Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Oleh:
Lia Kurniati
16174253

Pembimbing:
dr. Samson Sembiring, Sp.B

BAGIAN SMF BEDAH RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH


UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada umumnya sering
menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari
hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah
kesehatan dan pada umumnya pada pria1.
Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada beberapa bagian tubuhnya, antara lain di
pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat rongga dada, dan perut (disebut diafragma) serta
bagian-bagian lainnya. Yang umum terlihat langsung adalah hernia pada umbilikus atau
pusar, serta pada pelipatan paha karena dapat langsung ke kantung buah pelir.
Hernia ingunal indirek merupakan hernia yang paling sering ditemukan yaitu sekitar
50% sedangkan hernia ingunal direk 25% dan hernia femoralis sekitar 15%. Di Amerika
Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan 2% penduduk wanita menderita hernia
inguinal didalam hidupnya, dengan hernia inguinal indirek yang sering terjadi1.
Insidens hernia inguinal pada bayi dan anak-anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan
terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian hernia
bilateral pada anak perempuan dibanding laki-laki sama (10%) 2.
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital maupun didapat. Pada anak-anak
atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk
menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya faktor
pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk kronik, asites, riwayat
keluarga, dll1.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu tindakan konservatif dan operatif.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyanggah atau penunjang untuk mempertahankan isi herniayang telah direposisi.
Sedangkan prinsip dasar operasi hernia pada anak adalah herniotomi3.

2
HERNIA

Definisi
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1,2,3,4
Hernia adalah proporsi abdnormal organ jaringan atau bagian organ melalui stuktur
yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen
sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen konginental atau didapat.
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari tempatnya yang
normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat ( Barbara C Long, Hal 246).
Hernia Inguinalis adalah visera menonjol ke dalam kanal inguinal pada titik di mana tali
spermatik muncul pada pria,dan di sekitar ligamen wanita.
Hernia Inguinalis Indirek disebut hernia Inguinalis Lateralis yaitu hernia yang keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh
epigastrik inferior, kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis.
Hernia Skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui anulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia
masuk dari anulus ke dalam kanalis dan jika panjang menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternum dan sampai ke skrotum.
Hernia Umbilikalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusat Jadi dapat
disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan dari isi perut dalam rongga abnormal melalui
lubang yang kongenital ataupun didapat.

3
Anatomi dan Fisiologi
Gambar 1
Anatomi Sistem Pencernaan

4
Gambar 2
Anatomi Usus

a. Usus halus ( Intestinum Minor)


Adalah sebagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pylorus dan
berakhir pada seikum, panjangnya kurang lebih 6 meter. Lapisan usus halus terdiri dari:
Lapisa mukosa ( sebelah dalam), lapisan otot memanjang (m. Longitudinal) dan lapisan
serosa sebelah luar). Intestinum minor terdiri dari :
1) Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang ±25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada lengkungan ini
terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membuktikan
disebut papila vateri. Pada papila veteri ini bermuara saluran empedu (duktus koledukus )
dan saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).

5
2) Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum
dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 – 5 meter. Lekukan yeyenum dan
ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan
masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke
ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara
yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan
dengan seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama orifisium ileoseikalis,
orifisium ini diperkuat dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula
seikalis atau valvula baukini. Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas, melalui
lipatan mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan ini dibentuk
oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar permukaan usus. Pada penampangan
melintang vili dilapisi oleh epiel dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon
jaringan dan enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
a. Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari dalam keluar
selaput lendir, lapisan otot melingkar,lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan
usus besar terdiri dari :
1). Seikum
Dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga
disebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
2). Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum
kebawah hati. Di bawah hati membengkak ke kiri, lengkungan ini disebut Fleksura
hepatika, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
3). Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum. Mempunyai pintu
keluar yang sempit tapi masih memungkinkan masih dapat di lewati oleh beberapa isi
usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga
pelvis minor terletak horizontal di belakang seikum.

6
4). Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di
bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat
fleksura linealis.
5). Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari atas ke bawah
dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
6). Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah
kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya berhubung dengan rectum.

Fisologi
a. Usus Halus
Fungsi usus halus adalah mengangkut kimus dari lambung ke usus besar
menyelesaikan pencernaan dengan enzim yang berasal dari dinding dan kelenjar
lain,menyerap hasil akhir pencernaan kedalam darah dan limfe, dan mengerahkan hormon
tertentu. Agar dapat melaksanakan semua itu, usus halus harus mempeluas permukaan
mukosanya, antara lain dengan plica sirkularis kerckring, vitus dan kriptus mikrovili. Bahkan
makanan yang ada didalam lumen usus halus mendapat tambahan sekret dari banyak kelenjar
yaitu kelejar intestinal atau kriptus, lieberkuhn, kelenjar submokosa dari duodenum. Kelenjar
yang letaknya di luar saluran cerna, tetapi menyalurkan sekretnya ke dalam lumen duodenum,
yaitu hati ( hepar) dan pankreas. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum) yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam
duodenum melalui springter pylorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika
penuh duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkat zat-zat yang diserap ke
hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir( yang melumasi isi usus) dan air (
yang membantu melarutkan pencahan-pencahan makanan yang di cerna). Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
b. Usus Besar
Salah satu fungsi usus besar adalah mengabsorbsi cairan. Fungsi lain adalah
mensekresi mucus ( lendir) yang berfungsi sebagai pelumas. Pelumas ini menjadi lebih

7
penting karena cairan di absorbsi dan feses menjadi lebih keras sehingga kemungkinan
merusak mukosa menjadi lebih besar. Usus besar terdiri dari:
a. kolon asendens ( kanan)
b. kolon transversum
c. kolon desendens ( kiri)
d. kolon sigmoid ( berhubungan dengan rektum)

Banyak bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi membuat zat-zat penting
seperti vitamin k, bakteri ini penting untuk fungsional dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotikmbisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air dan terjadi diare.
Beberapa sifat khas otot polos pada usus adalah sebagai berikut:
1). Sensitium fungsional, yang berarti bahwa potensial aksi yang berasal dari salah satu
serabut otot polos umumnya di hantarkan dari serabut ke serabut.
2). Kontraksi otot intestinalis, otot polos saluran pencernaan menunjukkan kontraksi
Kontraksi otot intestinalis, otot polos saluran pencernaan menunjukkan kontraksi tonik dan
kontraksi ritmik, kontraksi tonik bersifat kontinue. Springter pylorus, ileosekalis dan analis
semuanya membantu pergerakan makanan dalam usus. Kontraksi ritmik bertanggung jawab
akan fungsi fasik saluran pencernaan , seperti percampuran makanan atau dorongan
peristaltik makanan. Pleksus mieterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinalis
sedangkan pleksus submukosa penting dalam mengatur sekresi dan juga melakukan
melakukan banyak fungsi serosis, yang menerima isyarat terutama dari epitel usus dari
reseptor regangan dalam dinding usus. Jenis pergerakan pada saluran pancernaan :
(1) gerak mencampur yang membuat isi usus terus- menerus tercampur setiap saat dan
(2) garakan propulsive/mendorong yang menyebabkan makanan bergerak ke depan sepanjang
saluran pencernaan dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi

a. Dinding Perut Anatomi dari dinding perut dari luar ke dalam terdiri dari :1
1. Kutis
2. lemak subkutis
3. fasia skarpa
4. muskulus obligus eksterna
5. muskulus obligus abdominis interna
6. muskulus abdominis tranversal

8
7. fasia transversalis
8. lemak peritoneal
9. peritoneum.

Gambar 1. Anatomi abdomen


b. Regio inguinalis
1. Kanalis inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan
bagian yang terbuka dari fasia tranversus abdominis. Di medial bawah, diatas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis
m. Obligus eksternus. Atapnya ialah aponeurosis m.oblikus eksternus dan di dasarnya
terdapat ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, ligamentum rotundum
pada perempuan.4

9
2. Kanalis femoralis
Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal
dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis.
Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk
oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal
(ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia
femoralis.

Patofisiologi

Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan mendorong anulus


inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
karena yang didapat faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Lebih banyak pada laki- laki
dari pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada Anulus Internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga
perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis, kelemahan dinding perut
antara lain terjadi akibat kerusakan inguinalis. Tanda dan gejala klinis dapat ditentukan oleh

10
keadaan isi hernia, pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha
yang muncul pada saat bediri, batuk, bersin atau mengejan dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri biasanya dirasakan di epigastium atau para umbilical berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesrentium sewaktu, satu segmen usus halus masuk kedalam kantung
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarsesari karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis . Bila isi kantong hernia dapat di pindahkan ke rongga
abdomen dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia irredusibel dan hernia
inkarserta adalah hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi.
Nyeri akan terasa jika cincin hernia terjepit, jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi
transudat berupa cairan serosangoinus, ini adalah kedaruratan bedah karena usus terlepas,
usus ini cepat menjadi gangrene. Pada hernia redusibel dilakukan tindakan bedah elektif
karena ditakutkan ada komplikasi.

Klasifikasi
Klasifikasi Hernia Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:1,5
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara keseluruhan
(komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan indirek), hernia
umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.
2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.
3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen seperti
hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.
4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke
abdomen. Ini biasanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel yang sudah
mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi.
6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

11
Hernia inguinalis
Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi hernia.
Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.4,6
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak
berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.3,4
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara
lain:1,4
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan
asites,
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Defisiensi otot,
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya
usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n.ilioinguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi. Jika kantong hernia
inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.

12
Gambaran Klinis dan Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang
dijumpai kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau periumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual muntah baru timbul kalau terjadi inkaserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada saat inspeksi
saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateral muncul sebagai penonjolan di
regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas medial bawah. Kantong hernia yang kosong
dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi pada umumnya tanda ini susah ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum maupun ovarium. Dengan jari
telunjuk atau dengan jari kelingking, pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
cara mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah hernia ini dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masuk berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.
Kalau ujung jari menyentu hernia berarti hernia inguinalis lateralis, dan bagian sisi jari yang
menyentuhnya adalah hernia inguinalis medial.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat
direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan
ke kranial melalui anulus eksternus.
E. Manifestasi Klinik
1. Benjolan pada regio iunginale, di atas ligamentum inguinal, yang mengecil bila pasien
berbaring.
2. Bila pasien mengejan atau batuk, mengangkat berat, maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
3. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta sakit
diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Pada laki-laki isi henia dapat mengisi skrotum ( Sjamsuhidayat, 2004; Arif Mansjoer,
2000)..

13
Penatalaksanaan hernia inguinalis
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara
bimanual dimana tangan kiri memegang isi hernia dengan membentuk corong dan tangan
kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap
sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkaserasi sering terjadi pada umur kurang dari dua
tahun. Reposisi spontan lebihsering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi
dibanding orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karena cincin hernia pada anak-anak masih
elastis dibanding dewasa. Reposisi dilakukan dengan cara menidurkan anak dengan
pemberian sedativ dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak
akan dipersiapkan untuk operasi berikutnya. Jika reposisi tidak berhasil dalam waktu enam
jam maka harus dilakukan operasi sesegera mungkin.
Pemakaian bantalan atau penyangga hanya bertujuan agar menahan hernia yang sudah
direposisi dan tidak pernah menyembuh dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini
mempunyai komplikasi antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang
ditekan sedangkan strangulasi tentang mengacam. Pada anak-anak cara ini dapat
menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh
darah testis. Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Prinsip pengobatan hernia adalah herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, Kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik dalam
mencegah residif dibandingkan dengan herniotomi.
Dikenalnya berbagai metode hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis
internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia tranversa, dan menjahitkan
pertemuan m. tranversus abdominis internus dan m. internus abdominis yang dikenal dengan
cojoint tendon ke ligamentum inguinal poupart menurut metode basinni atau menjahit fasia
tranversa, m.tranversa abdominis, m.oblikus internus ke ligamentum cooper pada Mc Vay.

14
Teknik herniorafi yang dilakukan oleh basinni adalah setelah diseksi kanalis
inguinalis, dilakukan rekontruksi lipat paha dengan cara mengaproksimasi muskulus oblikus
internus, muskulus tranversus abdominis dan fasia tranversalis dengan traktus iliopubik dan
ligamentum inguinale, teknik ini dapat digunakan pada hernia direk maupun hernia inderek.
Kelemahan teknik Basinni dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi Bassini
adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot yang dijahit.
Untuk mengatasi masalah ini pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan
operasi bebas regangan. Pada teknik itu digunakan protesis mesh untuk memperkuat fasia
tranversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahit dasar otototot ke
inguinal.

Komplikasi
Komplikasi hernia tergatung kepada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat bertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal, disini tidak ada keluhan
kecuali ada benjolan. Dapat pula isi hernia terjepit oleh cincin hernia yang akan menimbulkan
hernia strangulata. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi
hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur
didalam hernia dan terjadi transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem akan
menambah jepitan pada cincin hernia sehingga perfusi jaringan makin terganggu. Isi hernia

15
menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi transudat yang bersifat serosanguinis. Kalau
isi hernia terdiri dari usus maka akan terjadi perforasi yang akhirnya akan menimbulkan
abses lokal, fistel dan peritonitis jika ada hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis pada hernia inkaserata yang mengandung usus yang dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basah.
Bila terjadi strangulasi akan menyebabkan gangguan vaskularisasi dan akan terjadilah
ganggren. Hernia strangulata adalah keadaan emergensi yang perlu tindakan operatif
secepatnya.

Hernia inguinalis indirek (lateral)


Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang
terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke
rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penutunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua
kanalis tersebut telah menutup namun karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan
yang menyebabkan peninggian tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuista.

16
Hernia inguinalis direk (medialis)
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke anterior
melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena epigastrika inferior.
Pada hernia ini mempunyai conjoint tendo yang kuat, hernia ini tidak lebih hanya penonjolan
umum dan tidak pernah sampai ke skrotum. Hernia ini sering ditemukan pada laki-laki
terutama laki-laki yang sudah lanjut usia dan tidak pernah ditemukan pada wanita. Hernia
direk sangat jarang bahkan tidak pernah mengalami strangulasi atau inkaserata. Faktor
predisposisi yang dapat menyebabkan hernia inguinalis direk adalah peninggian tekanan
intraabdomen konik dan kelemahan otot dinding di trigonom Hasselbach, batuk yang kronik,
kerja berat dan pada umumnya sering ditemukan pada perokok berat yang sudah mengalami
kelemahan atau gangguan jaringan-jaringan penyokong atau penyangga dan kerusakan dari
saraf ilioinguinalis biasanya pada pasien denga riwayat apendektomi. Gejala yang sering
dirasakan penderita hernia ini adalah nyeri tumpul yang biasanya menjalar ke testis dan
intensitas nyeri semakin meningkat apabila melakukan pekerjaan yang sangat berat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Stead LG, et all,. First aid for the surgery clerkship, Intrnational edition, The Mc Graw-Hill
Companies, Inc, Singapore, 2003, 307-317.
2. Manthey, D. hernia. http//www.emedicine.com [diakses tanggal 12 april 2007] 3.
Schwartz, Shires, Spencer. Abdominal Wall Hernias. Principles of Surgery . 5th Edition. The
Mc Graw-Hill Companies, Inc, 1988. 1525- 1544
4. Sjamsuhidayat & Jong. Buku Ajar Ilmu bedah, Edisi Revisi. Jakarta: EGC . 1997.523-538.
5. Mann CV. The Hernias, Umbilicus, Abdominal wall, In : Mann Russel RCG, Williams
NS.Bailey & Love’s Short Practice Of Surgery. 22nd Edition. London: ELBS With
Chapmann & Hall, 1995, 1277-1290
6. Mansjoer A, Suprohaita, Ika wardhani W. Setiowulan W. Kapita Selekta Edisi ke 3, Jilid 3.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI. 2000.313-317
7. Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-245.
8. Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah, edisi VI,
Jakarta : EGC, 2000, 509-518.

18

Anda mungkin juga menyukai