Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkan oleh
parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan
ditandai dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepato-splenomegali (IDAI,
2009).
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Malaria Report tahun 2011
menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 Negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia
tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 216 juta
kasus, dimana 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang
meninggal dunia karena malaria terutama anak balita (86%), 320 ribu diantaranya berada di
Asia Tenggara termasuk Indonesia (Depkes, 2014).
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles. Secara global, penyebarannya sangat, meliputi lebih dari 100
negara beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah
sckitar 2,3 miliar atau 41% dari penduduk dunia. Setiap tahun jumlah kasus malaria
berjumlah 300-500 juta dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di Afrika sub
Sahara, Asia Selatan dan Asia Tenggara serta Amerika Tengah. Wilayah yang kini sudah
bebas malaria adalah Eropa, Amerika Utara, sebagian besar Timur Tengah, sebagian besar
Karibia, sebagian Amerika Selatan, Australia, dan Cina (WHO, 2000).
Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang menginfeksi eritrosit (sel darah
merah). Parasit ini ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Penyebab malaria adalah parasit dari genus Plasmodium, dan terdiri dari
4 spesies : Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan
Plasmodium ovale. Baru-baru ini melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR)
ditemukan jenis Plasmodium lain yaitu Plasmodium knowlesi. Plasmodium ini masih dalam
proses penelitian dan ditemukan pertama kali di Sabah. Reservoar utama Plasmodium ini
adalah kera ekor panjang (Macaca sp) (Depkes, 2014).
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan

1
ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja (Depkes, 2008).
Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tertular
malaria. Dari 497 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia saat ini, 54% masih merupakan
wilayah endemis malaria. Secara nasional kasus malaria tahun 2005-2011, berdasarkan
laporan rutin, cenderung menurun yaitu sebesar 4,10‰ (tahun 2005) menjadi 1,38‰ (tahun
2013). Namun begitu, di daerah endemis tinggi angka API masih sangat tinggi dibandingkan
angka nasional, sedangkan di daerah endemis rendah sering terjadi KLB (Kejadian Luar
Biasa) sebagai akibat adanya kasus import. Pada tahun 2010 jumlah kematian malaria yang
dilaporkan adalah 432 kasus (Depkes, 2014).

2
BAB II
STATUS PEDIATRIK

I. IDENTIFIKASI
a. Nama : An. AA
b. Umur : 5 tahun 7 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Nama Ayah : Tn. K
e. Nama Ibu : Ny. As
f. Bangsa : Sumatera
g. Agama : Islam
h. Alamat : Lahat, Palembang
i. Dikirim oleh : datang sendiri
j. MRS Tanggal : 6 Oktober 2017

II. ANAMNESIS
Tanggal : Senin, 9 Oktober 2017
Diberikan oleh : ibu kandung dan ayah kandung

A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan utama : Demam
Keluhan tambahan : Batuk pilek
Riwayat perjalanan penyakit :
Sejak 2 minggu yang lalu penderita mengalami demam, naik turun, demam
sangat tinggi dirasakan terutama saat pagi menjelang siang hari. Pada hari yang
sama, pasien merasakan kaki tangan penderita dingin. Beberapa saat kemudian
penderita berkeringat banyak dan membasahi hampir seluruh tubuhnya, demam
turun sampai suhu normal selama beberapa jam. Demam disertai menggigil.
Penderita sering mengigau saat tidur selama demam. Pasien berobat ke bidan dan
diberi obat. Keluhan tidak berkurang.
± 1 hari SMRS, pasien berobat ke rsmh untuk direncanakan operasi katarak
namun pasien masih demam dan dikonsulkan ke poli anak. keluhan demam disertai
batuk pilek. Batuk tidak berdahak. Pasien juga mengeluh pusing. Penderita tampak

3
pucat. Penderita mengeluh badan terasa lemah dan lesu. Mual (+), muntah (-), nyeri
sendi (-), nyeri otot (-), nyeri punggung (-), nyeri perut (-), nyeri menelan (-), nyeri
telinga (-), keluar sekret dari telinga (-), nyeri di belakang bola mata (-). Ibu
penderita mengeluhkan anak sulit makan. Anak makan 2 kali sehari selama sakit
kurang lebih 1/2 centong nasi, tetapi tidak pernah habis. Ibu penderita mengeluhkan
anak tampak lebih kurus dalam beberapa bulan terakhir. Penderita tidak pernah
kejang, tidak kuning. tidak ada bintik-bintik kemerahan dikulit, mimisan (-), gusi
berdarah (-). Dari hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil malaria (+)

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal
- Riwayat transfusi sebelumnya disangkal
- Riwayat minum obat lama disangkal
- Riwayat malaria sebelumnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat malaria pada keluarga ada

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


- Masa kehamilan : aterm
- Partus : spontan
- Tempat : puskesmas
- Ditolong oleh : bidan
- Tanggal : 10 Maret 2012
- BB : 3100 gram
- PB : 48 cm
- Lingkar Kepala : ibu lupa
- Kondisi saat lahir : langsung menangis
- Riwayat ibu demam : tidak ada
- Riwayat KPSW : tidak ada
- Riwayat ketuban hijau,kental, dan bau : tidak ada
- G3P3A0

4
Riwayat Makanan
- ASI : 0 - 2 bulan, durasi dan frekuensi menyusui sesuai keinginan
anak
- Susu botol : 0 - 1 tahun, frekuensi 3 kali sehari
- Bubur susu : 6 – 8 bulan, frekuensi 3 kali sehari
- Nasi tim/lembek : 8 -12 bulan, frekuensi 3 kali sehari
- Nasi biasa : 1 tahun – sekarang, frekuensi 3 kali sehari, 1 centong nasi
- Daging/ayam : 1 tahun – sekarang, frekuensi 4 kali sebulan, @ 1 potong
- Ikan : 1 tahun – sekarang, frekuensi 3 kali seminggu, @ 1 potong
- Tempe/tahu : 1 tahun – sekarang, frekuensi 2 kali seminggu, @ 1-2
potong
- Telur : 1 tahun – sekarang, frekuensi 5 kali seminggu, @ 1 butir
- Sayuran : 1 tahun – sekarang, frekuensi 2 kali sebulan, @ 1 sendok
- Buah : 1 tahun – sekarang, frekuensi 2 kali seminggu
- Kesan : kuantitas dan kualitas cukup

5
Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR
BCG √ (usia lupa)
DPT 1 √ (usia lupa) DPT 2 √ (usia DPT 3 √ (usia
lupa) lupa)
Hepatitis B 1 √ (usia lupa) Hepatitis B 2 √ (usia Hepatitis B 3 √ (usia
lupa) lupa)
Polio 1 √ (usia lupa) Polio 2 √(usia Polio 3 √ (usia
lupa) lupa)
Campak √ (usia lupa) Polio 4 √ (usia
lupa)
Kesan : imunisasi dasar lengkap

Riwayat Keluarga
Ayah ibu
Perkawinan pertama pertama
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan Petani ibu rumah tangga
Penyakit yang pernah diderita Malaria Malaria

Riwayat Perkembangan
 Berbalik : 2 bulan
 Tengkurap : 3 bulan
 Merangkak : 6 bulan
 Duduk : 6 bulan
 Berdiri : 8 bulan
 Berjalan : 9 bulan
 Berbicara : 12 bulan
 Anak sekarang belum sekolah, belum bersikap mandiri, memiliki banyak
teman disekitar tempat tinggal, tidak ada gangguan sosialisasi dengan teman.
 Kesan : perkembangan motorik, bahasa, sosial, dan kemandirian
anak sesuai usia

6
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita anak ke tiga dari 3 bersaudara dari pasangan Tn.K yang bekerja di
perkebunan dan ibu Ny A sebagai ibu rumah tangga. Pendapatan perbulan kurang
lebih Rp 3.000.000,-/bulan. Saat ini, orang tua pasien hanya menghidupi 2 orang
anak.
Kesan : sosial ekonomi menengah.

Riwayat Higienitas dan Lingkungan


Penderita tinggal dirumah dengan penghuni berjumlah 4 orang, yaitu ayah
dan ibu pasien, dan 1 orang kakak pasien. Luas rumah ± 200 m2. Terdapat 2 kamar
tidur dan 1 kamar mandi yang terletak di dalam rumah. Terdapat dapur dan ruang
makan sendiri. Makanan yang tersaji di meja makan ditutup dengan menggunakan
tudung saji. Sumber air untuk mandi dan mencuci menggunakan air dari sumur gali.
Tempat pembuangan sampah ± 20 meter. Air minum menggunakan air galon isi
ulang. Kamar mandi dikuras 2 minggu sekali, tempat penampungan air tertutup,
tidak tampak jentik-jentik nyamuk didalam bak atau penampungan air, barang bekas
diletakkan di belakang rumah, namun tidak dikubur. Dibelakang rumah terdapat
genangan air yang cukup luas (kolam) dengan dasar tanah, jarak kurang lebih 100 m
dari rumah. Di kamar tidur banyak gantungan-gantungan pakaian. Disekitar rumah
banyak nyamuk, sehari-hari menggunakan semprotan nyamuk. Penderita tidak
pernah menggunakan kelambu atau losion anti nyamuk pada malam hari. Keluarga
dan tetangga pasien pernah menderita malaria.
Kesan : status higienitas dan lingkungan cukup baik.

Riwayat Kebiasaan
 Penderita sering jajan makanan kaki lima di dekat rumah.
 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan jarang
 Penderita tidur tidak pernah menggunakan kelambu atau obat nyamuk lainnya.

7
III. PEMERIKSAAN FISIK
(Tanggal pemeriksaan 9 Oktober 2017, pukul 17.00)
A. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
BB : 14 kg
TB : 102 cm
Lingkar kepala : 48 cm (Normocephali)
Status gizi
BB/U : 14/18 x 100% = 77,7% (Moderate wasting)
TB/U : 102/110 x 100% = 94,5% (normal)
BB/TB : 14/17 x 100% = 82% (moderate malnutrition)
Kesan : gizi kurang
Suhu : 37,2oC
Respirasi : 22 x/menit
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 94 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Kulit : sianosis (-), pallor (+), ptekiae (-), ekimosis (-), purpura (-),
hematom (-)

B. Pemeriksaan Khusus
KEPALA :
Bentuk : Normocepali, simetris, dismorfik (-)
Rambut : Warna hitam, lurus, halus, pendek, tidak mudah dicabut, lebat,
distribusi merata, kulit kepala tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, edema palpebra (-
/-), mata cekung (-/-), injeksi konjungtiva (-/-).
Hidung : Napas cuping hidung (-), deviasi septum (-), mukosa hiperemis (-
/-), hipertropi konka (-/-), sekret (-/-), deformitas (-), epistaksis (-
/-)
Telinga : Deformitas (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-), nyeri tekan tragus (-/-),
nyeri tekan mastoid (-/-), serumen (+/+) minimal, sekret (-/-)

8
Mulut : Bibir kering (-), keilitis (-), sianosis sirkumoral (-), rhagaden (-),
karies dentis (-), hipertrofi ginggiva (-), arkus palatum simetris,
atrofi papil lidah (-), coated tongue (-), typhoid tongue (-), uvula di
tengah, tonsil T2/T2 hiperemis (-), detritus (-), kripta tidak
melebar, arcus faring hiperemis (-), kelainan kongenital (-).
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

THORAX
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris kiri dan kanan, scar (-), massa (-)
Palpasi : fraktur (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-)
PARU-PARU
Inspeksi : simetris statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru, batas paru hepar di ICS VI linea
midclavicularis dekstra dan terdapat peranjakan 1 sela iga.
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
JANTUNG
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra,thrill (-)
Perkusi : Batas kiri jantung ICS V linea midclaviularis sinistra
Batas kanan jantung ICS V linea sternalis dekstra
Auskultasi : HR 94×/menit, irama reguler, bunyi jantung I-II (+) normal,
murmur (-), gallop (-), pulsus defisit (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, pelebaran pembuluh darah (-), massa (-)
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, cubitan perut
kembali cepat.
Perkusi : Timpani diseluruh bagian abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal (4x/menit)

LIPAT PAHA
Pembesaran KGB (-)

9
EKSTREMITAS
Akral hangat, pucat, CRT <3 detik, sianosis (-), edema (-), deformitas (-), tes
Rumple Leede (-)

Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Kiri Lengan Lengan
Kanan Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan +5 +5 +5 +5

Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni

Klonus - -

Reflek fisiologis (tidak (tidak (tidak (tidak


dilakukan) dilakukan) dilakukan) dilakukan)

Reflek patologis - - - -

 Fungsi sensorik : Dalam batas normal


 GRM : Kaku kuduk tidak ada
 Kesan : status neurologis dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin (8 Oktober 2017)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hb 9,9 gr/dL 12-14 gr/dL
Eritrosit 3,95 juta/uL 4,5–5,5 juta/ul
Leukosit 10.600/ul 5000-10.000/ul
Trombosit 278.000 150.000-400.000/ul
Hematokrit 31% 40-48%
LED 56 mm/jam <10 mm/jam

10
Hitung jenis leukosit
- Netrofil 38% 50-70%
- Limfosit 54% 20-40%
DDR Plasmodium vivax (+) Negatif

V. RESUME
Anak laki-laki, 5 tahun, datang ke poli anak RSMH dengan keluhan utama demam
menggigil, terutama saat pagi menjelang siang hari. Pada hari yang sama, pasien
merasakan kaki tangan penderita dingin. Beberapa saat kemudian penderita berkeringat
banyak dan membasahi hampir seluruh tubuhnya, demam turun sampai suhu normal
selama beberapa jam. Demam disertai menggigil. Penderita sering mengigau saat tidur
selama demam.
± 1 hari SMRS, pasien berobat ke rsmh untuk direncanakan operasi katarak namun
pasien masih demam dan dikonsulkan ke poli anak. keluhan demam disertai batuk pilek.
Batuk tidak berdahak. Pasien juga mengeluh pusing. Penderita tampak pucat. Penderita
mengeluh badan terasa lemah dan lesu. Mual (+), muntah (-), nyeri sendi (-), nyeri otot
(-), nyeri punggung (-), nyeri perut (-), nyeri menelan (-), nyeri telinga (-), keluar sekret
dari telinga (-), nyeri di belakang bola mata (-). Penderita tidak pernah kejang, tidak
kuning. tidak ada bintik-bintik kemerahan dikulit, mimisan (-), gusi berdarah (-). Dari
hasil pemeriksaan darah didapatkan hasil malaria (+). Pasien disarankan untuk rawat
inap.
Riwayat malaria pada keluarga pasien dan tetangga sekitar ada. Riwayat minum obat
lama disangkal. Status sosial ekonomi menengah ke atas, riwayat higienitas dan
lingkungan cukup baik, riwayat kebiasaan pasien sering makan diluar rumah, riwayat
kehamilan dan kelahiran dalam batas normal, riwayat makan kualitas dan kuantitas baik,
riwayat imunisasi lengkap, perkembangan anak sesuai usia.
Pemeriksaan fisik umum, tampak sakit sedang, kompos mentis, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 94 kali/menit isi tegangan cukup, irama reguler, frekuensi nafas 22
kali/menit reguler, suhu badan 36,60C. Konjungtiva anemis (+/+), tonsil T2/T2, akral
hangat, pucat, CRT <3 detik, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hemoglobin, jumlah eritrosit, dan hematokrit
menurun. DDR ditemukan plasmodium vivax (+).

11
VI. DAFTAR MASALAH
1. Demam
2. Batuk pilek

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Malaria vivax
2. Demam dengue
3. DBD

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Malaria vivax

IX. TATALAKSANA
1. Suportif
- Tirah baring
- Diet : nasi biasa
- IVFD RL gtt 15x/menit
2. Simptomatik
- Parasetamol tablet 140 mg bila suhu ≥ 38,5oC
3. Kausatif
- DHP 1 x 1 tab
- Primakuin 1 x 1/4 tab
4. Edukasi
- Melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu, kenakan
baju lengan panjang, gunakan lotion anti nyamuk
- Minum obat malaria pencegahan apabila bepergian ke daerah endemis
malaria
- Lakukan 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, dan berantas jentik serta
hindari gigitan nyamuk)
- Banyak minum, dan perbanyak makanan yang bergizi
- Kurangi jajan makanan sembarangan
- Minum obat secara teratur
5. Monitoring

12
- Keadaan umum, kesadaran, tanda vital, tanda syok, diuresis, perdarahan

X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

13
X. FOLLOW UP

Tanggal – CATATAN KEMAJUAN (S/O/A) RENCANA


Jam TATALAKSANA

9-10-2017 S : Demam (-), batuk (+) P:


O:
17.00 WIB - IVFD RL gtt 15x/menit
Keadaan Umum :
- Inj Artesunat 33mg
Tampak sakit sedang
- DHP oral 1 x 1 tablet
Sens: compos mentis
- Primaquin 1 x 1/4 tablet
TD: 100/60
T: 37,30 C.
Nadi: 94 kali/menit, isi tegangan
cukup,reguler
RR: 22 kali/menit, reguler
Keadaan Spesifik:
Kepala : konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), napas cuping hidung (-), pucat
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), sonor di kedua
bagian thoraks
Cor : Bunyi Jantung I-II (+) normal, murmur
(-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-),
wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+)
normal 4 x menit, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas: pucat, hangat, CRT < 3
A: Malaria

14
10-10-2017 S : Demam (-), batuk (+) P:
O:
06.00 WIB - IVFD RL gtt 15x/menit
Keadaan Umum :
- DHP oral 1 x 1 tablet
Tampak sakit sedang
- Primaquin 1 x 1/4 tablet
Sens: compos mentis
TD: 100/60
T: 36,90 C.
Nadi: 94 kali/menit, isi tegangan
cukup,reguler
RR: 24 kali/menit, reguler
Keadaan Spesifik:
Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), napas cuping hidung (-), pucat
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-), sonor di kedua
bagian thoraks
Cor : Bunyi Jantung I-II (+) normal, murmur
(-), gallop (-), iktus kordis terlihat dan teraba
Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-),
wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+)
normal 4 x/menit, hepar lien tidak teraba
Ekstremitas: hangat, CRT < 3
A: Malaria

15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MALARIA

2.1.1 Definisi
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan ditandai
dengan panas tinggi bersifat intermiten, anemia, dan hepato-splenomegali (IDAI, 2009).

2.1.2. Etiologi
Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit
malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Malaria disebabkan oleh
protozoa intraseluler obligat dari genus Plasmodium. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale,
serta P.knowlesi yang masih dalam proses penelitian. Penularan pada manusia dilakukan
oleh nyamuk betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi darah atau
jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada janinnya.

Parasit malaria
Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan hidupnya
parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup) baik pada manusia
maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat jenis spesies parasit malaria di dunia
yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika), merupakan jenis
penyakit malaria yang terberat atau paling ganas, kadar parasitemia paling tinggi. Satu-
satunya parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular karena dapat
menyebabkan berbagai komplikasi berat.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 – 3 bulan. Relaps
50% dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.
4. Plasmodium ovale

16
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat. Lebih
ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.
Karakteristik Spesies Plasmodium
No Karakteristik P.falciparum P.vivax P.ovale P.malariae

1 Siklus eksoeritrositik primer


(hari) 5,5-7 6-8 9 12-16

2 Siklus aseksual dalam darah


(jam) 48 42-48 49-50 72

3 Masa prepaten (hari) 9-10 11-13 10-14 15

4 Masa inkubasi (hari) 9-14 12-17 16-18 18-40

5 Merozoit per skizon jaringan 30.000 10.000 15.000 2000

6 Eritrosit yang diinfeksi Eritrosit muda, Eritrosit


dapat juga yang lebih
seluruh eritrosit RetikulositRetikulosit tua

7 Siklus hipnozoit Tidak Ada Ada Tidak

Nyamuk Anopheles
Nyamuk yang dapat menularkan malaria pada manusia hanya nyamuk Anopheles
betina. Nyamuk Anopheles mengalami metamorfosa sempurna yaitu dari telur menjadi
jentik (larva), kepompong (pupa), dan dewasa. Berdasarkan tempat hidup / habitat ada dua
tingkatan kehidupan, yaitu:
a. Di dalam air. Fase telur (1-2 hari), menjadi jentik/larva memerlukan waktu 8-10 hari,
kemudian jentik menjadi kepompong 1-2 hari.
b. Di darat atau udara. Di darat atau udara diawali dari keluarnya nyamuk dewasa dari
kepompong dalam waktu 1-2 hari.

2.1.3 Epidemiologi
Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan dengan
perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan

17
mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan
dapat meningkatkan resiko malaria.
Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang berisiko tertular
malaria. Dari 497 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia saat ini, 54% masih merupakan
wilayah endemis malaria. Secara nasional kasus malaria tahun 2005-2011, berdasarkan
laporan rutin, cenderung menurun yaitu sebesar 4,10‰ (tahun 2005) menjadi 1,38‰ (tahun
2013). Namun begitu, di daerah endemis tinggi angka API masih sangat tinggi dibandingkan
angka nasional, sedangkan di daerah endemis rendah sering terjadi KLB (Kejadian Luar
Biasa) sebagai akibat adanya kasus import. Pada tahun 2010 jumlah kematian malaria yang
dilaporkan adalah 432 kasus (Depkes, 2014). Di Indonesia, angka kejadian malaria tahun
2015 berjumlah 1,8 juta jiwa. Daerah dengan jumlah penderita malaria terbanyak adalah
Nusa Tenggara Timur dan Papua sekitar 377 ribu dan 461 ribu penderita. Sumatera Selatan
juga termasuk daerah risiko tinggi malaria dengan angka kejadian malaria tahun 2015
sebesar 43 ribu penderita (BPS, 2015).

2.1.4 Siklus Hidup Malaria

Siklus Pada Manusia


Ketika nyamuk anoples betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia,
akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati.
Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium skizon jaringan dalam sel hati
(stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit yang masuk ke
eritrosit membentuk stadium skizon dalam eritrosit (stadium eritrositer) dan mulai
membentuk tropozoit muda sampai skizon matur hingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.
Sebagian besar merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk
gametosit jantan dan betina yang siap untuk dihisap oleh nyamuk Anopheles betina dan
melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).
Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (skizon jaringan)
sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan
tetapi tertanam di jaringan hati yang disebut stadium hipnozoit. Bentuk hipnozoit ini
menyebabkan malaria relaps. Pada penderita yang mengandung hipnozoit, apabila suatu saat
dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau
perubahan iklim (musim hujan), hipnozoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk
melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah

18
akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun sebelumnya pernah menderita P.
vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudian mengalami kelelahan atau stress,
gejala malaria akan muncul kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk
anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati pemeriksaan sediaan darah positif
P.vivax/ovale.

Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina


Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikrogamet) dan
sel gamet betina (makrogamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista
matang kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan siap
untuk ditularkan ke manusia.

2.1.5 Patogenesis malaria


Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas
pembuluh darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemia tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal ini
diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi fagositosis
dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi
hiperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi merozoit ke
dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung parasit mengalami
perubahan struktur dan biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel, sitoadherensi,
sekuestrasi dan resetting.

19
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi P.
Falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga
dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset.
Rosetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non
parasit, sehingga berbentuk seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B yang
bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.

2.1.6 Manifestasi Klinis


Gejala malaria yang utama yaitu: demam, dan menggigil, juga dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat
bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit
berasal. Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium mempunyai
gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit atau skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol)
atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita, demam tidak terjadi
(misalnya pada daerah hiperendemik) banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala.
Gambaran karakteristik dari malaria ialah demam periodic, anemia dan splenomegali.
Manifestasi umum malaria adalah sebagai berikut:
a. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi
dan pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga
cara infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya
transfuse darah yang mengandung stadium aseksual).
b. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam, berupa: malaise,
lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut
tidak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P.
malariae keluhan prodromal tidak jelas.
c. Gejala-gejala umum

20
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutanyang disebut trias malaria, yaitu :
1. Stadium dingin (cold stage)
Stadium ini berlangsung + 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan
menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi lemah, bibir
dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai
muntah.
2. Stadium demam (hot stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa
sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-
anak, suhu tubuh yang sangat tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage)
Stadium ini berlangsung + 2 – 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu
tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya
penderita beristirahat hingga tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah
tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

Gejala klasik (trias malaria) berlangsung selama 6 – 10 jam, biasanya dialami oleh
penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria, penderita yang belum mempunyai
kekebalan (immunitas) terhadap malaria atau penderita yang baru pertama kali menderita
malaria. Di daerah endemik malaria dimana penderita telah mempunyai kekebalan
(imunitas) terhadap malaria, gejala klasik timbul tidak berurutan, bahkan tidak selalu ada,
dan seringkali bervariasi tergantung spesies parasit dan imunitas penderita. Di daerah yang
mempunyai tingkat penularan sangat tinggi (hiperendemik) seringkali penderita tidak
mengalami demam, tetapi dapat muncul gejala lain, misalnya: diare dan pegal-pegal. Hal ini
disebut sebagai gejala malaria yang bersifat lokal spesifik.
Gejala klasik (trias malaria) lebih sering dialami penderita malaria vivax, sedangkan
pada malaria falciparum, gejala menggigil dapat berlangsung berat atau malah tidak ada.
Diantara 2 periode demam terdapat periode tidak demam yang berlangsung selama 12 jam
pada malaria falciparum, 36 jam pada malaria vivax dan ovale, dan 60 jam pada malaria
malariae.

21
Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan
parasit malaria melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid
Diagnostic Test (RDT) dan disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut
ini:
1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur
terus, diam saja, tingkah laku berubah)
2. Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
3. Kejang-kejang
4. Panas sangat tinggi
5. Mata atau tubuh kuning
6. Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang)
7. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
8. Nafas cepat atau sesak nafas
9. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
10. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
11. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni
12. Telapak tangan sangat pucat (anemia dengan kadar Hb kurang dari 5 g%)

2.1.7 Diagnosis
1. Anamnesis
- Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare
dan nyeri otot atau pegal-pegal.
- Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.
- Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
- Riwayat sakit malaria.
- Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
- Gejala klinis pada anak dapat tidak jelas.
- Riwayat mendapat transfusi darah.
- Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat
ditemukan keadaan di bawah ini:
 Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

22
 Keadaan umum yang lemah.
 Kejang-kejang.
 Panas sangat tinggi.
 Mata dan tubuh kuning.
 Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
 Nafas cepat (sesak napas).
 Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.
 Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
 Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
 Telapak tangan sangat pucat.

2. Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
 Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C)
 Konjungtiva atau telapak tangan pucat
 Pembesaran limpa (splenomegali)
 Pembesaran hati (hepatomegali).
b. Malaria Berat
 Mortalitas:
 Hampir 100% tanpa pengobatan,
 Tatalaksana adekuat: 20%
 Definisi: Infeksi P. falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan berikut:
 Malaria serebral
 Gangguan status mental
 Kejang multipel
 Koma
 Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL
 Distress pernafasan
 Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen
 Hipotensi
 Oliguria atau anuria
 Anemia: hematokrit <20% atau menurun dengan cepat
 Kreatinin > 1,5 mg/dL

23
 Parasitemia > 5%
 Bentuk Lanjut (tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan darah
tepi
 Hemoglobinuria
 Perdarahan spontan
 Kuning

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan dengan mikroskop
Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di Puskesmas/Iapangan/rumah sakit
untuk menentukan:
o Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
o Spesies dan stadium plasmodium
o Kepadatan parasite
b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan
menggunakan metoda imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat
bermanfaat pada unit gawat darurat, pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah
terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab serta untuk survey tertentu.
c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat:
1) Darah rutin
2) Kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah.
3) EKG
4) Foto toraks
5) Analisis cairan serebrospinalis
6) Biakan darah dan uji serologi
7) Urinalisis.

2.1.8 Pengobatan

24
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh
semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal
untuk mendapat kesembuhan klinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena
bersifat iritasi lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan
minum obat anti malaria.
Indikasi rawat :
1. Malaria dengan komplikasi
2. Malaria dengan parasitemia berat (>5%)
3. Tersangka malaria dengan hasil laboratorium meragukan

Penatalaksanaan meliputi :
1. Antipiretik apabila demam >38,50 C
2. Suportif (atas indikasi)
a. Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan dengan pemberian oral
atau paranteral
b. Pelihara keadaan nutrisi
c. Transfusi darah PRC 10 ml/kg atau whole blood 20 mg/kg apabila anemia Hb <7,1
gr/dL
d. Bila terjadi perdarahan, diberikan komponen darah sesuai
e. Pengobatan gangguan asam basa dan elektrolit
f. Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik
g. Dialisis peritoneal pada gagal ginjal
h. Pertahankan oksigenasi jaringan
i. Bila terjadi gagal nafas perlu pemasangan ventilator mekanik
j. Pertahankan kadar gula darah normal

Obat anti malaria


1. Plasmodium falciparum
Pilihan pertama : Artemisin combination terapi (ACT)
- Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Artesunat (10mg/kg) + amodiakuin (4 mg/kg) per oral dosis tunggal selama 3 hari.

25
Primakuin 0,75 mg/kgbb/dosis tunggal hari pertama. Tiap tablet primakuin
mengandung 15 mg basa.
- Dihidroartemisinin (DHA) + piperakuin [arterakine] + primakuin
DHA 4 mg/kg/hari (2-10 mg/kg/hari) dan piperakuin 18 mg/kg/hari (16-24
mg/kg/hari) satu kali sehari untuk 3 hari. Tiap tablet arterakine mengandung 40
mg DHA dan 320 mg piperakuin.
Primakuin (0,75 mg/kg) per oral dosis tunggal.
Pilihan kedua :
- Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kgbb terbagi dalam 3 hari dengan perincian:
Hari I : 10 mg/kgbb peroral, Primakuin 0,75 mg/kgbb peroral
Hari II : 10 mg/kgbb peroral
Hari III : 5 mg/kgbb peroral
- Kombinasi kina + doksisiklin/klindamisin
Kina dosis 30 mg/kg/hari peroral dibagi 3 dosis diberikan selama 7 hari. Kemasan
tablet kina yang beredar di Indonesia : 200 mg kina fosfat atau kina sulfat.
Doksisiklin diberikan untuk anak 8-14 tahun dengan dosis 2 mg/kg/hari selama 7
hari. Sediaan doksisiklin yang tersedia tablet 50 mg dan 100 mg. Untuk anak <8
tahun doksisiklin diganti dklindamisin dengan dosis 10 mg/kg/kali diberikan 2
kali selama 7 hari.
- Kombinasi tetrasiklin/klindamisin + piperakuin
Tetrasiklin diberikan 4-5mg/kg/6 jam selama 7 hari. Primakuin diberikan 0,75
mg/kg dosis tunggal hanya pada hari pertama.

2. Plasmodium vivax/ovale :
Lini pertama : Artesunat + amodiakuin + primakuin
Dosis dan lama pemberian artesunat dan amodiakuin sama dengan pada malaria
falciparum + primakuin 0,25 mg/kg/hari selama 14 hari
Lini kedua : Kina + primakuin
Kina 30mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis selama 7 hari + primakuin 0,25 mg/kgBB/hari
selama 14 hari

3. Plasmodium malariae

26
ACT 1 kali sehari selama 3 hari dengan dosis sama dengan pengobatan malaria
lainnya. Pada daerah tertentu (Papua) diberikan Dihidroartemisinin + piperakuin +
primakuin
Dihidroartemisinin 4 mg/kg/hari dan piperakuin 18 mg/kg/hari satu kali sehari selama
3 hari dan primakuin 0,75 mg/kg per oral dosis tunggal.

2.9. Pencegahan (Kemoprofilaksis)


Kemoprofilaksis bertujuan untuk. mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila
terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang
yang bepergian ke daerah endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti
turis, peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain Untuk kelompok atau individu yang akan
bepergian/tugas dalam jangka waktu yang lama, sebaiknya menggunakan personaI
protection seperti pemakaian kelambu, repellent, kawat kassa dan Iain-lain.
Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat resistensi Plasmodium falciparum
terhadap klorokuin, maka doksisiklin menjadi pilihan untuk kemoprofilaksis Doksisiklin
diberikan setiap hari dengan dosis 2 mg/kgbb selama tidak Iebih dari 4-6 minggu.
Doksisiklin tidak boleh diberikan kepada anak umur < 8 tahun dan ibu hamil.
Kemoprofilaksis untuk Plasmodium vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis
5 mg/kgbb setiap minggu. Obat tersebut diminum satu minggu sebelum masuk ke daerah
endemis sampai 4 minggu setelah kembali. Dianjurkan tidak menggunakan klorokuin lebih
dan 3-6 bulan.

2.10. Prognosis
1) Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan
pengobatan.
2) Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada
anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3) Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada
kegagalan 2 fungsi organ
 Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
 Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
 Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:

27
 Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
 Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
 Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %

28
BAB III
ANALISIS KASUS

Seorang anak laki-laki usia 8 tahun dibawa ke RSUD Ibnu Sutowo Baturaja dengan
keluhan utama demam mendadak tinggi yang dirasakan 3 hari SMRS. Pada hari yang sama,
pasien merasakan kaki tangan penderita dingin. Beberapa saat kemudian penderita
berkeringat, demam turun sampai suhu normal selama beberapa jam. Demam tidak disertai
menggigil. Pada malaria terjadi parasitemia akibat pelepasan merozoit ke sirkulasi sehingga
terjadi demam. Gejala-gejala klasik umum (trias malaria), antara lain:
1. Stadium dingin (cold stage) : berlangsung ±15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai
dengan menggigil dan perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, nadi cepat tetapi
lemah, bibir dan jari-jari pucat kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang
disertai muntah.
2. Stadium demam (hot stage) : berlangsung ±2 – 4 jam, sering disertai sakit kepala,
mual, muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat
meningkat hingga 410 C atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat tinggi
dapat menimbulkan kejang-kejang.
3. Stadium berkeringat (sweating stage) : berlangsung ±2 – 4 jam. Penderita berkeringat
sangat banyak. Suhu tubuh kembali turun, kadang-kadang sampai di bawah normal.
Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga tertidur.

Penderita sering mengigau selama demam, mencret pada hari pertama demam, batuk
pilek, pusing, tampak pucat, nafsu makan menurun, badan terasa lemah dan lesu, mual (+),
muntah (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-), nyeri punggung (-), nyeri perut (-), nyeri menelan
(-), nyeri telinga (-), keluar sekret dari telinga (-), nyeri di belakang bola mata (-), BAK
seperti biasa. Pada malaria terdapat Keluhan-keluhan prodromal, berupa: malaise, lesu, sakit
kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare
ringan atau konstipasi dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal
sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P. falciparum dan P. malariae keluhan
prodromal tidak jelas.
Menurut Center for Disease Control (CDC) 2007, gejala malaria pada anak tidak
spesifik, dimulai dengan sindrom prodormal berupa demam, malaise, lemah, keluhan
gastrointestinal (mual, muntah, dan diare), gangguan neurologi, dan sakit kepala. Demam

29
adalah gejala yang paling sering muncul sekitar 78% - 100% tapi demam yang periodik tidak
selalu muncul.
Pada pemeriksaan fisik spesifik didapatkan konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(-/-), hepar dan lien tidak teraba, akral hangat dan pucat, rumple leede (-). Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan hemoglobin, jumlah eritrosit, dan hematokrit menurun. Pada
pemeriksaan DDR ditemukan plasmodium vivax (+). Pucat pada malaria dapat terjadi
anemia hemolitik karena sel darah merah diinfestasi oleh parasit Plasmodium. Anemia pada
serangan pertama biasanya belum jelas atau tidak berat, pada malaria menahun yang
biasanya lebih jelas. Malaria menyebabkan anemia hemolitik berat karena sel darah merah
diinfestasi oleh parasit. Anemia disebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan,
eritrosit normal tidak dapat hidup lama, dan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam susmsum tulang.
Pada malaria, hepar dan limpa dapat mengalami pembesaran dan pembendungan
serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Lien pada serangan pertama mulai membesar.
Sekitar 24% - 40% splenomegali paling sering ditemukan pada pemeriksaan fisik. Lien
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit
dam jaringan ikat yang bertambah. Sedangkan hepatomegali, ikterik dan nyeri perut jarang
ditemukan. Pada kasus ini sudah terdapat anemia tetapi belum terjadi pembesaran hepar dan
lien.
Untuk terapi malaria pada kasus ini penderita diberi DMP 1x1¾ tab selama 3 hari
dan primaquin 1 x 1,8 mg selama 14 hari. Secara umum, P.vivax masih sensitif pada semua
obat anti malaria. Pada pasien ini juga diberikan antibiotik ampisilin 3 x 600 mg dan
gentamisin 2 x 40 mg sebagai profilaksis dan untuk terapi batuk pilek.
Pasien ini pulang atas permintaan sendiri dan dirawat hanya selama 2 hari. Sehingga
sulit untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan kesembuhan. Komplikasi serius pada
malaria vivax sangat jarang, pada beberapa kasus komplikasi yang serius adalah rupturnya
limpa.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia.


Jakarta, 2008; Hal:1-12, 15-23, 67-68.
2. Departemen Kesehatan Anak RSMH. Panduan Praktik Klinik (PPK) Divisi Infeksi.
Palembang : Departemen IKA RSMH, 2016, hal.28-35
3. Pudjiadi AH, Badriul H, Setyo H, Nikmah SI, Ellen PG, Eva DH. Pedoman Pelayanan
Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI, 2009
4. Departemen Kesehatan. Pedoman Manajemen Malaria. Jakarta: Depkes RI, 2014
5. Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia. Statistical Yearbook of Indonesia 2015.
Jakarta: Katalog BPS: 1101001
6. Feigin RD, Demmler GJ, Cherry JD, Kaplan SL. Textbook of pediatric infectious
disease, 5th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2004.
7. Gershon AA, Hotez PJ, Katz S. Krugman’s infectious disease of children. 11th ed.
Philadelphia: Mosby; 2004.
8. Sumarmo SPS, Herry G, Sri Rezeki SH, Hindra IS. Buku ajar infeksi dan pediatri
tropis.Edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2008.
9. Smith, S. 2011. Penyakit Parasit. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,
penyunting. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Edisi keenam. Philadelphia:
Waunders; 2011. p. 436-439.
10. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006; Hal: 1754-60.
11. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000;
Hal: 249-60.
12. Nugroho A & Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam Harijanto PN
(editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan.
Jakarta: EGC, 2000; Hal: 38-52.
13. Mansyor A dkk. Malaria. Dalam: kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta,
Fakultas Kedokteran UI, 2001, Hal: 409-16.
14. Kabra, S.K., Verma, I.C., Arora, N.K., Jain, Y., Kalra, V. Dengue haemorrhagic fever
in children in Delhi. Bull World Health Organ, 1992;70:105–8. Available from:
http://www.ijcm.org.in/article.asp [Accessed 4 Juni 2016]

31

Anda mungkin juga menyukai