Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK KELUARGA (TAK)


MELATIH KEMAMPUAN POSITIF DIRI “MEMBUAT SAPU LIDI”
PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI DESA SUMBERBENING KECAMATAN BANTUR
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa

Oleh:
MUSTHIKA WIDA MASHITAH
0810720001

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK KELUARGA MELATIH


KEMAMPUAN POSITIF DIRI “MEMBUAT SAPU LIDI”
PADA KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh:

Musthika Wida Mashitah

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari :

Tanggal :

Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik Perseptor Akademik

Ns. Soebagijono, S.Kep, M.M.Kes.


Ns. Heni Windarwati,S.Kep, M.Kep,Sp.J
NIP. 19681009 1999003 1003
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan
dapat menghasilkan perubahan diri individu diantaranya perubahan nilai budaya,
perubahan sistem kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealisme
dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional.
Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan
menimbulkan ketegangan atau stres yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi
faktor pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang
dapat mempengaruhi stres adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi
saat ini (Suliswati, 2005).
Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stresor psikologis.Yang merupakan
suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan dalam
kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi dalam
menaggulangi stressor tersebut. Gangguan jiwa sering kali diawali dari perasaan negatif
tentang diri sendiri, hilang kepercayaan, dan merasa gagal mencapai keinginan yang
disebut dengan harga diri rendah. Penyebab munculnya harga diri rendah ini dapat
dikarenakan beberapa faktor antara lain pada masa kecil sering disalahkan atau jarang
diberi pujian atas keberhasilannya; pada masa remaja keberadaannya kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan untuk berhasil dan tidak diterima di lingkungan keluarga atau
teman sebaya; sering gagal baik di sekolah, pekerjaan, maupun pergaulan; atau
lingkungan sering mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan. Jika gangguan
harga diri ini dibiarkan berlangsung lama akan menyebabkan harga diri rendah kronik
yang sering menyebabkan munculnya gangguan jiwa yang lain seperti isolasi sosial dan
berikutnya menyebabkan gangguan defisit perawatan diri, halusinasi, resiko bunuh diri,
serta perilaku kekerasan.
Intervensi keperawatan untuk mengatasi klien dengan harga diri rendah adalah
dengan membantu klien agar mampu mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
kemudian melatihnya secara bertahap sehingga menjadi kegiatan rutin dan
mengembalikan klien aktif beraktivitas dalam hidupnya yang normal. Salah satu strategi
untuk mecapai tujuan tersebut adalah dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi
Persepsi: Harga Diri, Kemampuan Melatih Kegiatan Positif.
Di Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur dimana wilayah antar desanya luas dan
tempat tinggal antar konsumen sehat jiwanya tersebar, menjadi salah satu hambatan
untuk mengumpulkan peserta dalam TAK. Strategi untuk tetap terlaksananya TAK
adalah dengan memofikasinya menjadi TAK keluarga dimana keluarga dilibatkan
menjadi peserta TAK. Hal ini sesuai dengan strategi pelaksaan terapi jiwa dimana
keluaga merupakan support system yang penting dalam menunjang kesembuhan pasien.
Dalam TAK melatih kegiatan positif ini sangat cocok unuk melibatkan keluarga sehingga
keluarga dapat turut serta memfasilitasi dan memotivasi klien menerapkan kegiatan
positif yang sudah dilatih tersebut di rumah. Dalam TAK kali ini, kegiatan positif yang
akan dilatih yaitu membuat sapu lidi berdasarkan dari hasil pengkajian kemampuan
positif yang dapat dilakukan oleh klien. TAK dalam program CMHN Puskesmas Bantur
juga mulai dikembangkan ke arah produktivitas secara ekonomi. TAK membuat sapu lidi
dapat menjadi TAK yang produktif secara aktivitas dan ekonomi bagi konsumen sehat
jiwa di Kecamatan Bantur dimana bahan baku dan keterampilan penduduknya
mendukung.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Klien memasukkan kegiatan membuat sapu lidi daam jadwal hariannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Kien mampu menyebutkan langkah – langkah membuat sapu lidi
b. Kien mampu mempraktekkan cara membuat sapu lidi
c. Klien mampu mengidentifikasi manfaat membuat sapu lidi
d. Klien memasukkan membuat sapu lidi dalam kegiatan hariannya

1.3 Klien
1.3.1 Karakteristik klien
a. Klien yang tidak memiliki gangguan fisik
b. Klien dengan harga diri rendah yang sudah kooperatif untuk interaksi sosial
c. Keluarga klien kooperatif, mendukung, dan mampu memfasilitasi kegiatan
pembuatan sapu lidi klien di rumah.
1.3.2 Proses Seleksi

a. Mengobservasi klien dengan harga diri rendah

b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik keluarga yang kooperatif, mampu


mendukung, dan memfasilitasi kegiatan positif membuat sapu lidi.
c. Membuat kontrak dengan klien dan keluarga pelaksanaan TAK

1.4 Uraian struktur kelompok.

1.4.1 Tempat :

Di teras rumah klien (Ny. Karmisah), Desa Sumberbening, Kecamatan Bantur.

1.4.2 Waktu :

a. Hari/tanggal : jumat, 28 Maret 2014

b. Waktu : 09.00 – 09.45 WIB

c. Lamanya : 45 menit

d. Jumlah anggota : 2 orang.

1.5 Pengorganisasian

a. Leader : Musthika Wida Mashitah, S.Kep


Tugas :
- Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim terapi
- Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
- Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
- Memotivasi peserta TAK untuk mempraktekan membuat sapu dan
mengidentifikasi manfaat kegiatan membuat sapu
b. Co- Leader : Diki Elfira M., S. Kep
Tugas :
- Menyampaikan informasi tentang proses TAK pada leader dan fasilitator
- Mengingatkan leader jika permainan menyimpang
- Mengingatkan lamanya waktu pelaksanaan (45 menit)
- Bersama leader saling bekerja sama.

1.6 Metode

1.6.1 Ceramah, Diskusi, Demonstrasi

1.6.2 Media yang digunakan : blarak (daun kelapa kering), pisau, tali rafiah, dan sarung
tangan
1.7 Antisipasi Masalah

1.7.1 Penanganan klien yang tidak efektif saat TAK, fasilitator memastikan agar klien
berperan aktif dalam TAK.

1.7.2 Penanganan untuk klien yang meninggalkan permainan tanpa pamit :


Ingatkan klien akan aturan permainan bahwa barang siapa yang akan
meninggalkan ruang TAK harus pamit terlebih dahulu pada perawat.

Jika klien tetap saja pergi jangan paksakan klien untuk mengikuti TAK tetapi tanyakan
alasan mengapa meninggalkan TAK.

1.8 Proses Evaluasi

a. Waktu

b. Kehadiran

c. Topik diskusi

d. Isu, ide, dan pendapat anggota

e. Strategi leader

f. Rencana strategi berikutnya

g. Prediksi respon anggota pertemuan berikutnya.

h. Alat bantu yang digunakan

i. Perincian biaya

j. Bentuk formasi kelompok

k. Proses pelaksanaan.

1.9 Langkah Kegiatan


1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien dan keluarga
b. Mempersiapkan lata dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam Terapeutik: salam dari terapis kepada klien
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah ada tambahan hal positif klien

3. Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu melatih hal positif pada klien
b. Terapis menjelaskan aturan main berikut
 Jika klien ingin meninggalkan Tak, harus meminta ijin kepada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Klien mengikuti dari awal sampai selesai
4. Tahap Kerja
a. Terapis meminta klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada
pertemuan sebelumnya
b. Terapis mengingatkan kembali kegiatan yang telah dipilih untuk dilatih hari
ini (membuat sapu lidi)
c. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang dipilih dengan
cara berikut:
1) Terapis memperagakan
2) Klien memperagakan ulang
3) Memberi pujian sesuai dengan keberhasilan klien
5. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian pada klien
b. Tindak Lanjut
Terapis meminta klien memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal
kegiatan sehari-hari
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang untuk hal positif lain
2) Menyepakati waktu dan tempat sampai aspek positif selesai dilatih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
a. Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang
lain (Stuart & Laraia, 2001). Konsep diri terdiri atas citra diri, ideal diri, harga diri, peran,
dan identitas personal.
b. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan
langsung menghasilkan perasaan berharga (Keliat, 2002).
c. Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan, dan merasa gagal
mencapai keinginan (Keliat, 2002).

2.2 Rentang respon

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

2.3 Penyebab
a. Pada masa kecil sering disalahkan atau jarang diberi pujian atas keberhasilannya
b. Pada masa remaja keberadaannya kurang dihargai. Tidak diberi kesempatan untuk
berhasil dan tidak diterima di lingkungan keluarga atau teman sebaya
c. Sering gagal baik di sekolah, pekerjaan, maupun pergaulan
d. Lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan

Harga diri rendah dapat terjadi secara:


a. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba- tiba misalnya: kecelakaan, putus sekolah,
perceraian, PHK, perasaan malu karena sesuatu terjadi pada dirinya (perkosaan atau
pernah dipenjara).
Hal ini terjadi karena:
- Privacy klien yang kurang diperhatikan
- Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak sesuai harapan karena
penyakit yang dialami
- Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai privacy klien misalnya:
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan sebelumnya
b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung sebelum sakit/dirawat,
dimana klien mempunyai cara berpikir yang negatif

2.4 Tanda dan Gejala


a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
Misalnya: malu pada diri sendiri, sedih
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Misalnya: menyalahkan atau mengkritik diri sendiri
c. Merendahkan martabat
Misalnya: minder, merasa tidak mampu, tidak bisa apa-apa, tidak tahu apa-apa, merasa
dirinya bodoh
d. Gangguan hubungan sosial
Misalnya: menarik diri, tidak mampu bertemu dengan orang lain, menyendiri, sulit dan
tidak mau bergaul
e. Percaya diri kurang
Misalnya: klien sukar mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi
f. Mencederai diri
Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien ingin
mengakhiri kehidupannya.

2.5 Akibat
a. Isolasi sosial: menarik diri
b. Risiko perilaku kekerasan
2.6 Pohon Masalah

Akibat Isolasi Sosial : Menarik Diri

Masalah utama Harga Diri Rendah

harga diri rendah

Penyebab Koping individu inefektif

2.7 Rencana Keperawatan


a. Tujuan umum: klien menunjukkan peningkatan harga diri
b. Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan inteniksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
1.2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
1.4. Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis.
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
3.1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah.

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang


dimiliki.
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
BAB III
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI: HARGA DIRI RENDAH

TAK stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus
dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian
masalah.
3.1 Tujuan
Tujuan umum TAK stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara
tujuan khususnya:
1. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat.
2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami

3.2 Aktivitas dan Indikasi


Aktivitas mempersiapkan stimulus nyata yang menyebabkan harga diri rendah dibagi
menjadi beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan yaitu:
1. TAK stimulasi persepsi: mengidentifikasi aspek yang membuat harga diri rendah dan
aspek positif kemampuan yang dimiliki selama hidup.
2. TAK stimulasi persepsi: melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah.
Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien gangguan konsep diri harga diri
rendah.

3.3 Tugas dan Wewenang


1. Tugas Leader dan Co-Leader
- Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.
- Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien
- Memberikan motivasi kepada klien
- Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
- Memberikan reinforcemen positif terhadap klien
2. Tugas Fasilitator
- Ikut serta dalam kegiatan kelompok
- Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien
- Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung
- Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif
- Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya
- Membantu melakukan evaluasi hasil
3. Tugas Observer
- Mengamati dan mencatat respon klien
- Mencatat jalannya aktivitas terapi
- Melakukan evaluasi hasil
- Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co leader, dan
fasilitator)
4. Tugas Klien
- Mengikuti seluruh kegiatan
- Berperan aktif dalam kegiatan
- Mengikuti proses evaluasi

3.4 Peraturan Kegiatan


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir
2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh
memotong pembicaraan orang lain
3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
- Peringatan lisan
- Dihukum : Menyanyi, Menari, atau Menggambar
- Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit
- Dikeluarkan dari ruangan/kelompok
3.5 Teknik Pelaksanaan
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK KELUARGA
MELATIH KEMAMPUAN POSITIF MEMBUAT SAPU LIDI

Tema : Terapi Aktivitas Kelompok Keluarga Melatih Kemampuan Positif Membuat


Sapu Lidi
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien dengan HDR
Hari/tanggal : Sabtu, 3 Mei 2014
Waktu : 45 menit
Tempat : di teras rumah klien
Terapis :
1. Leader : Ivo Feorentina
2. Co. Leader :.Diki Elfira M.

A. Tujuan
Tujuan Umum
Klien memasukkan kegiatan membuat sapu lidi daam jadwal hariannya.
Tujuan Khusus
a. Kien mampu menyebutkan langkah – langkah membuat sapu lidi
b. Kien mampu mempraktekkan cara membuat sapu lidi
c. Klien mampu mengidentifikasi manfaat membuat sapu lidi
d. Klien memasukkan membuat sapu lidi dalam kegiatan hariannya
B. Sasaran
a. Klien dengan harga diri rendah yang sudah kooperatif untuk interaksi sosial
b. Keluarga klien kooperatif, mendukung, dan mampu memfasilitasi kegiatan pembuatan
sapu lidi klien di rumah.
C. Nama Peserta
1. Ny. Karmisah (klien)
2. Tn. Busiman (ayah klien)

D. Setting
 Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran
 Tempat nyaman dan tenang
E. MAP

L K F

Kel

Keterangan :
L : Leader F : Fasilitator/Co. Leader
Kel.: keluarga K : Klien
F. Alat
 Jadwal kegiatan
 Blarak (pelepah kepala kering)
 Pisau
 Sarung tangan
 Tali rafiah
G. Metode
 Dinamika kelompok
 Diskusi dan tanya jawab
 Praktek
H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak:
1. Menjelaskan tujuan kegiatan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
 Jika klien ingin berhenti sebelum kontrak waktu selesai, harus meminta izin
kepada terapis dan memberikan alasannya
 Lama kegiatan 45 menit (1 ikat sapu lidi)
3. Tahap kerja
a. Terapis meminta klien membaca ulang daftar kemampuan positif pada pertemuan
sebelumnya
b. Terapis mengingatkan kembali kegiatan yang telah dipilih untuk dilatih hari ini
(membuat sapu lidi)
c. Terapis melatih cara pelaksanaan kegiatan/kemampuan yang dipilih dengan cara
berikut:
1) Terapis memperagakan
2) Klien memperagakan ulang
3) Memberi pujian sesuai dengan keberhasilan klien

4. Aspek yang dinilai


a. Klien
No. Aspek yg Dinilai Dilakukan/Tidak Dilakukan
1 Klien kooperatif
2 Klien mengikuti TAK sesuai
kontrak (45 menit/sampai
menghasilkan 1 ikat sapu)
3 Klien mampu mengidentifikasi
manfaat membuat sapu lidi
4 Klien memasukkan membuat
sapu ke dalam jadwal harian

b. Keluarga
No. Aspek yg Dinilai Dilakukan/Tidak Dilakukan
1 Keluarga menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan sesuai
kontrak sebelumnya
2 Keluarga kooperatif & turut serta
dalam TAK hingga selesai sesuai
kontrak waktu
3 Keluarga memberikan
reinforcement positif terhadap
kemajuan klien
4 Keluarga menyatakan komitmen
untuk mengingatkan klien jadwal
membuat sapu & menyiapkan
bahan yang dibutuhkan untuk
latihan berikutnya
BAB IV
EVALUASI HASIL

a. Klien
No. Aspek yg Dinilai Dilakukan/Tidak Dilakukan
1 Klien kooperatif √
2 Klien mengikuti TAK sesuai
kontrak (45 menit/sampai √
menghasilkan 1 ikat sapu)
3 Klien mampu mengidentifikasi
manfaat membuat sapu lidi √
4 Klien memasukkan membuat
sapu ke dalam jadwal harian √

b. Keluarga
No. Aspek yg Dinilai Dilakukan/Tidak Dilakukan
1 Keluarga menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan sesuai √
kontrak sebelumnya
2 Keluarga kooperatif & turut serta
dalam TAK hingga selesai sesuai √
kontrak waktu
3 Keluarga memberikan
reinforcement positif terhadap √
kemajuan klien
4 Keluarga menyatakan komitmen
untuk mengingatkan klien jadwal
membuat sapu & menyiapkan √
bahan yang dibutuhkan untuk
latihan berikutnya
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Klien dan keluarga berhasil mencapai target yang diharapkan terapis sesuai dengan
kriteria aspek yang dinilai dalam evaluasi hasil.

Rencana Tindak Lanjut:


Follow up pelaksanaann jadwal membuat sapu sesuai jadwal yang disepakati oleh klien dan
keluarga.

Bantur, 3 Mei 2014


Mengetahui,
Perseptor Akademik Perseptor Klinik

Ns. Heni Windarwati, M.Kep., Sp.Jiwa Ns. Soebagijono, S.Kep.,M.MKes


DAFTAR RUJUKAN

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja,
Widya Medika, Jakarta.
Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap
Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental. Insan Vol.8 No.2, 2006.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan,
Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children
with Mental Retardation in South Korea: An Examination of Moderating and Mediating
Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Keliat, Budi. 2002. Gangguan Konsep Diri pada Klien Gangguan Jiwa. Jakarta: Fakultas Ilmu
Keperawatan UI.
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan Untuk Anak
Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapi-permainan-untuk-
tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak Tunagrahita, (Online),
s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anak-tunagrahita/, diakses 10 Agustus
2011).
Peshawaria et al. 2009. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A Study of
Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of Children With Mental
Retardation in India, (Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo0108.html,
diakses pada 20 Agustus 2011).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah Keperawatan, Sagung
Seto, Jakarta.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.
Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.

Anda mungkin juga menyukai