Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Beban Kerja

1. Pengertian

Beban kerja (workload) adalah suatu perbedaan antara

kemampuan atau kapasitas pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus

dihadapi (Meshkati, 1998). Sedangkan menurut Hart dan Staveland

dalam Tarwaka (2015), beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari

interaksi antara tuntutan tugas dan lingkungan kerja dimana digunakan

sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku serta persepsi dari pekerja.

2. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja

Secara umum, berbagai faktor yang sangat kompleks

mempengaruhi hubungan antara beban kerja dengan kapasitas kerja, baik

itu faktor eksternal maupun faktor internal seseorang.

a. Beban kerja karena faktor eksternal

Merupakan beban yang berasal dari luar tubuh pekerja yang

terdiri dari 3 aspek yang sering disebut stressor, yaitu:

1) Tugas-tugas (tasks), baik yang bersifat fisik (seperti, tata ruang

kerja, alat dan sarana kerja, medan kerja, sikap kerja, cara

angakt-angkut, alat bantu kerja, alur kerja, dll) maupun yang

bersifat mental (seperti tanggung jawab terhadap pekerjaan,

6
tingkat kesulitan dan kompleksitas pekerjaan yang dapat

mempengaruhi emosi pekerja, dll).

2) Organisasi kerja, seperti lama waktu kerja dan istirahat, kerja

bergilir, kerja malam, upah, model struktur organisasi, tanggung

jawab dan wewenang, dll.

3) Lingkungan kerja, yang memberikan beban lebih pada pekerja,

seperti:

a) Lingkungan fisik: intensitas penerangan, suhu dan

kelembaban, vibrasi mekanis, intensitas kebisingan.

b) Lingkungan kimia: gas pencemar udara, debu, fume dalam

udara, bahan-bahan kimia, dll.

c) Lingkungan biologi: virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit,

dll.

d) Lingkungan psikologis: hubungan sosial pekerja (pekerja

dengan pekerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan

keluarga) serta pemilihan dan penempatan kerja dapat

mempengaruhi performansi kerja di tempat kerja (Tarwaka,

2015).

b. Beban kerja karena faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam tubuh yang merupakan akibat

reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut disebut strain.

Faktor internal meliputi:

7
1) Faktor somatis: umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi

kesehatan, dll.

2) Faktor psikis: persepsi, motivasi, kepuasan, keinginan,

kepercayaan, dll.

3. Penilaian Beban Kerja Fisik

Kerja yang membutuhkan energi fisik pada otot manuasia yang

akan berfungsi sebagai sumber tenaga disebut dengan kerja fisik atau

manual operation, dimana performansi kerja sepenuhnya tergantung

pada upaya manusia yang berperan sebagai sumber tenaga maupun

pengendali.

Aktivitas kerja manusia secara umum dikelompokkan menjadi 2

aktivitas, yaitu kerja fisik dan kerja mental. Setiap aktivitas fisik dapat

menimbulkan terjadinya suatu perubahan fungsi fisiologis manusia. Hal

ini dapat diketahui dari beberapa indikator, yaitu:

a. Laju detak jantung.

b. Kebutuhan oksigen.

c. Ventilasi paru-paru.

d. Temperatur tubuh (khususnya suhu rektal).

e. Konsentrasi asam laktat dalam darah, dll (Tarwaka, 2015).

4. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori

Kebutuhan akan oksigen yang dibawa darah untuk proses

pembakaran zat guna menghasilkan energi merupakan salah satu

kebutuhan utama dalam penggerakan otot. Jadi jumlah oksigen yang

8
digunakan tubuh untuk bekerja bisa menjadi salah satu indikator

pembebanan selama bekeja.

Semakin berat pekerjaan maka semakin besar pula energi yang

dikeluarkan, oleh karena itu besarnya kalori dapat digunakan untuk

menentukan berat ringannya beban kerja. Berdasarkan Permenakertrans

Nomor 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Kimia, Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi menetapkan kategori-kategori beban

kerja berdasarkan kebutuhan kalori, sebagai berikut:

Tabel 1. Kategori Beban Kerja Berdasar Kebutuhan Kalori


Kategori Beban Kerja Nilai Kalori (Kilo kalori/jam)
Ringan 100 – 200
Sedang > 200 – 350
Berat > 350 – 500

Dasar perhitungan dalam menentukan jumlah kalori yang

dibutuhkan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas pekerjaannya,

dapat dilakukan dengan pendekatan atau taksiran kebutuhan kalori

menurut jenis aktivitasnya. Taksiran kebutuhan kalori perjam untuk

setiap kg berat badan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Kebutuhan Kalori Per Jam Menurut Jenis Aktivitas


Jenis Aktivitas Kk/jam/kg BB
Tidur 0,98
Duduk dalam keadaan istirahat 1,43
Membaca dengan intonasi keras 1,50
Berdiri dalam keadaan tenang 1,50
Menjahit dengan tangan 1,59
Berdiri dengan konsentrasi terhadap sesuatu objek 1,63
Berpakaian 1,69
Menyanyi 1,74
Jenis Aktivitas Kk/jam/kg BB

9
Menjahit dengan mesin 1,93
Mengetik 2,00
Menyetrika 2,06
Mencuci peralatan dapur 2,06
Menyapu lantai 2,41
Menjilid buku 2,43
Pelatihan ringan 2,43
Jalan ringan 2,86
Pekerjaan kayu, logam dan pengecatan dalam industri 3,43
Pelatihan sedang 4,14
Jalan agak cepat 4,28
Jalan turun tangga 5,20
Pekerjaan tukang batu 5,71
Pelatihan berat 6,43
Penggergajian kayu secara manual 6,86
Berenang 7,14
Lari 8,14
Pelatihan sangat berat 8,57
Berjalan sangat cepat 9,28
Jalan naik tangga 15,80
Sumber: Suma’mur dalam Tarwaka (2015).

Penilaian beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori

berdasarkan Badan Standar Nasional (2009), dapat dihitung dengan

rumus:

(BK1 x T1)+ (BK2 x T2)+ …+(BKn x Tn)


Rerata BK= x 60 Kkal/jam
(T1+T2+ …+Tn)

Dimana: MB untuk laki-laki = Berat badan dalam kg x 1 Kkal/jam

MB untuk perempuan = Berat badan dalam kg x 0,9 Kkal/jam

Total BK = Rerata BK + MB

Keterangan:

BK : beban kerja/jam

BK1, BK2, . . . , BKn : beban keja sesuai aktivotas tenaga kerja/menit

T1, T2, . . . , Tn : waktu sesuai aktivitas tenaga kerja (menit)

10
MB : metabolisme basal

B. Manual Handling

1. Definisi Manual Handling

Suatu aktivitas manusia yang mengerahkan tenaga besar untuk

melakukan kegiatan mengangkat, mengangkut, mendorong, menarik,

atau gerakan lain seperti memegang dan mengendalikan beberapa objek

yang bergerak maupun yang tidak bergerak, mencakup menarik tuas,

menahan, atau mengoperasikan perkakas mesin disebut dengan manual

handling (National Occupational Health and Safety Commission dalam

Steffi, 2012).

Menurut Tarwaka (2015), manual handling didefinisikan suatu

pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong,

menarik, menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu

tangan atau kedua tangan atau dengan pengerahan seluruh tubuh baik

dengan menggunakan alat bantu mekanik maupun tidak menggunakan.

Alat bantu mekanin manual handling, diantaranya adalah conveyor,

crane, troli, forklift, dll.

Manual handling dapat meliputi transportasi beban dan suport

beban dalam suatu sikap tubuh yang statis, dimana objek ataupun beban

dapat dipindahkan atau didukung oleh tangan atau bagian tubuh lain,

misalnya beban ditopang dengan bahu atau dipanggul. Pekerjaan manual

handling ini dapat mengakibatkan stres pada kondisi fisik pekerja, seperti

11
pengerahan tenaga, sikap tubuh yang dipaksakan serta gerakan berulang

yang mengakibatkan terjadinya cidera, energi yang terbuang secara

percuma, serta waktu kerja tidak efisien (Tarwaka, 2015).

2. Faktor Risiko Manual Handling

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manual

handling adalah sebagai berikut:

a. Berat beban yang diangkat serta perbandingannya dengan berat badan

operator.

b. Ketinggian dan jarak perpindahan beban yang harus diangkat.

c. Twisting load pada badan operator selama aktivitas angkat beban.

d. Stabilitas beban yang diangkat.

e. Keterjangkauan oleh operator.

f. Kondisi kerja, seperti pencahayaan, kelicinan lantai, temperatur,

kebisingan.

g. Frekuensi angkat.

h. Tidak terkondisinya kelompok kerja (liftingteam) (Nurmianto, 1996).

C. Low Back Pain (LBP)

1. Definisi LBP

LBP biasa disebut nyeri punggung bawah disebabkan oleh

aktivitas yang kurang baik dan merupakan gangguan muskuloskeletal

(Idyan dalam Lukman, 2009).

12
LBP merupakan nyeri lokal atau radikular maupun keduanya

atau nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah. Keluhan yang

sering dijumpai adalah nyeri punggung bawah, nyeri pinggang, boyok

(Herawati, 2017). Sedangkan menurut WHO (2003), nyeri yang terasa di

punggung bagian bawah, bukan termasuk penyakit atau diagnosis untuk

suatu penyakit tetapi merupakan istilah nyeri yang dirasakan di area

anatomi yang terkena dengan lamanya nyeri yang bervariasi disebut

dengan LBP.

Ada beberapa yang termasuk dalam LBP, yaitu:

a. Lumbar Spinal Pain.

b. Sacral Spinal Pain.

c. Lumbosacral Pain (Yuliana, 2011).

2. Faktor Risiko LBP

Faktor risiko yang menyebabkan LBP, diantaranya:

a. Faktor Individu

1) Usia

Peningkatan usia dapat menyebabkan degenerasi pada tulang,

terutama bila sudah menginjak usia 30 tahun. Biasanya terjadi

degenerasi berupa pengurangan cairan, penggantian jaringan

menjadi jaringan parut dan kerusakan jaringan yang

menyebabkan penurunan stabilitas tulang. Risiko semakin tinggi

untuk terjadinya LBP bila semakin tua usianya. Pada usia 25 –

13
65 tahun, umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan.

Kategori umur berdasarkan Depkes (2009) sebagai berikut:

a) Balita : 0 – 5 tahun.

b) Kanak-kanak : 6 – 11 tahun.

c) Remaja awal : 12 – 16 tahun.

d) Remaja akhir : 17 – 25 tahun.

e) Dewasa awal : 26 – 35 tahun.

f) Dewasa akhir : 36 – 45 tahun.

g) Lansia awal : 46 – 55 tahun.

h) Lansia akhir : 56 – 65 tahun.

i) Manula : ≥ 65 tahun.

2) Jenis kelamin

Tingkat risiko keluhan otot rangka sangat dipengaruhi jenis

kelamin. Hal ini disebabkan karena fisiologis otot pada

perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Itulah mengapa

prevalensi kejadian LBP lebih banyak terjadi pada perempuan.

3) Indeks massa tubuh (IMT)

WHO (2000) mengkategorikan IMT untuk orang Asia dewasa

menjadi underweight (IMT < 18.5), normal range (IMT 18.5 -

22.9) dan overweight (IMT ≥ 23.0). Overweight dibagi menjadi

tiga yaitu at risk (IMT 23.0 - 24.9), obese 1 (IMT 25 - 29.9) dan

obese 2 (IMT ≥ 30.0). Beradasarkan penelitian yang dilakukan

Purnamasari (2010) dalam Fauzi Andhini (2015) menyatakan

14
bahwa orang dengan overweight berisiko 5 kali menderita LBP

dibanding orang dengan berat badan ideal. Tulang belakang

akan tertekan saat menerima beban yang membebani ketika

berat badan bertambah, sehingga mudah mengakibatkan

terjadinya kerusakan dan bahaya pada struktur tulang.

4) Sikap kerja

Sikap kerja adalah gambaran tentang posisi badan dalam

melakukan suatu pekerjaan. Sikap kerja yang tidak sesuai dalam

pekerjaan dapat menyebabkan peningkatan beban kerja sehingga

pekerja tidak mampu mengerahkan kemampuannya secara

optimal. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh

bentuk, susunan, ukuran tubuh (Larono, 2017).

5) Masa kerja

Semakin lama waktu kerja atau waktu seseorang terpajan faktor

risiko LBP maka semakin besar juga kemungkinan mengalami

LBP.

6) Riwayat pendidikan

Pendidikan seseorang dapat menggambarkan tingkat

pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikannya

maka pengetahuannya semakin banyak terutama mengenai

postur tubuh yang benar.

15
7) Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan di Indonesia yang masih rendah tentu

mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dimana sebaiknya

diterapkan sistem 5 hari kerja, namun dikarenakan rendahnya

pendapatan dan tingginya kebutuhan maka membuat orang

menjadi berpikir bila hanya bekerja 5 hari dan tidak lembur

maka kebutuhannya tidak akan terpenuhi dan tidak ada

tambahan pemasukan.

b. Faktor Pekerjaan

1) Beban kerja

Sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan dalam periode waktu

tertentu pada keadaan normal disebut beban kerja. Yang

merupakan beban kerja diantaranya aktivitas fisik, mental dan

sosial. Penggunaan tenaga besar pada saat melakukan gerakan

atau pekerjaan dapat memberikan beban mekanik yang besar

pula pada tendon, otot, sendi dan ligamen. Hal ini dapat

menyebabkan kelelahan otot, infalmasi, isitasi, kerusakan otot,

tendon, dan jaringan lain.

2) Posisi Kerja

Kondisi ketika transfer tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak

efisien sehingga mudah menimbulkan kelelahan disebabkan

oleh posisi janggal, yang termasuk dalam posisi ini adalah

pengulangan atau waktu lama dalam posisi berputar, menggapai,

16
memiringkan badan, jongkok, berlutut, memegang dalam posisi

statis dan menjepit dengan tangan.

3) Repetisi

Frekuensi pengulangan gerakan yang terlalu sering dapat

mendorong fatique dan ketegangan otot tendon. Dampak dari

repetisi akan semakin meningkat bila gerakan dilakukan dengan

posos janggal. Untuk itu perlu adanya waktu istirahat guna

pemuliahan dan peregangan otot.

4) Durasi

Durasi dapat dibagi menjadi durasi singkat jika < 1 jam per hari,

durasi sedang yaitu 1 - 2 jam per hari dan durasi lama yaitu > 2

jam per hari. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila

postur tersebut dipertahankan > 10 detik (Andini, 2015).

3. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) atau skala analog visual adalah salah

satu cara yang digunakan untuk menilai nyeri. Cara ini merupakan cara

yang paling banyak digunakan. Skala linier ini menggambarkan secara

visual gradasi tingkat nyeri yang dialami seseorang. Rentang nyeri

diwakili dengan garis sepanjang 10 cm, baik dengan tanda pada tiap

sentimeternya maupun tidak. Pada kedua ujung garis dapat berupa angka

atau pernyataan deskriptif. Kedua ujung masing-masing mewakili tidak

ada nyeri dan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala ini dapat

dibuat vertikal maupun horizontal. Manfaat menggunakan VAS adalah

17
sederhana dan mudah digunakan (Novitasari dkk, 2015). Kode untuk

kategori nyeri yang dirasakan, sebagai berikut:

Tabel 3. Kategori Nyeri


Skor Kategori
0 Tidak nyeri
1–3 Nyeri ringan
4–7 Nyeri sedang
8–9 Nyeri berat
10 Nyeri tidak tertahankan
Sumber: Al Miqdam (2017).

18
D. Kerangka Teori

Faktor Eksternal:
Manual Handling
1. Tugas-tugas
(tasks)
2. Organisasi
kerja
Faktor Individu:
3. Lingkungan
kerja Beban Kerja 1. Usia
Faktor Internal: 2. Jenis kelamin
3. IMT
1. Faktor 4. Sikap kerja
somatis 5. Masa kerja
2. Faktor 6. Riwayat
psikis pendidikan
7. Tingkat
Low Back Pain pendapatan.
(LBP)

Faktor Pekerjaan:

1. Beban kerja
2. Posisi kerja
3. Repetisi
4. Durasi

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber: Meshkati (1998), Tarwaka (2015), Lukman (2009), Herawati (2017),
Andini (2015).

19
E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Keluhan Low Back


Beban kerja Pain (LBP) pada kuli
panggul perempuan

Variabel Pengganggu

Posisi kerja

Sikap kerja

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak Diteliti

F. Hipotesis

Ada hubungan antara beban kerja dengan keluhan Low Back Pain

(LBP) pada kuli panggul perempuan di Pasar Legi Surakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai