Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion
ataupun bahan radioaktif sehingga penggunaan bahan tersebut mempunyai dua sisi yang saling
berlawanan, yaitu dapat sangat berguna bagi penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan di sisi
lain akan sangat berbahaya bila penggunaannya tidak tepat dan tidak terkontrol.
Pelayanan terbaik yang bisa diberikan kepada customer sehingga kebutuhan /
keinginan/harapan customer dapat terpenuhi (pelanggan puas), Penilaian Mutu pelayanan dapat
untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan pelayanan dengan demikian akan dapat
menghargai keberhasilan dan memperbaiki kegagalan.
Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan pasien sehingga pasien memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan kepada Organisasi Pelayanan Kesehatan. Pelayanan terbaik, melebihi, melampaui,
mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu .Pelayanan prima
dapat diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang terbaik bahkan melebihi adanya
terobosan untuk memuaskan pelanggan (inovasi).
Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya
telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan. Dengan adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit
dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang
menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi
diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun
metodanya.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya radiologi diagnostik,
maka dibuat pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi Diagnostik di Rumah Sakit Permata
Hatisebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi
diagnostik dan untuk keperluan pembinaan.

B. Ruang Lingkup
a. Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi pengion, antara lain pelayanan X-ray konvensional, dan Computed
Tomography Scan/CT Scan.
b. Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan
menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG).

1
C. Batasan Operasional
a. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan bentuk energi
lainnya (nonpengion) dalam bidang diagnostik imejing dan terapi, yang meliputi energi pengion
lain dihasilkan oleh generator dan bahan radio aktif seperti antara lain Sinar Rontgen (Sinar X),
sinar gama, pancaran partikel pengion (elektron. neutron, positron dan proton) serta bukan
energi pengion (non pengion) seperti antara lain gelombang ultrasonik, gelombang infrared,
gelombang magnetis. gelombang mikro (microwave) dan radio frekwensi.
b. Radiodiagnostik Imaging adalah cabang dan Ilmu Radiologi dalam bidang diagnosik yang
rnenggunakan alat-alat yang memancarkan energi radiasi pengion maupun bukan pengion
(nonpengion) yang dihasilkan oleh generator dan bahan radio aktif yang menghasilkan citra
(imej) dan morfologi tubuh manusia dan faal tubuh manusia untuk diagnosis medis yang
menggunakan sinar rontgen (sinar x), sinar inframerah, radio nuklir, gelombang ultrasonik,
gelombang magnetis dan emisi positron
c. Pelayanan Radiologi Sederhana adalah pelayanan penunjang untuk diagnostik dan terapi
dengan menggunakan peralatan radiologi sederhana yang meliputi pemeriksaan Thorax dan
Abdomen polos
d. Standar Pelayanan Radiologi adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau kelas
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan
radiologi tersebut.
e. Tenaga Profesional / Formal Radiologi adalah tenaga yang mencakup dokter spesialis
radiologi (Radiologist), Radiografer, Fisikawan Medik.
f. Foto Rontgen adalah pemeriksaan organ tubuh manusia yang menggunakan sinar X, yaitu
gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek (0,05A-
0,125A) sehingga mempunyai daya tembus tinggi.
g. Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan organ tubuh manusia dengan menggunakan
gelombang suara yang frekwensinya 1-10juta Hz.
D. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi di
Rumah Sakit Permata Hati diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana
pelayanan kesehatan. Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat undang-undang dasar 1945 dimana
kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat undang-undang no 23 tahun 1992
tentang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan, akan pelayanan radiologi sudah selayaknya diberikan pelayanan
yang berkualitas.
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang juga digunakan adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang NO 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2. Peraturan Pernerintah No . II tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi.
3. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1975, tentang Izin pemakaian zat radioakif dan atau
sumber radiasi lainnya.

2
4. Peraturan MENKES No.366.MENKES/PERJV/I 997, tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Radiologi
5. Peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2007 Tentang keselamatan radiasi pengion dan
kemanan sumber radioaktif.
6. Peraturan pemerintah nomor 29 tahun 2008 Tentang perizinan sumber radiasi pengion
dan bahan nuklir.
7. Permenkes Nomor 357/MENKES/PER/VI/2006 tentang registrasi dan izin kerja
Radiografer.

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Ketenaga kerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama dan sesudah masa kerja, setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku
sekaligus tujuan pembangunan, adanya peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja dan
keluarganya sesuai harkat dan martabat manusia.
Kualifikasi tenaga dalam penggunaan alat sinar-X radiologi diagnostic, USG dan terdiri
dari satu dokter spesialis radiologi yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, PPR (Petugas Proteksi Radiasi) bidang kesehatan atau diagnostik, dua
radiographer D III teknik radiologi.
Standar Ketenagaan ditentukan berdasarkan
a. Jenis sarana kesehatan
b. Kemampuan / kompetensi
c. Beban kerja
d. Jumlah peralatan.

B. Distribusi Ketenagaan
a. Tugas dr Sp.Rad
a) Menyusun & mengevaluasi secara berkala SOP tindakan medis radiodiagnostik, imejing
diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi bila diperlukan.
b) Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan imejing diagnostik dan radiologi intervensional
sesuai SOP.
c) Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan floroskopi bersama dengan radiographer.
d) Menjelaskan dan menandatangani informed consent (izin tindakan medis) kepada pasien /
keluarga pasien.
e) Membaca hasil pemeriksaan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi
intervensional.
f) Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik dan
radiologi intervensional.
g) Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
h) Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
i) Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendptkan citra radiografi yang
seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik.
j) Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional dengan
mempertimbangkan informasi pemeriksaan sebelumnya.
k) Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari aspek klinis.
l) Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK radiologi.

4
b. Tugas Radiografer
a) Mempersiapkan pasien, obat-obatan & peralatan untuk pemeriksaan dan pembuatan foto
radiologi.
b) Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan
c) Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP, khusus untuk pemeriksaan dengan
kontras dan floroskopi, pemeriksaan dikerjakan bersama dr. sp.rad
d) Melakukan kegiatan prosesing film (kamar gelap dan work station)
e) Melakukan penjaminan & kendali mutu.
f) Memberikan proteksi radiasi thd pasien, diri sendiri dan masyarakat di sekitar ruang alat
sinar-X.
g) Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang yang
diterima pasien sesuai kebutuhan.
h) Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.

c. Tugas tenaga PPR


a) Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi.
b) Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi.
c) Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi dan memantau
pemakaiannya.
d) Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat dimana alat
sinar-X digunakan.
e) Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi.
f) Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi.
g) Memelihara rekaman.
h) Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan.
i) Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal kedaruratan.
j) Melaporkan kpd pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi
kecelakaan radiasi.
k) Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan
radiasi serta verifikasi keselamatan yang diketahu PI untuk dilaporkan.
l) Melakukan inventarisasi zat radioaktif

C. Kebijakan Instalasi Radiologi


Instalasi Radiologi Rumah Sakit Permata Hati memiliki beberapa kebijakan sebagai berikut :
1. Permintaan pemeriksaan dan pembuatan foto diajukan oleh dokter dari Unit Rawat Jalan /
Unit Medical Check Up / Unit Rawat Inap / Unit Gawat Darurat / Dokter Luar.
2. Permintaan diajukan kepada Instalasi Radiologi, dengan melakukan order melalui blangko
permintaan foto dan disertai keterangan klinis/diagnosa klinis.
3. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi, pasien/perawat ruangan melakukan proses
verifikasi di bagian Pendaftaran (administration) radiologi.
4. Pasien harus mendapat informasi terlebih dahulu sebelum dilakukannya tindakan yang
memerlukan persiapan khusus, misalnya puasa dan lain -lain.

5
5. Untuk Pasien Luar RS Pemeriksaan dapat dilakukan bila pasien terlebih dahulu
menyelesaikan proses pembayaran baik dengan cash ataupun dengan jaminan, untuk pasien
rawat Jalan pembayaran dilakukan di kasir. Untuk pasien rawat inap pembayaran dilakukan
jika pasien sudah mendapat pesanan pulang dari unit keperawatan.
6. Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan informed consent, pasien harus diberikan
informasi mengenai tujuan, proses dan resiko pemeriksaan yang akan dilakukan dan juga
harus mengisi form informed consent yang telah disediakan.
7. Pada pemeriksaan radiologi yang menggunakan bahan media kontras, dibuatkan jadwal
waktu pemeriksaannya (bila diperlukan).
8. Pada jenis pemeriksaan yang memerlukan persiapan khusus, pasien tidak dapat diperiksa
langsung, melainkan akan dijadualkan dan diterangkan tentang persiapan yang dilakukan
oleh pasien.
9. Pemeriksaan konvensional tanpa memakai bahan kontras, dapat dilakukan oleh Radiografer
setelah berkonsultasi dengan Radiolog.
10. kasus CITO dapat dilakukan oleh Radiographer setelah berkonsultasi dengan Radiolog.
11. Pemeriksaan USG dilakukan oleh Radiolog atau dapat juga dilakukan oleh dokter yang
telah mendapatkan pelatihan USG, misalnya Dokter ahli ultrasonografi, Spesialis Obsgyn
atau Dokter Spesialis Penyakit Dalam yang bekerja di Rumah Sakit Permata Hati.
12. Bila ada Radiolog yang berhalangan hadir, maka digantikan oleh Radiolog lainnya.
13. Setelah Radiolog membaca foto yang dibuat, jawaban diketik dan ditanda tangani oleh
Radiolog.
14. Dalam keadaan CITO, foto-foto dapat dipinjam “basah” (foto yang belum dibaca) dan
kemudian dalam waktu 1x24 jam, foto yang dipinjam tersebut harus sudah di baca oleh
Radiolog.
15. Setiap Radiografer dan Radiolog yang bekerja pada area radiasi wajib menggunakan film
badengane dan mengetahui cara pemakaian dan penyimpanan film badengane tersebut,
16. Foto-foto beserta hasil ekspertisenya dapat diambil pada saat yang sama dan untuk kasus
CITO harus mendapat prioritas terlebih dahulu.
17. Radiolog bertanggung jawab pada hasil pemeriksaan radiologi (diagnostic imaging).
18. Radiolog harus menyediakan waktunya untuk dapat berdiskusi dengan dokter yang meminta
foto.
19. Peralatan radiologi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
20. Peralatan radiologi yang mengalami kerusakan harus segera dilaporkan untuk dilakukan
perbaikan.
21. Demi ketertiban dan kelancaran pelayanan radiologi, harus tersedia film dan bahan kontras
yang memadai serta didimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
22. Pelayanan radiologi harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
23. Semua petugas radiologi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
24. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan APD (Alat Pelindung Diri).
25. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, dan menghormati hak pasien.

6
26. Pelayanan radiologi dilaksanakan 24 jam.
27. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.
28. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan.
29. Untuk melaksanakan koordinasi dan evakuasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
30. Untuk mengatasi keadaan gawat darurat akibat reaksi dari bahan kontras wajib disediakan
obat dan peralatan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

7
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pemeriksaan
a. Pasien Rawat Inap
1. Perawat ruangan menghubungi petugas radiologi via telepon bahwa akan mendaftar dan
atau mengirim pasien ke Instalasi Radiologi.
2. Selanjutnya Perawat ruangan mengantar pasien ke Instalasi Radiologi dengan membawa
surat/blangko permintaan rontgen dan status pasien.
3. Petugas administrasi radiologi menerima surat/blangko permintaan rontgen, kemudian
mencocokkan data pasien di surat/blangko permintaan dengan data di komputer billing dan
membuat perincian besarnya biaya pemeriksaan.
4. Petugas radiologi (administrasi/radiografer jaga) menuliskan data pasien di buku register
pemeriksaan radiologi.
5. Selanjutnya radiografer melakukan pemeriksaan sesuai permintaan dokter dan SPO
pemeriksaan radiologi.
6. Jika radiograf sudah diexpertise oleh dokter radiologi maka petugas radiologi menyerahkan
hasil pemeriksaan rontgen ke perawat IGD yang mengantar pasien.
7. Perawat IGD tanda tangan di buku pengambilan hasil radiologi rawat jalan.
8. Perawat IGD mengantar pasien kembali ke IGD.

b. Pelayanan Radiologi Rutin


Instalasi Radiologi memberikan pelayanan di hari kerja , prosedur pelayanan umum diagnostik
adalah sebagai berikut :
1. Pasien dari luar mendaftar di loket pendaftaran Radiologi dan mengurus kelengkapan
administrasi serta melakukan pembayaran di kasir.
2. Pasien dari rawat inap dan rawat jalan mendaftar di loket Radiologi untuk dilakukan
validasi secara elektronik, pembayaran dilakukan setelah selesai dilakukan tindakan
radiologi.
3. Setelah itu pasien menunggu panggilan untuk diperiksa di ruang tunggu.
4. Pemeriksaan Radiologi dilakukan di ruang pemeriksaan tertentu.
5. Setelah itu gambar rontgen diproses dengan mengggunakan computer Radiography
6. Pengecekan hasil rontgen dilakukan oleh radiografer, jika baik, pasien diberitahu bahwa
pemeriksaan telah selesai, tapi jika kurang baik, maka dilakukan pengulangan foto.
7. Pasien pulang atau kembali ke ruang perawatan bagi pasien yang dirawat.
8. Untuk pasien yang cito, hasil ekspertise dapat ditunggu.
9. Hasil Pemeriksaan Radiologi dilaporkan dalam kerangka waktu yang telah ditetapkan.
10. Analisis dan ekspertise dilakukan oleh radiolog.

8
c. Pelayanan Radiologi Gawat Darurat
Instalasi Radiologi memberikan pelayanan gawat darurat setiap hari selama 24
Jam, prosedur pelayanan gawat darurat diagnostik adalah sebagai berikut :
1. Dokter pengirim melakukan order pemeriksaan radiologi melalui blangko permintaan
rontgen pada pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD).
2. Perawat Menghubungi Instalasi radiologi untuk mengantar pasien dari IGD.
3. Petugas Radiologi melakukan validasi pada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
radiologi.
4. Pemeriksaan Radiologi dilakukan di ruang pemeriksaan tertentu.
5. Setelah itu fgambar rontgen diproses dengan menggunakan Komputer Radiography.
6. Pengecekan hasil rontgen dilakukan oleh Radiografer, jika baik, pasien ke IGD atau ruang
perawatan, tapi jika kurang baik, maka dilakukan pengulangan foto.
7. Untuk pasien IGD yang benar-benar dalam keadaan sangat tidak kooperatif maka
pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan di ruang radiologi di IGD dengan menggunakan
mobile unit.
8. Untuk pasien ICU/PICU/NICU, pemeriksaan diagnostik dilakukan di ruang
ICU/PICU/NICU dengan menggunakan mobile unit.
9. Analisis dan ekspertise dilakukan oleh radiolog.

B. Informed Consent
Pemeriksaan radiologi yang memerlukan informed concent adalah :
a. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras intravena
b. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras peroral.
Bila diperlukan tindakan medis di Radiologi maka pasien atau keluarga pasien menandatangani
Formulir Persetujuan Tindakan Medis yang telah disediakan.

C. Pemberian Expertise
Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tanggung jawab dokter spesialis
radiologi. Semua foto harus dibaca/diekspertise dengan jelas dan ditanda tangani oleh dokter
spesialis radiologi.
a. Di Dalam Jam Kerja
Pada jam kerja dokter radiology akan membaca semua hasil foto ronsen di ruangan baca
dokter.
b. Di Luar Jam Kerja
Jika diluar jam kerja atau pasien Cito dan harus dibacakan oleh dokter radiologi maka
petugas radiologi akan membawa / mengantarkan foto rontgen ke tempatnya / bisa
menggunakan via email.

9
D. Penyerahan Hasil Radiologi
a. Pasien Rawat Jalan
Hasil radiograf rawat jalan merupakan milik pasien sepenuhnya. Semua pemeriksaan
radiologi yang telah dilakukan mendapat expertise dari dokter spesialis radiolog dan
diasistensi oleh petugas radiologi. Pasien rawat jalan mengambil sendiri dengan
menyerahkan kwitansi pembayaran dan tanda tangan pada buku pengambilan hasil.
b. Pasien Rawat Inap
Petugas ruangan atau perawat mengambil foto dan hasil pemeriksaan setelah ditelepon dari
petugas radiologi dan tanda tangan pada buku pengambilan hasil.

E. Pengarsipan
Pengarsipan di instalasi radiologi berupa permintaan dan hasil bacaan disusun
berdasarkan nomor urut pasien. Laporan pembukuan pengambilan hasil radiograf di instalasi
radiologi dilakukan pertahun. Laporan ini meliputi jenis pemeriksaan, jumlah pasien rawat jalan
dan rawat inap, jumlah pemakaian film dan kerusakan filim.

10
BAB IV
LOGISTIK

Bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi dalam bidang logistik Instalasi
Radiologi, peralatan dan Rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan dan pengadaan bahan-
bahan keperluan dan peralatan Instalasi radiologi dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan radiologi,
menyusun rencana pemeliharaan peralatan di Instalasi Radiologi, menyiapkan program-program
pengembangan pelayanan Radiologi menyusun laporan secara berkala tentang keadaan bahan
kebutuhan dan peralatan Instalasi, membuat evaluasi dan usulan tentang penggunaan bahan-bahan /
pertengkapan dan peralatan (efisiensi, efektifitas, dan menyimpan, mengelola bahan-bahan / peralatan
/ barang Inventaris Perkantoran Instalasi Radiologi.
1. Alur Permintaan

a. Obat –obtan dan bahan abis pakai (BHP)

Petugas Ka. Ka. Ins


Radiologi Operasional Farmasi
Radiologi

b. Barang rumah tangga (RT) dan alat tulis kantor (ATK)

Petugas Ka. Staf Logistik


Radiologi Operasional Umum
Radiologi

2. Perencanan
Petugas radiologi mendata kebutuhan obat-obatan dan bahan habis pakai maupun barang rumah
tangga dan alat tuliskantor setiap bulan. Kemudian mengajukan kebutuhan tersebut ke bagian
Farmasi dan Logistik Umum. Rencana kebutuhan berdasar pemakaian bulan lalu dan ditambah
10%
3. Permintaan
Petugas radiologi mengajukan permintaan ke Instalasi farmasi dan logistik umum setiap tanggal
1 dan 10 setiap bulannya.
4. Penyimpanan dan Pemakaian
Penyimpanan dilakukan digudang radiologi untuk pemakaian selama sebulan sesuai kebutuhan.
5. Pemesanan
1) Film
Pemesanan Film dilakukan dengan menuliskan pada buku pemesanan yang ditunjukkan ke
bagian pengadaan setelah disetujui oleh Kepala Instalasi atau Penanggung jawab Radiologi.
Jumlah pemesanan diatur sesuai daftar minimal dan maksimal persediaan. Film disimpan
secara aman di tempat yang telah disediakan, jauh dari sumber radiasi sinar-x,
menggunakan indicator suhu yang dicatat setiap harinya. Suhu dan kelembapan minimal

11
yaitu 10 derajat celsius dan 30, sedangkan suhu dan kelembapan maksimal yaitu 25 derajat
dan 60. Film didistribusikan sesuai dengan kebutuhan Unit. Pakailah terlebih dahulu film
yang mempunyai waktu kadaluarsa yang hampir habis atau sesuai standar FIFO (First In
First Out).
2) Kontras Media
Pemesanan Kontras Media dilakukan dengan menuliskan pada buku pemesanan yang
ditunjukkan ke bagian pengadaan setelah disetujui oleh Kepala Instalasi dan penanggung
jawab Radiologi . Jumlah pemesanan diatur sesuai daftar minimal dan maksimal persediaan.
Kontras media disimpan secara aman di lemari terkunci, jauh dari sumber Radiasi sinar-x,
menggunakan indicator suhu yang dicatat setiap harinya. Suhu yang diperkenankan untuk
penyimpanan tidak lebih dari 25 derajat celcius. Kontras Media didistribusikan sesuai
dengan kebutuhan unit. Pakailah terlebih dahulu media kontras yang mempunyai waktu
kadaluarsa yang hampir habis sesuai standar FIFO (First In First Out)

12
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik,
Dalam menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai
target utamanya. Keselamatan pasien harus menjadi ruh dalam setiap pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Tuntutan akan keselamatan pasien harus direspons secara proaktif oleh
semua pihak dan harus menjadi sebuah gerakan yang didasari pertimbangan moralitas dan etik.
Patient safety harus jadi suatu gerakan menyeluruh dari semua pihak yang terkait dengan
pelayanan kesehatan. Ini membutuhkan keterlibatan semua pihak, yaitu manajemen dan tenaga
kesehatan. Keduanya harus menyadari pentingnya patient safety. Kalau hanya satu pihak akan
sia-sia saja.
Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu
menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat
umum atau pasien yang berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini
ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi,
dalam Radiologi dapat membantu mencegah kesalahan medis dan membantu meningkatkan
keselamatan pasien. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan (OSHE) manajemen
di rumah sakit merupakan upaya dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan dan kebersihan
lingkungan kerja, melindungi dan meningkatkan kesehatan.

B. Tujuan
a. Meningkatakan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
b. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
c. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan.
d. Memahami pentingnya patient safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya safety
tersebut demi keamanan dan kenyamanan pasien dalam pemeriksaan rontgen.

C. Tata Laksana Keselamatan


a. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk Pasien
Setiap pemeriksaan dengan peralatan Sinar-X hanya diperlukan setelah memperhatikan
kondisi pasien untuk menghindari paparan radiasi yang tidak perlu. Semua upaya agar
dilakukan untuk menjaga dosis pasien sekecil mungkin yang dapat dicapai secara teknis, seperti
penggunaan kombinasi screen film dengan efisiensi tinggi, ukuran medan radiasi minimum,
waktu dan arus minimum serta pengalaman dalam adaptasi terhadap kegelapan.
Pemeriksaan radiologi pada perut bagian bawah dan pelvis wanita hamil harus diberikan
hanya bila dianggap sangat diperlukan, dalam hal ini harus diusahakan agar janin menerima
dosis radiasi sedikit mungkin. Dalam hal pemberian penyinaran jenis lain pada wanita hamil
maka perut bagian bawah dan janin harus dilindungi dengan pelindung.
Proteksi dan keselamatan radiasi untuk pasien dilakukan dengan cara:
a) Pelayanan diberikan oleh petugas profesional sesuai dengan keahliannya.

13
b) Menyediakan prosedur pengoperasian alat yang jelas dan mudah dipahami.
c) Mengatur luas lapangan radiasi fokus pada bagian yang diperiksa.
d) Membatasi peluang terjadinya pengulangan eksposi.
e) Melakukan Uji Kesesuaian alat secara berkala dan segera memperbaiki jika hasil uji tidak
andal ataupun andal dengan perbaikan.

b. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi untuk Pendamping Pasien


Kami menyediakan apron untuk digunakan oleh pendamping pasien. Pendamping pasien
diharuskan menggunakan apron untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterimanya.
Untuk proteksi dan keselamatan radiasi pendamping pasien.

c. Identifikasi Risiko
Risiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat
sekarang atau kejadian di masa datang.
Risiko di Instalasi Radiologi meliputi :
a) Risiko Keselamatan Pasien (Patient Safety)
1. Pasien jatuh
2. Salah pemberian obat (dosis, rute, obat, pasien)
3. Resiko pemberian obat/kontras media (alergi)
4. Terpapar radiasi
5. Tindakan yang salah / dilakukan pada pasien yang salah.
6. Penanganan terlambat

b) Risiko Keselamatan Staf (Staff Safety)


1. Karyawan jatuh
2. Tertusuk Jarum Suntik atau benda tajam lain.
3. Terpapar Bahan Kimia atau cairan tubuh pasien.
4. Terpapar radiasi.
5. Terpapar Infeksi.
6. Low Back Pain karena proses mengangkat yang tidak tepat. Dan pemakaian Apron
Security hazard dari pasien / pengunjung.

d. Manajemen Risiko /Risk Management


Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi dan
memprioritaskan risiko untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan
rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri Upaya mengurangi resiko tersebut
diantaranya adalah dengan :
1. Prosedur Identifikasi Pasien, Komunikasi & Prosedur Keselamatan lain.
2. Prosedur penanganan needle stick injury & cairan tubuh lainnya.
3. Penyediaan & pemakaian alat pelindung diri termasuk Apron.
4. Pengkajian 4 tepat (tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute) dalam pemberian
obat.
5. Pelatihan teknik BSL (Basic Life Support).

14
6. Memastikan kecukupan tenaga.
7. Monitoring paparan radiasi baik personal monitoring mapun device monitoring.
8. Medical Check up berkala bagi karyawan.
9. Pemberian extra fooding Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan B3
dengan sesuai prosedur.
10. Penanaman budaya safety.

e. Infection Control
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit,
infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat di rumah sakit. Untuk
mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial serta menekan angka infeksi ke
tingkat serendah-rendahnya perlu adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau
dokter / perawat saja tetapi tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsur / profesi
yang ada di rumah sakit. Instalasi Radiologi menerapkan kebijakan dan prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu
berkoordinasi dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
Yang merupakan sumber infeksi adalah :
1. Petugas rumah sakit (perilaku)
2. Kurang atau tidak memahami cara-cara penularan penyakit.
3. Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan.
4. Kurang atau tidak memperhatikan teknik aseptik dan antiseptik.
5. Menderita suatu penyakit.
6. Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
7. Alat-alat yang dipakai (alat kedokteran / kesehatan, linen dan lainnya)
8. Kotor atau kurang bersih / tidak steril.
9. Rusak atau tidak layak pakai.
10. Penyimpanan yang kurang baik.
11. Dipakai berulang-ulang.
12. Kebersihan kurang.
13. Menderita penyakit menular / infeksi.
14. Tidak ada sinar matahari yang masuk.
15. Ventilasi / sirkulasi udara yang kurang baik.
16. Ruangan lembab.
17. Banyak serangga.

f. Pencegahan
a) Petugas bekerja sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pelayanan
Radiologi.
b) Memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c) Menggunakan alat pelindung diri (APD)
d) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
e) Bila sakit segera berobat.

15
f) Peralatan :
 Perhatikan kebersihan
 Penyimpanan bahan kimia Radiologi yang benar dan perhatikan batas waktu
 penyimpanan (FIFO).
 Peralatan yang rusak segera diganti.
g) Ruangan/Lingkungan
 Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan.
 Penerangan cukup.
 Ventilasi sirkulasi udara baik.
 Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan.
 Pembersihan secara berkala.
 Lantai kering dan bersih.

16
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

Pelayanan di Unit Radiologi menggunakan peralatan yang menggunakan zat radio aktif atau
sumber radiasi lainnya. Zat-zat tersebut mengandung resiko bahaya radiasi terhadap pekerja, pasien,
rnaupun Iingkungan, maka memerlukan pengamanan. Pengamanan petugas, pasien dan Iingkungan dan
bahaya radiologi diatur dalam Prosedur Mutu, sebagai berikut:
a. Bangunan.
Bangunan ruang X- Ray didesain sesuai dengan persyaratan Depkes RI untuk pengamanan bagi
petuas. pasien dan lingkungan dan bahaya radiasi.
b. Petugas dan Pasien
1) Dokter radiologi. petucias radiologi dan pengantar pasien wajib memakai apron apabila
berada di area radiasi pada saat pemeniksaan
2) Petugas melarang orang yang tidak berkepentingan berada diruang pemeriksaan pada saat
perneriksaan berlangsung.
3) Unit Radiologi menolak permintaan foto rotagen untuk pasien wanita hamil kecuali ada
indikasi penting, dan pada pelaksanaan permotretan daerah abdomen ditutup dengan
apron.
c. Pengelolaan TLD Sesuai dengan lnstruksi Kerja Pengelolaan TLD
1) Dokter Radiologi dan petugas radiologi wajib memakai alat monitor sinar X (film badge)
pada saat bertugas
2) Petugas Proteksi radiasi (PPR) mengirimkan TLD ke BPFK setiap 3 bulan sekali untuk
dievaluasi dan hasil evaluasi TLD dikirim kembali ke radiologi untuk dicatat dalam kantu
dosis dan diarsipkan.
d. Pengukuran Paparan Sinar X dan Kalibrasi Alat Sinar X
1) Setiap dua tahun sekali dilakukan kalibrasi alat sinar X dan pengukuran paparan radiasi
disekitar ruang rontgen.
2) Apabila ada alat sinar X barn atau perubahan bangunan ruang rotagen maka PPR
koordinasi dengan Instalasi Perneliharaan Peraiatan Medis untuk melakukan kaiibrasi
dengan pengukuran paparan radiasi disekitar ruang rotagen yang akan dilakukan oleh
BPFK. Setiap karyawan radiologi mendapat extra makanan setiap bulan dan
pemeriksaan kesehatan secara berkala.

17
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan radiologi dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelayanan
radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam
perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan Radiologi
perlu adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan pelayanan,
penyelenggaraan pelayanan radiologi, hasil penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang
dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi.
Program Peningkatan Mutu adalah cakupan keseluruhan Program menejemen yang di terapkan
untuk menjamin keprimaan mutu pelayanan kesehatan melalui suatu kegiatan secara sistematis yang
bertujuan untuk menjamin terlaksananya pelayanan radiologi yang prima sesuai standar, dapat
memberikan informasi diagnostik yang tepat, dengan dosis radiasi yang serendah-rendahnya dan biaya
yang sekecil-kecilnya.
Pelaksana dari program peningkatan mutu adalah tim yang bibentuk oleh instalasi radiologi dan
disahkan oleh direktur. Penyusunan tim melibatkan staf instalasi radiologi.
Pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu mencakup :
a. Program peningkatan mutu berfokus pada standar input (SDM, peralatan, ruangan, bahan habis
pakai dan lain-lain).
b. Program peningkatan mutu berfokus pada proses, yaitu pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan
pelayanan.
c. Program peningkatan mutu berfokus pada output, yaitu evaluasi terhadap hasil-hasil yang sudah
dilaksanakan (hasil radiograf, hasil bacaan, reject analisis, kepuasan pasien dan lain-lain).

18
BAB VIII

PENUTUP

Pelayanan radiologi yang dilaksanakan di rumah sakit hendaknya senantiasa sejalan dengan
perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan dan kedokteran. Selain
itu, dalam rangka menyongsong era globalisasi dan menghadapi persaingan bebas, maka pelayanan
radiologi rumah sakit juga harus dipersiapkan secara profesional. Hal tersebut akan berdampak pada
meningkatnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit selanjutnya akan meningkatkan nilai
jualnya. Pelayanan radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan lainnya di rumah
sakit, dan merupakan salah satu pelayanan yang dapat diunggulkan dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

19

Anda mungkin juga menyukai