i
Kata Pengantar
PT Perentjana Djaja mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
memberikan data dan informasi dari awal hingga Laporan Perhitungan Struktur tersusun
sesuai dengan yang direncanakan. Demikian Laporan Perhitungan Struktur ini dibuat dengan
harapan dapat menjadi bahan untuk kemajuan program-program di Dinas Bina Marga untuk
masa yang akan datang.
Team Leader
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan N-SPT (Bowles, 1988) .................................... 19
Tabel 2.2 Klasifikasi Tanah Pasir Berdasarkan N-SPT (Bowles, 1988) ........................................... 19
v
Bab 1
1 Pendahuluan
1.1 Umum
Gempa yang terjadi di Palu pada tanggal 28 September 2018 mengakibatkan banyak
kerusakan pada bangunan rumah – rumah penduduk. Untuk itu pemerintah berupaya untuk
menyediakan kawasan untuk menampung warga yang rumahnya tidak bisa ditinggali lagi.
Salah satunya adalah dengan pembangunan kawasan hunian tetap (huntap). Jembatan ini
merupakan salah satu infrastruktur yang direncanakan untuk memperlancar akses menuju
kawasan huntap.
1.3 Peraturan
Dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini mengacu pada beberapa Standard dan
Code yang sudah biasa digunakan pada perencanaan-perencanaan jembatan di Indonesia.
Standard dan Code tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan beban untuk jembatan, Badan Standardisasi Nasional, RSNI T-02-
2005
2. Perencanaan struktur beton untuk jembatan, Badan Standardisasi Nasional,
RSNI4
3. Perencanaan beban gempa untuk jembatan , Departemen pemukiman dan
Prasarana wilayah, RPT4
4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SKSNI 03-
1726-2002.
1
5. Standards Specification for Highway Bridges, SI units third editions, 2005,
AASHTO
1.4 Material
Baja yang digunakan untuk komponen utama jembatan harus i) salah satu dari “High-
strength, low-alloy, columbium-vanadium steel of structural quality”, grade 50 sesuai
ASTM dengan tanda A 572/A 572M-94c atau ekivalen AASHTO dengan tanda M
223/M 223M-96 atau ii) S355 J2 G3 (EN 10025) ekivalen ASTM 572/A 572M-94c,
berikut persyaratan tambahan:
Uji tumbuk charvy V-notch sesuai artikel S5 pada AASHTO M 223/M 223M-96.
Contoh dan prosedur pengujian harus sesuai dengan AASHTO T 243M/T243-97,
dan menurut persyaratan pada Zona 1.
Mn Cr Mo V Ni Cu
CE C
6 5 15
CE = 0.41 untuk grade 42, 0.43 untuk grade 50 .
Baja dengan tebal 22 mm dan lebih harus dibuat sedemikian praktis (dinormalkan).
Baja yang digunakan untuk komponen sekunder jembatan adalah baja struktur
grade 42, berdasarkan AASHTO dengan tanda M 183/M 183M-98 atau S 275 JR
(EN 10025) ekivalen ASTM 572/A 572 M-94c grade 42 atau grade 36 berdasarkan
ASTM A36 /A36M
Chord dan Diagonal = SM490
Cross Girder dan Stringer = SM490
Plate gusset = SM490
Bracing Profil = SS400
Baut = ASTM A490 (ISO 10.9)
Beton = K-350
2
BAB 2
2 Tinjauan Teoritis
Penjelasan lebih lengkap mengenai asumsi-asumsi diberikan pada gambar dibawah ini :
Model 3 D
3
Denah Top Chord dan Top Bracing
Tampak Samping
2.2 Pembebanan
Menurut spesifikasi Bina Marga – RSNI T-02-2005, beban dan gaya yang digunakan
dalam perhitungan tegangan-tegangan dalam konstruksi adalah beban primer, beban
sekunder dan beban khusus. Pada pasal ini membahas detail pembebanan data aksi umum
yang mempengaruhi jembatan. Pembebanan dan aksi ini selain digunakan dalam
perencanaan jembatan jalan raya juga termasuk jembatan pejalan kaki dan untuk bangunan-
bangunan sekunder yang terkait dengan jembatan tersebut.
a. Berat Sendiri
Berat Sendiri adalah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural,
ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap. Berat Nominal dan nilai
berfaktor dan berbagai bahan dapat diambil dari Tabel 3.1. berikut :
4
Tabel 3.1. : Berat sendiri
Bahan Berat isi Kerapatan massa
(kN/m3) (kg/m3)
Lapisan permukaan beraspal 22,00 2.240
Timbunan tanah dipadatkan 17,20 1.760
Kerikil dipadatkan 18,80 – 22,70 1.920 – 2.320
Aspal beton 22,00 2.240
Beton 22,00 – 25,00 2.240 – 2.560
Beton bertulang 23,50 – 25,50 2.400 – 2.600
Beton prategang 25,00 – 26,00 2.560 – 2.640
Batu pasangan 23,50 2.400
Beban Mati Tambahan adalah berat seluruh bahan yang terbentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan.
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan Jalan Raya terdiri dari pembebanan lajur
D dan pembebanan truk T. Pada umumnya pembebanan D akan menentukan untuk
bentang sedang sampai panjang dan pembebanan T akan menentukan untuk
bentang pendek dan sistem lantai.
5
Beban Lajur D
Dengan intensitas q kPa, dengan q tergantung pada panjang yang dibebani total
(L) sebagai berikut :
L <= 30 meter q = 9.0 kPa
L > 30 meter q = 9.0 (0.5 +15/L) kPa
Beban UDL boleh ditempatkan dalam panjang terputus agar terjadi pengaruh
maksimum. Dalam hal ini L adalah jumlah dari panjang masing-masing beban
terputus tersebut.
Beban Lajur D ditempatkan tegak lurus terhadap arah lalu lintas seperti
ditunjukan dalam gambar berikut :
6
Beban
garis
Intensitas p
90
o
Intensitas q
Beban tersebar
merata
10
8
(kPa)
UDL
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
110
b
100 %
Intensitas q
100 %
50 %
n1 x 2.75 Intensitas q
7
Beban Truk T
5m 4 s/d 9 m
0. 1.75 0.5
50 kN 5 2.75 m
225 kN 225 kN
112.5 kN
25 kN 112.5 kN
1.25 50 cm 50
20
20 cm 20 2.75 m
20 112.5 kN
112.5 kN
1.25cm 50 cm 50c
25 kN
20 cm 20
50
40
DLA
30
20
10
0
0 50 90 100 150 200
Bentang (m)
8
Gaya Rem
600
500
Rem
400
Gaya
300
200
100
10 20 40 60 80 100 120 140 160 180
200
Panjang
Gambar 3.6.(m)
: Gaya Rem.
9
3.3 Beban Lingkungan
Temperatur Temperatur
Tipe Bangunan Atas Jembatan Rata-rata Jembatan Rata-rata
Minimum (1) Maksimum
10
Lantai beton diatas gelagar,
15 oC 40 oC
box atau rangka baja.
Koefisien
Modulus
Bahan Perpanjangan Akibat
Elastisitas
Suhu
Beton :
Pada tipe jembatan yang lebar mungkin diperlukan untuk meninjau gradient
perbedaan temperatur dalam arah melintang.
11
3.3.2 Beban Angin
Artikel ini tidak berlaku untuk jembatan yang besar atau penting, seperti yang
ditentukan oleh instansi yang berwenang. Jembatan-jembatan yang demikian harus
diselidiki secara khusus akibat pengaruh beban angin, termasuk reaksi dinamis
jembatan.
Gaya nominal ultimate dan daya layan jembatan akibat angin tergantung kecepatan
angin rencana seperti berikut :
dimana :
Kecepatan Angin rencana harus diambil seperti yang diberikan dalam Tabel 2.4.
Luas ekivalen bagian samping jembatan adalah luas total bagian yang masif dalam
arah tegak lurus sumbu memanjang jembatan. Untuk jembatan rangka luas ekivalen
ini dianggap 30 % dari luas yang dibatasi oleh batang-batang bagian terluar. Angin
harus dianggap bekerja secara merata pada seluruh bangunan atas.
Apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis merata
tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti diberikan
dengan rumus :
Dimana : Cw = 1.2
Tipe Jembatan Cw
2.1 (3)
Bangunan atas Masif (1), (2)
1.5 (3)
12
B/d = 1.0 1.25(3)
B/d = 2.0
B/d P 6.0
Catatan :
Keadaan Lokasi
Ultimate 35 m/s 30 /s
Beban Gempa ditentukan berdasarkan SNI Gempa Jembatan 2013. Kondisi tanah di
sekitar lokasi struktur bangunan adalah tanah sedang (Kelas Situs SD). Berdasarkan
peraturan terbaru yaitu SNI Gempa 2013 gempa rencana ditetapkan mempunyai perioda
ulang 1000 tahun, agar probabilitas terjadinya terbatas pada 7 % selama umur jembatan 75
tahun.
13
Respon Spektra Palu
3,500
3,000
Aksi Nominal merupakan aksi yang terdefinisi dalam tata cara Pembebanan
jembatan di peraturan Perencanaan Teknik Jembatan serta data statistik dengan
periode ulang gempa 500 tahun.
Aksi rencana adalah aksi nominal yang telah bertambah atau berkurang oleh faktor
beban. Faktor beban adalah pengali numerik yang diambil untuk :
a Adanya pembedaan yang tidak diinginkan pada beban.
b Ketidak tetapan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan.
c Adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan.
14
Ringkasan Faktor Beban pada aksi-aksi rencana dapat dilihat pada Tabel 3.8. berikut :
Tabel 3.8. : Faktor beban.
Faktor Beban
Aksi Lamanya
No Daya Ultimate
Waktu
Nama Sim-bol Layan Nor-mal Terku-rangi
15
Faktor Beban
Aksi Lamanya
No Daya Ultimate
Waktu
Nama Sim-bol Layan Nor-mal Terku-rangi
18. Pengaruh Gempa PEQ Transient Tdd 1,00 Tdd
19. Gesekan Perletakan TBF Transient 1,0 1,30 0,80
20. Getaran TVI Transient 1,0 Tdd Tdd
21. Pelaksanaan TCL Transient 1,0
Catatan :
(1) Simbol yang terlihat hanya untuk beban nominal, simbol untuk beban rencana
menggunakan tanda bintang untuk :
PMS : berat sendiri nominal
P*MS : Berat sendiri rencana
(2) Untuk penjelasan lihat pasal yang sesuai.
(3) Tdd : menandakan tidak dapat dipakai. Dalam hal ini dimana pengaruh beban
transient adalah meningkatkan keamanan, faktor beban yang cocok adalah nol.
Kombinasi Beban :
Kombinasi beban pada keadaan batas daya layan terbagi dalam beberapa
kombinasi. Pembagian kombinasi dapat dilihat pada Tabel 3.9. :
Kombinasi Beban
Primer Aksi Tetap + satu aksi transient
Sekunder Primer + 0,7 (satu aksi transient lainnya)
Tersier Primer + 0,5 (dua atau lebih aksi transient)
Seluruh Aksi tetap yang sesuai untuk jembatan tertentu diharapkan bekerja
bersama-sama. Kombinasi beban yang lazim bisa dilihat dalam tabel berikut.
16
b. Kombinasi pada keadaan batas ultimate
Kombinasi pada keadaan batas ultimate terdiri dari jumlah pengaruh tetap
dengan satu pengaruh transient. Sebagai ringkasan kombinasi yang lazim
diberikan pada Tabel 3.10. berikut :
Tabel 3.10. : Kombinasi beban pada batas daya layan dan Ultimate.
Kombinasi Beban
Aksi
Daya Layan (1) Ultimate (2) Catatan
Nama Sim-bol 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Aksi Tetap x x x x x x x x x x x x
- Berat Sendiri PMS
- Beban Mati Tambahan PMA
- Penyusutan dan Rangkak PSR
- Prategang PPR
- Tekanan Tanah PTA
- Beban Pelaksanaan Tetap
Beban Lajur “D” atau TTD TTT x o o o o x o o o
Beban Truk “T”
Gaya Rem atau TTB TTR X o o o o x o o o
Gaya Sentrifugal
Beban Pejalan Kaki TTP x x
Gesekan Perletakan TBF o o x o o o o o o o o
Pengaruh Temperatur TET o o x o o o o o o o o
Aliran/Hanyutan/Tumbukan TEF TEU o o x o o o x o o
dan Hidrostatis /Apung
Beban Angin PEW o o x o o o x o
Pengaruh Gempa PEQ x
Tumbukan PBF x x
Pengaruh Getaran TVI
Pelaksanaan TCL x x
Catatan :
(1) Dalam keadaan batas daya layan pada bagian tabel ini, aksi dengan tanda
x adalah memasukkan faktor beban daya layan penuh
17
o adalah memasukkan faktor beban daya layan yang sudah diturunkan
harganya
(2) Dalam keadaan batas ultimate pada bagian tabel ini, aksi dengan tanda
x adalah memasukkan faktor beban ultimate penuh
o adalah memasukkan faktor beban ultimate yang sudah diturunkan
besarnya sama dengan daya layan
(3) Beberapa aksi tetap bisa berubah menurut waktu secara perlahan-lahan.
Kombinasi beban untu aksi demikian harus dihitung dengan melihat harga
rencana maksimum dan minimum untuk menentukan keadaan yang paling
berbahaya
Bowles’s
extensio
n
Gambar 2.2 Grafik Klasifikasi Tanah untuk Cone Elektrik Standard (Robertson dan Campanella,
1983)
Pembagian lapisan tanah dapat pula berdasarkan N-SPT, seperti terlihat Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
18
Tabel 2.1 Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan N-SPT (Bowles, 1988)
Young
clay
NC
Soft 3-5 Very easily deformed by squeezing
Medium 6-9
increasing
cemented
Stiff 10-16 Hard to deform by hand squeezing
Aged/
OCR
Very stiff 17-30 Very hard to deform by hand
Hard > 30 Nearly impossible to deform by hand
CH Sowers
CL
SC-ML
19
Unconfined Compressive Test. Dapat pula diperoleh dari hasil korelasi antara cone bearing, qc, dengan
sudut geser dalam seperti terlihat dalam Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Korelasi Antara Sudut Geser Dalam ’ dan qc untuk Pasir (Robertson dan Campanella,
1983 dan beberapa peneliti lainnya)
Qu = Qs + Qp = fs.As + qp.Ap
dimana,
QS = daya dukung selimut
QP = daya dukung ujung
fs = unit load-transfer pada tahanan selimut
qp = unit load transfer pada tahanan ujung
Ap = luas penampang ujung tiang
As = luas selimut tiang
20
Gambar 2.5 Daya Dukung Aksial Pondasi Tiang
Qs = α x Cu x P x L
dimana,
α = faktor adhesi
cu = kuat geser undrained
p = keliling tiang
L = panjang tiang
Gambar 2.6 Faktor Adhesi vs. Kuat Geser Undrained untuk Tiang Pancang (API RP2A, 1986)
21
BAB 3
3 Perhitungan Struktur Jembatan
22
3.2 Perhitungan Stringer
3.1.1. Stringer SG1
23
24
3.1.2. Stringer SG2
25
26
27
3.3 Perhitungan Cross Girder
3.1.3. Cross Girder CG1
28
29
30
31
3.1.4. Cross Girder CG2
32
33
34
3.4 Perhitungan Steel Deck
35
36
37
Dari kesetimbangan Gaya Horizontal, didapat tinggi blok tekan ekivalen, a
fy. As
a
0.85. f ' c.b
a = 1,9566085 cm
Sehingga didapat nilai Momen lentur Nominal, Mn
a
Mn fy. As d
2
f '.c
As min bw .d ...(1)
4. f y
1.4
As min bw d ..........(2)
fy
38
Data
Mutu K- = 350,00 kg/cm2
f'c = 29,05 Mpa
Tebal, h = 200,00 mm
selimut beton,d' = 40,00 mm
tinggi efektif, d = 160,00 mm
Beban Roda = 112,50 kN
Sebaran Beban,a = 500,00 mm
b = 200,00 mm
Keliling sebaran, b0 = 2.040,00 mm
d/2
b
d/2
d/2 d/2
Besarnya kekuatan geser pons pada pelat adalah yang terkecil dari :
1 1
(1). V c 1 f 'c bo d
c 6
a
1
( 2 ). V c f 'c bo d
3
dimana :
c = perbandingan a/b ( sebaran beban)
= 0,60 untuk geser
sehingga didapat :
(1). Vc = 246.292,54 N (menentukan)
= 246,29 kN >> beban 112.5 kN-status OK!
(2). Vc = 351.846,48 N
= 351,85 kN
39
BAB 4
4 Perhitungan Struktur Bawah
Tinggi abutment H = 4 m
Lebar abutment Ba = 9 m
Bentang jembatan L = 50 m
Lebar jembatan B = 9 m
Properties Material
Pembebanan
Pdl, Pll
TB
y H
SW
Dead Load
Beban berat sendiri struktur atas Pdl = 5261,13 kN
Beban kendaraan Pll = 2025 kN
Beban berat sendiri abutment SW = 4224 kN
11510,1
Beban Rem
Beban D D = 9 kN/m2
5 % x beban D = 101,25 kN
Beban T T = 500 kN
5 % x beban T = 12,5 kN
Beban Rem TB = 5 % D + 5 % T TB = 113,75 kN
y = 1,9 m
MTB = 216,125 kNm
40
Beban Tekanan Tanah Lateral
Ts
Ta
ys
ya
EAE
ye
41
θ = arc tan (Kh) θ = 0,17809
EAE = 472,81 kN
ye = 2,66667 m
Me = 1260,84 kNm
Beban Gempa
Material
Beton fc' = 25 Mpa
Ec = 23500 MPa
Besi tulangan fy = 400 Mpa
Es = 200000 Mpa
42
Mn = Ast * fy * (d-a/2) Mn = 6192,74 kNm
faktor reduksi φ = 0,9
φ Mn = 5573,46 kNm
Mu /φ Mn = 0,95436 OK
β1 = 0,85
εs = 0,06345
fy / Es = 0,002
fs = 400 Mpa
ρb = 0,02709
ρmaks 0,75 ρb = 0,02032
Perencanaan Geser
43