Tentang
Disusun Oleh
Kelompok 3 K3/B :
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, kami juga ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat
diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk perbaikan makalah
ini nantinya.
Tim
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
- Kardiovaskuler
Perubahan ini terlihat dari bentuk Elektro Kardiograf (EKG) dan terdapat
kerusakan peripheral-vaskuler (di Chile, Jerman dan China) pada sebagian
penduduk yang mengkonsumsi air 0,5-1 mg As/liter. Gangguan sirkulasi peripheral
mengakibatkan gangrene yang dikenal dengan “black food disease” pada orang
Taiwan. Hubungan dosis-respons secara meningkat secara linier dan gangguan
timbul setelah beberapa tahun.
- Saraf
Gangguan pada susunan saraf pusat terlihat pada bayi-bayi di Jepang setelah
15 tahun pencemaran arsen dosis sedang tiap hari 3,5 mg selama 1 bulan. Terdapat
indikasi kehilangan pendengaran dan fungsi otak yang abnormal. Hal ini
diakibatkan pencemaran 3-10 mg/hari dalam bentuk As(III)-oksida atau arsen
sulfide
- Saluran pernafasan
Arsen telah dihubungkan dengan kanker paru pada penggunaan pestisida
yang mengandung As dan pada peleburan tembaga. Hal ini terlihat dari salah satu
hasil studi epidemiologi yang menunjukkan adanya hubungan linier antar
pencemaran As kumulatif dengan risiko terjadinya kanker paru.
- Saluran pencernaan
Penggunaan As pada tonikum berdasarkan bahwa dalam dosis kecil
menyebabkan hyperemia ringan pada daerah splanchnicus. Arsen dosis tinggi
menyebabkan transudasi plasma yang menimbulkan vesikel pada mukosa.
- Ginjal
Arsen dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang berat karena pengaruhnya
terhadap kapiler ginjal, tubulus dan glomerulus
- Darah
Terdapat pengaruh dari As terhadap susmsum tulang, namun cara kerjanya
belum jelas.
- Metabolik
Arsen merupakan racun terutama untuk hati dan menyebabkan infiltrasi
lemak, nekrosis sntral dan sirosis.
Arsen Organik
Efek Lokal
Arsen organik dapat menyebabkan nekrosis jaringan setempat (suntikan intra
muscular). Senyawa As yang lebih mudah larut lebih mudah untuk di absorpsi dari
pada yang sukar larut.
Efek sistemik
- Susunan saraf pusat
Penggunaan sebagai obat, khususnya triparsamid, dapat menimbulkan efek
samping yang kuat pada susunan saraf pusat dan hamper 40% diantaranya dalam
bentuk encephalopathy atrofi optikal dan jika diteruskan dapat menyebabkan
kebutaan.
- Kulit
Reaksi pada kulit berupa erupsi kulit, dari eritema biasa sampai erupsi
eksfollatif yang fatal
- Ginjal
Pemberian pada dosis terapeutik dapat menimbulkan reaksi sementara saja,
berupa silinder dalam urine, albuminuria ringan, kenaikan sedikit kadar urea dalam
darah.
- Saluran pencernaan
Sering timbul gejala mual, muntah, diare, lemah badan dan sakit kepala.
Pada hati dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat ringan sampai berat yang
dapat menimbulkan kematian
- Kardiovaskuler
Dalam dosis tinggi terutama mempengaruhi jantung, pembuluh darah
kapiler dan resistensi pembuluh darah.
Keracunan Arsen
Keracunan Akut
Dapat berasal dari keracunan makanan yang jumlahnya >100 mg dalam bentuk
garam(III)-anorganik. Biasanya gejala gangguan pencernaan timbul setelah 1 jam
pemberian atau kadang-kadang dapat >12 jam. Gejalanya meliputi tenggorokan
rasa tercekik dan sukar menelan, kolik usus,dinding perut sakit, diare menyerupai
air beras (rice water), tinja bercampur darah, muntah yang mula-mula menyerupai
larutan air beras dan proyektil, oliguria, kejang-kejang, koma dan syok. Pada
keracunan yang berat kematian dapat terjadi dalam 1 jam tetapi umumnya setelah
24 jam.
Keracunan Kronik
Keracunan kronik dapat terjadi melalui makanan yan jumlahnya kecil dalam waktu
lama. Gejala-gejalanya antar lain: lemah, mual, gejala seperti coryza akut,
stomatitis, alivasi, arsenic melanosis (timbul karena pigmentasi yang berlebihan
pada daerah leher, keloapak mata, putting susu, dan ketiak), edema lokal pada
kelpak mata dan pergelangan kaki, keratonis palmaris dan plantaris, hepatomegaly,
sirosis, kerusakan ginjal dan ensefalopati.
Gambar akibat paparan arsen
Hg anorganik
Translamasi Transformasi
Didalam tubuh dan oleh
Lingkungan mikroorganisme
Alkil Hg
(organik)
Alkil Hg
Semua beracun dalam Merusak (anorganik
ginjal,hati dan )
Jumlah cukup
otak. Waktu
retensi pendek
Merusak semua
tenunan, termasuk
otak;waktu retensi
lama
2. Bagi lingkungan
Produksi seng dunia masih meningkat. Ini pada dasarnya
berarti bahwa semakin banyak seng berakhir di lingkungan. Air
tercemar dengan seng, karena adanya jumlah besar dari seng dalam
air limbah tanaman industri. Air limbah ini tidak dimurnikan
memuaskan. Salah satu konsekuensi adalah bahwa sungai tercemar
penyetoran seng-lumpur di bank mereka. Zinc juga dapat
meningkatkan keasaman air.
Beberapa ikan dapat terakumulasi seng dalam tubuh mereka,
ketika mereka tinggal di seng-saluran air yang terkontaminasi.
Ketika seng memasuki tubuh ikan ini ia mampu bio memperbesar
sampai rantai makanan. Jumlah besar seng dapat ditemukan di
tanah. Ketika tanah lahan pertanian yang tercemar dengan seng,
hewan akan menyerap konsentrasi yang merusak kesehatan
mereka. Larut dalam air seng yang terletak di tanah dapat
mencemari air tanah.
Seng tidak bisa hanya menjadi ancaman bagi ternak, tetapi
juga untuk spesies tanaman. Tanaman sering memiliki serapan
seng yang sistem mereka tidak dapat menangani, karena akumulasi
dari seng di tanah. Pada tanah yang kaya seng hanya sejumlah
terbatas tanaman memiliki kesempatan untuk bertahan hidup.
Itulah sebabnya tidak ada banyak keanekaragaman tanaman di
dekat pabrik-pabrik membuang seng. Karena efek pada seng
tanaman merupakan ancaman serius terhadap produksi lahan
pertanian. Meskipun ini mengandung seng pupuk masih
diterapkan. Akhirnya, seng dapat mengganggu aktivitas dalam
tanah, karena pengaruh negatif aktivitas microrganisms dan cacing
tanah. Rincian materi organik serius dapat memperlambat karena
hal ini.
3. Kadar Batas Aman
Beberapa ketentuan/peraturan tentang batasan nilai
kandungan seng pada suatu bahan dari berbagai lembaga maupun
instansi yang berwenang sebagai berikut :
Berdasar pada Pedoman Baku Mutu Lingkungan, kandungan
seng dalam makanan maksimum 0,001 ppm . kadar aman dalam
tubuh manusia 2-3 gram. Kandungan Zn di dalam lingkungan air
(misalnya yang terabsorp oleh alga) dapat mempengaruhi
kesehatan bila terdapat dalam jumlah yang berlebih. Keberadaan
Zn dalam lingkungan berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)
tahun 1971 yaitu sebesar 5 ppm sedangkan batas maksimal yang
diperbolehkan adalah 15 ppm (Buckle, 1987).
Seng merupakan unsur yang berguna dalam tubuh manusia,
binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Karena kegunaannya tersebut
maka Zn ditemukan dalam air, tanaman maupun binatang. Kadar
Zn yang terdeteksi dalam air PAM pada penelitian ini berkisar
antara 0,0l-4,97 ppm dan dalam air sumur berkisar antara 0,0l-5,59
ppm. Menurut Permenkes standar dalam air minum maksimum
yang diperbolehkan adalah 15 mg/l. Efek racun Zn pada manusia
adalah pada konsentrasi yang tinggi antara 300—360 ppm, yaitu
menyebabkan gangguan fisik seperti diare yang berat, keram perut
dan muntah. Suatu sumber air minum yang mengandung Zn 26,6
mg/l tidak berbahaya bagi manusia, tetapi untuk air minum dengan
badar Zn 30,8 mg/l sudah menyebabkan mual dan mabuk. Dari segi
estetika air yang mengandung Zn 30 mg/l akan tampak seperti susu
dan bila direbus timbul suatu lapisan seperti minyak pada
permukaan airnya (Suprijanto dan Agustina, 1988).
Nilai Ambang Batas Zn dalam sedimen untuk kehidupan
biota adalah 271 ppm. Kadar logam berat Zn yang terdapat dalam
sedimen yang tidak terkontaminasi paling rendah adalah sebesar
0.01 ppm. Zn juga bersifat racun dalam kadar tinggi, namun dalam
kadar rendah dibutuhkan oleh organism sebagai ko-enzim.
Baku mutu parameter logam untuk biota laut (menurut
KepMen LH 51 tahun 2004) Seng (Zn) adalah 0,05 mg/l. Baku
mutu parameter logam untuk pelabuhan (menurut KepMen LH 51
tahun 2004) Seng (Zn) adalah 0,05 mg/l. Baku mutu parameter
logam untuk wisata bahari (menurut KepMen LH 51 tahun 2004)
(Zn) adalah 0,095 mg/l
2.3.8 Tembaga (Cu)
Daur (siklus) Cu
1. Cu (tembaga) dalam tubuh mikroorganisme
Sebagai logam berat, Cu (tembaga) berbeda dengan logam-logam
berat lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr. Logam berat Cu digolongkan
kedalam logam berat esensial, yang artinya meskipun Cu merupakan
logam berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meski
dalam jumlah yang sedikit. Karena itu, Cu juga termasuk kedalam
logam-logam esensial bagi manusia, seperti besi (Fe). Toksisitas yang
dimiliki oleh Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya
bila logam ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah
besar atau melebihi nilai organisme terkait.
Selain manusia, organisme hidup lainnya juga akan berbalik menjadi
bahan racun untuk manusia bila masuk dalam jumlah berlebihan sangat
membutuhkan Cu untuk kehidupannya. Mulai dari tumbuh-tumbuhan
sampai pada hewan darat ataupun biota perairan. Misalnya, kerang.
Kerang membutuhkan jumlah Cu yang tinggi untuk kehidupannya.
Biota tersebut membutuhkan Cu untuk cairan tubuhnya. Disamping itu,
kerang juga mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap akumulasi
Cu dalam tubuhnya.
Setiap studi toksikologi yang pernah dilakukan terhadap penderita
keracunan Cu, hampir semuanya meninjau metabolisme Cu yang masuk
kedalam tubuh secara oral. Dari studi-studi yang dilakukan di Amerika,
disimpulkan bahwa orang-orang Amerika baik secara sengaja ataupun
tidak sengaja telah mengkonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung Cu sebesar 2-5 mg setiap harinya. Dari jumlah yang
terkonsumsi itu, hampir semuanya dikeluarkan kembali bersama feces.
Penyerapan Cu ke dalam darah dapat terjadi pada kondisi asam yang
terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan bahan makanan
yang telah diolah pada lambung oleh darah. Sehingga Cu yang ada turut
diserap oleh darah. Dalam darah, Cu terdapat dalam 2 bentuk ionisasi,
yaitu Cu+dan Cu++. Apabila jumlah Cu dalam kedua bentuk itu yang
terserap berada dalam jumlah normal, maka sekitar 93% dari serum Cu
berada dalam seruloplasma dan 7% lainnya berada dalam fraksi – fraksi
albumin dan asam amino. Serum Cu albumin ditransfortasikan ke dalam
jaringan-jaringan tubuh. Cu juga berikatan dengan sel darah merah
sebagai eritrocuprein, yaitu sekitar 60% eritrosit-Cu, sedangkan sisanya
merupakan fraksi-fraksi yang labil. Darah selanjutnya akan membawa
Cu ke dalam hati. Dari hati, Cu dikirimkan ke dalam kandung empedu.
Dari empedu, Cu dikeluarkan kembali ke usus untuk selanjutnya
dibuang melalui feces.
2. Cu dalam lingkungan
Tembaga masuk kedalam tatanan lingkungan perairan dapat berasal
dari peristiwa-peristiwa alamiah dan sebagai efek samping dari aktivitas
yang dilakukan oleh manusia.
Secara alamiah, Cu masuk kedalam badan perairan sebagai akibat dari
erosi atau pengikisan batuan mineral dan melalui persenyawaan Cu di
atmosfir yang dibawa turun oleh air hujan. Secara singkat daur tembaga di
lingkungan adalah sebagai berikut :
Kandungan tembaga yang terdapat dalam bebatuan terkikis oleh air
hujan. Air hujan ini memecah kandungan tembaga dalam bebatuan dan
melarutkan ion tembaga tersebut dalam air. Air yang mengandung tembaga
terus mengalir ke sungai, ke sumber-sumber air, dan meresap ke dalam
tanah. Didalam tanah yang mengandung tembaga, unsur hara tersebut akan
diserap oleh akar tanaman dalam bentuk kation Cu2+ melalui suatu proses
aktif. Dengan adanya kandungan tembaga ini akan membantu tumbuhan
dalam pembentukan klorofil.kemudian tumbuhan yang mengandung
tembaga ini dimakan oleh consumer sehingga tembaga berpindah ke hewan.
Tumbuhan dan hewan mati, feses dan urinnya akan terurai menjadi Cu2+.
Oleh bakteri, tembaga tersebut akan diubah menjadi tembaga yang dapat
diserap oleh tumbuhan. Dan seperti ini akan terus berulang.
Aktivitas manusia seperti buangan industri, pertambangan Cu,
industry galangan kapal dan bermacam-macam aktivitas pelabuhan lainnya
merupakan salah satu jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan
kelarutan Cu dalam badan-badan perairan.
Masukan sebagai efek samping dari aktivitas manusia ini, lebih
ditentukan oleh bentuk dan tingkat aktivitas yang dilakukan. Proses daur
ulang yang terjadi dalam sistem tatanan lingkungan perairan yang
merupakan efek dari aktivitas biota perairan juga sangat berpengaruh
terhadap peningkatan Cu dalam badan perairan.
Keracunan Cu
Bentuk tembaga yang paling beracun adalah debu-debu Cu yang dapat
mengakibatkan kematian pada dosis 3,5 mg/kg. Garam-garam khlorida dan
sulfat dalam bentuk terhidrasi yang sebelumnya diduga mempunyai daya
racun paling tinggi, ternyata memiliki daya racun yang lebih rendah dari
debu – debu Cu. Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan
akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan
pada jalur pernapasan sebelah atas. Efek keracunan yang ditimbulkan akibat
terpapar oleh debu atau uap Cu tersebut adalah terjadinya kerusakan atropik
pada selaput lendir yang berhubungan dengan hidung.Kerusakan itu,
merupakan akibat dari gabungan sifat iritatif yang dimiliki oleh debu atau
uap Cu.
Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat
mengakibatkan keracunan akut dan kronis. Terjadinya keracunan akut dan
kronis ini ditentukan oleh besar dosis yang masuk dan kemampuan
organisme untuk menetralisir dosis tersebut.
1. Keracunan akut
Gejala – gejala yang dapat dideteksi sebagai akibat keracunan akut
tersebut adalah :
a) Adanya rasa logam pada pernapasan penderita.
b) Adanya rasa terbakar pada epigastrum dan muntah yang terjadi
secara berulang – ulang.
2. Keracunan kronis
Pada manusia, keracunan Cu secara kronis dapat dilihat dengan
timbulnya penyakit Wilson dan Kinsky.gejala dari penyakit Wilson ini
adalah terjadi hepatic cirrhosis, kerusakan pada otak, dan demyelinas, serta
terjadinya penurunan kerja ginjal dan pengendapan Cu dalam kornea mata.
Penyakit Kinsky dapat diketahui dengan terbentuknya rambut yang kaku
dan berwarna kemerahan pada penderita. Sementara pada hewan seperti
kerang, bila didalam tubuhnya telah terakumulasi dalam jumlah tinggi,
maka bagian otot tubuhnya akan memperlihatkan warna kehijauan. Hal ini
dapat menjadi petunjuk apakah kerang tersebut masih bisa dikonsumsi
manusia atau tidak.
Efek Cu
1. Kekurangan tembaga
Kekurangan tembaga jarang terjadi pada orang sehat. Paling sering
terjadi pada bayi-bayi prematur atau bayi-bayi yang sedang dalam masa
penyembuhan dari malnutrisi yang berat. Orang-orang yang menerima
makanan secara intravena (parental) dalam waktu lama juga memiliki resiko
menderita kekurangan tembaga.
Gejala orang yang kekurangan tembaga, diantaranya adalah :
a) Terjadi pendarahan berupa titik kecil di kulit dan aneurisma arterial.
b) Penurunan jumlah sel darah merah (anemia) dan sel darah putih (
leukopenia).
c) Penurunan jumlah kalsium dalam tulang
d) Kadar tembaga rendah dalam darah
e) rambut yang sangat kusut.
f) keterbelakangan mental.
g) kegagalan sintesa enzim yang memerlukan tembaga.
2. Kelebihan tembaga
Tembaga yang tidak berkaitan dengan protein merupakan zat racun.
Mengkonsumsi sejumlah kecil tembaga yang tidak berkaitan dengan protein
dapat menyebabkan mual dan muntah.
Gejala orang yang kelebihan tembaga ,diantaranya adalah :
a) Mengalami kerusakan ginjal.
b) Menghambat pembentukan air kemih.
c) Menyebabkan anemia karena pecahnya sel-sel darah merah
(hemolisis).
d) Penyakit Wilson(yang ditandai dengan gejala sakit perut, sakit
kepala, perubahan suara).
e) Sirosis.
f) Pengumpulan tembaga dalam kornea mata yang menyebabkan
terjadinya cincin emas atau emas kehijauan.
g) Menyebabkan kerusakan otak berupa tremor, sakit kepala, sulit
berbicara, hilangnya Koordinasi, psikosa.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Logam berat memiliki manfaat bila dalam penggunaannya masih
dalam ambang batas yang normal sehingga bisa dimanfaatkan baik dalam
diri manusia maupun dalam sektor industri. Namun bila dalam
pemakaiannya tidak memperhatikan nilai ambang batasnya akan
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi manusia ataupun lingkungan.
Setiap jenis logam memiliki dampak yang berbeda baik bagi tubuh
manusia maupun lingkungan,dengan begitu maka harus diketahui terlebih
dahulu sifat dan sumber logam tersebut guna menentukan bagaimana cara
penanggulangan setelahnya.
3.2 Saran
Perlunya regulasi yang ketat dari pemerintah dalam mengatur
limbah yang dihasilkan pada sector industri yang dalam produksinya
menggunakan logam berat. Sehingga para industri baik dari sektor formal
maupun informal dapat mematuhi peraturan yang berlaku. Sehingga dalam
jangka panjang ekosistem lingkungan tidak terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Sudarmaji, J. Mukono, Dan Corie I.P. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 2