Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian skripsi ini dengan judul “ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap

Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda

Aceh Tahun 2016” dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga

senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan kita Nabi besar Muhammad

SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan

dan arahan dari berbagai pihak. Atas semua yang diberikan kepada penulis,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang

terhormat:

1. Bapak Ir. R. Agung Efriyo Hadi, M.Sc.Ph.D selaku rektor Universitas

Abulyatama Aceh Besar.

2. Dr. Feriyani, Sp.M selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Abulyatama Aceh Besar.

3. Dr. Yenny Fitrika, Sp.PD selaku pembimbing I dan Dr.Satria Safirza selaku

pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan,

ilmu, dorongan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

penelitian ini.

1
2

4. Kepada Dr.Erlinda Sp.PD selaku penguji I dan Dr.Ratih Ayu Atika selaku

penguji II yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan memberikan

pengarahan dalam sidang skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Fakultas Kedokteran

Universitas Abulyatama Aceh Besar.

6. Kepala sekolah yang telah member izin untuk melaksanakan penelitian di

SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh.

7. Terima kasih kepada ayahanda tercinta H.Mahyuddin S.pd dan ibunda

tercinta Hj.Nurhijah S.pd serta Abang Syar’ie Muhammad dan Adik-adik

Hamzah Al-fansuri, Mahyuni Fitriani dan Raihan Putri yang telah banyak

memberikan doa, nasehat, serta semangat yang luar biasa dalam

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini.

8. Kepada sahabat tersayang Ardyan Novia f, Desti S, Neti Jarniati,

Ermayunida, Siti Masyitah, Adillafitra Evand, Hafizah, Rita Nurmaya, Putri

Nurul Muthia, Putri Sri Munira, Riski Puria, Wulan Pangestu, Rozaqna

Syahputri serta orang tercinta dan teman-teman terbaik seangkatan 2013 yang

selama ini ikut berperan dalam memberikan semangat dan dukungan yang

luar biasa dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Teman-teman senasib, sepenanggungan serta seperjuangan di Fakultas

Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh Besar dalam suka maupun duka

atas semua dukungan dan kebersamaannya selama ini.


3

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,

penulis mengharapkan saran serta kritik yang bersifat membangun dari berbagai

pihak demi perbaikan di masa mendatang.

Aceh Besar, 10 Agustus 2016

Penulis

Maulida Tinnur
4

Nama : Maulida Tinnur


Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Judul : Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Pencegahan HIV/AIDS pada Siswa Kelas X SMA
Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh Tahun 2016.

ABSTRAK

HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang


diantaranya menular melalui hubungan seksual khususnya pada remaja, dimana
pada tahun 2012 Jumlah penderitanya telah mencapai 110.000 remaja yang
berusia antara 10 sampai 19 tahun yang terjangkit virus HIV dan 71.000 remaja
mninggal dunia akibat penyakit AIDS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui adakah hubungan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan
HIV/AIDS pada siswa-siswi kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh.
Metode yang dilakukan dalam Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross
sectional. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang dibagikan pada 72
responden. Data dianalisis secara uji chi-square dengan menggunakan spss. Hasil
penelitian menunjukkan pengetahuan siswa terhadap pencegahan HIV/AIDS
sebesar 58,3 % (baik) dan 41,7% (kurang), sikap siswa terhadap pencegahan
HIV/AIDS 61,1 % (baik) dan 38,9 (kurang). Analisis bivariat menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap terhadap
HIV/AIDS (p value = 0,014). Penelitian ini menunjukkan semakin baik
pengetahuan seseorang maka semakin baik pula sikap yang dilakukan untuk
mencegah HIV/AIDS, begitu juga sebaliknya, semakin buruk pengetahuan
seseorang maka semakin buruk pula sikap yang dilakukan terhadap pencegahan
HIV/AIDS.

Simpulan:terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahun dan sikap


terhadap pencegahan HIV/AIDS pada siswa kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta
Banda Aceh.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap, pencegahan HIV/AIDS.


5

Name : Maulida Tinnur


Study program : Medical Education
Title : Relationship Knowledge and Attitude towards
prevention in students class X SMA Negeri 4 DKI
Jakarta Banda Aceh Years 2016.

ABSTRACT

Background: HIV/AIDS is one the sexually transmitted infection that is


transmitted through sexual intercourse especially in adolescents, where in 2012
the number of patients has reached 110.000 youth ages 10 to 19 years infected
with HIV, and 71.000 adolescents died from the disease AIDS, The purpose of the
study is to determine is there a relationship knowledge and attitudes towards
prevention in students class X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh. This
study is a descriptive analytic with cross sectional design. Data obtained through
questionnaires distributed to 72 respondents. Data were analyzed by chi-square
test SPSS. The results showed students knowledge of HIV/AIDS prevalention at
58,3% (good) and 47,1% (less), students attitudes towards HIV/AIDS prevention
at 61,1% (good) and 38,9% (less), students towards HIV/AIDS prevention 79,2%
(good) and 20,8% (less), bivariate analysis showed no significant relationship
between knowledge and prevention of HIV/AIDS (p-value=0,002), significant
relationship between attitudes to the prevention of HIV/AIDS (p-value0,029), this
study showed the better a person’s knowledge, the better efforts are made to
prevent HIV/AIDS, and vice versa.

Conclusion: There is a significant relationship between knowledge, attitude and


prevention of SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh against HIV/AIDS.

Keywords: HIV/AIDS, knowledge, attitude, prevention


6

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

ABSTRAK……………………………………………………………….. vi

ABSTRACT……………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ . 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
3.1. Tujuan Umum ......................................................................... 3
3.2. Tujuan Khusus ........................................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 6

2.1. AIDS .................................................................................................... 6


2.1.1. Pengertian AIDS .................................................................. 6
2.1.2. Sejarah AIDS ........................................................................ 7
2.1.3. Etiologi AIDS ....................................................................... 8
2.1.4. Faktor Resiko AIDS.................................................. ............ 8
2.1.5. Patofisiologi .......................................................................... 8
2.1.6. Manifestasi Klinis
..2.1.5.1 stadium 1.............................................................. .... 9
2.1.5.2 stadium 2.............................................................. .... 10
2.1.5.3 stadium 3.............................................................. .... 10
2.1.5.4 stadium 4.............................................................. .... 10
7

2.1.7. Pemeriksaan Fisik ................................................................. 11


2.1.8. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ 11
2.1.9. Diagnosis .............................................................................. 14
2.1.10. Pengobatan .......................................................................... 15
2.1.11. Pencegahan .......................................................................... 16

2.1.12. Komplikasi AIDS ................................................................ 17


2.1.13. Prognosis AIDS ................................................................... 17

2.2. Tahap Perembangan Remaja ................................................................ 17

2.3. Pengetahuan ........................................................................................ 18


2.3.1. Pengertian pengetahuan ........................................................ 18
2.3.2. Tingkatan pengetahuan............................................................ 18
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ................. 19

2.4. Sikap..................................................................................................... 23
2.5 Kerangka Teori..................................................................................... 25
2.6. Kerangka Konsep ................................................................................. 26
2.7. Hipotesa ................................................................................................ 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................. ................. 27

3.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 27


3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 27
3.2.1. Waktu Penelitian ................................................................. 27
3.2.2 Tempat penelitian. ............................................................... 27
3.3. Rancangan Penelitian .......................................................................... 27
3.4. Subjek Penelitian ................................................................................. 28
3.3.1. Populasi ................................................................................ 28
3.3.2. Sampel .................................................................................. 28
3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ................................................. 29
3.5. Variabel Penelitian .............................................................................. 30
3.6. Definisi Operasional ................................................................................ 31

BAB IV HASIL PENELITIAN.............................. .................................. 32

4.1 Karakteristik data responden penelitian…………………………………… 32

4.2 Pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS………………….33


8

4.3 Hubungan pengetahuan dengan pencegahan HIV/AIDS…………………..34


4.4 Hubungan sikap dengan pencegahan……………………………………….35

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN.............................. ................. .. 36

5.1 Pembahasan hasil penelitian………………………………………….. 36

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN.............................. .................... 42

6.1 Kesimpulan penelitian………………………………………………… 42

6.2 Saran penelitian……………………………………………………….. 42

DAFAR PUSTAKA ................................................................................... 44


9

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................ 25


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ............................................................................ 26
10

DAFTAR TABEL

Tabel 3.6 Definisi Operasional ....................................................................... 31

Tabel 4.1 Karakteristik Data Responden…………………………………… 32

Tabel 4.2 Frekuensi Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Pencegahan………... 33

Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan……………………. 34

Tabel 4.4 Hubungan Sikap dengan Pencegahan……………………………. 35


11

BAB I

PENDUHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Acquired Immuno deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit

yang disebabkan oleh virus Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Penyakit

ini mulai dikenal pada awal tahun 1980, menimbulkan penurunan imunitas

pada seseorang yang sebelumnya memiliki imunitas yang normal, ganasnya

akan memudahkan segala bibit penyakit yang menyerang dan akan

menimbulkan gejala-gejala yang bervariasi, tetapi biasanya semua berakhir

dengan kematian.1

Dalam sepuluh tahun terakhir sejak 2004 hingga Oktober 2014,

HIV/AIDS di Aceh mencapai 303 kasus. Dari jumlah tersebut, 94

penderitanya meninggal dunia. Sedangkan kabupaten atau kota tertinggi

terjangkitnya virus itu adalah Aceh Utara dengan 33 kasus, disusul Aceh

Tamiang 32 kasus, Bireuen dan Banda Aceh masing-masing 27 kasus, dan

Lhokseumawe 23 kasus.2

Menurut data Ditjen Pengendalian Penyakit dan Pengendalian

Lingkungan Departemen Kesehatan (PP & PL Depkes) selama sepuluh tahun

terakhir, jumlah penderita AIDS di Indonesia terus meningkat. Pada Desember

2007 pengidap HIV positif berjumlah 6.066 orang dengan penderita AIDS

sebanyak 11.141 orang, dan meningkat pada September 2008 mencapai

14.928 orang. Secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai tanggal
12

30 Juni 2010 berjumlah 21.591 dengan jumlah kematian 4.128 orang.

Peringkat tertinggi ada pada kelompok umur 25-49 tahun (73,7%), 20-24

tahun (14,8%), dan umur >50 tahun (4,5%).3.4

Menurut United Nation Programme on HIV/AIDS (UNAIDS)

melaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh

dunia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 terdapat sekitar 33,4 juta

orang di Asia Tenggara terjangkit virus HIV/AIDS dengan angka Kematian 2

juta kasus pertahun. Dimana Benua Afrika merupakan negara dengan

prevalensi tertinggi yaitu sekitar 2,5 juta kasus pertahun, berbeda pada tahun

2009 dimana India merupakan negara tertinggi dengan virus HIV/AIDS,

kemudian diikuti oleh Thailand, Myanmar, Indonesia dan Nepal.5

Berdasarkan sumber laporan badan PBB yang menangani masalah

anak-anak UNICEF (United Nations International), menyebutkan sekitar

71.000 remaja berusia antara 10 sampai 19 tahun meninggal dunia karena

virus HIV pada tahun 2005. Pada tahun 2010 kasus tersebut mengalami

penurunan yaitu sekitar 24.131 kasus, kemudian Jumlah itu kembali

mengalami peningkatan menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012 dimana angka

kematian tertinggi ada pada usia remaja dan dewasa antara 15-29 tahun.6.7

Rentannya generasi muda terhadap infeksi HIV/AIDS sangat perlu

mendapatkan perhatian. Karena remaja dan generasi muda merupakan aset

nasional yang sangat penting dalam mempersiapkan kelangsungan program

selanjutnya. Meningkatnya jumlah remaja penderita HIV/AIDS dimungkinkan

karena keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan yang berdampak


13

pada rendahnya pengetahuan tentang HIV/AIDS yang benar. Selain itu masa

perkembangan remaja banyak sekali mengalami perubahan-perubahan yang

sangat cepat, baik fisik maupun mental, disertai pergeseran norma-norma

seksual dikalangan remaja yang disebabkan oleh ketidak-patuhan dan

perolehan informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.8.9

Berdasarkan latar belakang di atas menyebutkan bahwa masa remaja

termasuk dalam golongan umur yang rentan terhadap penularan HIV/AIDS,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan

“Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS

pada siswa/siswi kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh tahun

2016”.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka

rumusan permasalahannya adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dan

sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS pada siswa kelas X SMA Negeri 4 DKI

Jakarta Banda Aceh tahun 2016”.

1.3 Tujuan Penelitian.

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Tujuan Umum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS pada

siswa/siswi kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh 2016.


14

1.3.2 Tujuan Khusus.

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa/siswi SMA Negeri 4

DKI Jakarta Banda Aceh terhadap pencegahan HIV/AIDS 2016.

2. Untuk mengetahui sikap siswa/siswi SMA Negeri 4 DKI Jakarta

Banda Aceh terhadap pencegahan HIV/AIDS 2016.

1.4 Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitin ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti.

Merupakan pengalaman yang berharga guna memperluas wawasan

dan pengetahuan melalui penelitian lapangan dan tugas akhir sebagai

syarat untuk sidang skripsi.

2. Bagi responden.

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

ataupun pedoman bagi para pelajar di sekolah menengah atas dalam

meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS.

3. Bagi masyarakat.

Diharapkan dengan hasil penelitian ini masyarakat dapat

menyadari dengan bahaya HIV/AIDS agar dapat mencegah dan terhindar

dari infeksi menular tersebut.


15

4. Bagi institusi pendidikan

Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan dan dapat

dijadikan sebagai pedoman bagi pengembangan proses belajar mengajar.

5. Bagi tempat penelitian

Sebagai bacaan dan bahan dalam memberikan informasi tentang

HIV/AIDS dalam meningkatkan pendidikan pada masa yang akan datang.

6. Bagi pemerintah.

Dapat mengatasi dan menanggulangi terjadinya infeksi HIV/AIDS

pada masyarkat.

7. Bagi peneliti selanjutnya.

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

kajian khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil

penelitian ini guna pengembangan ilmu pengetahuan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AIDS.

2.1.1 Pengertian AIDS.

AIDS (Acquired immno deficiency syndrome) dapat diartikan

sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh

menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) yang termasuk family retrovirus. AIDS

merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.10

AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh

manusia sesudah sistem kekebalan dirusak oleh virus HIV. Akibat

kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai

jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu. Selain itu

penderita AIDS sering mengalami keganasan, khususnya sarkoma

Kaposi, dan limfoma yang hanya menyerang otak.1

2.1.2 Sejarah AIDS.

Kasus pertama AIDS di dunia dilaporkan pada tahun 1981 di

Amerika Serikat. Sampel jaringan potong beku dan serum dari seorang

pria berusia 15 tahun di St.Louis, AS, yang dirawat dan meninggal

akibat sarkoma kaposi diseminata dan agresif pada 1968, menunjukkan

antibodi HIV positif dengan Western Blot dan antigen HIV positif

dengan ELISA. Pasien ini tidak pernah pergi ke luar negeri sebelumnya,

6
7

sehingga diduga penularannya berasal dari orang lain yang juga tinggal

di AS pada tahun 1960-an, atau lebih awal.10

Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan secara resmi oleh

Departemen Kesehatan tahun 1987 yaitu pada seorang warga Negara

Belanda di Bali. Kasus kedua infeksi HIV ditemukan pada bulan Maret

1986 di RS Cipto Mangunkusumo, pada pasien hemofilia dan termasuk

jenis non-progessor, artinya kondisi kesehatan dan kekebalannya cukup

baik selama 17 tahun tanpa pengobatan, dan sudah dikonfirmasi dengan

western blot, serta masih berobat jalan di RSUPN Cipto Mangkusumo

pada tahun 2002.10

Virus penyebab AIDS didefinisikan oleh Luc Montagnier pada

tahun 1983 dan diberi nama LAV (Lymphadenopathy Virus) sedangkan

Robert Gallo menemukan virus penyebab AIDS pada 1984 pada saat itu

dinamakan HTLV-III (Human T Lhymphotropic Virus Type III).

Sedangkan tes untuk memeriksa antibodi terhadap HIV dengan cara

Elisa baru tersedia pada tahun 1985.10

2.1.3 Etiologi.

Walaupun sudah jelas dikatakan bahwa virus HIV sebagai

penyebab utama AIDS, tetapi pada tahun 1984 Dr.R. Gallo dari National

Institute of Health, USA menemukan virus lain yang disebut HTLV-III.

Kemudian kedua virus ini dianggap sebagai penyebab AIDS,

penyelidikan lebih lanjut akhirnya membuktikan bahwa kedua virus ini

sama. WHO kemudian memberi nama HIV yang sesuai dengan


8

pertemuan “International Comrhitte on Taxonomi of Viruses”. HIV

mempunyai tendensi spesifik yaitu menyerang dan merusak sel limfosit

T (sel T4 penolong) yang mempunyai peranan penting dalam sistem

kekebalan seluler tubuh.11.10

2.1.4 Faktor Resiko dan Cara Penularan.

Faktor resiko terinfeksi HIV/AIDS adalah pergaulan bebas

seperti seringnya melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan,

orang yang melakukan hubungan heteroseksual, homo-biseksual,

penggunaan jarum suntik yang sama dengan pengidap HIV/AIDS dan

dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkan, kemudian

kebudayaan dan lingkungan sosial ekonomi khususnya kemiskinan juga

merupakan salah satu faktor resiko terjangkitnya virus HIV/AIDS.12.11

HIV juga dapat ditemukan didalam cairan tubuh pengidapnya,

terutama dalam darah, air mani/cairan sperma, dan cairan vagina,

sedangkan cairan tubuh yang tidak dapat menularkan HIV /AIDS adalah

keringat, air mata, air ludah, air seni, dan air liur.11

2.1.5 Patofisiologi.

Dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), partikel virus

bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga satu kali seseorang

terinfeksi HIV, seumur hidup ia akan tetap terinfeksi. Dari semua orang

yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang masuk tahap AIDS pada tiga

tahun pertama, 50% berkembang menjadi AIDS sesudah 10 tahun, dan

sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkan


9

gejala AIDS, dan kemudian meninggal, perjalanan penyakit tersebut

menunjukkan gambaran penyakit yang kronis.10

Infeksi HIV tidak akan langsung memperlihatkan tanda atau

gejala tertentu. Sebagian menunjukkan gejala yang tidak khas pada HIV

akut. Selama 3-6 minggu setelah terinfeksi, gejala yang terjadi adalah

demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam,

diare, atau batuk. Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIV

asimptomatik (tanpa gejala), tanpa gejala ini umumnya berlangsung

selama 8-10 tahun, namun sebagian orang perjalanan penyakitnya sangat

cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula perjalanannya lambat (non-

progessor).10

2.1.6 Manisfestasi Klinis AIDS.

Gejala penderita AIDS dapat ringan sampai berat. Di AS

ditemukan ratusan ribu orang yang dalam darahnya mengandung virus

AIDS tanpa gejala klinis (carier). Pembagian tingkat klinis penyakit

infeksi HIV dibagai sebagai berikut:13

2.1.6.1 Stadium 1 Asimptomatik/Limfadenopati Generalisata

Persisten (LGP).

Pada tingkat 1 pasien masih menunjukkan gejala ringan.

1. Tidak ada gejala atau tanpa gejala (asimtomatik)

2. Limfadenopati generalisata persisten, yang biasanya

ditemukan pembesaran kelenjar getah bening (KGB) multiple

berukuran kecil tanpa rasa nyeri.


10

2.1.6.2 Stadium 2 (Dini).

Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala,

tetapi aktivitas tetap normal.

1. Penurunan berat badan bersifat ringan kurang dari 10%,

2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatis

seborik, prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang

berulang, dan kelitis angularis,

3. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir,

4. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis.

2.1.6.3 Tingkat Klinis 3 (Menengah).

Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala dan

aktivitas mulai terganggu.

1. Penurunan berat badan bersifat berat lebih dari 10%,

2. Diare kronik lebih dari satu bulan, tanpa diketahui sebabnya,

3. Demam yang tidak diketahui penyebabnya selama lebih dari

satu bulan, hilang timbul maupun secara terus menerus,

4. Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia),

5. Tuberkulosis paru setahun terakhir, Kandidiasis mulut,

6. Infeksi bakterial berat, misalnya pneumoni dan meningitis.

2.1.6.4 Stadium 4.

Pada stadium ini pasien sudah memasuki tahap kronis.

1. HIV wasting syndrome, keadaan sangat kurus disertai demam

kronis dan diare kronis,


11

2. Toxoplasmosis atau abses diotak,

3. Septikema berulang, termasuk salmonella non tifoid,

4. Ensefalopati HIV,

5. Sarkoma kaposi dan Limfoma B non Hodgkin,

6. Ca serviks invasive.

2.1.7 Pemeriksaan Fisik.

Pemeriksaan fisik HIV/AIDS dilakukan untuk mencari adanya

tanda infeksi oportunistik dan tanda-tanda umum lainnya seperti:14

1. Wajah: tampak pucat dan sianosis,

2. Kulit: terdapat rush, steven jhonson,

3. Mata: merah, ikterik, gangguan penglihatan,

4. Rongga mulut: kandidiasis,

5. Abdomen: asites, distensi abdomen, pembesaran hepar,

6. Leher: pembesaran KGB.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.

1. Pemeriksaan Antigen P24.

Salah satu cara pemeriksaan langsung untuk mendiagnosis

HIV adalah pemeriksaan antigen P24 yang ditemukan pada serum,

plasma, dan cairan serebrospinal. Kadarnya meningkat pada saat

awal infeksi dan beberapa saat penderita belum memasuki stadium

AIDS. Oleh karena itu pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai alat

monitoring terapi ARV (Antiretroviral). Pada penderita yang baru


12

terinfeksi HIV. Antigen P24 dapat positif hingga 45 hari setelah

infeksi.10

2. Pemeriksaan kultur HIV.

HIV dapat dikultur dari cairan plasma, serum, peripheral

blood monokulear cells (PBMCs), cairan serebrospinal, saliva,

semen, lendir serviks, serta ASI. Kultur HIV biasanya tumbuh dalam

21 hari. Pada saat ini kultur hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian, karena nilai diagnostiknya telah digantikan oleh

pemeriksaan HIV-RNA yang lebih mudah, murah, dan lebih

sensitive.10

3. HIV-RNA.

Jumlah HIV-RNA atau sering disebut juga ‘viral load’ adalah

pemeriksaan yang menggunakan teknologi PCR untuk mengetahui

jumlah HIV dalam darah. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan

yang sangat penting untuk mengetahui dinamika HIV dalam tubuh.10

4. Tes CD4.

Tes CD4 dilakukan untuk membantu menentukan mulainya

terapi ARV. Perkembangan penyakit akan semakin cepat apabila

terapi ARV dimulai pada saat CD4 <200/mm3 dibandingkan bila

terapi dimulai pada CD4 diatas jumlah tersebut. Apabila tersedia

sarana tes CD4 maka terapi ARV sebaiknya dimulai sebelum CD4

kurang dari 200/mm3. Waktu yang paling optimun untuk memulai

terapi ARV pada tingkat CD4 antara 200350/mm3 masih belum


13

diketahui, dan pasien dengan jumlah CD4 tersebut perlu pemantauan

teratur secara klinis maupun imunologis.13.11

5. Pemeriksaan antibodi.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti

apakah seseorang terinfeksi HIV sangatlah penting, karena pada

infeksi HIV gejala klinisnya baru terlihat setelah bertahun-tahun

lamanya.

Terdapat beberapa jenis pemeriksaan laboratorium untuk

memastikan diagnosis HIV. Secara garis besar dapat dibagi menjadi

pemeriksaan serologik yaitu untuk mendeteksi adanya antibodi

terhadap HIV dan pemeriksaan adanya virus HIV dalam tubuh dapat

dilakukan dengan isolasi dan biakan virus, deteksi antigen, dan

deteksi genetik dalam darah pasien.

Pemeriksaan yang lebih mudah dilaksanakan adalah

pemeriksaan terhadap antibodi HIV. Sebagai penyaring biasanya

digunakan teknik ELISA (enzyme linked immunosorbent assay),

agultinasi atau dot-blot immunobinding assay. Dan metode yang

biasa dilakukan di Indonesia adalah metode ELISA.

Hal yang perlu diperhatikan dalam tes antibodi HIV yaitu

adanya masa jendela. Masa jendela adalah waktu sejak tubuh

terinfeksi HIV sampai mulai timbulnya antibodi yang dapat dideteksi

dengan pemeriksaan. Antibodi mulai terbentuk pada 4-8 minggu

setelah infeksi. Jadi jika pada masa ini hasil tes HIV pada seseorang
14

yang sebenarnya sudah terinfeksi HIV dapat memberikan hasil yang

negative. Untuk itu jika kecurigaan akan adanya resiko terinfeksi

cukup tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan tiga bulan kemudian.10

2.1.9 Diagnosa HIV.

Diagnosis HIV ditegakkan dengan kombinasi antara gejala klinis

dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis laboratorim HIV dapat dengan

cara deteksi langsung virus HIV atau bagian-bagian dari virus HIV,

misalnya dengan pemeriksaan antigen P24, PCR HIV-RNA atau kultur

virus, atau dengan cara tidak langsung yaitu dengan deteksi respon imun

terhadap infeksi HIV atau konsikuensi klinis dari infeksi HIV.

Pemeriksaan tidak langsung lebih sering dipergunakan karena lebih

murah dan mudah dari pada pemeriksaan langsung.10.11

Kriteria diagnostik HIV/AIDS juga dapat ditegakkan bila

ditemukan dua tanda mayor dan satu minor tanpa penyebab lain yaitu:10

1. Tanda Mayor.

Adapun kriteria mayor di bawah ini sebagai berikut:10

a) Penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula,

b) Diare kronik lebih dari 1 bulan,

c) Demam menetap lebih dari 1 bulan intermitten dan konstan,

2. Tanda Minor.

Adapun kriteria minor di bawah ini sebagai berikut:10

a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan,

b) Dermatitis generalisata,
15

c) Herpes zoster rekuren,

d) Infeksi herpes simpleks virus kronik progresif disseminata.

2.1.10 Pengobatan.

Bila dahulu pengobatan HIV/AIDS sangat tidak memberikan

banyak harapan, pada waktu sekarang sudah dapat memberikan harapan

khusunya pada penderita HIV dan awal tingkat klinis AIDS. Semua

infeksi oportunistik pada penderita AIDS umumnya diobati terutama bila

dimulai sedini mungkin.

Beberapa penelitian terakhir membuktikan bahwa obat-obatan

anti virus yaitu Indinavir, Retrovir dan Lamivudin yang diberikan

sebagai kombinasi yang dapat meningkatkan CD4 dan menghilangkan

HIV pada 24/26 sampai ditingkat ummeasurable genes of HIV. Obat-

obatan yang sedang diteliti adalah Antisense therapy, Gene therapy

dengan penghambat HIV yang ditunjukkan ke CD4 dan sel induk.

Di RSCM Jakarta, pengobatan HIV/AIDS dilakukan oleh

POKDISUS RSCM, obat yang digunakan ialah kombinasi 3 obat

antiretroviral yaitu Zidovudin (AZT) Dosis: 500-600 mg sehari per os,

Lamivudin (3CT) Dosis: 150 mg sehari per os, Neviramin Dosis: 200 mg

sehari selama 14 hari kemudian 2x200mg sehari.15


16

2.1.11 Pencegahan

Tindakan Pencegahan yang perlu dilakukan adalah:13

1. Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui

menderita AIDS dan orang yang sering menggunakan alat bius

secara intravena,

2. Menghindari hubungan seksual dengan orang yang mempunyai

banyak teman kencan seksual, karena hal ini kemungkinan lebih

besar mendapat AIDS,

3. Gunakan kondom untuk melakukan keinginan seks secara nyaman,

di samping mencegah resiko terinfeksi HIV, kondom juga sukses

dalam pencegahan penyakit menular seksual lainnya. Sebelum

melakukan hubungan seksual dengan seseorang, sebaiknya

melakukan tes HIV terlebih dahulu,

4. Mencegah pemakaian jarum suntik yang sama diantara pengguna

jarum suntik,

5. Membersihkan alat suntik dengan pembersih atau mengganti alat

suntik (sekali pakai),

6. Pastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar

HIV,

7. Jika anda mengidap HIV (+) jangan mendonorkan darah anda kepada

orang lain,

8. Pencegahan penularan melalui ibu-anak (perinatal).


17

2.1.12 Komplikasi.

Apabila sudah masuk ketahap kronis maka HIV/AIDS akan

menyebabkan komplikasi sebagai berikut:14

1. Penyakit kulit dan mulut,

2. Penyakit gastrointestinal,

3. Penyakit hepatobilier,

4. Penyakit paru,

5. Penyakit sistem saraf atau mata,

6. Kematian.

2.1.13 Prognosis.

Sepuluh tahun setelah infeksi HIV 50% penderita akan

mengalami AIDS. Bila tidak diatasi dengan segera maka prognosisnya

buruk, karena HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan akan

menimbulkan destruktif sel tersebut, akibatnya banyak sekali penyakit

yang dapat menyertai dengan pemberian ARV sedini mungkin ternyata

perjalanan penyakit bisa memanjang.13

2.2 Tahap Perkembangan Remaja.

Pada masa pra-remaja, mereka sudah mulai senang mencari informasi

tentang seks dan mitos seks, baik dari teman sekolah, keluarga atau dari

sumber lain, berbeda dengan masa praremaja, remaja sudah mulai mencoba

melakukan onani pada masa remaja awal karena sering kali teransang secara

seksual akibat pematangan yang dialami. Sedangkan pada remaja menengah,

remaja sudah mengalami mimpi basah (bagian laki-laki) dan haid (bagi
18

perempuan). Haid yang pertama terjadi antara 10-16 tahun, tetapi rata-rata

12,5 tahun dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan

umum. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari dan

lama haid biasanya berkisar 7-8 hari. Pada masa ini mereka mempunyai

kecendrungan kesempatan untuk melakukan sentuhan fisik, seperti hubungan

seksual, dan pada masa ini para remaja sudah mengalami perkembangan fisik

seperti orang dewasa.16

2.3 Pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan adalah:15

2.3.1 Pengertian.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah

melalui proses pengindraan terhadap suatu objek tertentu dan

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

pembentukan tindakan seseorang.

2.3.2 Tingkat Pengetahuan.

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori

yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang

dihadapinya. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda, ada 6 tingkat pengertian

antara lain yaitu:15


19

1. Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai recall atau meningkat kembali

memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

diukur dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension).

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang

diketahui sebelumnya.

3. Aplikasi (application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

atau mengaplikasikan materi yang diketahui tersebut pada situasi

yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis).

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai

pada tingkat analisa adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan atau memisahkan, mengelompokkan serta mampu

membuat bagian tentang objek tersebut.


20

5. Sintesis (synthesis).

Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang dalam

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Dengan kata lain, sinsetis adalah suatu kemampuan untuk membuat

atau meringkas tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar

dengan kata-kata atau kalimat sendiri.

6. Evaluasi (evaluation).

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian suatu objek tertentu. Penilaian-penilaian

tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri

ataupun sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.3.3 Cara Memperoleh Pengetahuan.

Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi

dua, yakni:15

2.3.3.1 Cara Tradisional atau Non- Ilmiah.

Dimana individu memperoleh pengetahuan tanpa melalui

penelitian ilmiah. Cara-cara penemuan pada periode ini antara

lain:15

1. Cara coba salah (trial and error).

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan

apabila kemungkinan tersebut berhasil, dicoba dengan

kemungkinan lainnya sampai masalah tersebut selesai.


21

2. Cara kekuasaan atau otoritas.

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada pemegang

kekuasaan, yakni orang yang mempunyai wibawa, baik

tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama

maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuan, tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik

bersifat fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.

Hal ini disebabkan karena faktor yang menerima pendapat

tersebut menganggap bahwa yang dikemukakannya adalah

sudah benar.

3. Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi

pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.

4. Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan

kebudayaan, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Hal

ini terbukti bahwa manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuan, baik melalui

induksi maupun deduksi.


22

2.3.3.2 Cara Modern atau Ilmiah.

Pada metode ini, tiap individu dapat memperoleh

pengetahuan secara sistematis, logis dan ilmiah. Pengetahuan

tersebut didapatkan dari peneliatian.

2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengarui Pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:15

1. Umur.

Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin

bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan.

2. Tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar pendidikan.

Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang rasional

terhadap informasi yang datang dari luar dan mereka akan berfikir

sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari

gagasan tersebut.

3. Pengalaman.

Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh

dari berbagai pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.
23

4. Sumber informasi.

Sumber informasi dapat diperoleh dari media cetak maupun

elektronik, seperti televisi, radio, koran maupun buku. Seseorang

yang sering terpapar media massa akan memperoleh informasi lebih

banyak, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya.

5. Sosial budaya.

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan

saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Dari interaksi

tersebut akan diperoleh berbagai informasi yang dapat meningkatkan

pengetahuan.

2.4 Sikap.

Menurut Lindsay yang dikutip oleh Notoatmojo (2007), sikap adalah

kecenderungan untuk merespon dengan cara yang secara umum

menguntungkan atau tidak menguntungkan sehubungan dengan objek sikap.

Sedangkan menurut Notoatmojo (2007), sikap merupakan respon atau reaksi

yang masih tertutup oleh seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb (salah seorang dari ahli

hjn psikologis sosial) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Kata “sikap” didefinisikan dalam

kerangka psikologi sosial sebagai subjektif atau persiapan mental untuk


24

tindakan. Ini mendefenisikan bagian luar dan tampilan dari bentuk serta

keyakinan manusia. Sikap menentukan apa yang akan individu lihat, dengar,

pikir, serta lakukan.16

Menurut Kreitner dan Kinicki yang dikutip dalam jurnal pendidikan

dan pendidikan (2009), ada tiga komponen sikap, yaitu afektif (perasaan atau

emosi memiliki sekitar satu obyek atau situasi), kognitif (kepercayaan atau

gagasan seseorang tentang objek atau situasi), perilaku (komponen perilaku

dari sikap mencerminkan bagaimana seseorang bermaksud untuk bertindak

atau bersikap terhadap seseorang atau sesuatu).18


25

2.5 Kerangka Teori

Pengetahuan
- Umur
- Tingkat pendidikan
- Pergaulan
- Sumber informasi
- Sosial budaya

Sikap
- Peduli
- Tidak Peduli

Faktor Resiko
- Heteroseksual
- Homo-Biseksual
- Genetik (Penularan dari Ibu
Hamil ke Bayi)
- Gonta-ganti pasangan seksual
- Pecandu Narkoba
Pencegahan
HIV/AIDS
Pergaulan
- Pergaulan Bebas
- Seks Bebas

Informasi yang mempengaruhi HIV


- Lingkungan sekitar
- Teman Sekolah
- Media Sosial
- Internet
- Film

Sosial Budaya
- Agama
- Suku
- Pengaruh Budaya Luar

Gambar 2.1 Kerangka Teori


26

2.6 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan
Pencegahan
HIV/AIDS
Sikap

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap siswa

SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh dengan pencegahan

HIV/AIDS.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.

Lokasi dan waktu penelitian ini adalah:

3.2.1 Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 4 DKI

Jakarta Banda Aceh.

3.2.2 Waktu Penelitian.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan

bulan Juni tahun 2016.

3.3 Rancangan Penelitian.

Rancangan dalam penelitian ini menggunakan rancangan analitik

cross sectiona study.

27
28

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Populasi

1) Populasi dalam penelitian ini adalah siswa atau siswi SMA Negeri 4

DKI Jakarta Banda Aceh.

2) Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa atau siswi kelas X di SMA

Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh yang berjumlah 253.

3) Keterkaitan dalam penelitian ini adalah siswa atau siswi kelas X.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebahagian dari siswa/siswi kelas X

SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh dengan pengambilan sampel

disesuaikan dengan rumus Slovin yaitu sebagai berikut:19

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang

diinginkan.

Jadi, berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan

diambil dalam penelitian ini adalah:


28

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑2 )

253
𝑛=
1 + 253(0.12 )

253
𝑛=
1 + 253(0.01)

185
𝑛=
1 + 2,53

253
𝑛=
3,53

𝑛 = 71.671 digenapkan menjadi 72 orang responden.

Jadi jumlah sampel pada penelitian ini adalah berjumlah 72

orang. Sampel tersebut didapatkan pada siswa atau siswi kelas X SMA

Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh yang memenuhi kriteria eksklusi dan

inklusi. Adapun kriteria eksklusi dan inklusi dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat

dimasukkan dan layak untuk diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah:

a. Siswa/siswi kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh.

b. Siswa/siswi kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh

yang bersedia menjadi respoden dan hadir pada saat dilakukan

penelitian ini.
28

2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak dapat

dimasukkan dalam subjek penelitian. Kriteia eksklusi dalam

penelitian ini adalah:

a. Siswa/siswi kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakata Banda Aceh

yang tidak hadir pada saat dilakukan penelitian

b. Siswa/siswi yang bukan kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta

Banda Aceh.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada dua yaitu variabel dependen dan

independen.

1. Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas, Variabel dependen pada

penelitian ini adalah pencegahan HIV/AIDS.

2. Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap.


28

3.6 Definisi Operasional

Untuk lebih memudahkan memahami pengertian dari variabel-variabel

dalam penelitian ini, maka variabel-variabel tersebut akan dijelaskan dalam

definisi operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Cara Alat Hasil Skala


No Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Dependen

1 Upaya Pencegahan Menyebar Kuesioner -Baik Ordinal


pencegahan merupakan proses, kan (>55-
HIV/AIDS cara, tindakan Kuesioner 100%)
mencegah atau -Kurang
tindakan menahan (10-
agar sesuatu tidak 55%)
terjadi.
Variabel Independen

2 Pengetahuan Pengetahuan Menyebar Kuesioner -Baik Ordinal


merupakan hasil kan (>55-
dari tahu yang Kuesioner 100%)
terjadi setelah -Kurang
melalui proses (10-
pengindraan 55%)
terhadap suatu
objek.
3 Sikap Sikap merupakan Menyebar Kuesioner -Baik Ordinal
respon atau reaksi kan (55-
yang masih Kuesioner 100%)
tertutup oleh -Kurang
seseorang terhadap (10-
suatu objek. 55%)
28

BAB 1V

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Data Responden Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 terhadap siswa

kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh terhadap 72 responden, aspek

yang dinilai yaitu hubungan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan

HIV/AIDS pada siswa kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden menggunakan

kuesioner sebanyak 25 pertanyaan. Karakteristik data responden dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik data Responden SMA N 4 DKI Jakarta Banda


Aceh

n (%)
Variabel
Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki 24 (33,3)
b. Perempuan 48 (66,7)
Kelas Responden
a. X-IPA 36 (50)
b. X-IPS 36 (50)

Pada tabel 4.1 di atas dijumpai bahwa sebagian besar responden pada

penelitian ini adalah perempuan yaitu 48 (66,7%) orang, dan sisanya Laki-laki

sebanyak 24 (33,3%) orang. Jumlah sampel pada masing-masing jurusan baik

IPA maupun IPS adalah 36 (50%) orang.


28

4.2 Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pencegahan Terhadap HIV/AIDS

Hasil pengelolaan data pada variabel pengetahuan, dan sikap terhadap

pencegahan HIV/AIDS mendapatkan jumlah masing-masing dalam kategori

seperti berikut:

Tabel 4.2 : distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dan sikap Terhadap

pencegahan terhadap HIV/AIDS

n (%)
Variabel
Pengetahuan HIV/AIDS
-Baik 42 (58,3)
-Kurang 30 (41,7)

Sikap HIV/AIDS
-Baik 44 (61,1)
-Kurang 28 (38,9)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas didapatkan Sebanyak 42 (58,3%)

responden termasuk dalam kategori pengetahuan yang baik dan sisanya

termasuk dalam kategori pengetahuan kurang baik.

Berdasarkan tabel diatas juga didapatkan dari 72 responden sebanyak

44 (61,1%) responden yang termasuk dalam kategori dengan sikap baik dan

sisanya termasuk dalam kategori yang bersikap kurang baik


28

4.3 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Terhadap Pencegahan HIV/AIDS

Hubungan pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan

HIV/AIDS dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Hubungan pengetahuan dengan sikap Terhadap pencegahan

HIV

Pengetahuan Sikap

Baik Kurang Jumlah % P


N % N % Value
Baik 31 73,8 11 26,2 42 58,3
Kurang 13 43,3 17 56,7 30 41,7 0,018
Total 44 28 72 100

Berdasarkan data tabel 4.3 diatas, dapat diketahui sebanyak 42 (58,3%)

responden memiliki pengetahuan baik sisanya memiliki pengetahuan yang

kurang baik, dan dari 42 (58,3%) responden yang berpengetahuan baik

terdapat 31 (73,8%) responden yang bersikap baik terhadap pencegahan

HIV/AIDS dan sisanya bersikap kurang baik terhadap pencegahan HIV.

Sedangkan dari 30 (41,7%) responden yang berpengetahuan kurang baik

terdapat 13 (43,3%) responden yang bersikap baik terhadap pencegahan

HIV/AIDS dan sisanya bersikap kurang baik. Berdasarkan hasil uji statistik

dengan metode pearson chi square diperoleh p value=0,018 artinya nilai p

value lebih kecil dari nilai a= 0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipotesa kerja (Ha) diterima, dimana orang yang berpengetahuan baik, maka

lebih cenderung bersikap yang baik pula.


28

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Acquired immudodeficiency syndrome (AIDS) atau sindrome

kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang

mengenai seluruh organ tubuh sesudah sistem kekebalan dirusak oleh virus

HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita HIV/AIDS mudah terkena

berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat

oportunistik. Selain itu penderita HIV/AIDS sering sekali menderita

keganasan, khususnya sarkoma Kaposi dan limfoma yang hanya menyerang

otak.4

Setelah dilakukan penghitungan diketahui jumlah populasi pada siswa

kelas X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh berjumlah 253 siswa, maka

didapati besar sampel sebanyak 72 siswa, dengan jumlah siswi perempuan

sebanyak 48 (66,7%) responden, dan sisanya siswa laki-laki. Di mana masing-

masing jurusan memiliki 36 (50%) responden baik kelas IPA maupun IPS.

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan terhadap responden menggunakan

kuesioner yang telah diuji validitas sebanyak 25 pertanyaan, dengan skor

masing-masing yaitu pengetahuan sebanyak >55-100% termasuk dalam

kategori baik, dan <10-55% kategori kurang baik. Sikap >55-100% baik, dan

<10-55% kurang baik.


28

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.2 dijumpai sebanyak 42

(58,3%) siswa yang berpengetahuan baik, dan sisanya berpengetahuan kurang

baik, dari hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan siswa tentang

HIV/AIDS termasuk dalam kategori baik dengan skor 58,3% (>55%), Hal ini

disebabkan karena banyaknya sumber informasi berupa majalah, internet,

penyuluhan, maupun sumber dari sekolah yang telah membahas tentang

bahaya HIV/AIDS. Hasil ini sejalan dengan penelitian Chibita Irsyad yang

juga mendapatkan hasil pengetahuan baik lebih tinggi yaitu (69,1%) dari pada

pengetahuan yang kurang baik yaitu sebanyak (30,9%).20

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.2 dijumpai bahwa 44

(61,1%) siswa bersikap baik, dan sisanya bersikap kurang baik, dari hasil

penelitian ini menunjukkan sikap siswa terhadap HIV/AIDS termasuk dalam

kategori baik dengan skor 61,1% (>55%), hal ini bisa disebabkan karena

adanya kebudayaan, norma, kultur serta keagamaan yang membentuk perilaku

seseorang menjadi lebih baik lagi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Suharno.

R.EGA yang mendapatkan hasil siswa yang bersikap baik (71,0%) sisanya

buruk sebanyak (29,0%).21

Dari tabel 4.3 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS pada siswa kelas

X SMA N 4 DKI Jakarta Banda Aceh (p-value 0,018 dan < a = 00,5 ). Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Dwi Teguh Irawan (2013) yang menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan perawat dengan

perilaku pencegahan penularan dari klien HIV/AIDS di ruang Melati 1 RSUD


28

Dr, Moerwardi Surakarta dengan nilai p-value=0,035, begitu juga dengan hasil

penelitian Juliaska et al (2011) p-value=0,002, fadhali et al. (2012) p-

value=0,002 dan sofwan (2012) p-value=0,000 yang juga menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku

terhadap pencegahan HIV/AIDS dengan nilai p-value yang berbeda-beda. Hal

ini dapat juga terjadi karena responden memiliki pengetahuan yang baik

tentang HIV/AIDS.22

Berdasarkan distribusi tabel hubungan pengetahuan dan sikap

terhadap pencegahan HIV/AIDS diatas terlihat bahwa yang berpengetahuan

baik akan cenderung berperilaku yang baik , dimana orang yang

berpengetahuan baik maka 1,5 kali akan berperilaku yang baik pula. Hasil

berbanding lurus ini juga sama dengan hasil penelitian Yahdi Wanda (2012)

yang mendapat hasil sebesar 67,4% antara pengetahuan yang baik dengan

perilaku pencegahan yang baik. Hasil penelitian ini diperkuat oleh teori Bloom

dalam Notoadmojo (2007) yang menyebutkan bahwa pengetahuan yang baik

merupakan salah satu dominan untuk membentuk perilaku yang baik pula,dan

begitu juga sebaliknya22

Menurut Notoadmojo pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti sumber informasi , faktor pendidikan serta faktor lingkungan.

Semakin banyak orang mendapat informasi baik dari lingkungan sekolah,

keluarga, tetangga, dari petugas kesehatan maupun media akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang untuk lebih baik, faktor kultur budaya dan

pengalaman juga mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan seseorang


28

karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya

yang ada dan agama yang dianutnya, dan semakin luas pengetahuan yang

dimilikinya.23

Sikap merupakan suatu respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat akan

tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.23

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap seperti

kebudayaan, pengalaman pribadi, media massa dan lingkungan sekitar.

Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap.

Apabila seseorang hidup dalam budaya yang mempunyai norma yang terbuka

bagi pergaulan heteroseksual. Sangat mungkin dirinya mempunyai sikap yang

mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Sementara

itu media massa mempunyai peranan dalam pembentukan opini dan

kepercayaan seseorang. Sikap juga akan mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional dalam

situasi yang melibatkan emosi penghayatan, pengalaman akan lebih

mendalam, dan lebih lama membekas. Pengaruh orang lain disekitar me

rupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap.23


28

Adapun Keterbatasan dalam penelitian ini adalah menggunakan

rancangan cross sectional yang mana variabel dalam penelitian ini hanya

dilihat dalam sekali waktu dibandingkan dengan rancangan case control atau

cohort yang menilai variabel secara bekesinambungan. Sampel yang

didapatkan berjumlah sedikit, waktu yang terbatas dan metode yang

digunakan sederhana. Untuk variabel pengetahuan, sikap dan pencegahan

peneliti hanya menyebarkan kuesioner kepada responden dan tidak melakukan

analisis kategori perkelas sehingga tidak dapat dinilai dengan sempurna.23


28

BAB V1

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan Penelitian

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa adanya hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV/AIDS pada siswa kelas

X SMA Negeri 4 DKI Jakarta Banda Aceh.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan siswa/i terhadap HIV/AIDS

termasuk dalam kategori baik yaitu 58,3% dan sisanya kurang baik.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan sikap siswa/siswi terhadap HIV/AIDS

termasuk dalam kategori baik yaitu 61,1% dan sisanya kurang baik.

6.2 Saran Penelitian

Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut beberapa saran dan

rekomendasi yang dapat diajukan antara lain sebagai berikut:

1. Diharapkan pada instansi dan lembaga yang terkait HIV/AIDS lebih

gencar melakukan penyuluhan tentang bahaya, cara penularan, dan

pencegahan HIV/AIDS agar terhindar dari penyakit menular tersebut.

2. Untuk penelitian tentang HIV/AIDS selanjutnya diharapkan agar

melakukan penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.


28

Daftar Pustaka

1. Irianto, Koes. 2014. Biologi Reproduksi. Bandung: Alfabeta. Hal:190.

2. Angka Kejadian HIV/AIDS Aceh. 2014. Dibuka pada website:


http://aceh.prevalensi-hiv/aids.com/2014/12/02/hivaids-di-aceh-capai-303-
kasus

3. Suharno, R.EGA, 2011. Gambaran Pengetahuan SISWA SMA 2 Banda


Aceh Dengan Kesehatan Reproduksi Dalam Upaya Pencegahan
HIV/AIDS. Banda Aceh: Skripsi kedokteran Universitas Syah Kuala Banda
Aceh

4. Candra Rukmana dan Kristina Nadeak, Tingkat Pengetahuan Pelajar SMA


Harapan-1 Medan Tentang Seks Bebas Dengan Resiko HIV/AIDS. E-
Jurnal Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Volume 1, 2013. DIbuka
padawebsite:http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewartic
le&article=51340

5. Deslilianty Sari, Gambaran Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Mengenai


HIV/IDS Pada Mahasiswa Program Study Pendidikan Dokter Universitas
Tanjungpura. Jurnal Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak 2011.
DiBuka pada website: http://ebookinga.com/pdf/jurnal-pengetahuan-
tentang-hiv-aids

6. UNICEF, 2012. Prevalensi remaja HIV. 2012. Dibuka pada


website:http://www.dw.com/id/unicef-remaja-rentan-hiv/a-17261987.

7. Sudikno dan Bona Simanungkalit, Pengetahuan HIV dan AIDS Pada


Remaja DI INDONESIA. E-Journal Volume 1 NO 3, Agustus 2011: 145-
154 http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/view/1390

8. Elly Nurrchman, Faktor Pencegahan HIV/AIDS Akibat Perilaku Beresiko


Tertular Pada Siswa SLTP. E-journal Volume 2, Desember 2009: 63-68.
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/360/356
28

9. Dinas kesehatan propinsi Riau, 2011. Profil Kesehatan Propinsi Riau


tahun 2011.

10. Mansyur, Arif. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi Ke 4
Jakarta: Interna Publishing. Hal: 887-913.

11. Irrianto, koes. 2014. Epidemiologi penyakit menular seksual dan tidak
menular panduan klinis. Bandung: Alfabeta.

12. Tuti Susilowati, Faktor-Faktor Yang berpengaruh terhadap kejadian


HIV/AIDS Di Semarang dan sekitarnya. Jurnal development of AIDS,
Semarang.

13. Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi ke-6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Hal:426-430.

14. Mansjoer, Arif DKK, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Ke-2 Edisi
Ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

15. Pedoman Nasional, 2007. Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV/AIDS


Pada Orang Dewasa Dan Remaja Edisi kedua. Jakarta: Departemen
Kesehatan Repoublik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2007.

16. Duarsa NW. 2010. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya.


Terbitan Ke-3. CV. Sagung Seto. Jakarta. Hal:151.

17. Notoadmodjo, S. 2010. ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Hal: 27,29,33,79,90.

18. Sastroasmoro, Sudigdo. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis

Edisi ke-4 Jakarta: Sagung Seto

19. Dorland, W.A Newman. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.

2011. HAL: 160&239

20. Dwi Teguh Irawan , Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan

Pencegahan Human Immunodeficiency syndrom pada Pemakai Narkoba


28

DI Lapas Kelas 11A Banda Aceh. Banda Aceh: Skripsi Kedokteran

Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

21. Yahdi Wanda, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mahasiswa Angkatan

2011 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Tentang HIV. Banda

Aceh: Skripsi Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

22. Yani Wulandari, Intan Silviana Mustikawati, Hubungan Pengetahuan

Tentang HIV/AIDS dengan Perilaku Pencegahan Beresiko HIV/AIDS pada

Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

Jakarta: Universitas Esa Unggul Jakarta.

23. Chibita Irsyad, Noor Alis Setiyadi, Hubungan Antara Pengetahuan dan

Sikap dengan Perilaku Pencegahan HIV/AIDS pada Remaja Komunitas

Anak Jalanan di Kabupaten Kudus. Kudus: Skripsi Prodi Kesehatan

Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai