Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KARYA AKHIR
EKO APRIANTO
1206194442
HALAMAN JUDUL
KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Teknologi Informasi
EKO APRIANTO
1206194442
NPM : 1206194442
Tanda tangan :
Tanggal :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 6 Januari 2014
iii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah, hidayah
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan Karya
Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas
Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak
sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian Karya Akhir ini, sangatlah sulit untuk
menyelesaikannya. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Bapak Yudho Giri Suchayo, S.Kom, M.Kom, Ph.D, selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
mengarahkan penulis selama penyusunan Karya Akhir ini.
2. Ibu Yova Ruldeviyani, M.Kom dan Ibu Ika Alfina, M.Kom, selaku dosen
penguji yang telah berperan serta aktif dalam mengarahkan dan memberi
masukan kepada penulis selama pelaksanaan sidang Karya Akhir ini.
3. Seluruh Dosen dan Civitas Akademika Program Studi Magister Teknologi
Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia
4. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI sebagai instansi pemberi
beasiswa GCIO (Government Chief Information Officer).
5. Ibu dan adik yang selalu memberikan support dan do’a tiada henti. Tiada hal
yang lebih ampuh dari do’a Ibu sehingga penulis mendapatkan kesempatan
dan kemudahan untuk melanjutkan pendidikan dan menyelesaikannya
6. Istriku tercinta, Fransiska. Atas dukungan, do’a, dan kesabarannya, penulis
bisa menyelesaikan Karya Akhir ini.
7. Anak-anakku tercinta, Indah dan Luthfi yang menjadi penyemangat bagi
penulis dalam menyelesaikan studi ini.
8. Ibu Dra. Marlina Kamil, MM. (Direktur Sistem Informasi Statistik Badan
Pusat Statistik) yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam
penyusunan Karya Akhir ini.
iv
Sebagai harapan, semoga Karya Akhir ini dapat membawa banyak manfaat bagi
perkembangan ilmu dan teknologi informasi, Badan Pusat Statistik, serta pihak
lainnya.
Eko Aprianto
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/format,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan
mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap
mencantumkan saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal :
Yang menyatakan
(Eko Aprianto)
vi
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah beberapa usulan terkait rencana
kontinjensi untuk BPS. Usulan yang diajukan adalah pernyataan kebijakan
kontinjensi, prioritas perangkat terkait dampak terhadap bisnis organisasi, kontrol
preventif dalam pengelolaan data center, strategi kontinjensi, dan dokumen
rencana kontinjensi.
Statistics Indonesia (BPS) is a non - ministerial government agency that has the
task to provide qualified data and information statistics. In order to process the
data and providing statistical information while simultaneously distribute, BPS is
supported by the infrastructure of Information Technology and Communication
(ICT). One of the ICT infrastructure facilities are owned data center facilities
located in the BPS headquarters in Jakarta. The data center serves both internal
users headquarters, internal BPS from all over Indonesia, and from outside the
organization BPS. These conditions make data center must be guaranteed
availability to be accessed.
This study contingency plan for CPM using NIST 800-34 Rev.1 framework. This
framework has several steps that must be traversed to produce a contingency plan
for the organization, but the study did not discuss the testing and maintenance
plans.
The results of this study are several proposals related to contingency plan for
CPM. Some of the submitted proposals is contingent policy statements, priorities
related to the impact on business organization, preventive controls in data center
management, contingency strategies, and document contingency plans.
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
Tabel 2.1. Perbandingan NIST 800-34, ISO/IEC 27001:2005, dan BS 25999-1 ............. 42
Tabel 2.2. Perbandingan Penelitian Sejenis ...................................................................... 55
Tabel 6.1. Identifikasi MTD, RTO, dan RPO Proses Bisnis/Layanan di BPS.................. 83
Tabel 6.2. Daftar Aset E-mail BPS ................................................................................... 85
Tabel 6.3. Daftar Aset Website Hosting BPS.................................................................... 87
Tabel 6.4. Daftar Aset Repository Center BPS ................................................................. 89
Tabel 6.5. Daftar Aset Intranet Portal BPS ...................................................................... 91
Tabel 6.6. Daftar Aset Pengelolaan Data IHK .................................................................. 92
Tabel 6.7. Daftar Aset Pengelolaan Data Ekspor .............................................................. 93
Tabel 6.8. Daftar Aset Pengelolaan Data Impor BPS ....................................................... 94
Tabel 6.9. Daftar Aset Pengelolaan Data Keuangan BPS ................................................. 95
Tabel 6.10. Daftar Aset Pengelolaan Data Sensus Survei BPS ........................................ 96
Tabel 6.11. Daftar Aset Monitoring Sensus dan Survei BPS ........................................... 97
Tabel 6.12. Daftar Aset Video Conference BPS ............................................................... 98
Tabel 6.13. Daftar Aset – RTO Email BPS ...................................................................... 99
Tabel 6.14. Daftar Aset – RTO Website Hosting BPS ...................................................... 99
Tabel 6.15. Daftar Aset – RTO Repository Center BPS ................................................. 100
Tabel 6.16. Daftar Aset – RTO Intranet Portal BPS ...................................................... 100
Tabel 6.17. Daftar Aset – RTO Pengelolaan Data Indeks Harga Konsumen (IHK) BPS
.................................................................................................................. 101
Tabel 6.18. Daftar RTO Aset Pengelolaan Data Ekspor ................................................. 101
Tabel 6.19. Daftar Aset – RTO Pengelolaan Data Impor ............................................... 102
Tabel 6.20. Daftar Aset – RTO Pengelolaan Data Keuangan ......................................... 102
Tabel 6.21. Daftar Aset – RTO Pengelolaan Data Sensus Survei BPS .......................... 103
Tabel 6.22. Daftar Aset – RTO Monitoring Sensus dan Survei...................................... 103
Tabel 6.23. Daftar Aset – RTO Video Conference ......................................................... 104
Tabel 7.1. Analisis Gap Kontrol ANSI/TIA-942 – Kontrol Data Center BPS .............. 107
Tabel 7.2. Rekomendasi Kontrol Data Center BPS ....................................................... 109
Tabel 8.1. Proses Bisnis/Layanan, Kategori Dampak, dan Mekanisme Backup Recovery
.................................................................................................................. 111
Tabel 8.2. Proses Bisnis/Layanan, Kategori Dampak, dan Strategi Alternate Site ......... 114
Tabel 8.3. Perhitungan Biaya Perjalanan dan Lain-lain Cold Site .................................. 116
Tabel 8.4. Perhitungan Sewa Fasilitas Cold Site ............................................................ 116
Tabel 8.5. Perhitungan Instalasi Fasilitas Cold Site ........................................................ 116
Tabel 8.6. Rekapitulasi Perhitungan Pembiayaan Cold Site ........................................... 117
Tabel 8.7. Perhitungan Biaya Perangkat Warm Site ....................................................... 117
Tabel 8.8. Perhitungan Biaya Perjalanan dan Lain-lain Warm Site ................................ 117
Tabel 8.9. Perhitungan Sewa Fasilitas Warm Site .......................................................... 118
Tabel 8.10. Perhitungan Instalasi Fasilitas Warm Site .................................................... 118
Tabel 8.11. Perhitungan Sewa Internet Warm Site ......................................................... 118
Tabel 8.12. Rekapitulasi Perhitungan Pembiayaan Warm Site ....................................... 119
Tabel 8.13. Perhitungan Biaya Perangkat Hot Site ......................................................... 119
Tabel 8.14. Perhitungan Biaya Perjalanan dan Lain-lain Hot Site .................................. 119
Tabel 8.15. Perhitungan Sewa Fasilitas Hot Site ............................................................ 120
Tabel 8.16. Perhitungan Instalasi Fasilitas Hot Site........................................................ 120
Tabel 8.17. Perhitungan Sewa Internet Hot Site ............................................................. 121
Tabel 8.18. Rekapitulasi Perhitungan Pembiayaan Hot Site ........................................... 121
Lampiran A.1 Transkrip Wawancara Kepala Subdit Jaringan Komunikasi Data BPS .. 137
Lampiran A.2 Transkrip Wawancara Kasie Pemeliharaan Jaringan Komunikasi Data
SubDit Jaringan Komunikasi Data BPS ................................................... 139
Lampiran A.3 Transkrip Wawancara Kasie Pemeliharaan Jaringan Komunikasi Data
SubDit Jaringan Komunikasi Data BPS ................................................... 141
Lampiran A.4 Transkrip Wawancara Kasie Pemeliharaan Jaringan Komunikasi Data
SubDit Jaringan Komunikasi Data BPS ................................................... 144
Lampiran B.1 Blanko Tabel Identifikasi MTD, RTO, RPO, dan Dampak Layanan di BPS
.................................................................................................................. 148
Lampiran B.2 Blanko Tabel Daftar Aset Proses Bisnis/Layanan di BPS ...................... 149
Lampiran B.3 Isian Tabel Identifikasi Proses Bisnis/Layanan Data Center Berikut
Kategori Dampaknya ............................................................................... 150
Lampiran B.4 Isian Tabel Daftar Aset E-mail ................................................................ 151
Lampiran B.5 Isian Tabel Daftar Aset - RTO Email ...................................................... 152
Lampiran B.6 Isian Tabel Daftar Aset Web Hosting ...................................................... 153
Lampiran B.7 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Web Hosting ............................................. 154
Lampiran B.8 Isian Tabel Daftar Aset Repository Center .............................................. 155
Lampiran B.9 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Repository Center ..................................... 156
Lampiran B.10 Isian Tabel Daftar Aset Intranet Portal ................................................. 157
Lampiran B.11 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Intranet Portal ........................................ 158
Lampiran B.12 Isian Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data IHK ..................................... 159
Lampiran B.13 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Pengelolaan Data IHK ............................ 160
Lampiran B.14 Isian Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Ekspor ................................. 161
Lampiran B.15 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Pengelolaan Data Ekspor ....................... 162
Lampiran B.16 Isian Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Impor .................................. 163
Lampiran B.17 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Pengelolaan Data Impor ......................... 164
Lampiran B.18 Isian Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Keuangan ............................ 165
Lampiran B.19 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Pengelolaan Data Keuangan................... 166
Lampiran B.20 Isian Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Sensus Survei...................... 167
Lampiran B.21 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Pengelolaan Data Sensus Survei ............ 168
Lampiran B.22 Isian Tabel Daftar Aset Monitoring Sensus Survei ............................... 169
Lampiran B.23 Isian Tabel Daftar Aset-RTO Monitoring Sensus Survei ...................... 170
Lampiran B.24 Isian Tabel Daftar Aset Video Conference ............................................ 171
Lampiran C.1 Tabel Identifikasi MTD, RTO, RPO, dan Dampak Layanan di BPS ..... 172
Lampiran C.2 Tabel Daftar Aset E-mail BPS ................................................................. 173
Lampiran C.3 Tabel Daftar Aset Website Hosting BPS ................................................. 174
Lampiran C.4 Tabel Daftar Aset Repository Center BPS............................................... 175
Lampiran C.5 Tabel Daftar Aset Intranet Portal BPS .................................................... 176
Lampiran C.6 Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data IHK ................................................ 177
Lampiran C.7 Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Ekspor ........................................... 178
Lampiran C.8 Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Impor ............................................. 179
Lampiran C.9 Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Keuangan BPS............................... 180
Lampiran C.10 Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Sensus Survei BPS ...................... 181
Lampiran C.11 Tabel Daftar Aset Monitoring Sensus dan Survei BPS ......................... 182
Lampiran C.12 Tabel Daftar Aset Video Conference BPS ............................................. 183
Lampiran C.13 Tabel Kontrol Properti BPS ................................................................... 184
Lampiran D.1 Traffic Database Server BPS Oktober 2012 – September 2013 ............. 186
Lampiran D.2 Traffic DNS Server BPS Oktober 2012 – September 2013 ..................... 187
Lampiran D.3 Traffic Email Server BPS Oktober 2012 – September 2013 ................... 188
xiv Universitas Indonesia
xv Universitas Indonesia
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi
permasalahan yang ada. Identifikasi permasalahan pada penelitian ini
menggunakan analisis fishbone. Berdasarkan analisis fishbone tersebut,
disusunlah research question dari penelitian ini. Selain itu pada bab ini juga
dituangkan mengenai ruang lingkup, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
BPS mempunyai visi Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua. Kata
“pelopor” mempunyai makna bahwa BPS sebagai pencetus ide penyedia statistik
terpercaya, sekaligus sebagai pelaku penyediaan statistik terpercaya. Kata “data
statistik yang terpercaya” yaitu statistik yang menggambarkan keadaan yang
1 Universitas Indonesia
Visi BPS ini memberikan ruang yang cukup bagi peran serta berbagai pihak untuk
ikut serta dalam menyediakan, memanfaatkan, dan menggunakan data dan
informasi statistik. Proses penyediaan data dan informasi statistik yang dihasilkan
BPS menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Data dan informasi
tersebut disebarluaskan melalui berbagai media dengan berbagai cara agar
pemanfaatannya bisa menjangkau secara luas, baik di dalam maupun di luar
negeri.
Dalam rangka proses penyediaan data dan informasi statistik serta sekaligus
menyebarluaskannya, BPS didukung dengan infrastruktur Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK). Pemanfaatan TIK di BPS mulai dari perencanaan hingga
diseminasi. Hal ini sejalan dengan dua misi terkait dari BPS yaitu:
Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung
pemanfaatan teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan
Indonesia; dan
Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak.
Salah satu fasilitas infrastruktur TIK yang dimiliki adalah fasilitas data center
yang terletak di kantor pusat BPS di Jakarta. Layanan yang terdapat pada data
center ini antara lain meliputi layanan web server, mail server, data warehouse,
VoIP server, database server. Data center ini melayani pengguna baik internal
kantor pusat, internal BPS dari seluruh Indonesia, maupun dari luar organisasi
BPS.
Dari berbagai layanan yang dilayani data center BPS tersebut, layanan web
services (web server, mail server, dan sebagainya) dengan domain bps.go.id
(*.bps.go.id) merupakan layanan yang memiliki pengunjung yang cukup banyak.
Berdasarkan data traffic kunjungan ke www.bps.go.id bulan Januari – September
2013 rata-rata sekitar 163.000 pengunjung setiap bulannya dengan rata-rata
Universitas Indonesia
sekitar 66.000 pengunjung unik. Selanjutnya bila dilihat berdasarkan traffic data,
maka rata-rata data center BPS harus melayani sekitar 100 GB setiap bulannya
(lihat Tabel 1.1).
Tabel 1.1. Jumlah Pengunjung Domain bps.go.id Januari – September 2013
Mengacu pada data yang terdapat pada Tabel 1.1 terlihat bahwa fasilitas data
center ini harus melayani pengguna yang cukup banyak. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka antisipasi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi pada sistem
harus disiapkan sedini mungkin. Pada kenyataannya, BPS belum memiliki
rencana kontinjensi terutama berkaitan dengan data center. BPS saat ini belum
memiliki rencana penanggulangan bencana (disaster recovery plan) maupun unit
disaster recovery center. BPS hanya melakukan backup data secara manual yang
tersimpan di beberapa tempat. Di lain pihak, data center juga perlu dipertahankan
keberlangsungan operasionalnya bila terjadi gangguan (informasi dari Dudi
Barmana --Kasie Pemeliharaan Jaringan Komunikasi Data SubDit Jaringan
Komunikasi Data, Maret 2013).
Penerapan business continuity pada infrastruktur TIK, dalam hal ini terhadap
fasilitas data center amat diperlukan guna menjamin kelangsungan operasional
BPS. Business continuity sendiri menurut Brooks, et.al (2007) adalah suatu
kemampuan untuk beradaptasi dan merespon berbagai risiko seperti halnya
Universitas Indonesia
Lebih lanjut, masih menurut Brooks, et.al (2007) ada 3 (tiga) aspek yang menjadi
bahasan utama dalam business continuity ini, yaitu high availability, continous
operations, dan disaster recovery. Ketiga aspek ini terkait satu sama lain dalam
mendukung keberlangsungan operasional organisasi.
Didasari kondisi dan permasalahan yang diungkapkan pada latar belakang serta
hasil dari wawancara, selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut menggunakan
analisis fishbone seperti pada Gambar 1.1. Dari analisis fishbone, terlihat beberapa
faktor yang berkaitan dengan belum adanya rencana penanggulangan bencana di
Badan Pusat Statistik, yaitu:
Faktor Manusia: Di BPS belum ada SDM yang khusus menangani masalah
terkait disaster recovery, selain itu pelatihan SDM terkait disaster recovery
pun belum ada.
Faktor Kebijakan: Di BPS belum ada regulasi ataupun SOP (Standard
Operating Procedures) internal terkait disaster recovery dalam menjaga
keberlangsungan operasional data center bila terjadi gangguan.
Faktor Infrastruktur TI: Tidak adanya infrastruktur TI cadangan akan
membuat akses menjadi terganggu bila terjadi masalah pada data center.
Universitas Indonesia
Faktor Pelayanan: Bila layanan utama mengalami masalah, maka tidak ada
alternatif site yang dapat diakses oleh pengguna.
Universitas Indonesia
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan
sumbangan pemikiran dalam pengembangan rencana kontinjensi (contingency
plan) pada Badan Pusat Statistik secara umum. Manfaat lain dari penelitian ini
adalah dapat dijadikan sebagai referensi ataupun masukan bagi penelitian
akademis mengenai pembuatan rencana kontinjensi (contingency plan).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab 2 ini dijelaskan mengenai berbagai teori yang digunakan serta konsep-
konsep terkait dengan penelitian yang dilakukan. Selain teori dan konsep,
diketengahkan pula beberapa penelitian sebelumnya untuk ditelaah lebih lanjut.
Kemudian pada bagian akhir bab ini dibentuklah sebuah theoretical framework
berdasarkan teori, konsep, dan penelaahan penelitian sebelumnya.
Pendapat berikutnya menurut Helmann dan Karlsson (2008), disaster adalah suatu
kejadian yang mengganggu kemampuan suatu organisasi dalam menjalankan
kegiatannya selama periode waktu tertentu.
Penyebab bencana itu sendiri ada beberapa jenis. UU RI Nomor 24 tahun 2007
membagi bencana menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
Bencana Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana Non Alam
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.
8 Universitas Indonesia
Bencana Sosial
Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.
Data mengenai jenis bencana yang terjadi berikut sebaran dan jumlah kejadiannya
di masing-masing daerah di Indonesia dapat diperoleh melalui Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Berkaitan dengan lingkup penelitian yang
berlokasi di Jakarta, maka pada Gambar 2.1 adalah data sebaran bencana banjir di
DKI Jakarta tahun 2007 – 2012.
Pada Gambar 2.1 terpampang bahwa kejadian bencana dalam hal ini bencana
banjir tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta walaupun jumlah kejadiannya
cukup bervariasi. Yang tertinggi ada di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur,
sedangkan yang terendah ada di wilayah Jakarta Pusat.
Pengertian dari disaster recovery menurut Brooks, et.al. (2007) adalah kapabilitas
untuk me-recover data center pada site berbeda jika terjadi bencana yang
mengakibatkan tidak berfungsi atau rusaknya site utama. Kemudian disaster
recovery menurut Schmidt (2006) adalah kemampuan untuk melanjutkan
pelayanan saat terjadi gangguan besar walaupun dengan pengurangan kapabilitas
atau kinerja.
Universitas Indonesia
Dalam mekanisme disaster recovery, ada beberapa hal yang harus diperhitungkan
agar gangguan yang terjadi dapat ditangani secara objektif (Schmidt, 2006, p.27;
Snedaker, 2007, p.218-222). Beberapa hal tersebut adalah:
Recovery Time Objective (RTO)
Waktu yang diperlukan hingga layanan yang terganggu dapat dipergunakan
kembali seperti semula
Recovery Point Objective (RPO)
Titik waktu mana dari data yang akan di-restore untuk dapat dipergunakan
kembali. Dalam beberapa kasus bencana seringkali ada beberapa bagian
pekerjaan yang hilang.
Maximum Tolerable Downtime (MTD)
Maksimum lamanya waktu suatu organisasi dapat menoleransi ketiadaan atau
ketidaktersediaan sebagian fungsi bisnisnya.
Universitas Indonesia
Pada Gambar 2.2 digambarkan mengenai kerangka waktu saat disaster terjadi dan
recovery dilakukan (Snedaker, 2007, p.220-221).
Pada gambar tersebut ada 4 titik yang krusial yang digambarkan, yaitu:
Poin 1
Merupakan titik waktu Recovery Point Objective (RPO) yang ditentukan
berdasarkan backup data dan juga kebutuhan organisasi
Poin 2
Merupakan rentang waktu Recovery Time Objective (RTO) untuk
mengembalikan sistem yang terganggu menjadi online lagi
Poin 3
Merupakan rentang waktu Work Recovery Time (WRT) untuk me-recover
data yang hilang (berdasar RPO) sekaligus memasukkan data yang mungkin
dibuat saat terjadi gangguan
Universitas Indonesia
Poin 4
Merupakan rentang waktu untuk melakukan pengujian, memverifikasi, dan
melanjutkan operasional sistem secara normal
Ada beberapa alasan mengapa disaster recovery menjadi suatu hal yang harus
mendapat perhatian yang serius. Dalam jurnal yang dibuat oleh Kadlec dan
Shropshire pada tahun 2009, sekitar 60% perusahaan perbankan di Amerika
Serikat tidak memiliki IT disaster recovery plan. Kemudian satu contoh besar,
yaitu serangan terhadap gedung World Trade Center (WTC) di New York pada
September 2001 (Noakes-Fry dan Diamond, 2001).
Selain itu ada beberapa hal lagi terkait gangguan terhadap TI, yaitu (Jayaswal,
2005, p.9):
Gartner Group mengestimasi bahwa perusahaan-perusahaan di US menderita
kerugian hingga US$1 miliar setiap tahunnya karena kegagalan software.
Dalam survey yang dilakukan oleh Ernst and Young, ditemukan bahwa
hampir seluruh perusahaan yang disurvei (310 perusahaan) pernah mengalami
gangguan bisnis. Sekitar 30% gangguan tersebut mengakibatkan kerugian
sebesar US$100.000 atau lebih untuk setiap perusahaan.
Penyebab bencana pun berbagai macam seperti tertuang pada Gambar 2.3 sebagai
hasil dari Data Breach Investigations Report 2008/2009. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa faktor manusia adalah penyebab bencana yang paling besar bila
dibandingkan penyebab lainnya. Hal-hal yang terkait faktor manusia tersebut
antara lain karena kesalahan operator, sabotase, serangan oleh pegawai, virus,
teroris, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Incident response plan merupakan satu set rincian proses dan prosedur yang
disusun guna mengantisipasi, mendeteksi, dan mengurangi dampak dari suatu
peristiwa tak terduga (insiden) yang mungkin mengancam atau bahkan
membahayakan sumber daya informasi dan aset dari organisasi. IRP ini dimulai
saat insiden terdeteksi. IRP ini harus direncanakan dengan hati-hati dan
terkoordinasi karena organisasi sangat tergantung pada penanganan yang cepat
dan efisien serta menghasilkan resolusi yang tepat terhadap insiden.
Disaster recovery plan berkaitan dengan persiapan dan pemulihan dari bencana,
baik akibat alam atau buatan manusia. DRP mengandung berbagai strategi untuk
meminimalisir kerugian baik sebelum maupun selama terjadinya bencana. Selain
media backup, keseluruhan program yang mengandung aktivitas untuk melakukan
recovery akibat bencana merupakan bagian dari DRP.
DRP sendiri dalam banyak hal merupakan kelanjutan dari IRP yang melingkupi
rencana saat terjadinya bencana. Meskipun DRP dan IRP mempunyai keputusan
Universitas Indonesia
dan aksi yang mirip, namun kepentingan dan tujuannya sama sekali berbeda. DRP
fokus pada penyelesaian persiapan sebelum insiden dan tindakan yang diambil
setelah insiden, sedangkan IRP fokus pada pengumpulan dan analisis informasi,
pengambilan keputusan yang terkoordinasi, dan yang paling penting, bagaimana
mengatasi bencana.
Dalam hal terjadi bencana yang mengakibatkan lokasi bisnis utama tidak dapat
dipergunakan, maka harus ada rencana agar fungsi bisnis dapat tetap berjalan.
Pada kondisi inilah BCP akan membangun dan menjalankan kembali fungsi bisnis
yang kritikal di lokasi alternatif, sementara tim DRP fokus membangun kembali
infrastruktur dan fungsi bisnis di lokasi utama.
Menurut O’Brien dan Marakas (2007, p.34) data adalah fakta atau observasi
“kasar” tentang fenomena fisik atau transaksi bisnis. Lebih spesifik, data adalah
ukuran objektif dari atribut (karakteristik) entity (contohnya manusia, tempat,
benda, kejadian).
Pengertian informasi masih menurut O’Brien dan Marakas (2007, p.34) adalah
data yang sudah diolah dan mempunyai arti tertentu terhadap pengguna tertentu.
Selanjutnya menurut UU No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik yang dimaksud dengan informasi adalah “keterangan, pernyataan, gagasan,
dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta
maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan
dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun nonelektronik.”
Universitas Indonesia
Menurut Ward dan Peppard (2002, p.3), Teknologi Informasi itu mengacu secara
khusus pada teknologi, yang pada dasarnya terkait dengan perangkat keras,
perangkat lunak, dan jaringan telekomunikasi. Baik itu tangible/berwujud (seperti
server, PC, router, kabel jaringan) maupun intangible/tidak berwujud (seperti
segala jenis perangkat lunak). Pemanfaatan Teknologi Informasi itu sendiri saat
ini menurut Applegate et.al. (2008, p.1) telah menjadi bagian yang strategis
dalam organisasi, dalam menjalankan fungsinya baik ke dalam maupun ke luar
organisasi itu sendiri.
Kemudian data center dibagi menjadi beberapa tipe (Bowman Jr, 2008, p.7),
yaitu:
Stand-alone data center
Built as greenfield single or multistory single-purpose asset.
Shared infrastructure, multitenanted asset
This center is a single-purpose and often multistory asset with inside plant
improvements. Tenants take largely unimproved space by service provider,
inclusive of maintenance, et cetera, all at a premium and expense.
Universitas Indonesia
Collocation-caged environments
These centers often are multitenant or telecom assets in which there is shared
improvements of generators, uninterrupted power supply, air conditioning,
and often cabinets and IT equipment.
Standar NIST telah digunakan secara luas pada agensi pemerintah Amerika
Serikat dan berdasarkan pernyataan dari NIST sebelumnya bahwa standar yang
dikeluarkannya juga dapat digunakan organisasi lain, maka tentunya cukup
relevan kalau dalam penelitian ini juga memanfaatkan standar tersebut. Berkaitan
dengan penelitian yang sedang dilakukan, maka standar dari NIST yang dapat
diterapkan adalah NIST Special Publications 800-34 Rev.1 Contingency Planning
Guide for Information Technology Systems.
Universitas Indonesia
Tahapan NIST 800-34 rev.1 yang digunakan pada penelitian ini digambarkan
pada Gambar 2.6. Tahapan NIST 800-34 rev.1 yang diambil dalam penelitian
terdiri dari empat tahapan analisis dan satu tahapan yang merupakan dokumentasi
contingency plan itu sendiri. Tahapan analisis diawali dengan membuat statement
kebijakan mengenai contingency plan yang dilanjutkan dengan analisis dampak
bisnis. Tahap berikutnya adalah melakukan identifikasi kontrol preventif yang
diperlukan dan terkahir menyusun strategi yang dapat dijadikan sebagai
rekomendasi dalam perancangan suatu rencana kontinjensi (contingency plan).
Terakhir adalah mengkolaborasikan hasil analisis yang telah dilakukan menjadi
suatu rekomendasi contingency plan.
Membuat suatu kebijakan formal yang dapat memberikan arahan dan petunjuk
yang diperlukan dalam membuat contingency plan yang efektif.
Pada tahap ini, dukungan dan keterlibatan dari senior management seperti CIO
sangat diperlukan agar rencana yang disusun dapat berjalan seperti diharapkan.
Kebijakan-kebijakan kunci yang sebaiknya ada dalam statement adalah:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alternate Sites
Kategori kesiapan operasional dari alternate sites:
Cold site
Site dengan ruang yang memadai serta didukung infrastruktur (listrik,
sambungan telekomunikasi, kontrol lingkungan) untuk mendukung
recovery sistem informasi
Warm site
Cold site yang sebagian sudah dilengkapi ruang kantor dan juga sebagian
perangkat lunak dan keras yang diperlukan dalam recovery system
Hot site
Fasilitas untuk mendukung kebutuhan sistem dan dikonfigurasi sesuai
dengan kebutuhan dan dilengkapi dengan infrastruktur dan personel
memadai.
Universitas Indonesia
Equipment Replacement
Ada tiga strategi dasar untuk mempersiapkannya:
Perjanjian Vendor – Service Level Agreement (SLA)
SLA harus menentukan seberapa cepat vendor merespon setelah
diberitahu. Selain itu dijelaskan pula status prioritas yang didapat oleh
organisasi.
Equipment inventory
Sumber daya atau peralatan yang dibutuhkan dibeli di awal dan disimpan
di lokasi yang aman.
Existing compatible equipment
Peralatan yang sama dan kompatibel tersedia untuk digunakan oleh
organisasi kontinjensi.
Cost Considerations
Organisasi harus memastikan bahwa strategi yang dipilih dapat diterapkan
secara efektif dengan personel dan sumber daya keuangan yang ada.
Universitas Indonesia
Recovery Phase
Tahap ini fokus pada pelaksanaan strategi pemulihan untuk mengembalikan
kemampuan sistem, memperbaiki kerusakan, dan melanjutkan kemampuan
operasional di lokasi asli atau alternatif.
Reconstitution Phase
Mendefinisikan tindakan untuk menguji dan memvalidasi kemampuan fungsi
sistem. Jika fasilitas asli unrecoverable, kegiatan dalam fase ini juga dapat
diterapkan untuk mempersiapkan lokasi permanen yang baru untuk
mendukung kebutuhan sistem pengolahan. Fase ini secara umum terdiri dari
dua kegiatan utama, yaitu memvalidasi keseluruhan recovery dan deaktivasi
rencana.
Universitas Indonesia
Plan Appendices
Merupakan lampiran contingency plan yang tidak tercantum pada bagian inti
recovery plan.
Universitas Indonesia
Functional exercises
Latihan ini dirancang untuk melaksanakan peran dan tanggung jawab anggota
tim yang spesifik berikut prosedur dan asset yang terlibat dalam satu atau
lebih aspek fungsional dari rencana (misalnya: komunikasi, pemberitahuan
darurat, sistem pengaturan peralatan). Latihan ini memungkinkan personel
untuk memvalidasi kesiapan operasional mereka untuk keadaan darurat
dengan melakukan tugas-tugas mereka dalam simulasi lingkungan
operasional.
Perencanaan yang telah dibuat harus menjadi sebuah living document yang
diperbaharui secara berkala dengan didasarkan pada perubahan terhadap
organisasi sehingga selalu siap diterapkan pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu
perencanaan tersebut ditinjau ulang dan diperbarui secara teratur sebagai bagian
dari proses manajemen organisasi perubahan untuk memastikan bahwa informasi
baru telah didokumentasikan dan langkah kontinjensi direvisi jika diperlukan.
Sebagai aturan umum, rencana tersebut harus ditinjau dari segi akurasi dan
kelengkapan pada organisasi atau saat ada perubahan signifikan terjadi pada setiap
elemen dari rencana. Minimal ulasan rencana harus fokus pada unsur-unsur
berikut:
Persyaratan operasional;
Persyaratan keamanan;
Prosedur teknis;
Hardware, software, dan peralatan lainnya (terkait jenis, spesifikasi, dan
jumlah);
Nama dan kontak informasi anggota tim;
Nama dan kontak informasi vendor, termasuk POC alternatif;
Persyaratan alternatif fasilitas off-site;
Catatan vital (dalam bentuk hardcopy dan softcopy).
Universitas Indonesia
Komite teknis ISO dan IEC berkolaborasi untuk mencapai kepentingan bersama.
Organisasi internasional lainnya, pemerintah dan non-pemerintah, bersama ISO
dan IEC, juga ambil bagian dalam pekerjaan tersebut. Di bidang teknologi
informasi, ISO dan IEC membentuk komite teknis bersama, ISO/ IEC JTC 1.
Gambar 2.8 adalah gambar mengenai siklus proses yang dilakukan sesuai standar
yang ditentukan ISO/IEC 27001. Tahapan yang dilakukan pada siklus proses
tersebut adalah:
Plan
Menetapkan kebijakan SMKI, tujuan, proses, dan prosedur yang relevan
dengan mengelola risiko dan meningkatkan keamanan informasi untuk
memberikan hasil dalam sesuai dengan kebijakan dan tujuan keseluruhan
organisasi.
Universitas Indonesia
Berkaitan dengan permodelan standar yang diterapkan oleh SMKI, berikut adalah
kontrol yang diatur oleh SMKI beserta tujuan dari pengontrolan tersebut:
Security policy
Bertujuan memberikan arahan dan dukungan bagi manajemen untuk
keamanan informasi sesuai dengan kebutuhan bisnis serta hukum dan
peraturan yang relevan
Organization of information security
Bertujuan untuk:
Mengelola keamanan informasi dalam organisasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Adapun hal-hal yang diatur pada kontrol ini adalah sebagai berikut:
Keamanan informasi dalam manajemen proses keberlangsungan bisnis
Sebuah proses yang dikelola harus dikembangkan dan dipelihara untuk
kelangsungan bisnis di seluruh organisasi yang membahas persyaratan
keamanan informasi yang dibutuhkan untuk kelangsungan bisnis
organisasi.
Keberlangsungan bisnis dan penilaian risiko
Kejadian yang dapat menyebabkan gangguan terhadap proses bisnis harus
diidentifikasi, beserta probabilitas dan dampak dari gangguan tersebut dan
konsekuensinya terhadap keamanan informasi.
Mengembangkan dan menerapkan rencana keberlangsungan termasuk
keamanan informasi
Rencana harus dikembangkan dan diimplementasikan untuk
mempertahankan atau memulihkan operasional bisnis dan menjamin
ketersediaan informasi pada tingkat yang diperlukan sekaligus skala waktu
yang diperlukan untuk pemulihan setelah gangguan, atau kegagalan,
proses bisnis penting.
Kerangka kerja rencana keberlangsungan bisnis
Suatu kerangka tunggal rencana kesinambungan bisnis harus dipelihara
untuk memastikan semua rencana berjalan dengan konsisten, untuk
selanjutnya secara konsisten membahas persyaratan keamanan informasi,
serta mengidentifikasi prioritas untuk pengujian dan pemeliharaan.
Pengujian, pemeliharaan, dan penilaian kembali rencana keberlangsungan
bisnis
Business continuity plans harus diuji dan diperbaharui secara berkala
untuk memastikan selalu termutakhir dan efektif.
(ISO/IEC 27001:2005,2005)
Universitas Indonesia
Secara umum, ISO/IEC 27001:2005 – dalam hal ini kontrol business continuity
management -- memberikan petunjuk bagaimana membangun suatu business
continuity plan guna menjamin keberlangsungan proses bisnis suatu organisasi.
Kontrol yang diketengahkan mulai dari penilaian risiko sampai dengan pengujian
dan pembaharuan rencana. Tindak lanjut dari kontrol yang diberikan adalah
mengenai penerapan secara eksplisit pada organisasi tersebut.
2.10. BS 25999-1
BS (British Standard) dipublikasikan oleh BSI (British Standard Institution). BSI
sendiri adalah badan nasional independen yang bertanggung jawab untuk
mempersiapkan British Standards. BSI didirikan oleh Royal Center di Inggris.
BSI menyajikan sudut pandang Inggris terhadap standar-standar yang diterapkan
di tingkat Eropa dan internasional.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Mengacu pada uraian Tabel 2.1, maka standar utama yang akan digunakan terkait
penelitian yang sedang dilakukan adalah NIST 800-34 Rev.1. Standar lainnya,
yaitu ISO/IEC 27001:2005 dan BS 25999-1 juga digunakan sebagai referensi
tambahan dalam melengkapi penelitian ini.
ANSI/TIA 942 bertujuan memberikan persyaratan dan panduan untuk desain dan
instalasi data center atau ruang komputer. Standar ini memberikan desain yang
komprehensif dari data center termasuk perencanaan fasilitas, pemasangan kabel
sistem, dan desain jaringan. Data center akan mendapatkan keuntungan dari
infrastruktur yang direncanakan sebelumnya untuk mendukung pertumbuhan dan
perubahan dalam sistem komputer.
Secara umum, ANSI/TIA 942 mencakup beberapa desain terkait data center.
Cakupan desain tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Redundancy
Tiered reliability
Site space and layout
Cabling management and infrastructure
Environmental considerations
2.12.1. Redundancy
Universitas Indonesia
dan rawatan. Redundansi harus ditangani secara terpisah pada setiap tingkat
sistem.
Universitas Indonesia
Site Infrastructure Performance. Tiers yang lebih tinggi tidak hanya terkait
pada ketersediaan, tapi juga menyangkut kepada biaya konstruksi yang
semakin tinggi.
Secara umum, untuk tiers yang lebih tinggi sudah harus mencakup persyaratan
untuk tiers di bawahnya kecuali ada ketentuan khusus. Sebuah data center
dimungkinkan memiliki tingkatan tier yang berbeda di masing-masing
infrastruktur pendukung. Contohnya, pada sebuah data center , utnuk bagian
elektrikalnya berada pada tier 3, tapi bagian mekanikalnya berada di tier 2. Secara
keseluruhan, tingkatan untuk data center tersebut adalah tingkatan terendah dari
seluruh infrastruktur yang ada.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Alokasi ruang yang tepat dimulai dengan memastikan ruang yang dapat dengan
mudah dialihkan ke perubahan lingkungan dan pertumbuhan. Desainer harus
menjaga keseimbangan antara biaya investasi awal dengan kebutuhan. Selain itu
perlu dipikirkan juga antisipasi ruangan untuk kebutuhan di masa depan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Under floor
Berada di bawah lantai yang ditinggikan.
Lebih murah dibanding penempatan di atas ruangan.
Memungkinkan kepadatan yang lebih tinggi, kontrol pendinginan yang lebih
baik, dan lokasi yang lebih fleksibel.
Kebanyakan PC dirancang untuk pemasangan kabel dari bawah.
Penampilan yang lebih baik daripada kabel di atas.
Universitas Indonesia
Standar ANSI/TIA 942 ini merupakan standar yang cakupannya cukup luas.
Standar yang disajikan mulai dari pembangunan hingga pemeliharaan data center.
Berkenan dengan penelitian yang dilakukan, standar ini tidak diadopsi secara
menyeluruh. Standar ini memerlukan penelitian lebih lanjut di luar penelitian yang
dilakukan agar dapat diterapkan secara menyeluruh. Adopsi yang dilakukan
terutama berkaitan dengan kontrol preventif dalam sebuah disaster recovery plan.
(ANSI/TIA 942, 2005)
Universitas Indonesia
Selanjutnya, hasil feedback tadi akan dijadikan masukan bagi peneliti untuk
melakukan revisi yang selanjutnya menjadi solusi versi berikutnya dan begitu
seterusnya hingga responden atau narasumber mendapatkan solusi terbaik dan
semua pihak dapat menerima solusi tersebut. Action Research dilakukan melalui
the critically examined action dari sekumpulan responden atau narasumber, yang
biasa disebut dengan istilah FGD (Focus Group Discussion). (Myers, 2002)
Universitas Indonesia
Gambaran mengenai siklus action research dapat dilihat pada Gambar 2.11:
Diagnosing
Specifying Action
learning Planning
Client-system
infrastructure
Action
Evaluating
Taking
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 adalah rangkuman perbandingan antara penelitian yang satu dengan
lainnya. Secara umum beberapa penelitian tersebut menggunakan metodologi
yang sama yaitu NIST 800-34 rev.1, kecuali yang dilakukan oleh Eko
Sulistyo. Penelitian yang dilakukan oleh penulis juga menggunakan
metodologi NIST 800-34 rev.1. Pada penelitian ini, penulis menjalankan
analisis sesuai tahapan yang ada pada NIST 800-34 rev.1. Selain itu,
penelitian ini juga dilengkapi dengan standar ANSI/TIA 942 dalam
analisisnya. Dengan demikian penelitian ini dapat memberikan gambaran
yang berbeda dari penelitian lainnya.
framework tersebut dapat dilihat bahwa penelitian ini didasari dengan adanya
beberapa peraturan perundangan yang mengatur Badan Pusat Statistik, baik itu
sebagai sebuah lembaga pemerintahan yang bertugas untuk melakukan pendataan
statistik sekaligus juga menyebarluaskan hasilnya (UU No, 16 Tahun 1997;
Renstra BPS, 2012), maupun sebagai lembaga penyelenggara sistem elektronik
untuk pelayanan publik yang diatur dengan PP No. 82 Tahun 1982.
Kemudian hal lain yang turut andil dalam penelitian ini adalah dampak terhadap
bisnis. Dampak tersebut perlu dianalisis agar prioritisasi bagian terkait proses
bisnis organisasi dapat dilakukan. Analisis bisnis dilakukan melalui proses
Business Impact Analysis (BIA) dan pada penelitian ini standar yang digunakan
secara umum didasarkan pada standar NIST 800-34 karena standar ini juga telah
diterapkan secara luas pada pemerintah Amerika Serikat, namun dapat juga
digunakan oleh organisasi lainnya dan diperkaya dengan beberapa literatur
lainnya seperti ISO/IEC 27001, BS 25999-1, dan ANSI/TIA 942 (NIST 800-34,
2010; Snedaker, 2007; Disaster Recovery, 2011; Whitman dan Mattord, 2010;
ISO/IEC 27001, 2005; ISO/IEC 27001, 2005; BS 25999-1, 2006; ANSI/TIA 942).
Beranjak dari hal tersebut, maka untuk penanganan disaster dibentuk suatu
panduan atau perencanaan kerja guna mendukung organisasi dalam
mengembalikan fungsi TI dan menormalkan jalannya proses bisnis dengan
menjalankan prosedur recovery secara cepat (Disaster Recovery, 2011; Krutz dan
Vines, 2003; Snedaker, 2007). Tentunya rencana kontinjensi (contingency plan)
yang dibuat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan Badan Pusat Statistik. Agar
perencanaan yang dibuat nanti sesuai dan tepat diterapkan di Badan Pusat
Statistik, maka bentuk penelitian yang akan digunakan adalah action research,
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Peraturan Perundangan
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metodologi penelitian yang akan
dilakukan.
3.1. Langkah-langkah Penelitian
Secara umum langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah seperti Gambar
3.1:
Mulai
Wawancara, Pertanyaan
Peraturan, Jurnal Pernyataan Masalah Penelitian
Pengambilan
Kesimpulan dan Saran
Selesai
Keterangan:
57 Universitas Indonesia
Pada tahap studi literatur ini dilakukan penggalian mengenai berbagai teori,
metodologi, dan berbagai penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian
pembuatan rencana kontinjensi (contingency plan). Penggalian tersebut
diharapkan dapat menentukan rencana kontinjensi (contingency plan) yang sesuai
untuk diterapkan di Badan Pusat Statistik. Studi literatur ini didukung dari
berbagai jurnal, buku, dan artikel penelitian yang terkait. Berdasarkan studi
literatur yang dilakukan tersebut, maka disusunlah suatu theoretical framework
yang akan dijadikan acuan dalam penentuan rencana kontinjensi (contingency
plan) yang sesuai.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang berasal dari berbagai sumber.
Data tersebut selanjutnya akan ditabulasikan sehingga menjadi suatu informasi
tentang kondisi TI yang ada di Badan Pusat Statistik. Pengumpulan data ini
dilakukan melalui berbagai sumber baik itu dari sumber primer maupun sekunder.
Sumber-sumber tersebut antara lain adalah wawancara dengan pihak terkait, hasil
dokumentasi, maupun laporan.
Pada tahap ini, dari hasil tabulasi data dan informasi yang telah didapat, maka
dilakukan analisis terhadap data tersebut. Analisis yang dilakukan juga
dikombinasikan dengan NIST 800-34 rev.1 dan ANSI/TIA 942 secara bertahap.
Langkah yang diterapkan pada tahap ini untuk menentukan proses bisnis mana
Universitas Indonesia
saja yang kritikal. Penentuan tersebut dinilai dari dampak yang terjadi bila proses
tersebut mengalami gangguan sehingga dapat ditentukan prioritasnya.
Didasarkan dari hasil yang diperoleh pada tahap analisis, maka pada tahap ini
disusunlah contingency plan dengan tetap mengacu pada NIST 800-34 rev.1 dan
ANSI/TIA 942. Langkah-langkah di tahap ini adalah sebagai berikut:
Menentukan tingkat toleransi kegagalan sistem berdasarkan assessment yang
telah dilakukan
Menyusun berbagai rekomendasi yang diperlukan sesuai NIST 800-34 rev.1
dengan diperkaya standar lainnya yaitu ANSI/TIA 942
Menyusun dokumen rencana kontinjensi (contingency plan).
Objek dalam penelitian ini mengambil tempat di Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia Jakarta yang beralamat di Jl. Dr. Soetomo No. 6-8 Pasar Baru Jakarta
Pusat.
Universitas Indonesia
Bab ini akan memaparkan mengenai sejarah, visi, misi, tujuan, tugas dan fungsi,
struktur organisasi, pegawai, proses bisnis utama, serta stakeholder dari Badan
Pusat Statistik
4.1. Sejarah Organisasi
Didirikan tahun 1920 dengan tugas mengumpulkan data statistik Bea & Cukai
dan bernaung di bawah department Landbouw Nijverheid en Handel . Pada
tanggal 24 September 1924 pusat kegiatan pindah dari Bogor ke Jakarta
dengan nama Centraal Kantoor Voor de Statistiek (CKS)
60 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.2. Visi
4.3. Misi
Misi pertama merujuk pada filosofi dasar bahwa untuk mewujudkan visi, BPS
memerlukan landasan hukum yang kuat. Saat ini banyak perubahan yang
mendasar yang menuju pada pentingnya peninjauan kembali Undang-undang
Nomor 16 Tahun 19997 tentang Statistik.
Misi kedua, SDM dan TIK menjadi dua pilar penting dalam penyelenggaraan
SSN. BPS melalui STIS menghasilkan SDM yang profesional di bidang statistik
dan komputasi statistik. Dengan dukungan TIK, maka SDM yang ada mampu
mengimplemtasikan SSN secara efektif dan efisien.
Misi keempat, BPS sebagai pelayan publik dituntut untuk memberikan pelayanan
prima. Misi ini menjadi bagian penting dan strategis dalam mewujudkan visi BPS,
yaitu sebagai pelopor penyedia data dan informasi statistik untuk semua.
4.4. Tujuan
Universitas Indonesia
Tujuan kedua terkait dengan peran BPS sebagai Pusat Rujukan Statistik dalam
terselenggaranya SSN, BPS berperan sebagai koordinator penyelenggaraan
statistik di Indonesia, baik statistik yang diselenggarakan oleh Instansi pemerintah
ataupun masyarakat. Dengan demikian, fungsi BPS sebagai Pusat Rujukan
Statistik dapat menghasilkan data dan informasi statistik yang diperlukan oleh
semua pihak.
Tujuan ketiga berupa Penguatan TIK serta sarana kerja; menjadi syarat penting
dalam menghadapi era globalisasi saat ini. Keberhasilan upaya peningkatan
kualitas data dan informasi statistik ini tidak terlepas dari dukungan dan peranan
TIK, yang diwujudkan melalui pembangunan arsitektur dan kerangka TIK dan
manajemen informasi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya penggunaan TIK
statistik.
Tujuan keempat terkait dengan peningkatan kapasitas SDM BPS, dalam rangka
mendukung peningkatan kualitas data dan informasi statistik. Untuk itu,
peningkatan kapasitas dan kemampuan tenaga statistik di pusat maupun daerah
harus terus dilakukan (Renstra BPS).
Universitas Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) mempunyai tugas menyediakan data dan informasi
statistik yang berkualitas: lengkap, akurat, mutakhir, berkelanjutan, dan relevan
bagi pengguna data sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Data
dan informasi statistik yang berkualitas merupakan rujukan bagi upaya perumusan
kebijakan dalam menyusun perencanaan, melakukan pemantauan dan
mengevaluasi program-program agar sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai dengan tepat, sehingga tujuan pembangunan, diantaranya untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat, dapat dicapai dengan efektif (Perka BPS No 7
Th. 2008; Renstra BPS).
Universitas Indonesia
4.7. Stakeholder
Universitas Indonesia
Secara umum, susunan organisasi Badan Pusat Statistik Pusat terdiri dari:
Kepala;
Sekretariat Utama;
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik;
Deputi Bidang Statistik Sosial;
Deputi Bidang Statistik Produksi;
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa;
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik;
Inspektorat Utama;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan;
Instansi Vertikal. (BPS Provinsi dan BPS Kabupaten)
Kepala;
Bagian Tata Usaha;
Bidang Statistik Sosial;
Bidang Statistik Produksi;
Bidang Statistik Distribusi;
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik;
Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik;
Kelompok Jabatan Fungsional.
BPS Kabupaten/Kota adalah Perwakilan BPS di daerah yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala BPS Provinsi. Setiap BPS Kabupaten/Kota
dipimpin oleh seorang Kepala setingkat level eselon III.a.
Jumlah pegawai yang dimiliki Badan Pusat Statistik adalah : 15.581 (Sumber:
https://eis.bkn.go.id data pegawai dari Badan Kepegawaian Negara quartal 4
tahun 2012), yang terdiri atas:
Eselon I : 7 Orang
Eselon II : 40 Orang
Eselon III : 342 Orang
Eselon IV : 887 Orang
Fungsional Umum : 12.384 Orang
Fungsional Tertentu : 1.921 Orang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Badan Pusat Statistik saat ini mempunyai kantor perwakilan hampir di seluruh
wilayah Indonesia hingga ke wilayah kabupaten/kota (kecuali yang baru
mengalami pemekaran). Setiap kantor perwakilan yang ada terhubung dengan
kantor BPS RI yang berada di Jakarta melalui jaringan komunikasi data. Kantor
perwakilan di tingkat provinsi terhubung melalui fasilitas virtual private network
(VPN) dan jaringan internet. Kantor perwakilan di kabupaten/kota belum semua
terhubung dengan VPN, namun hanya mengandalkan jaringan internet.
Universitas Indonesia
Pada Gambar 4.4 digambarkan mengenai jaringan komunkasi di BPS, dalam hal
ini adalah jaringan VPN.
VPN
Data center BPS berada di Kantor BPS RI dan dikelola oleh Subdirektorat
Jaringan Komunikasi Data. Data center BPS melayani proses bisnis internal BPS
dan juga pengguna data di luar organisasi BPS. Layanan yang tersedia pada data
center BPS antara lain adalah:
Universitas Indonesia
Email
Webhosting
Intranet portal
File repository
Dan sebagainya.
Infrastruktur pendukung yang terdapat pada data center BPS antara lain:
118 servers yang terdiri dari berbagai jenis
4 storage area networks (SAN) dengan kapasitas 161 TB
Direct attached storage dengan kapasitas 40 TB
Koneksi internet dari 2 ISP dengan kapasitas internasional sebesar 70 Mbps
dan kapasitas domestik sebesar 200 Mbps
Koneksi VPN ke seluruh kantor wilayah provinsi di Indonesia (selain
Kalimatan Utara).
Secara umum diagram ruangan data center BPS dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Database servers yang disediakan data center adalah:
Sybase
Microsoft SQL
IBM DB2
PostgreSQL
MySQL.
Pada saat ini, data center BPS telah menerapkan teknologi virtualisasi dalam
mengelola layanan yang diberikan. Virtualisasi data center dilakukan sejak
pertengahan 2010. Platform virtualisasi yang digunakan adalah VMWare. Secara
umum, pemanfaatan teknologi ini guna meningkatkan konsolidasi dan
optimalisasi perangkat yang ada di data center. Gambar 4.6 adalah summary dari
virtual machine BPS.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini dijabarkan mengenai analisis regulasi dan kebijakan terkait penelitian
yang dilakukan. Analisis regulasi didasarkan pada peraturan perundangan yang
berlaku, sedangkan analisis kebijakan mengacu kepada framework yang
dipergunakan pada penelitian ini.
Salah satu kewajiban yang diatur oleh PP tersebut adalah keberadaan pusat
pemulihan bencana di wilayah Indonesia. Ada beberapa pasal yang mengatur
mengenai keberadaan pemulihan bencana sekaligus penanggulangannya. Pasal-
pasal tersebut antara lain: pasal 13, pasal 16 ayat 1 dan 2.e., dan pasal 17 ayat 1
dan 2.
75 Universitas Indonesia
Selain kewajiban yang tertuang pada Pasal 17 ayat 1, hal lain yang juga terkait
dikemukakan pada ayat berikutnya. Pasal 17 ayat 2 menyebutkan, “Penyelenggara
Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib menempatkan pusat data dan
pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia untuk kepentingan penegakan
hukum, perlindungan, dan penegakan kedaulatan negara terhadap data warga
negaranya”. Pusat data (data center) yang dimaksud adalah suatu fasilitas yang
digunakan untuk menempatkan Sistem Elektronik dan komponen terkaitnya untuk
keperluan penempatan, penyimpanan, dan pengolahan data. Kemudian yang
dimaksud dengan “pusat pemulihan bencana (disaster recovery center)” adalah
suatu fasilitas yang digunakan untuk memulihkan kembali data atau informasi
serta fungsi-fungsi penting Sistem Elektronik yang terganggu atau rusak akibat
terjadinya bencana yang disebabkan oleh alam atau manusia. Pernyataan tersebut
didasarkan pada penjelasan dari Pasal 17 ayat 2.
Universitas Indonesia
Suatu rencana kontinjensi (contingency plan) akan menjadi efektif bila personel
yang terlibat memahami rencana tersebut. Guna mendukung pemahaman tadi,
perlu dibuat suatu kebijakan yang jelas sebagai dasar dari suatu rencana
kontinjensi (contingency plan). Kebijakan yang dibuat harus menentukan tujuan
perencanaan terhadap organisasi secara keseluruhan. Selain itu juga sekaligus
menetapkan kerangka organisasi dan tanggung jawab dalam rencana kontinjensi
(contingency plan).
Berdasar NIST 800-34 rev.1, kebijakan yang dibuat tersebut nantinya diharapkan
dapat mengakomodir beberapa hal terkait pelaksanaan rencana kontinjensi
(contingency plan). Hal-hal terkait yang dapat dimasukkan ke dalam kebijakan
yang dibuat antara lain:
Ruang lingkup subjek perencanaan
Jabatan dan tanggung jawab pengelola
Kebutuhan sumber daya
Kebutuhan pelatihan dan uji coba
Penjadwalan backup rutin
Penjadwalan pemutakhiran perencanaan yang telah disusun.
Universitas Indonesia
Pernyataan kebijakan ini disusun mengikuti standar NIST 800-34 rev.1 terutama
terkait poin-poin yang dibutuhkan. Selain itu disesuaikan juga dengan organisasi
Badan Pusat Statistik terutama terkait dengan kebutuhan BPS akan rencana
kontinjensi (contingency plan) dan juga penanggung jawab pengelolaan data
center. Pernyataan kebijakan ini akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana
kontinjensi (contingency plan) Badan Pusat Statistik. Secara lengkap, usulan
pernyataan kebijakan adalah sebagai berikut:
Badan Pusat Statistik harus mengembangkan rencana kontinjensi
(contingency plan) untuk data center agar kebutuhan operasional sistem
kritis tetap dapat terpenuhi dalam hal terjadi suatu gangguan
Koordinator Pengelola data center adalah Ka. SubDit Jaringan
Komunikasi Data dibantu dengan staf yang ada di bawahnya sebagai
administrator pengelola data center
Prosedur untuk pelaksanaan rencana tersebut harus didokumentasikan
dalam rencana kontinjensi (contingency plan) resmi oleh Pimpinan
Badan Pusat Statistik dan harus ditinjau setiap tahun serta diperbarui
sesuai kebutuhan oleh Koordinator Pengelola data center
Rencana kontinjensi (contingency plan) yang dibuat mengacu pada
standar NIST 800-34 rev.1 dan dilengkapi dengan standar ANSI/TIA-942
Rencana kontinjensi (contingency plan) harus menetapkan tanggung
jawab khusus untuk staf atau posisi yang ditunjuk untuk memfasilitasi
pemulihan dan/atau kelangsungan fungsi sistem yang penting
Sumber daya yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup
prosedur harus dapat diperoleh dan dipelihara
Universitas Indonesia
Personel yang bertanggung jawab untuk data center harus dilatih dalam
menjalankan prosedur darurat
Backup data center dilakukan rutin harian secara incremental dan rutin
mingguan secara full
Kemampuan rencana pemulihan dan personel harus diuji setiap tahun
untuk mengidentifikasi kelemahan dari perencanaan yang ada.
Universitas Indonesia
Pada bab ini dijabarkan tentang bagaimana pengaruh suatu aset terhadap
keberlangsungan organisasi. Analisis akan diawali dengan penggalian informasi
dari lokasi penelitian. Dari hasil penggalian tersebut, maka ditentukan prioritas
aset sebagai dasar dalam penyusunan rencana penanggulangan bencana pada
penelitian ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan salah satu lembaga pemerintah yang amat
bergantung pada data dan informasi. Pengelolaan data dan informasi di BPS
ditangani oleh Direktorat Sistem Informasi Statistik (SIS). Pengelolaan yang
dilakukan mencakup pengelolaan perangkat keras maupun perangkat lunak .
Direktorat ini membawahi Subdirektorat Integrasi Pengolahan Data, Subdirektorat
Jaringan Komunikasi Data, Subdirektorat Pengembangan Basis Data, dan
Subdirektorat Pengelolaan Teknologi Informasi.
Pengelolaan data dan informasi yang dilakukan di BPS, secara umum dipusatkan
pada sebuah data center. Data center tersebut menjadi pusat operasi aplikasi dan
data BPS sekaligus sebagai penghubung lalu lintas data perwakilan BPS di
daerah. Pengelolaan data center ditangani oleh Sub Direktorat Jaringan
Komunikasi Data. Subdit ini merupakan fasilitator antara layanan yang berada di
data center dengan unit terkait di BPS.
Layanan kegiatan operasional yang ditangani oleh data center BPS antara lain:
mail server BPS (e-mail), website hosting BPS RI dan BPS daerah, repository
center BPS (filelib dan laci), intranet portal, Pengelolaan Data Indeks Harga
Konsumen, Pengelolaan Data Ekspor, Pengelolaan Data Impor, Pengelolaan Data
Keuangan, Pengelolaan Data Sensus Survei BPS, Monitoring sensus dan survei,
VoIP, Video Conference, serta directory services. Hal tersebut menjadikan data
center BPS sebagai bagian yang teramat penting dalam kelancaran operasional
BPS. Bila terjadi gangguan pada data center tentunya akan
80 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berdasar informasi yang diperoleh dari Sub Direktorat Jaringan Komunikasi Data
(baik melalui wawancara maupun observasi), Tabel 6.1 menginformasikan
estimasi prioritas dari proses yang ada di data center BPS. Tabel 6.1
memperlihatkan toleransi waktu ketidaktersediaan sebuah layanan sekaligus
toleransi jeda waktu backup yang diharapkan.
Pada kolom kategori dampak akan dicantumkan mengenai dampak yang terjadi
bila layanan tidak aktif atau mengalami gangguan didasarkan atas kebutuhan dari
organisasi BPS. Kategori yang diberikan juga merupakan hasil diskusi dengan
pengelola data center BPS. Kategori tersebut dibagi menjadi:
a. Tinggi
Layanan berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi dan pegawainya
atau mengakibatkan efek samping yang parah atau bencana pada operasi
organisasi, aset organisasi, serta individu.
b. Sedang
Layanan berpengaruh terhadap aktivitas utama organisasi atau
mengakibatkan efek samping serius pada operasi organisasi, aset
organisasi, serta individu.
Universitas Indonesia
c. Rendah
Layanan berpengaruh terhadap aktivitas penunjang organisasi atau
memberikan dampak negatif yang terbatas pada operasi organisasi, aset
organisasi, serta individu.
Tabel 6.1. Identifikasi MTD, RTO, dan RPO Proses Bisnis/Layanan di BPS
Contoh kategori dampak pada Tabel 6.1, layanan pengelolaan data keuangan
dianggap sangat tinggi karena dampaknya akan berpengaruh terhadap pegawai
BPS dan juga aktivitas BPS secara menyeluruh. Contoh lainnya, Vicon dianggap
Universitas Indonesia
memiliki kategori rendah karena dampaknya dapat dilokalisir dan juga dapat
dilayani dengan alternatif lainnya.
Pada penelitian ini, cakupan analisis yang dilakukan adalah perangkat yang
pengelolaannya berada dalam lingkup data center Badan Pusat Statistik. Analisis
aset ini merupakan analisis terhadap perangkat lunak dan perangkat keras terkait
proses yang dilakukan. Analisis aset juga mencakup analisis jaringan serta kondisi
sistem yang berjalan saat ini.
Komponen infrastruktur dan fasilitas terkait komponen yang tercakup dalam data
center BPS antara lain:
a. Perangkat keras: server, workstation, router, jalur komunikasi, storage
b. Perangkat lunak: operating system, application program, database system
c. Data dan informasi: data hasil eksekusi aplikasi, data backup, database
d. Proses: manajemen pengguna, backup restore, monitoring sistem
e. Orang yang mendukung dan menggunakan sistem: administrator, manajer
data center, pengguna.
Universitas Indonesia
Gambar 6.1 dan 6.2 memperlihatkan traffic e-mail yang dilayani oleh data center.
Universitas Indonesia
Gambar 6.1 dan 6.2 memperlihatkan traffic e-mail pada bulan Oktober 2012
sampai September 2013 yang dilayani data center. Layanan e-mail ditangani 2
buah server, yaitu Dessy untuk e-mail masuk dan Donald untuk e-mail keluar.
Universitas Indonesia
Gambar 6.3 dan 6.4 memperlihatkan traffic beberapa hosting server yang dilayani
oleh data center.
Universitas Indonesia
Gambar 6.3 memperlihatkan traffic salah satu web server pada bulan Oktober
2012 sampai September 2013 yang dilayani data center. Gambar 6.4
memperlihatkan traffic salah satu database server pada bulan Oktober 2012
sampai September 2013 yang dilayani data center.
Universitas Indonesia
Gambar 6.5 dan 6.6 memperlihatkan traffic beberapa server terkait repository
center yang dilayani oleh data center.
Universitas Indonesia
Gambar 6.5 memperlihatkan traffic salah satu ftp server pada bulan Oktober 2012
sampai September 2013 yang dilayani data center. Gambar 6.6 memperlihatkan
traffic salah satu repository server pada bulan Oktober 2012 sampai September
2013 yang dilayani data center.
Universitas Indonesia
Gambar 6.7 memperlihatkan traffic server terkait intranet portal yang dilayani
oleh data center. Gambar tersebut menunjukkan traffic untuk layanan database
PostgreSql dari Oktober 2012 sampai dengan September 2013.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 6.17. Daftar Aset – RTO Pengelolaan Data Indeks Harga Konsumen
(IHK) BPS
No Aset Fungsi Platform RTO
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Server Perangkat aplikasi IHK • Vmware Virtual Machine 15 menit
2 Storage Penyimpanan file • Dell 10 menit
3 Database Sybase Aplikasi database 10 menit
Mencatat informasi
4 Data Transaksi mengenai transaksi (waktu, 15 menit
akses, dsb)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 6.21. Daftar Aset – RTO Pengelolaan Data Sensus Survei BPS
No Aset Fungsi Platform RTO
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Perangkat aplikasi sensus • Fujitsu Primergy RX 300 S5
Server 60 menit
survei • Vmware Virtual Machine
2 • Fujitsu Primergy RX 300 S5
Storage Penyimpan file 45 menit
• Dell
3 Aplikasi PDP Aplikasi PDP 60 menit
4 Aplikasi Survei Haji Aplikasi Survei Haji 60 menit
5 Aplikasi pengelolaan data
Aplikasi SP2010 60 menit
SP2010
6 Aplikasi ST2013 Aplikasi pengelolaan ST2013 60 menit
7 Aplikasi Survei
Aplikasi Surevi Subsektor 60 menit
Subsektor
8 Aplikasi Podes PPLS Aplikasi Podes PPLS 60 menit
9 Aplikasi Pengelolaan Susenas
Aplikasi Susenas SBH 60 menit
SBH
10 Database Microsoft
Aplikasi database 10 menit
SQL Server
11 Mencatat informasi mengenai
Data Transaksi 60 menit
transaksi (waktu, akses, dsb)
Universitas Indonesia
Pada bagian sebelumnya telah diketengahkan tentang Aset – RTO pada masing-
masing proses layanan yang dikelola data center. Tindak lanjut dari langkah yang
telah dilakukan, pada subbab ini akan diurutkan layanan/proses bisnis mulai dari
prioritas tertinggi hingga terendah.
Secara umum, urutan prioritas yang diusulkan terkait erat dengan kategori dampak
yang dikemukakan sebelumnya. Proses bisnis/layanan yang mempunyai dampak
tinggi terhadap organisasi terutama terkait kelangsungan organisasi dan
pegawainya, maka akan mempunyai prioritas di atas kategori sedang atau rendah.
Proses bisnis/layanan yang merupakan penunjang dan dampaknya rendah
terhadap organisasi memiliki prioritas yang rendah juga.
Universitas Indonesia
tentunya banyak berinteraksi dengan pengguna data dan salah satu jalurnya adalah
menggunakan media email.
Usulan prioritas layanan/proses bisnis secara lengkap dapat dilihat pada Tabel
6.24.
Universitas Indonesia
Pada bab 7 ini dijabarkan usulan kontrol-kontrol preventif yang akan diterapkan
sebagai bagian dari rencana kontinjensi (contingency plan). Kontrol tersebut
disesuaikan dengan aset yang menjadi prioritas pada analisis sebelumnya.
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, standar ANSI/TIA 942 tidak akan
diadopsi secara menyeluruh. Standar ini memerlukan penelitian lebih lanjut yang
tidak dicakup pada penelitian ini bila akan diterapkan secara menyeluruh. Oleh
karena itu hanya beberapa kontrol saja yang akan dicakup. Kontrol tersebut
terutama berkaitan dengan kontrol preventif yang akan diterapkan pada penelitian
ini.
Dalam memilih dan menerapkan kontrol preventif untuk sebuah data center, ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan (ANSI/TIA-942, 2005). Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Keselamatan individu atau properti terkait dengan operasional data center.
Ancaman kebakaran bagi pengelola maupun properti yang ada di data center.
Kerugian karena gangguan terhadap operasional organisasi sebagai akibat
kegagalan pada data center.
Kerugian dari kerusakan pada peralatan yang ada di data center.
Keempat faktor tersebut menjadi pertimbangan dalam menentukan perlindungan
yang sesuai bagi data center.
Bagian ini memaparkan mengenai kontrol yang ada di data center BPS
dibandingkan dengan kontrol acuan yang ada di NIST 800-34 rev.1 ataupun
ANSI/TIA-942. Sebagai catatan, kontrol ANSI/TIA-942 yang dikemukakan tidak
untuk menentukan tingkat tier-nya. Tabel 7.1 berisi tentang analisis gap, antara
kontrol ANSI/TIA-942 dengan kontrol di data center BPS. Berdasarkan analisis
gap tersebut, maka dapat diketahui sejauh mana kebutuhan kontrol yang masih
perlu dipenuhi oleh data center BPS.
Tabel 7.1. Analisis Gap Kontrol ANSI/TIA-942 – Kontrol Data Center BPS
No Kontrol NIST 800-34 dan ANSI/TIA- Data Center BPS Keterangan
942
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Ruangan
Menggunakan lantai panggung
a. Kondisi lantai Menggunakan lantai solid X
(raised floor)
Dinding ruangan merupakan Dinding ruangan separuh ke
b. Dinding ruangan data
dinding solid tertutup dengan atas adalah kaca, separuh ke X
center
materi yang tahan api bawah adalah papan panel
Pintu terbuat dari kayu solid Pintu terbuat dari kaca
c. Pintu ruangan data
dengan frame besi dilengkapi dengan frame dari X
center
dengan lubang intip alumunium
2 Detektor dan Monitoring
Dilengkapi detektor asap dan Dilengkapi detektor asap
a. Detektor asap dan api V
api dan api
b. Detektor kebocoran Dilengkapi detektor kebocoran Belum dilengkapi detektor
X
air air kebocoran air
c. Detektor suhu Dilengkapi detektor suhu Dilengkapi detektor suhu V
Dilengkapi monitoring
Dilengkapi monitoring sistem
sistem untuk memantau dan
untuk memantau dan
d. Monitoring sistem memberikan notifikasi V
memberikan notifikasi kepada
kepada pengelola (walau
pengelola
belum terintegrasi)
3 Kelistrikan
a. Uninterruptible UPS dapat bertahan minimum UPS dapat bertahan
X
Power Supply (UPS) 15 menit minimum 5-10 menit
UPS mempunyai cadangan UPS yang tersedia ada
b. Redundancy UPS X
minimal N+1 sebanyak N
Bangunan dilengkapi dengan Bangunan telah dilengkapi
c. Penangkal petir V
penangkal petir dengan penangkal petir
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagian sebelumnya telah dikemukakan mengenai gap terkait kontrol yang ada di
data center BPS. Selanjutnya pada bagian ini akan memaparkan mengenai
rekomendasi kontrol preventif yang dapat diterapkan di data center BPS.
Tabel 7.2 berisi rekomendasi kontrol preventif untuk data center BPS.
Rekomendasi yang diberikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
Universitas Indonesia
kesiapsiagaan data center BPS. Selain itu, agar data center BPS dapat lebih
reliabel dalam menjalankan operasionalnya, maka direkomendasikan untuk
melakukan assessment standar ANSI/TIA-942 secara menyeluruh. Berdasar hasil
assessment tersebut, maka dapat ditentukan pada tingkat tier berapa data center
yang ada sekarang ini sekaligus menentukan kontrol yang diperlukan untuk
mencapai tingkatan yang diharapkan.
Universitas Indonesia
Pada bab ini dijabarkan mengenai usulan strategi yang menjadi acuan dalam
penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan). Usulan strategi tersebut akan
disesuaikan dengan panduan yang terdapat pada NIST 800-34 rev.1.
Universitas Indonesia
Penentuan alternate site merupakan suatu hal yang cukup penting. Ada beberapa
hal yang perlu menjadi perhatian, antara lain:
Letak geografis
Keterjangkauan/aksesibikitas
Keamanan
Lingkungan
Biaya.
Badan Pusat Statistik saat ini sedang membangun alternate site di Kalimantan.
Alternate site ini nantinya akan dikelola sendiri oleh BPS. Sebelum alternate site
yang dibangun BPS beroperasi secara penuh, maka terkait proses bisnis/layanan
yang ada di data center diusulkan beberapa strategi alternate site. Alternate site
yang diusulkan sesuai dengan kategori dampak yang dapat ditimbulkan dari
proses bisnis/layanannya. Usulan strategi alternate site secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 8.2.
Selanjutnya untuk penentuan di mana atau kepada siapa pengelolaan alternate site
tersebut –setelah dilakukan diskusi dengan SubDit. Jaringan Komunikasi Data--
diusulkan sebagai berikut:
Cold site, dikelola oleh vendor dengan menempatkan alternate site di vendor
terpilih yang memiliki fasilitas pendukung sesuai kebutuhan BPS
Warm site, dikelola oleh vendor dengan menempatkan alternate site di
vendor terpilih yang memiliki fasilitas pendukung sesuai kebutuhan BPS
Hot site, dikelola oleh vendor dengan menempatkan alternate site di vendor
terpilih yang memiliki fasilitas pendukung sesuai kebutuhan BPS.
Universitas Indonesia
BPS secara umum dapat menggunakan perjanjian vendor melalui SLA untuk
komponen maupun infrastruktur penunjang data center. Pembelian komponen
atau perlengkapan baru harus disertai dengan perjanjian vendor terkait
penggunaan komponen. Pada infrastruktur penunjang terutama yang bersifat habis
Universitas Indonesia
Pada komponen atau perlengkapan yang sudah habis masa perjanjian vendornya
BPS dapat melakukan stok perlengkapan dengan jenis yang sama ataupun yang
kompatibel. Selain itu stok juga dapat dilakukan pada komponen-komponen kritis
walaupun sudah dilengkapi dengan perjanjian vendor. Selanjutnya dapat
ditambahkan juga berdasarkan informasi dari SubDit. Jaringan Komunikasi Data,
BPS mengasuransikan komponen-komponen tertentu sehingga tidak perlu
melakukan stok komponen.
Universitas Indonesia
Perhitungan biaya perjalanan pada Tabel 8.3 merupakan biaya dalam melakukan
inspeksi rutin ke lokasi cold site. Hal ini untuk menjaga kesiapan lokasi cold site.
Dana operasional darurat diikutsertakan dalam perhitungan agar BPS sudah
mempersiapkan dana cadangan untuk kejadian darurat sehingga tidak
mengganggu pendanaan kegiatan lainnya bila diperlukan.
1 Sewa Cage dan fasilitas DRC (3 Rack) 1 lot 35,400,000 12 Rp. 467,280,000
Booking Fee Untuk Ruang Kantor 35
Rp.
2 Meter3 1 lot 3,600,000 12 47,520,000
Perhitungan biaya sewa fasilitas pada Tabel 8.4 merupakan biaya sewa yang harus
dikeluarkan untuk lokasi cold site. Fasilitas ruang kantor tidak dibayar penuh dan
hanya berupa booking fee saja, karena untuk cold site tidak perlu ada ruang kantor
bila cold site.
Tabel 8.5. Perhitungan Instalasi Fasilitas Cold Site
Universitas Indonesia
Total
Harga+PPN
No Deskripsi Jumlah Satuan Harga 10%
Instalasi Cage dan fasilitas DRC (3
Rp. 5,400,000 Rp. 5,940,000
1 rack) 1 lot
Perhitungan biaya instalasi fasilitas pada Tabel 8.5 merupakan biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan instalasi perlengkapan di lokasi cold site.
Warm site
Tabel 8.7. Perhitungan Biaya Perangkat Warm Site
1 Server Fujitsu Primergy RX300 S700M 5 unit Rp. 55,000,000 Rp. 275,000,000
2 Server SAN Dell Equallogic PS4100E 1 unit Rp. 142,000,000 Rp. 142,000,000
Perhitungan biaya perangkat pada Tabel 8.7 merupakan perhitungan biaya untuk
perangkat yang harus dipersiapkan saat diputuskan memilih tipe warm site
sebagai alternate site.
Tabel 8.8. Perhitungan Biaya Perjalanan dan Lain-lain Warm Site
No Deskripsi Jumlah Satuan Harga Total Harga
Perjalanan dinas darurat (1 bulan sekali
Rp. 610,000 Rp.
1 @ 2 orang) 24 kali 14,640,000
Universitas Indonesia
Perhitungan biaya perjalanan pada Tabel 8.8 merupakan biaya dalam melakukan
inspeksi rutin ke lokasi warm site. Hal ini untuk menjaga kondisi perangkat yang
sudah diinstalasi di lokasi warm site. Dana operasional darurat diikutsertakan
dalam perhitungan agar BPS sudah mempersiapkan dana cadangan untuk kejadian
darurat sehingga tidak mengganggu pendanaan kegiatan lainnya bila diperlukan.
Perhitungan biaya sewa fasilitas pada Tabel 8.9 merupakan biaya sewa yang harus
dikeluarkan untuk lokasi warm site. Fasilitas tersebut diperlukan untuk
kesiapsiagaan dalam kondisi darurat.
1 Instalasi Cage dan fasilitas DRC (3 rack) 1 lot Rp. 5,400,000 Rp. 5,940,000
Perhitungan biaya instalasi fasilitas pada Tabel 8.10 merupakan biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan instalasi perlengkapan maupun perangkat yang
memang sudah disiagakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Perhitungan biaya sewa internet pada Tabel 8.11 merupakan biaya yang harus
dikeluarkan jika dirasa perlu untuk melakukan koneksi internet di alternate site.
Hot site
Tabel 8.13. Perhitungan Biaya Perangkat Hot Site
1 Server Fujitsu Primergy RX300 S700M 5 unit Rp. 55,000,000 Rp. 275,000,000
2 Server SAN Dell Equallogic PS4100E 1 unit Rp. 142,000,000 Rp. 142,000,000
Perhitungan biaya perjalanan pada Tabel 8.14 merupakan biaya dalam melakukan
inspeksi rutin ke lokasi hot site. Hal ini untuk menjaga kondisi perangkat yang
sudah diinstalasi di lokasi hot site. Selain itu, sekaligus juga melakukan
pemutakhiran data terbaru bila diperlukan. Dana operasional darurat
diikutsertakan dalam perhitungan agar BPS sudah mempersiapkan dana cadangan
untuk kejadian darurat sehingga tidak mengganggu pendanaan kegiatan lainnya
bila diperlukan.
Perhitungan biaya sewa fasilitas pada Tabel 8.15 merupakan biaya sewa yang
harus dikeluarkan untuk lokasi hot site. Fasilitas tersebut diperlukan untuk
operasional perangkat maupun kesiapsiagaan dalam kondisi darurat.
1 Instalasi Cage dan fasilitas DRC (3 rack) 1 lot Rp. 5,400,000 Rp. 5,940,000
Universitas Indonesia
Perhitungan biaya instalasi fasilitas pada Tabel 8.16 merupakan biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan instalasi perlengkapan maupun perangkat yang
memang harus operasional saat memilih hot site sebagai alternate site.
1 Sewa Koneksi Internet Global 2Mbps 12 lot Rp. 8,360,000 Rp. 100,320,000
Perhitungan biaya sewa internet pada Tabel 8.17 merupakan biaya yang harus
dikeluarkan untuk melakukan koneksi internet di alternate site.
Universitas Indonesia
Facility Recovery
Teams
Network Recovery
Teams
Application Recovery
Teams
Damage Assessment
Teams
Operations Recovery Operations Recovery
Director Manager and Teams
Hardware Instalation
Teams
IT Operations Teams
IT Technical Teams
Administration
Teams
Bagian berikut memaparkan secara lengkap usulan susunan tim berikut tanggung
jawab berbagai personel yang terlibat.
1. Operations Recovery Director – Direktur Sistem Informasi Statistik
a. Pra bencana
Menyetujui rencana kontinjensi final berikut prosedurnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Pasca bencana
Memverifikasi persyaratan perangkat keras di lokasi alternatif.
Memeriksa lokasi alternatif terkait ruang fisik yang diperlukan.
Memberitahukan situs alternatif terkait kebutuhan mendatang.
Berinteraksi dengan TI tim teknis dan operasi tentang konfigurasi
ruang di lokasi alternatif.
Koordinasi transportasi peralatan yang dapat diperbaiki ke lokasi
alternatif.
Menginformasikan tim administrasi mengenai kebutuhan untuk
perbaikan peralatan dan peralatan baru.
Memastikan instalasi terminal sementara guna menghubungkannya ke
perangkat di lokasi alternatif.
Merencanakan dan melakukan instalasi perangkat keras di lokasi
alternatif.
Merencanakan, mengangkut, dan melakukan instalasi perangkat keras
di lokasi permanen, bila tersedia.
Mengatur dan mengoperasikan metode sign-in/sign-out untuk semua
sumber daya di lokasi alternatif.
8. IT Operations Teams – KaSubDit. Pengembangan Basis Data
a. Pra bencana
Memahami peran dan tanggung jawab dalam rencana kontinjensi.
Koordinasi dengan tim rencana kontinjensi lainnya untuk menjamin
keamanan fisik sistem dan sumber daya yang ada.
Pelatihan karyawan untuk siap dalam keadaan darurat.
Memastikan backup lengkap sesuai jadwal.
Memastikan backup dikirim ke lokasi off-site sesuai jadwal
Berpartisipasi dalam pengujian rencana kontinjensi yang diperlukan.
b. Pasca bencana
Mendukung tim teknis TI sesuai kebutuhan.
Mengirim dan menerima wadah penyimpanan off-site.
Memastikan backup tape dikirim ke penyimpanan off-site.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Manajer masing-masing tim dipilih dari kepala sub direktorat atau kepala seksi
terkait pengelolaan data center ataupun bagian lain yang terkait dengan rencana
kontinjensi. Kemudian terkait personel dari masing-masing tim dapat diambil dari
berbagai sub direktorat terkait.
Universitas Indonesia
Bab ini berisi usulan kerangka dan usulan rencana kontinjensi sebagai tahap akhir
dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian ini secara umum menghasilkan
susunan rencana kontinjensi (contingency plan) yang dapat diimplementasikan
pada data center Badan Pusat Statistik.
Tahapan Rekonstitusi
Pengujian Validitas
Deklarasi Recovery
Notifikasi
Backup Sistem
Dokumentasi
Deaktivasi
Universitas Indonesia
Bab ini berisi kesimpulan dan saran hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian ini secara umum menghasilkan usulan rencana kontinjensi (contingency
plan) yang dapat diimplementasikan pada data center Badan Pusat Statistik.
10.1. Kesimpulan
Berdasar penelitian yang telah dilakukan, maka ada beberapa kesimpulan yang
dapat diambil. Adapun beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Analisis kebijakan yang dilakukan dalam penelitian ini menghasilkan suatu
usulan kebijakan. Usulan kebijakan tersebut secara umum dapat menjadi
masukan dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana kontinjensi (contingency
plan) di BPS.
2. Hasil dari analisis dampak bisnis menunjukkan bahwa data center BPS
mempunyai peranan vital dalam operasional kegiatan BPS. Data center BPS
menjadi titik sentral dalam melayani lalu lintas data dan komunikasi mulai
dari BPS RI di Jakarta hingga ke perwakilan BPS di seluruh wilayah
Indonesia.
3. Kontrol preventif yang diajukan pada penelitian ini telah mencakup beberapa
sisi seperti infrastruktur, komponen, aplikasi dan data, serta personel.
Kontrol-kontrol tersebut secara umum dapat digunakan untuk memperkaya
masukan dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana kontinjensi (contingency
plan) yang lebih komprehensif di BPS.
4. Strategi yang dihasilkan dalam penelitian ini memfokuskan pada dua jenis
skenario disaster. Skenario tersebut adalah untuk minor system failure
maupun major system failure. Kedua skenario ini dipilih karena pada
prinsipnya tidak semua gangguan memerlukan penanganan kontinjensi.
5. Hasil dari analisis yang telah dilakukan menjadi pendukung dalam
penyusunan usulan rencana kontinjensi (contingency plan) dalam
penelitian ini. Usulan tersebut dapat dijadikan sebagai masukan dalam
pembuatan dan pelaksanaan rencana kontinjensi (contingency plan) di BPS.
10.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Badan Pusat Statistik dalam hal ini SubDit. Jaringan Komunikasi Data perlu
kiranya melakukan penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan) yang
lebih komprehensif. Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan) lebih
lanjut tersebut pada dasarnya adalah melanjutkan hasil dari penelitian ini
dengan melakukan uji coba dan pencanangan kebijakan yang sesuai.
2. Badan Pusat Statistik perlu membentuk suatu bagian khusus yang menangani
risiko dan disaster terutama terkait data center yang ada di BPS.
3. Badan Pusat Statistik perlu membuat Business Continuity Plan secara
menyeluruh. BCP tersebut tidak hanya terkait data center, tapi untuk
keseluruhan organisasi BPS.
Universitas Indonesia
Badan Pusat Statistik. (2012). Review kedua rencana strategis badan pusat
statistik 2010 - 2014. Jakarta, Indonesia : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2008). Peraturan kepala bps no. 7 tentang organisasi dan
tata kerja badan pusat statistik. Jakarta, Indonesia : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. (2013). Dokumentasi data center bps. Jakarta, Indonesia :
Badan Pusat Statistik.
Brooks, Charlotte, Clem Leung, Aslam Mirza, Curtis Neal, Yin Lei Qiu, John
Sing, Francis TH Wong, dan Ian R. Wright. (2007). IBM system storage business
continuity: Part 1 planning guide (4th ed.). New York, USA: IBM.
ISO/IEC JTC 1/SC 27. (2005). Text for iso/iec final dis 27001 -- Information
technology security techniques -- Information security management systems --
Requirements. Berlin, Jerman: ISO/IEC JTC 1/SC 27.
Krutz, Ronald L. dan Russel Dean Vines. (2003). The cissp prep guide : Gold
edition. Indianapolis, USA: Wiley Publising, Inc.
Luetkehoelter, James. (2008). Pro sql server disaster recovery. New York, USA:
Apress - Springer.
Noakes-Fry, Kristen dan Trude Diamond. (2001). Business continuity and disaster
recovery planning and management: Perspective. USA: Gartner Inc.
Sulistyo, Eko. (2013). Strategi pemilihan teknologi disaster recovery system pada
institusi pendidikan : Studi kasus universitas xyz. Jakarta, Indonesia : Universitas
Indonesia
Swanson, Marianne, Pauline Bowen, Amy Wohl Phillips, Dean Gallup, dan David
Lynes. (2010). Nist special publication 800-34 rev. 1: Contingency planning
guide for federal information systems. Gaithersburg, USA: National Institute of
Standards and Technology.
Ward, John dan John Peppard. (2002). Strategic planning for information systems
(3rd edition). West Sussex, Inggris: John Wiley & Sons Ltd.
Whitman, Michael E., Herbert J. Mattord, dan Andrew Green. (2007). Principles
of incident response and disaster recovery. New York, USA : Course Technology
Cengage Learning.
Universitas Indonesia
Wunnava, Shalini dan Selwyn Ellis. (2008). Disaster recovery planning: A pmt
based conceptual model (research in progress). Richmond, USA: Louisiana Tech
University.
Universitas Indonesia
EA : Eko Aprianto
IM : IM
Universitas Indonesia
4. EA : Baiklah Pak, sementara cukup sekian dulu, saya mohon izin dan
dukungannya dalam pengerjaan tesis saya ini Pak.
IM : Baik, sama-sama
Universitas Indonesia
EA : Eko Aprianto
DB : Dudi Barmana
Universitas Indonesia
3. EA : Lalu apakah saat ini sudah ada semacam regulasi atau SOP
internal terkait penanganan disaster recovery ini?
4. EA : Jadi, alasan utama BPS mau memiliki disaster recovery center itu
apa?
DB : Yang jelas sih supaya high availability dari data center BPS bisa
terjaga.
5. EA : Apakah saat ini sudah ada yang ditugasi khusus untuk menangani
disaster recovery?
DB : Ya, sama-sama
Universitas Indonesia
EA : Eko Aprianto
DB : Dudi Barmana
Terlepas dari itu, ada beberapa layanan yang terlihat berprioritas tinggi, tapi
sebenarnya masih ada layanan alternatif yang bisa digunakan, maka
Universitas Indonesia
DB : Bisa saja, karena itu tadi saya sebutkan boleh jadi layanan
tersebut terlihat prioritasnya rendah, tapi ternyata menjadi kebutuhan, jadi
naik prioritasnya.
5. EA : Sekarang Saya mau tanya mengenai MTD, RTO, dan RPO untuk
proses bisnis/layanan nih Mas. Untuk masing-masing proses bisnis/layanan
itu bagaimana nih ukuran waktunya?
Universitas Indonesia
DB : Ya, sama-sama
Universitas Indonesia
EA : Eko Aprianto
DB : Dudi Barmana
DB : Wa’alaikumsalam, ya silakan.
2. EA : Langsung saja nih Mas, yang pertama terkait ruangan data center,
lantai ruangan data center apakah sudah menggunakan lantai panggung
(raised floor)?
Universitas Indonesia
DB : Detektor yang ada di ruangan sudah ada detektor asap dan api,
detektor suhu, juga sistem monitoring, tapi belum terintegrasi satu sama lain.
Universitas Indonesia
14. EA : Listrik untuk AC-nya jadi satu atau terpisah dengan listrik data
center?
DB : Listriknya sih terpisah jalurnya dari data center, tapi ya jadi satu
juga sama listrik gedung.
Universitas Indonesia
DB : Ada, untuk yang water, kita pake seri FM200, kalau gas kita
pakai sistem aerosol standar NFPA, terus kita juga pakai tuh APAR standar
SNI.
18. EA : Akses kalau kondisi darurat dan petunjuk arahnya ada gak ya
Mas?
DB : Ada, kan ada pintu dan tangga darurat, petunjuk arah juga ada.
21. EA : OK deh Mas, sementara itu dulu, Saya akan susun dulu hasil
wawancara ini. Terima kasih ya Mas.
DB : Ya, sama-sama.
Universitas Indonesia
Lampiran B.1 Blanko Tabel Identifikasi MTD, RTO, RPO, dan Dampak
Layanan di BPS
Kategori
No Proses Bisnis/Layanan MTD RTO RPO
Dampak
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1
10
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
Kategori
No Proses Bisnis/Layanan MTD RTO RPO
Dampak
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 E-mail 90 menit 60 menit 30 menit Sedang
Universitas Indonesia
• Fujitsu Primergy
11 Server Email Server Subdit. JKD
RX 300 S5
• Dell
12 Storage Penyimpanan email Subdit. JKD
• Fujitsu
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5)
• Satker BPS Pusat
1 Operator Website Manajemen website oleh pengguna • IPDS BPS Provinsi
• IPDS BPS Kab/ Kota
2 Administrator Website Menajemen website oleh penyedia layanan Subdit. JKD
Proses Manajemen web
3 Proses untuk upload atau download file Subdit. JKD
(Upload, dsb) oleh admin
4 Proses Scanning virus Proses untuk scanning file dari virus Subdit. JKD
Proses mengamankan website terhadap
5 Proses firewall (proteksi) Subdit. JKD
serangan dari luar
• Membuat subdomain
Proses User Management
6 • Menghapus subdomain Subdit. JKD
(Berkaitan Subdomain)
• Memblokir subdomain
Proses Manajemen Web • Monitoring aktivitas web Subdit. JKD
7 (monitoring,
pemeliharaan) oleh admin • Monitoring traffic
Proses Backup dan Untuk backup website, restore saat kondisi
8 Subdit. JKD
Restore tertentu
• Subdit. JKD
9 VPN Menyediakan jalur aman untuk file transfer
• IPDS BPS Provinsi
• Subdit. JKD
10 Internet Sebagai jalur alternatif selain VPN • IPDS BPS Provinsi
• IPDS BPS Kab/Kota
• IBM X3650 Subdit. JKD
11 Server Perangkat web server
• Vmware Virtual Machine
12 Storage Penyimpanan file • Dell Subdit. JKD
14 Aplikasi web server Aplikasi web server • Apache 2.2.14 Subdit. JKD
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5)
• Satker BPS Pusat
1 Operator Repository Pengguna Repository • IPDS BPS Provinsi
• IPDS BPS Kab/ Kota
2 Administrator Repository Administrator Repository Subdit. JKD
• Satker BPS Pusat
3 Proses Upload Download Proses untuk upload atau download file • IPDS BPS Provinsi
• IPDS BPS Kab/ Kota
4 Proses Scanning Proses untuk scanning file dari virus Subdit. JKD
• Menambah pengguna
5 Proses User Management • Menghapus pengguna Subdit. JKD
• Memblokir pengguna
• Monitoring file transfer
Proses Manajemen File
6 • Monitoring bandwidth usage Subdit. JKD
Transfer
• Monitoring akses pengguna
Menyediakan jalur aman untuk file
7 LAN Subdit. JKD
transfer
Menyediakan jalur aman untuk file
8 VPN Subdit. JKD
transfer
• Subdit. JKD
9 Internet Sebagai jalur alternatif selain VPN • IPDS BPS Provinsi
• IPDS BPS Kab/Kota
• IBM
10 Server Perangkat repository Subdit. JKD
X3500
• Dell
11 Storage Penyimpanan file Subdit. JKD
PS6000
Menghubungkan server ke storage melalui
12 Aplikasi NFS Client • NFS v 3 Subdit. JKD
NFS server
• Proftpd
13 Aplikasi ProFtpd File Transfer (Upload/ Download) Subdit. JKD
1.3.2 b
Aplikasi web server • Apache
14 Aplikasi web server Subdit. JKD
(apache) 2.2.14
15 Aplikasi LDAP Aplikasi autentikasi Subdit. JKD
• Clamav
16 Aplikasi anti virus Clamav Scan virus file yang diupload Subdit. JKD
0.95.3
• Mysql
17 Database Mysql Aplikasi database Subdit. JKD
14.12
Mencatat informasi mengenai transaksi
18 Data Transaksi Subdit. JKD
(waktu, akses, dsb)
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi) dan Sdr. Harry (Staf Pengembangan Jaringan
Komunikasi Data).
Universitas Indonesia
7 Aplikasi anti virus Clamav Scan virus file yang diupload 10 menit
Berdasar diskusi dengan Kasie Pemeliharaan Jaringan Komunikasi dan Sdr. Harry
(Staf Pengembangan Jaringan Komunikasi Data).
Universitas Indonesia
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5)
• Satker SHPB BPS
1 Operator aplikasi IHK Pengguna aplikasi IHK
Pusat
Administrator aplikasi • Satker SHPB BPS
2 Manajemen aplikasi IHK
IHK Pusat
• Updating aplikasi IHK
Proses Manajemen
• Satker SHPB BPS
3 aplikasi IHK (Upload, • Pengelolaan data IHK
Pusat
dsb) oleh admin
• Release data IHK
Proses Backup dan Proses Backup dan Restore
4 Subdit. JKD
Restore aplikasi dan data IHK
Menyediakan jalur aman
5 LAN Subdit. JKD
untuk file transfer
• Vmware Virtual
6 Server Perangkat aplikasi IHK Subdit. JKD
Machine
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5)
• Satker Ekspor BPS
1 Operator aplikasi Ekspor Pengguna aplikasi Ekspor
Pusat
Administrator aplikasi • Satker Ekspor BPS
2 Manajemen aplikasi Ekspor
Ekspor Pusat
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Administrator aplikasi
2 Manajemen aplikasi Ekspor
Ekspor
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5)
• Satker Impor BPS
1 Operator aplikasi Impor Pengguna aplikasi Impor
Pusat
Administrator aplikasi • Satker ImporBPS
2 Manajemen aplikasi Impor
Impor Pusat
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
• Vmware
8 Server Perangkat aplikasi keuangan Virtual Subdit. JKD
Machine
Aplikasi
Aplikasi pengelolaan tunjangan Microsoft
9 Tunjangan Kinerja Subdit. Basis Data
kinerja Sharepoint
Online
Database
12 Microsoft SQL Aplikasi database Subdit. JKD
Server
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Aplikasi
Aplikasi pengelolaan tunjangan
9 Tunjangan Kinerja 15 menit
kinerja
Online
Database
12 Microsoft SQL Aplikasi database 15 menit
Server
Universitas Indonesia
Lampiran B.20 Isian Tabel Daftar Aset Pengelolaan Data Sensus Survei
• Fujitsu
Primergy
RX 300 S5
8 Server Perangkat aplikasi sensus survei Subdit. JKD
• Vmware
Virtual
Machine
• Fujitsu
Primergy
9 Storage Penyimpan file RX 300 S5 Subdit. JKD
• Dell
45 menit
2 Storage Penyimpan file
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5)
Operator aplikasi • BPS Pusat
Pengguna monitoring
1 monitoring sensus • BPS Provinsi
sensus survei
survei • BPS Kabupaten
Administrator aplikasi
Manajemen aplikasi • Satker BPS Pusat
2 monitoring sensus
monitoring sensus survei • Subdit. JKD
survei
Proses Manajemen • Updating aplikasi
• Satker BPS Pusat
aplikasi monitoring monitoring sensus survei
3 • Subdit IPD BPS Pusat
sensus survei(Upload, • Pengelolaan data
• BPS Kabupaten
dsb) oleh admin monitoring sensus survei
• Menambah pengguna
Proses User
4 • Menghapus pengguna Subdit. JKD
Management
• Memblokir pengguna
Proses Backup dan
Proses Backup dan
5 Restore aplikasi dan data Subdit. JKD
Restore
monitoring sensus survei
Menyediakan jalur aman
6 LAN Subdit. JKD
untuk file transfer
Menyediakan jalur aman
7 VPN Subdit. JKD
untuk file transfer
Aplikasi monitoring
10 Aplikasi monitoring Subdit. JKD
sensus survei
11 Aplikasi web server Aplikasi web server • Apache 2.2.14 Subdit. JKD
Mencatat informasi
14 Data Transaksi mengenai transaksi Subdit. JKD
(waktu, akses, dsb)
Berdasar dokumentasi data center dan diskusi dengan Sdri. Rosita (Staf
Pemeliharaan Jaringan Komunikasi).
Universitas Indonesia
Perangkat aplikasi
1 Server 45 menit
Monitoring
Aplikasi monitoring
2 Aplikasi monitoring 45 menit
sensus survei
Mencatat informasi
6 Data Transaksi mengenai transaksi 20 menit
(waktu, akses, dsb)
Universitas Indonesia
Penanggung
No Aset Fungsi Platform RTO
Jawab
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
• BPS Pusat
1 Operator Vicon Pengguna Vicon
• BPS Provinsi\
• Menambah pengguna
Proses User
4 • Menghapus pengguna Subdit. JKD
Management
• Memblokir pengguna
Proses Backup dan Proses Backup dan Restore
5 Subdit. JKD
Restore pelaksanaan Vicon
Menyediakan jalur aman untuk
6 LAN Subdit. JKD
file transfer
Menyediakan jalur aman untuk
7 VPN Subdit. JKD
file transfer
Sebagai jalur alternatif selain
8 Internet Subdit. JKD
VPN
• Fujitsu 10 menit
12 Storage Penyimpan file Subdit. JKD
• Dell 10 menit
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran D.1 Traffic Database Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lampiran D.2 Traffic DNS Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lampiran D.3 Traffic Email Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lampiran D.4 Traffic FTP Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lampiran D.5 Traffic Proxy Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lampiran D.6 Traffic SIM Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lampiran D.7 Traffic Web Farm Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lanjutan Traffic Web Farm Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Lanjutan Traffic Web Farm Server BPS Oktober 2012 – September 2013
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
I. Pendahuluan
Dokumen ini berisi rencana kontinjensi (contingency plan) untuk data center.
Hal ini dimaksudkan sebagai repositori informasi, tugas, dan prosedur yang
akan diperlukan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan
manajemen dan respon yang tepat terhadap setiap gangguan operasional
normal data center. Keberadaan dokumen ini menjadi sangat penting jika
penyebab gangguan adalah sedemikian rupa sehingga pemulihan tidak dapat
dicapai dengan menggunakan prosedur operasi normal sehari-hari.
Dari sisi personel dan sumber daya keuangan, rincian informasi tugas beserta
prosedur yang dituang dalam dokumen ini merepresentasikan komitmen
manajemen data center. Komitmen tersebut terkaitrespon untuk pemulihan
dan perencanaan restorasi. Oleh karena itu, adalah penting untuk memastikan
keakuratan informasi dan tindakan dalam dokumen ini dengan memelihara
dan memperbaharui secara berkala agar tetap relevan.
A. Tujuan
Tujuan perencanaan ini adalah untuk memungkinkan keberlangsungan
proses bisnis organisasi yang kritis. Selain itu juga menjaga
keberlangsungan sistem teknologi informasi data center dalam hal
kejadian luar biasa yang menyebabkan kegagalan operasional. Rencana
kontinjensi (contingency plan) akan menilai kebutuhan dan persyaratan
sehingga data center dapat dibuat untuk menanggapi kejadian tersebut
secara efisien dan sistem dapat kembali beroperasi secara normal.
Universitas Indonesia
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari rencana kontinjensi (contingency plan) ini adalah data
center Badan Pusat Statistik di Kantor Pusat Badan Pusat Statistik, Jakarta,
Indonesia. Ruang lingkup termasuk infrastruktur penunjang dan personel
tim kontinjensi terkait.
C. Penerapan Kebijakan
Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan) data center
memerlukan keterlibatan eksekutif dalam pengambilan keputusan dan juga
harus memenuhi mandat yang ada dalam peraturan organisasi. Pihak
manajemen data center harus menjamin infrastruktur informasi dan
memastikan ketersediaan, kerahasiaan, integritas, dan non-repudiation
terhadap data yang ada. Selain itu, manajemen data center juga harus
memastikan kemampuan strategis yang ada pada mereka. Rencana
kontinjensi (contingency plan) data center dirancang agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
D. Asumsi
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini
Universitas Indonesia
E. Referensi/Acuan
Rencana kontinjensi (contingency plan) data center disesuaikan dengan
peraturan perundangan yang berlaku serta kerangka kerja (framework)
tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik
2. PP. No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi
Elektronis
3. Rencana Strategis BPS 2010-2014
4. NIST 800-34 rev.1
5. NASA Standard Operating Procedures – Contingency Planning
Guidance (2008)
Universitas Indonesia
Data center BPS merupakan pusat dari jaringan komunikasi data antara
BPS RI di Jakarta dengan perwakilan BPS di seluruh wilayah Indonesia.
Data center ini melayani berbagai proses bisnis baik dari internal BPS
maupun pengguna data dari luar organisasi BPS.
Proses bisnis/layanan yang tersedia di data center tersebut adalah:
1. E-mail
2. Webhosting
3. Intranet Portal
4. Repository Center
5. Pengelolaan Data Indeks Harga Konsumen (IHK)
6. Pengelolaan Data Ekspor
7. Pengelolaan Data Impor
8. Pengelolaan Data Keuangan
9. Pengelolaan Data Sensus Survei BPS
10. Monitoring Sensus dan Survei
11. Video Conference
Universitas Indonesia
2. Tahapan Recovery
Tahapan recovery merinci kegiatan dan prosedur pemulihan sistem
yang terpengaruh gangguan.
3. Rekonstitusi
Tahapan Rekonstitusi mendefinisikan tindakan yang diambil untuk
menguji dan memvalidasi kemampuan sistem dan fungsi pada lokasi
awal atau lokasi baru. Selanjutnya adalah melakukan dokumentasi
upaya pemulihan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pelatihan karyawan
Berpartisipasi dalam pengujian rencana kontinjensi yang
diperlukan.
Mempertahankan sistem saat ini dan konfigurasi LAN dalam
penyimpanan off-site.
b. Pasca bencana
Memverifikasi persyaratan perangkat keras di lokasi alternatif.
Memeriksa lokasi alternatif terkait ruang fisik yang diperlukan.
Memberitahukan situs alternatif terkait kebutuhan mendatang.
Berinteraksi dengan TI tim teknis dan operasi tentang
konfigurasi ruang di lokasi alternatif.
Koordinasi transportasi peralatan yang dapat diperbaiki ke
lokasi alternatif.
Menginformasikan tim administrasi mengenai kebutuhan untuk
perbaikan peralatan dan peralatan baru.
Memastikan instalasi terminal sementara guna
menghubungkannya ke perangkat di lokasi alternatif.
Merencanakan dan melakukan instalasi perangkat keras di lokasi
alternatif.
Merencanakan, mengangkut, dan melakukan instalasi perangkat
keras di lokasi permanen, bila tersedia.
Mengatur dan mengoperasikan metode sign-in/sign-out untuk
semua sumber daya di lokasi alternatif.
8. IT Operations Teams – KaSubDit. Pengembangan Basis Data
a. Pra bencana
Memahami peran dan tanggung jawab dalam rencana
kontinjensi.
Koordinasi dengan tim rencana kontinjensi lainnya untuk
menjamin keamanan fisik sistem dan sumber daya yang ada.
Pelatihan karyawan untuk siap dalam keadaan darurat.
Memastikan backup lengkap sesuai jadwal.
Memastikan backup dikirim ke lokasi off-site sesuai jadwal
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
B. Notifikasi
Langkah setelah aktivasi rencana kontinjensi (contingency plan) diaktifkan
adalah memberikan notifikasi kepada pengguna sekaligus kepada personel
lain yang terkait dengan sistem.
Universitas Indonesia
B. Prosedur Recovery
Bila terjadi kegagalan sistem, pastikan apakah perangkat masih dapat
digunakan dan bekerja baik atau mengalami kerusakan.
1. Perangkat tidak rusak dan bekerja dengan baik.
a. Bila perangkat tidak mengalami kerusakan periksa apakah terjadi
gangguan pada sistem operasi, aplikasi, atau firmware.
b. Bila tidak terjadi kerusakan pada sistem operasi, aplikasi, atau
firmware, lanjutkan untuk memulihkan sistem dari media backup
yang telah dipersiapkan sebelumnya.
c. Lakukan konfigurasi sistem sesuai dengan dokumentasi
konfigurasi yang tersedia.
d. Bila terjadi kerusakan pada sistem operasi, aplikasi, atau firmware,
lakukan instalasi ulang sistem operasi, aplikasi, atau firmware dari
media instalasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.
e. Lanjutkan dengan memulihkan sistem dari media backup yang
telah disediakan sebelumnya.
f. Lakukan konfigurasi sistem sesuai dengan dokumentasi
konfigurasi yang tersedia.
Universitas Indonesia
V. Tahap Rekonstitusi
A. Pengujian Validitas
Merupakan proses pengujian terhadap data center dari sisi fungsionalitas
maupun file atau data yang terdapat di dalamnya. Pengujian berfungsi
untuk mengecek apakah data center siap beroperasi kembali secara
normal. Pengujian dilakukan oleh tim kontinjensi.
Pengujian fungsionalitas dapat dilakukan dengan cara menjalankan
serangkaian operasi yang melibatkan pengguna. Selain itu juga
memastikan bahwa seluruh bagian dari data center berfungsi
sebagaimana mestinya.
Pengujian data dapat dilakukan dengan melakukan audit database log dan
membandingkan dengan hasil pemulihan database. Selain itu juga
memastikan bahwa seluruh transaksi data telah dimutakhirkan dengan
benar.
B. Deklarasi Recovery
Setelah data center berhasil melewati pengujian dan validasi, pihak
manajemen akan secara resmi menyatakan upaya pemulihan telah lengkap
dan selesai, dan data center dalam operasional normal.
C. Notifikasi
Setelah data center beroperasi secara normal, pengguna segera diberikan
notifikasi tentang hal tersebut. Notifikasi dapat melalui e-mail, telepon,
SMS, atau broadcast message.
Universitas Indonesia
D. Backup Sistem
Setelah data center kembali beroperasi, maka harus dilakukan backup
dengan metode full backup. Metode full backup harus dilakukan dan
disimpan sebagai repository untuk pemulihan data center bila terjadi
gangguan kembali di waktu mendatang.
E. Dokumentasi
Kegiatan yang dilakukan terkait rencana kontinjensi (contingency plan)
harus didokumentasikan dan dikumpulkan. Tipe dokumentasi yang
dikumpulkan adalah:
1. Log aktivitas (termasuk langkah-langkah pemulihan yang dilakukan
dan oleh siapa, kapan langkah-langkah dimulai dan diselesaikan, dan
setiap masalah atau masalah yang dihadapi saat menjalankan
kegiatan)
2. Hasil pengujian
3. Dokumentasi lesson learned
4. Laporan hasil tindakan atau perlakuan
5. Hal lain yang dianggap perlu.
VI. Deaktivasi
Setelah semua kegiatan telah selesai dan dokumentasi telah diperbarui, pihak
manajemen akan secara resmi menonaktifkan usaha pemulihan dan rencana
kontinjensi (contingency plan). Pemberitahuan deklarasi penutupan rencana
kontinjensi (contingency plan) ini akan diberikan kepada semua pengguna
data center.
Universitas Indonesia