsium di dalam darah yang sangat
rendah (Dasuki, 1992).
Pengamatan kesembilan dilakukan pada spesies Ricinus communis (Jarak),
yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Family Euforbiacea. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Ricinus communis (Jarak):

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euforbiales
Famili : Euforbiaceae
Genus : Ricinus
Spesies : Ricinus communis
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Ricinus communis
(Jarak), memiliki habitus pohon, bentuk batangnya bulat dan memilki
percabangan simpodial bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya tunggal.
letak daun tersebar, bentuk daun bulat telur melebar dengan pertulangan
menjari, tepi daun biseratus, ujung daun mukronatus, dan pangkal daun
petiolatus.Diketahui distribusi seksnya berumah satu atau monoseus, yakni
dalam satu tanaman terdapat dua kelamin sekaligus.
Menurut (Dasuki, 1992), Bunga pada jarak merupakan bunga majemuk
berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan, berkelamin tunggal, dan berumah
satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman), bunga terdiri atas 5 kelopak
berbentuk bulat telur dengan panjang lebih kurang 4 mm, benang sari
mengumpul pada pangkal dan berwarna kuning; tangkai putik pendek berwarna
hijau dan kepala putik melengkung keluar berwarna kuning; bunga juga
mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan, tiap tandan terdapat lebih dari 15
bunga. Bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan
maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di
ujung batang atau ketiak daun. Distribusi seks yaitu dengan monoesius dan
bunganya uniseksual. Kadangkala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk
cawan berwarna hijau kekuningan.
Buah tanaman jarak berbentuk bulat telur dengan diameter 2–4 cm. Panjang
buah 2 cm, dengan lebar sekitar 1 cm. Buah berwarna hijau ketika muda serta
abu-abu kecokelatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3
ruang, masing-masing ruang berisi 1 biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3
biji (Dasuki, 1992).
Tanaman jarak mulai berbuah pada umur 5-6 bulan dan produktif penuh
pada saat umur 5 tahun serta memiliki usia produktif mencapai 50 tahun. Setelah
berumur 3-5 tahun, tanaman ini mampu berproduksi 5-25 ton biji jarak per tahun
untuk setiap hektar. Bila tanaman jarak ditanam dengan baik maka produktivitas
bijinya dapat mencapai 5-10 kg/pohon/tahun, bahkan bisa lebih (Dasuki, 1992).
Jarak dapat dimanfaatkan sebagai biosolar, pengobatan, keputihan, radang
anak telinga, sakit gigi, sariawan, perut kembung (masuk angin), sembelit,
koreng, jamur, gatal-gatal dan bengkak, luka dan pendarahan, reumatik dan gatal
kaki, obat batuk dan peluruh dahak, pupuk organik, dan permainan anak(Dasuki,
1992).
Pengamatan kesepuluh dilakukan pada spesies Rosa hybrida (bunga
mawar), yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Family Rosaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Rosa hybrida (bunga mawar):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrid
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Rosa hybrida (bunga
mawar), memiliki habitus perdu dan memilki percabangan simpodial bentuk
segi penampang bulat. Macam daunnya majemuk. Daun majemuk adalah terdiri
dari dua atau lebih helai daun, mempunyai anak daun pada satu bidang, letak
daun berhadapan, bentuk daun bulat telur dengan pertulangan menyirip, tepi
daun biseratus, ujung daun akutus, pangkal daun rotundatus.Perbungaan
meliputi perhiasan bunga dan alat-alat kelamin bunga diantaranya macam bunga
tunggal, karangan bunga rasemosa simetri bunga actinomorf mahkota berjumlah
18 helai berwarna merah muda dengan ujung putih, kelopak berjumlah 5 helai
berwarna hijau dan berduri.Diketahui distribusi seksnya berumah satu atau
monoseus, yakni dalam satu tanaman terdapat dua kelamin sekaligus.
Menurut (Campbell,2008), Familia Rosaceae yaitu tumbuhan berupa
semak jarang berupa herba. Daun tunggal, majemuk, berseling dan stipula. Bunga
seringkali biseksual, bersimetri banyak dan periginius. Kalliks berbentuk tabung
berlobi 5, petal 5 buah dan petal tampak menonjol dan berukuran besar. Benang
sari banyak melengkung ke dalam pada waktu kuncup. Ovarium berkarpel satu
atau banyak, ovula bebas, konatus atau adnatus pada dasar bunga, ovula
umumnya dua pada tiap ovarium, satu stilus atau lebih. Buah berupa drupa,
pome, atau aksene. Biji dengan endosperma sedikit atau tanpa endosperma.
Contohnya : Rosa hybrida, Pyrus molus, Rosa rosaefolius.
Mawar (Rosa hybrida) merupakan salah satu tanaman yang termasuk
dalam family Rosaceae. Spesies mawar umumnya berupa tanaman semak yang
berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2 sampai 5 meter.
Mawar sebenarnya bukan tanaman tropis, karena sebagian besar spesies
merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies yang ada di Asia
Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun. Warna bunga biasanya
putih, merah jambu atau kuning, dan merah. Pada umumnya, mawar memiliki
duri-duri kecil yang tajam di bagian tangkainya. Namun, ada beberapa spesies
mawar mempunyai duri yang tidak berkembang dan tidak tajam Bunga pada
mawar merupakan bunga tunggal terletak, dengan karangan bunga berbentuk
rosaseus, simetri bunga zigomorf. Perhiasan bunga terdiri atas mahkota/tajuk
bunga (corolla) berjumlah 12 yang berwarna kuning, memiliki kelopak (calyx)
berjumlah 5 yang berwarna hijau dan tidak memiliki tenda bunga (perigonium).
Alat kelamin bunga mawar berupa benang sari dan putik. Benang sari (stamen)
tipe tetradinamus benang sari banyak, Putik (pistillum) syncarp banyak ditengah.
Distribusi seks yaitu dengan monoesius (Campbell,2008)
Bunga mawar menghasilkan buah agregat (berkembang dari satu bunga
dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik berkembang
menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal
dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka
lebar lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu
penyerbukan sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil
pemuliaan menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga
menyulitkan penyerbukan (Sudarsono,2005)
Manfaat Bunga mawar biasa disebut sebagai Bunga Ratu karena
warnanya yang menarik dan keberadaannya yang mendominasi dalam tatanan
kehidupan manusia. Selain itu bermanfaat sebagai antiinflamasi, antikarsinogen,
antiallergenik dan sebagainya. Bunga mawar kerap digunakan sebagai bahan
dalam minuman untuk mereka yang menderita penyakit iritasi usus, kantung
empedu, dan masalah pada hati. Biasanya air mawar tersebut diekstrak
bersamaan dengan teh, menjadi paduan minuman sehat yang wangi dan memiliki
banyak khasiat dalam tubuh. Air mawar merupakan air bersih dan memiliki
aroma yang mampu meningkatkan suasana hati. Warna mawar yang menarik
terbukti juga dapat mengurangi kadar stress atau depresi karena warnanya yang
menari dan indah (Sudarsono,2005)
Pengamatan kesebelas dilakukan pada spesies Mangifera indica (mangga),
yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Family Anacardiaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Mangifera indica (mangga):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Mangifera
Spesies : Mangifera indica
Berdasarkan hasil pengamatan, Mangifera indica (mangga) termasuk
kedalam habitus pohon dengan percabangan simpodial dan bentuknya
bulat,daunnya merupakan macam daun yang tunggal, letaknya tersebar,
bentuknya lanset, dengan pertulangan menyirip, tepi daunnya rata, ujung
daunnya akuminatus dan pangkalnya petiolatus, macam bunganya majemuk,
perbungaannya rasemosa, simetri bunga zigomorf,distribusi seksnya monoseus
Menurut (Tjitrosoepomo, 2009), Bunga pada mangga merupakan bunga
majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting terletak
terminal, dengan karangan bunga berbentuk simosa, simetri bunga aktinomorf.
Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning
kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu
utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini
mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan
cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga
atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum
bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga
pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.Bunga-bunga dalam
karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit
(berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih
banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang
menentukan terbentuknya buah.
Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri
dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning
pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5
yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada
waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan. Benang sari
berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang
lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan
putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik
berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu
kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah
dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat
panjang, lebih kurang 20-35 mikron. Distribusi seks yaitu dengan monoesius.
(Tjitrosoepomo, 2009).
Buah mangga termasuk kelompok buah batu yang berdaging. Panjang
buah kira-kira 2,5-30 cm. Bentuk buah ada yang bulat, bulat telur atau
memanjang dan ada juga yang bentuknya pipih. Warnanya bermacam-macam,
ada yang hijau, kuning, merah atau campuran. Pada bagian ujung buah,ada
bagian yang runcing yang disebut paruh. Diatas paruh ada bagian yang
memebengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan kebagian perut. Bagian
belakang disebut punggung. Kulitnya tebal dan ada kelenjer, dagingnya tebal dan
ada yang kuning tergantung jenisnya. Daging buah ada yang besar dan ada juga
yang tidak besar, ada yang berair dan ada yang tidak berair, ada yang manis dan
ada yang kurang manis. Biji letaknya didalam kulit niji yang keras, besarnya
bervariasi. Biji terdiri dari dua keping, biji ada yang monoembryonal dan ada
yang poliembryonal (Tjitrosoepomo, 2009).
Manfaat Mangga memiliki kandungan vitamin c yang berguna untuk
kebutuhan tubuh, buah mangga dapat digunakan sebagai jus, rujak, manisan, dan
sebagai pembuatan dodol. Kayu mangga dapat gunakan untuk bahan bangunan.
Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan
dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan
atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan
setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah
mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-
lain. Di berbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap
dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging. Biji mangga dapat
dijadikan pakan ternak atau unggas, di India bahkan dijadikan bahan pangan di
masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga
cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk penggunaan
di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik. (Tjitrosoepomo. 2009).
Pengamatan keduabelas dilakukan pada spesies Citrus aurantifolia (jeruk
nipis), yang merupakan spesies dari divisi Magnoliophyta dan dari kelas
Magnoliopsida subkelas rosidae dan Family Rutaceae. Berikut ini adalah
klasifikasi dan gambar Citrus aurantifolia (jeruk nipis):
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia
Berdasarkan hasil pengamaatan, didapat bahwa Citrus aurantifolia (jeruk
nipis), memiliki habitus pohon kecil, bentuk batangnya bulat dan memilki
percabangan simpodial bentuk segi penampang bulat. Macam daunnya majemuk
(unifollibiatus). letak daun tersebar, bentuk daun jorong dengan pertulangan
menyirip, tepi daun serulatus, ujung daun rotundatus, dan pangkal daun dekurn
dan terdapat bagian tambahan yaitu terdapat dri (spina). Diketahui distribusi
seksnya berumah satu atau monoseus, yakni dalam satu tanaman terdapat dua
kelamin sekaligus.
Menurut (Tjitrosoepomo, 2009), Familia Rutacea Berupa pohon atau
semak, pada daunnya bersisik dan transparan yang berisi minyak. bunga dan
daun beraroma keras. Daun berhadapan atau berseling, seringkali majemuk.
Bunga biasabya biseksual, bersimetri banyak,. Sepal dan tepal masing masing
berjumlah 4 buah dan 5 buah, bebas dan konatus, dengan dua sampai banyak
ovula, stilus bebes atau konatus. Buah berupa beri kapsul atau Sizokarp. Biji
dapat mengandung endosperma. Contoh : Citrus grandis, Citrus aurantifolia,
Murraya paniculata.
Bunga pada jeruk nipis merupakan bunga majemuk terletak di aksilar,
dengan karangan bunga berbentuk simosa, simetri bunga aktinomorf. Perhiasan
bunga terdiri atas mahkota/tajuk bunga (corolla) berjumlah 5 yang berwarna
putih, memiliki kelopak (calyx) berjumlah 5 dan tidak memiliki tenda bunga
(perigonium). Alat kelamin bunga jruk nipis berupa benang sari dan putik.
Distribusi seks yaitu banci. Buahnya berbentuk bulat sebesar bola pingpong
dengan diameter 3,5-5 cm berwarna (kulit luar) hijau atau kekuning-kuningan.
Tanaman jeruk nipis mempunyai akar tunggang. Buah jeruk nipis yang sudah tua
rasanya asam. Tanaman jeruk umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat
memperoleh sinar matahari langsung (Tjitrosoepomo, 2009).
Manfaat Jeruk nipis, yang sering dinamakan secara salah kaprah sebagai
jeruk limau, dipakai perasan isi buahnya untuk memasamkan makanan, seperti
pada soto. Fungsinya sama dengan cuka. Sebagai bahan obat tradisional, perasan
langsung buah jeruk nipis dipakai sebagai obat batuk, diberikan bersama dengan
kapur untuk menurunkan demam. Perasannya juga dapat dipakai untuk
menghilangkan ketombe. Jeruk nipis juga dapat digunakan untuk mengecilkan
pori-pori dan mengurangi kadar minyak pada kulit berminyak (Tjitrosoepomo,
2009).
G.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berkut:
1. Rosidae mempunyai karakteristik stamaen tersusun sentripetal jarang
sentrifugal, bunga jarang dengan plasenta parietal; ovarium majemuk, tetapi
sering dengan 2 atau beberapa lokus yang hanya memiliki 1 atau 2 ovul;
bunga polypetal atau sering apetal, jarang sympetal.
2. Familia Fabaceae merupakan tumbuhan yang memiliki ciri-ciri habitus
perdu, herba. Daunnya tunggal atau majemuk; tersebar atau bergantian.
Bunganya majemuk atau tunggal, zygomorf, sering ada braktea, sepal 5,
lepas bersatu, petal 5 lepas berbentuk kupu-kupu, lepas (1 vaxilum, 2 ala,
dan 2 carina); stamen 10 monodelphus atau diadelphus, pistil 1, ovarium
superum, karpel 1, apokarp, beruang 1, plasenta marginalis. Buahnya
legumen (polongan).
3. Familia Mimmosaceae memiliki bunga banci, aktinomorf, mempunyai
kelopak berbilangan 4 – 5 berlekatan, mahkota terdiri atas daun-daun
mahkota yang sama jumlahnya dan bebas satu sama lain, Benang sari 2 x
lipat jumlah daun mahkota, atau banyak, Bunga terangkai dalam bunga
majemuk berbentuk tongkol yang seringkali tanpak seperti satu bunga saja.
Contoh: Mimosa pudica (putri malu
4. Anggota suku caesalpiniaceae ini berbeda dengan warga papilionaceae
terutama karena warga suku ini hampir semua berupa perdu atau pohon,
boleh dikatakan tidak ada yang berupa terna, daun hampir selalu majemuk
menyirip atau menyirip ganda, jarang sekali tunggal atau beranak daun 1.
5. Familia Rutacea Berupa pohon atau semak, pada daunnya bersisik dan
transparan yang berisi minyak. bunga dan daun beraroma keras. Daun
berhadapan atau berseling, seringkali majemuk. Bunga biasabya biseksual,
bersimetri banyak,. Sepal dan tepal masing masing berjumlah 4 buah dan 5
buah, bebas dan konatus, dengan dua sampai banyak ovula, stilus bebes atau
konatus.
6. Familia Euphorbiaceae yaitu tumbuhan berupa herba, semak, pohon,
seringkali bergetah. Daun umumnya tunggal, letaknya berseling. Bunga
biasanya kecil, bersimetri banyak, uniseksual, seringkali monoecius, yang
tersusun sebagai bunga majemuk. Periantium kelipatan 5 dalam satu atau
dua seri, atau dapat juga mereduksi. Stamen satu sampai banyak. Ovarium
berlokuli 3, ovula satu atau dua dalam tiap lokulus, dengan posisi
menggantung (pendulus) dan menunduk (anatropus), milkropil biasanya
tertutup oleh karunkula, stilus berjumlah 3 masing-masing terdiri dari dua
lobi.
7. Familia Rosaceae merupakan tumbuhan berupa semak jarang berupa
herba.Daun tunggal, majemuk, berseling dan stipula.Bunga seringkali
biseksual, bersimetri banyak dan periginius.Kalliks berbentuk tabung berlobi
5, petal 5 buah dan petal tampak menonjol dan berukuran besar.Benang sari
banyak melengkung ke dalam pada waktu kuncup.Ovarium berkarpel satu
atau banyak, ovula bebas, konatus atau adnatus pada dasar bunga, ovula
umumnya dua pada tiap ovarium, satu stilus atau lebih.Buah berupa drupa,
pome, atau aksene.Biji dengan eendosperma sedikit atu tanpa
endosperma.Contohnya : Rosa hybrida, Pyrus molus, Rosa rosaefolius
G. Pasca Praktikum
Pertanyaan
1. Tuliskan ciri-ciri khusus tumbuhan yang termasuk pada subclassis
Rosidae?
2. Jelaskan kekhasan tumbuhan yang termasuk ke dalam fabaceae,
mimmosaceae dan caesalpinaceae?
3. Jelaskan kekhasan dari Sauropus androginus dlihat dari daun dan
bunganya?
4. Tuliskan salah satu species dari subclassis Rosidae yang berperan penting
dalam pembuatan biodiesel?
5. Jelaskan salah satu family dari subclassis Rosidae yang mempunyai
peranan penting dalam hubungannya dengan pertanian.

Jawaban
1. Rosidae mempunyai karakteristik stamaen tersusun sentripetal jarang
sentrifugal, bunga jarang dengan plasenta parietal; ovarium majemuk, tetapi
sering dengan 2 atau beberapa lokus yang hanya memiliki 1 atau 2 ovul; bunga
polypetal atau sering apetal, jarang sympetal.
2. Fabaceae merupakan yang terpenting dan terbesar. Banyak tumbuhan
budidaya penting termasuk dalam suku ini, dengan bermacam-macam kegunaan:
biji, buah (polong), bunga, kulit kayu, batang, daun, umbi, hingga akarnya
digunakan manusia. Bahan makanan, minuman, bumbu masak, zat pewarna,
pupuk hijau, pakan ternak, bahan pengobatan, hingga racun dihasilkan oleh
anggota-anggotanya. Semua tumbuhan anggota suku ini memiliki satu kesamaan
yang jelas: buahnya berupa polong. Suku caesalpiniaceae habitus berupa Pohon,
semak, jarang herba. Daun majemuk pinnantas atau bipinnantas, jarang tunggal,
umumnya tidak memiliki stipula. Bunga dalam racemosa (tandan bunga), spica
(bunga bulir), jarang cymosa, bisexual, zigomorf, jarang aktinomorf; sepal 5,
dua sepal paling atas bersatu; petal 5, petal paling atas letaknya lebih ke dalam
dari yang lain; stamen 10 (jarang banyak), bebas atau bersatu; pistillum dengan
1 carpel (daun buah), 1 ruang placenta marginal (jumlah ruang bakal buah),
ovarium superior (bakal buah). Buah legum, sering bersayap.Tumbuhan suku
Mimosaceae termasuk tumbuhan herba, semak, atau pohon. Akarnya umumnya
bersimbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen. Daun umumnya majemuk
bipinnatus, jarang majemuk pinnatus. Pembungaan spica, racemosa, atau
capitulum, bunga bisexual, aktinomorf, sepal 5, valvate, bersatu membentuk
tabung; stamen 5 sampai banyak, filamen panjang sering berwarna; pastilum
dengan 1 carpel, ovarium superior. Buah legum. Biji umumnya tanpa
endosperm.
3. Sauropus androgynus memiliki daun majemuk pinatus paripinatus, jadi
daun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya duduk pada cabang tingkat
satu dari ibu tangkai. Sauropus androgynus memiliki percabangan simpodial,
yaitu kuncup terminal pada beberapa stadium dari siklus hidupnya membawa
perbungaan, yang sudah tentu setelah berbungan akan mati, dan memiliki segi
penampang bulat atau silindris.
4. pohon jarak (Richinus communis) dimanfaatkan sebagai biosolar, biodiesel
5. semua subclassis rosidae memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia
termasuk bagi kehidupan pertanian, untuk menghasilkan kebutuhan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, A Neil. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dasuki,U.A. 1992. Petunjuk Praktikum Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung :
Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati ITB
Kimball, W. John. 1987. Biologi Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mulyani, Asep. 2013. Panduan Praktikum Bothani Phanerogame. Cirebon: Pusat
Laboratorium IAIN
Sudarsono, dkk. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: UM Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
LAMPIRAN

Bunga mawar kembang merak

Daun jeruk daun jarak

Putri malu daun jambu biji

Anda mungkin juga menyukai