Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FISIKA TEKNIK LINGKUNGAN

NAMA: AHMAD TAUFIQURRAHMAN


NIM :H05218005
DOSEN PEMBIMBING: Abdul Hakim

Air Bersih Berawal dari Sistem Pemipaan yang Tepat

Air bersih merupakan kunci hidup sehat. Namun, ketersediaan air bersih di Indonesia dinilai belum
memadai. Padahal air bersih itu dapat tersedia melalui sistem pemipaan (plumbing) yang baik dan benar.

"Ketersediaan air bersih ini sangat krusial. Di daerah-daerah di Indonesia ini sangat sulit dicapai. Bahkan
di kota besar banyak rumah dan gedung tidak memiliki air bersih karena plumbing yang eror," kata Senior
Vice President IAPMO Group Indonesia Shirley Dewi, saat temu media memperingati World Plumbing Day,
Jakarta, Rabu (4/7).

Shirley menjelaskan sistem plumbing yang baik mesti memenuhi beberapa ketentuan mulai dari sistem
yang terstandarisasi, peralatan yang bekualitas hingga pemasangan yang benar. Sejauh ini, Shirley menilai
masyarakat dan pengusaha tak mengerti dengan sistem plumbing sehingga cenderung tak peduli pada air
yang berkualitas. Padhal sistem plumbing yang buruk dapat terlihat dari kualitas kran, air yang keluar dan
kebersihan saluran air.

"Sering kali masyarakat tidak mengerti. Pengetahuannya sangat minim dan kepeduliannya juga kurang,"
ucap Shirley.

Sistem plumbing yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit yang muncul melalui kandungan
logam di dalam air dan penyebaran patogen yang berbahaya.

Shirley mencontohkan kasus yang muncul akibat sistem plumbing mulai dari diare hingga yang terburuk
seperti wabah SAR di Hong Kong yang menyerang sebuah apartemen.

SAR itu menyebar melalui pembuangan kotoran di dalam saluran air yang tidak baik akibat sistem
plumbing yang salah.

Agar dapat menerapkan sistem plumbing yang baik, Shirley menyarankan untuk melakukan desain yang
tepat, peralatan yang berstandar SNI, dan pemasangan oleh orang yang benar-benar ahli.
Sistem plumbing yang baik dan sesuai standar dapat memberikan beragam keuntungan seperti
peningkatan keselamatan dan kesehatan, peningkatan ekonomi, penurunan biaya perbaikan gedung atau
tempat tinggal, peningkatan kondisi lingkungan, efisiensi energi dan air, dan meminimalisir limbah.

Plambing atau sistem perpipaan air minum harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air minum. Perencanaan plambing air minum harus
dibuat secara cermat, terutama untuk menghindari terjadinya cross conection, yaitu bercampurnya air
bersih dengan air buangan sehingga air tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Hal itu dapat terjadi
misalnya karena ada kesalahan dalam pemasangan pipa, dsb. 3 hal yang penting yang perlu
dipertimbangkan dalam konsep plambing air minum adalah :

 Jumlah lantai bangunan


 Tekanan yang tersedia
 Besar aliran yang dapat diperoleh
 Prinsip Dasar Penyediaan Air Bersih

Kualitas air

Tujuan terpenting dari sistem penyediaan air bersih adalah bagaimana menyediakan air bersih
dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Untuk gedung-gedung yang dibangun di daerah yang tidak
tersedia fasilitas penyediaan air minum, seperti di tempat terpencil, pegunungan atau di pulau,
penyediaan air akan diambil dari sungai, air tanah dangkal atau air tanah dalam dan sebagainya. Walaupun
demikian, air baku tersebut tetap harus diolah sampai mencapai standar kualitas yang berlaku.
Pengolahan tersebut dapat dilakukan di dalam gedung atau pun dalam instalasi pengolahan air bersih.
Banyak negara telah menetapkan standar kualitas air bersih, termasuk Indonesia yang berlaku di
Indonesia antara lain: § Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/MENKESPER/VII/2002
tentang persyaratan kualitas air minum § Keputusan menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
Kep-02/MENKLH/I/1988 tentang baku mutu perairan darat, laut dan udara

Pencegahan Pencemaran Air

Pencegahan pencemaran air lebih ditekankan pada sistem penyediaan air dan ini adalah faktor terpenting
ditinjau dari segi kesehatan. Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran air antara lain, masuknya
kotoran, binatang-binatang kecil ke dalam tangki, terjadinya karat dan rusaknya bahan tangki dan pipa,
terhubungnya pipa air bersih dengan pipa lainnya, tercampurnya air minum dengan air dari jenis kualitas
lainnya (kualitas yang lebih rendah). Aliran balik (back flow) air dari jenis kualitas lainnya ke dalam air
buangan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air bersih adalah:

1. Larangan hubungan pintas, yaitu hubungan secara langsung antara 2 sistem pipa yang berbeda, 1
sistem pipa untuk air minum dan sistem lainnya untuk pipa yang mana kualitas airnya tidak sama, sehingga
air akan dapat mengalir dari satu pipa ke pipa lainnya. 2. Pencegahan aliran balik (back flow) dapat
dilakukan dengan berbagai cara : a. Menyediakan celah udara, adalah ruang bebas berisi udara bebas,
antara bagian terendah dari lubang pipa atau keran yang akan mengisi air ke dalam tangki atau peralatan
plambing lainnya, dengan muka air meluap melalui bibir tangki atau peralatan plambing tersebut. b.
Memasang pemecah vakum, terdiri dari dua jenis: i. Pemecah vakum tekanan-atmosfir, dipasang pada
alat-alat yang mengalami tekanan hanya apabila ada aliran air. ii. Pemecah vakum tekanan-positif,
dipasang pada sisi yang bertekanan air terus-menerus.

Sumber Air Minum

Sumber air minum untuk suatu bangunan diperoleh dari PDAM, dimana airnya telah diolah. Namun
sistem penyediaan air bersih dari PDAM mempunyai tekanan yang terbatas, sehingga umumnya hanya
cukup untuk melayani bangunan 1

2 lantai. Karena itu, bangunan berlantai banyak harus mempunyai sumber internal, misalnya sumur
dalam (deep well).

Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1) Sistem sambungan langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung
dengan pipa utama penyediaan air bersih. Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya
ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk
perumahan dan gedung-gedung kecil dan rendah.

2) Sistem tangki atap Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada
lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang
biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan.

Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan seringkali karena
alasan-alasan berikut:

a) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti.
Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangki atap.

b) Sistem pompa yang menaikkan air ke tangki atap bekerja secara otomatik dengan cara yang sangat
sederahana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan.

c) Perawatan tangki atap sangat sederhana dibandingkan dengan misalnya, tangki tekan. 3) Sistem tangki
tekan Seperti halnya dengan sistem tangki atap, sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana
oleh karena suatu alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Kelebihan-kelebihan sistem
tangki tekan antara lain: a. Lebih menguntungkan dari segi estetika karena tidak terlalu menyolok
dibanding dengan tangki atap b. Mudah perawatannya karena dipasang dalam ruang mesin bersama
pompa-pompa lainnya c. Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di
atas menara. Kekurangan-kekurangannya: a. Daerah fluktuasi tekanan sebesar 1.0 kg/cm² sangat besar
dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya. b. Dengan
berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali harus ditambahkan udara
kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dari dalam tangki tekan. c. Sistem tangki
tekan dapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatis pompa penyediaan air saja dan bukan
sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap. d. Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam
tangki tekan relatif sedikit, maka pompa akan lebih sering bekerja dan hal ini dapat menyebabkan keausan
pada saklar pompa lebih cepat. 4) Sistem tanpa tangki Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun,
baik tangki bawah, tangki tekan, atau pun atap. Atap dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan
dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama.

Laju Aliran Air

Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran
pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan kepada bangunan tersebut.

Tekanan air dan kecepatan aliran

Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan
yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepat kerusakan
peralatan plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Kecepatan aliran air yang
terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan timbulnya pukulan air, dan menimbulkan suara
berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan dalam dari pipa. Di lain pihak, kecepatan
yang terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek kurang baik dari segi korosi, pengendapan
kotoran, ataupun kualitas air. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0.9-1.2 m/detik, batas
maksimal berkisar antara 1,5-2m/detik.

Dasar Perhitungan

Untuk dapat menentukan banyaknya alat plambing dan kebutuhan air yang diperlukan dalam
suatu gedung/banguan, harus diketahui jumlah populasi pengguna gedung tersebut. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah pengguna gedung adalah dengan mengetahui fungsi dan luas
tiap ruang dalam gedung. Kebutuhan air didapat dari jumlah pengguna sesuai fungsi ruang. Kebutuhan air
selanjutnya diperlukan untuk menghitung volume tangki bawah, atas dan pompa.

PERANCANGAN SISTEM PIPA AIR DINGIN

Sistem pipa

Pada dasarnya ada dua sistem pipa penyediaan air dalam gedung, yaitu sistem pengaliran ke atas
dan sistem pengaliran ke bawah. § Dalam sistem pengaliran ke atas, pipa utama dipasang dari tangki atas
ke bawah sampai langit-langit lantai terbawah dari gedung, kemudian mendatar dan bercabang-cabang
tegak ke atas untuk melayani lantai-lantai di atasnya. § Dalam sistem pengaliran ke bawah, pipa utama
dari tangki atas dipasang mendatar dalam langit-langit lantai teratas dari gedung, dan dari pipa mendatar
ini dibuat cabang-cabang tegak ke bawah untuk melayani lantai-lantai di bawahnya. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam perancangan sistem pipa: a. Pipa harus dirancang dan dipasang sedemikian rupa
sehingga udara maupun air kalau perlu dapat dibuang/dikeluarkan dengan mudah. b. Pipa mendatar pada
sistem pengaliran ke atas sebaiknya dibuat agak miring keatas, sedang pada sistem pengaliran ke bawah
dibuat agak miring ke bawah. c. Perpipaan yang tidak merata, melengkung ke atas atau melengkung ke
bawah harus dihindarkan. Kalau tidak dapat dihindarkan hendaknya dipasang katup pelepas udara. d.
Harus dihindarkan membalikkan arah aliran.

Pemasangan katup

Pada pipa-pipa cabang sedekat mungkin dengan pipa utama dipasang katup-katup pemisah agar
kalau perlu dilakukan perawatan/perbaikan pada cabang tersebut, maka tidak perlu instalasi seluruh
gedung dimatikan.

Penaksiran laju aliran air

Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air,diantaranya, yaitu:
a) Berdasarkan jumlah pemakai Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari setiap
penghuni dan perkiraan jumlah penghuni. Metode ini praktis untuk tahap perencanaan atau juga
perancangan. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metoda ini digunakan untuk menetapkan
volume tangki bawah, tangki atap, pompa, dsb.

b) Berdasarkan jenis dan jumlah alat plumbing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat
plambing dapat diketahui misalnya untuk perumahan atau gedung kecil. Juga harus diketahui pula jumlah
dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.

c) Berdasarkan unit beban alat plambing Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu
unit beban (fixture unit ). Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan besarnya unit beban dari semua alat
plambing yang dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva yang
menghubungkan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran.

d) Berdasarkan pemakaian air terhadap waktu

Penentuan ukuran pipa

Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Disamping itu ada tambahan
pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman perancang/kontraktor pelaksana.

Peralatan Penyediaan air

Jenis peralatan penyediaan air: 1. Tangki air a. Tangki air bawah tanah Air dari jaringan air minum
kota dialirkan dan ditampung dalam tangki bawah tanah dan kemudian dipompa ke dalam jaringan pipa
penyediaan air gedung. b. Tangki atap Tangki ini mendapat air dari pompa yang menyedot dari tangki
bawah tanah. Tangki ini berfungsi untuk menyimpan air untuk kebutuhan singkat dan untuk menstabilkan
tekanan air sehubungan dengan fluktuasi pemakaian air sehari-hari. c. Tangki tekan Tangki semacam ini
berfungsi untuk menyimpan air dengan tekanan tinggi. 2. Pompa penyediaan air Pengelompokkan jenis
pompa pada garis besarnya ada tiga, yaitu: § Jenis putar, ada yang sentrifugal, aliran campuran, aksial dan
generatif. § Jenis langkah positif, yang termasuk jenis ini adalah pompa torak, pompa sudu, pompa
eksentrik. Jenis khusus, adalah pompa vorteks, gelembung uap, pompa jet.
SUMBER:

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180704175848-269-311546/air-bersih-berawal-dari-
sistem-pemipaan-yang-tepat

http://www.academia.edu/8467128/SISTEM_PERPIPAAN_AIR_BERSIH

http://www.depkes.go.id/article/view/MCN-20143250002/info-terkini-peraturan-menteri-
kesehatan.html

Pridyatama Parada Anugerah dan Budi Agung Kurniawan. 2014. Analisa Rancangan Pipe Support pada
Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar
II JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)

Firdaus1 Hendri Hafid , Djoeli Satrijo2. 2014. PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS
PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA. Jurnal Teknik Mesin S-1, Vol. 2, No. 4, Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai