Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Latar Belakang

Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang menimbulkan perasaan


terdepresi (perasaan sedih, kecewa, sia-sia), hilangnya energy dan minat,
perasaan bersalah, hilang atau sulit berkonsentrasi, hilang nafsu makan sampai
keinginan bunuh diri dan terkadang memiliki perilaku merendahkan diri
sendiri. Gangguan depresi timbul akibat berbagai faktor baik internal maupun
eksternal, seperti lingkungan sosial ataupun keluarga yang kurang
mendukung, kepribadian yang introvert atau kematian keluarga dan orang
yamg disayangi.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebutkan angka 17% pasien-pasien


yang berobat kedokter adalah pasien dengan depresi dan selanjutnya
diperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat dunia adalah 3%
(hawari,2013).

Darmayanti ,2008; menyebutkan prevalensi penderita depresi pada remaja


menunjukan peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan usia anak-
anak dan usia dewasa. Berdasarkan data riskesdas 2007, prevalensi gangguan
mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari
populasi orang dewasa (Balitbangkes DepKes RI, 2008).

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 39.000 orang,


menemukan bahwa laju depresi pada remaja lebih tinggi dibandingkan dengan
orang dewasa. Di Jerman, pada tahun 1914, meningkatnya depresi sangat erat
kaitannya dengan peristiwa politik, dan orang dewasa yang mengalami depresi
pada saat itu hanya menunjukkan angka 4-14 persen, sedangkan selebihnya
dialami oleh remaja.
Di Amerika pada tahun 1955, orang dewasa yang mengalami depresi hanya
menunjukkan angka 6 persen, sedangkan selebihnya dialami oleh remaja.
Kecenderungan yang sama juga terjadi di Puerto rico,Canada, Italia, Jerman,
prancis, Taiwan, Libanon, Selandia Baru, dan Beirut (Goleman, 1997).
Penelitian yang baru saja dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa lebih
dari separuh penduduk Ameika mengalami depresi karena perjalanan hidup
mereka. Angka yang tertinggi terjadi pada remaja dan angka itu terus
meningkat (Meier, 2001).
Sedangkan di Indonesia belum ada catatan pasti tentang jumlah remaja yang
mengalami depresi. Menurut data riset kesehatan dasar tahun 2007 yang
diadakan Departemen Kesehatan RI, gangguan mental emosional (depresi dan
anxietas) dialami sekitar 11,6% populasi indonesia (24.708.000 orang) yang
usianya diatas 15 tahun.
Untuk Jakarta penderita yang mengalami depresi lebih tinggi yaitu 14,6%.
Prevalensi nasional Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur lebih
dari 15 Tahun adalah 11,6% (berdasarkan Self Reported Questionnarie).
Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Mental Emosional
Pada Penduduk Umur lebih dari 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu
secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental
Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), Aceh
Selatan (32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%), Banjarnegara
(30,5%), Boalemo (29,9%), Cirebon (29,9%) dan Kota Malang (29,6%).
Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional
terendah adalah Yahukimo (1,6%), Pulang Pisau (1,7%), Karimun (1,9%),
Jayapura (1,9%), Sidoarjo (1,9%), Tabalong (2,1%), Maluku Tengah (2,4%),
Kota Baru (2,4%), Kudus (2,4%), dan Muaro Jambi (2,4%).
(http://www.ppid.depkes.go.id).

Sartorius,1974 memperkirakan 100 juta penduduk di dunia mengalami


depresi. Angka ini semakin bertambah untuk masa mendatang yang
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: usia harapan hidup semakin
bertambah, bertambahnya penyakit-penyakit kronik, bertambahnya pemakaian
obat-obat yang memacu terjadinya depresi, dan kehidupan beragama yang
semakin di tinggalkan masyarakat saat ini.

Depresi bisa melanda siapa saja, pada semua rentang usia. Depresi pada
kelompok umur remaja ternyata relatife tinggi. Dengan kata lain, remaja
rentan terkena depresi. Masa remaja sering dianggap masa yang rentan
masalah, salah satu wujud dari masalah-masalah tersebut adalah apa yang
kemudian dikenal sebagai perilaku antisosial. Kondisi ini perlu disikapi
dengan serius, karena dapat memicu hal yang negatife, termasuk
kecenderungan penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain, serta berbagai
tindakan pelanggaran hukum lainnya.

Gangguan perilaku, yaitu gangguan penyesuaian diri terhadap lingkungan


sosial yang disebabkan oleh lemahnya control diri, merupakan kasus yang
paling banyak terjadi pada anak-anak. Banyak penelitian yang menunjukan
bahwa gangguan perilaku ini berdampak sangat merugikan, tidak hanya bagi
anak-anak dan remaja yang mengalaminya tetapi juga masyarakat.

Depresi dan gangguan perilaku antisosial merupakan salah satu masalah


kesehatan yang harus di atasi di Indonesia. Dari penelitian-penelitian
sebelumnya dapat dilihat bahwa angka depresi dan perilaku anti sosial pada
anak dan remaja memiliki angka relative tinggi dan terus meningkat dari tahun
ke tahun.

Belum ada penelitian yang meneliti tentang hubungan antara tingkat depresi
dengan gangguan perilaku sosial pada remaja di lampung, sehingga
mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian tentang hubungan antara
tingkat depresi dengan gangguan perilaku antisosial pada remaja di Sekolah
Menengah Atas (SMA) PGRI 1 Punggur, Lampung Tengah

1.1.2. Identifikasi Masalah


Untuk Jakarta penderita yang mengalami depresi lebih tinggi yaitu 14,6%.
Prevalensi nasional Gangguan Mental Emosional Pada Penduduk Umur lebih
dari 15 Tahun adalah 11,6% (berdasarkan Self Reported Questionnarie).
Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi Gangguan Mental Emosional
Pada Penduduk Umur lebih dari 15 Tahun diatas prevalensi nasional, yaitu
secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental
Emosional tertinggi adalah Luwu Timur (33,7%), Manggarai (32,4%), Aceh
Selatan (32,1%), Purwakarta (32,0%), Belitung Timur (31,0%), Banjarnegara
(30,5%), Boalemo (29,9%), Cirebon (29,9%) dan Kota Malang (29,6%).
Sedangkan 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gangguan Mental Emosional
terendah adalah Yahukimo (1,6%), Pulang Pisau (1,7%), Karimun (1,9%),
Jayapura (1,9%), Sidoarjo (1,9%), Tabalong (2,1%), Maluku Tengah (2,4%),
Kota Baru (2,4%), Kudus (2,4%), dan Muaro Jambi (2,4%).

Depresi dan gangguan perilaku antisosial merupakan salah satu masalah


kesehatan yang harus di atasi di Indonesia. Dari penelitian-penelitian
sebelumnya dapat dilihat bahwa angka depresi dan perilaku anti sosial pada
anak dan remaja memiliki angka relative tinggi dan terus meningkat dari tahun
ke tahun.

Anda mungkin juga menyukai