PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kompilasi Hukum Islam menyebutkan bahwa hukum kewarisan adalah hukum yang
mengatur tentang pemindahan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa
yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagianya masing-masing.
Dalam kamus hukum, Hukum Islam adalah hukum yang berhubungan dengan kehidupan
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, yang salah satunya adalah Hukum Waris.
Dalam kehidupan sekarang, banyak yang belum mengetahui tentang hadits pembagian
warisan. Padahal pembagian warisan dalam agama Islam merupakan suatu kemestian yang
tercantum dalam Al-Qur’an yang tidak boleh ditolak oleh ahli waris yang berhak
menerimanya. Oleh sebab itu, penulis akan membahas tentang hadits hukum pembagian
warisan.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam penulisan kami, yaitu:
a. Apa Pengertian dari Pembagian Waris?
b. Bagaimana Teks-Teks Hadits serta Makna dan Kandungan Hukum Hadits Pembagian
Warisan?
c. Bagaimana Kontekstualisasi Hadits Pembagian Warisan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Teks-Teks Hadist Pembagian Warisan Serta Makna dan Kandungan Hukum nya
]ي فَ ُه َو ِِل َ ْولَى َر ُج ٍل ذَك ٍَر [البخاري ومسلم وغيرهما َ ا َ ْل ِحقُ ْوا ْالفَ َرا ِئ
َ ض ِبأ َ ْه ِل َها فَ َما َب ِق
“Serahkanlah ahlimu yang berhak, maka sebagian bagian itu kepada lebihnya itu, adalah
untuk laki-laki yang lebih dekat (hubungan kekerabatannya) kepada si mati” (Bukhari,
Muslim dan lainnya) (Sudarsono, 1991: 124).
Menurut hadist tersebut di atas ayah menjadi ‘ashabah bagi harta warisan yang
ditinggalkan oleh anaknya. Ayah menghabisi harta warisan tersebut setelah diberikan
sepertiga untuk ibu. Apabila si mati tidak meninggalkan anak laki-laki atau cucu laki-laki,
maka ayah menjadi ‘ashabah dengan alasan karena pada saat itu ayah adalah anak laki-laki
yang paling dekat hubungan kekerabatannya dengan si mati (Sudarsono, 1991: 124).
2
peninggalan mayit, cucu perempuan mendapat bagian 1/6 dan sisanya 1/3 menjadi bagian
dari saudara perempuan.
]ُس [أحمد وأبوداود ُّ سلَّ َم فِي ْال َج ِد ال
ُ سد َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِس ْو ُل هللا َ َ ق:ار ْال ُمزَ نِ ْي
ُ ضى َر ِ سَ َقَا َل َم ْع ِق ُل ْبنُ ي
“Berkata Ma’qil bin Yassar Al-Muzanni: bahwa Rasulullah SAW telah menghukumi
kakek mendapat bagian 1/6.” (Ahmad dan Abu Dawud) (Sudarsono, 1991: 136).
Hadist ini mengandung maksud bahwa bagian untuk kakek dalam pembagian warisan
adalah 1/6, dengan syarat apabila si mati meninggalkan anak laki-laki dan cucu laki-laki akan
tetapi tidak meninggalkan ayah (Sudarsono, 1991: 136).
ُس َوإِذَا لَ ْم يَ ُك ْن د ُْونَ َها أ ُ ٌّم [رواه أبو داود ُّ سلَّ َم َجعَ َل ِل ْل َجدَّةِ ال
َ سد َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َّ ِ أ َ َّن النَّب, َع ْن أَبِ ْي ِه,َ َو َع ِن اب ِْن ب َُر ْيدَة
َ ي
] وصححه ابن خزيمة وابن الجارود وقواه ابن عدي,والنسائي
“Dari Ibnu Buraidah, dari ayah nya ra.bahwa Nabi SAW menetapkan bagian seperenam
untuk nenek bila di bawah nya tidak ada ibu (ibu sang mayat).” (HR. Abu Dawuddan An-
Nasa’I, hadist in ishahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Jarud dan dikuatkan oleh Ibnu
Adi) (Al-Asqalani, 2013: 412).
Hadist ini terkandung maksud nenek mendapat bagian 1/6 harta warisan dengan syarat
tidak meninggalkan ahli waris ibu.
ُ ِ الر ِبيْعِ أَع َ سلَّ َم ِِل َ ِخ ْي َ ُصلَّى هللا
َ س ْع ِد الثُّلُثَي ِْن َوأ ُّم َها الثُّ ُمنَ فَ َما بَ ِق
َي فَ ُه َو لَك َ ْط ا ْبنَت َ ْي َّ س ْع ِد ب ِْن َ علَ ْي ِه َو ُ قَا َل َر
َ ِس ْو ُل هللا
][أحمد وأبو داود والترمذي وابن ماجة
“Telah bersabda Rasulullah SAW kepada Sa’ad bin Rabi’ punya saudara laki-laki:
Berikanlah 2/3 harta warisan Sa’ad kepada dua anak perempuan Sa’ad dan kepada ibu
mereka 1/8; adapun sisanya untuk kamu” (Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu
Majah)(Sudarsono, 1991: 126).
Berdasarkan hadist tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa saudara laki-laki
sekandung mewarisi harta saudaranya. Harta yang diwarisi tersebut adalah semua harta
almarhum, atau mewarisi sisanya setelah dibagikan kepada para ahli waris lain dari anak laki-
laki, cucu laki-laki, ayah dan kakek (Sudarsono, 1991: 126).
3
Pasal 177 menyebutkan “Ayah mendapat bagian bila pewaris tidak meninggalkan anak,
apabila ada anak, ayah mendapat seperenam bagian”
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penyusun dapat mengambil beberapa kesimpulan terkait
dengan hadits pembagian warisan yaitu:
1. Pengertian pembagian warisan adalah bagian-bagian yang telah ditentukan dalam
nash ataupun sunnah Nabi yang diberikan oleh pewaris kepada ahli waris yang berhak
menerimannya.
2. Teks-teks hadits pembagian warisan serta makna dan kandungan hukum hadits
pembagian warisan menyatakan bahwa ahli waris mendapatkan warisan apabila
mendapatkannya setelah mengurus si mayit dan ahli waris mendapatkan warisan
tergantung dengan banyaknya ahli waris.
3. Kontekstualisasi hadits pembagian warisan dengan KHI adalah bahwa ahli waris ayah
mendapatkan 1/6 apabila tidak ada anak dan ashabah bila ada anak. Ibu seperenam
jika ada anak dan 1/3 bila ada anak. Anak perempuan mendapatkan separo apabila
tidak ada anak laki-laki.
5
DAFTAR PUSTAKA