Anda di halaman 1dari 29

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pada Kulit


(Sehat & Tidak Sehat)

Hari/ Tanggal : Selasa, 02 Oktober 2018

Kelompok : III (Tiga)

Rekan Kerja : 1. Fanny Lawrensy


2. Nadia Pangkey
3. Natalia Ratu
4. St. Fatimah Indah Sari
5. Andi Zulfyana Sumang

Penilaian :

Makassar, 11 Oktober 2018

Disetujui Oleh :

Asisten Praktikum, Praktikan,

Rismayanti Herman
NIM : 16 3145 353 029 NIM : 17 3145 353 126

Dosen Pengampuh,

Nirmawati Angria, S.Si.,M.Kes


NIDN : 09 180687 02

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit adalah tempat yang tidak ramah bagi kebanyakan mikroorganisme
karena sekresi kulit bersifat asam dan sebagian besar kulit kelembabannya sangat
rendah. Beberapa bagian dari tubuh, seperti aksila dan daerah sela-sela kaki,
memiliki kelembaban yang cukup tinggi untuk memberi kesempatan populasi
bakteri relatif besar berada pada daerah-daerah tersebut. Di area yang lebih kering
seperti kulit kepala, biasanya jumlah mikroorganisme ditemukan dalam jumlah
yang kecil. Beberapa mikroba yang berkolonisasi pada kulit dapat menyebabkan
penyakit (Sudigdoadi, 2014).
Infeksi mikroba pada kulit biasanya ditularkan melalui kontak dengan
individu yang terinfeksi dan apabila kulit ditembus oleh mikroorganisme maka
dapat terjadi infeksi. Infeksi kulit dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
parasit. Kulit, yang meliputi dan melindungi tubuh, merupakan garis pertahanan
tubuh pertama terhadap patogen. Sebagai barier fisik, hampir tidak mungkin suatu
pathogen dapat menembus kulit yang utuh. Namun demikian mikroba dapat
masuk melalui lesi kulit yang tidak nampak, sehingga beberapa mikroba dapat
menembus kulit utuh (Sudigdoadi, 2014).
Teori dasar identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri yang
diperoleh dari hasil isolasi dapat dilakukan dengan cara pengamatan sifat
morfologi koloni, morfologi sel bakteri, pengujian sifat- sifat fisiologi dan
biokimianya. Contoh bakteri yang terdapat pada kulit antara lain seperti
Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Pseudomonas aeruginosa,
Enterobacter, Klebsiella, Escherichia coli, dan Proteus sp.
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri yang
terdapat pada kulit (sehat dan tidak sehat).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bakteri
Bakteri merupakan organisme uniseluler, prokariotik (nucleoid), tidak
berklorofil, saprofit atau parasite, peembelahan biner, termasuk Protista. Protista
dibagi 2 macam yaitu Prokaryot terdiri atas bakteri, alga biru hijau dan Eukaryot
yang terdiri atas jamur, ganggang, lumut dan Protozoa. Perbedaan mendasar dari
kedua sel tersebut antara lain organismenya termasuk bakteria dan Sianobakteria,
ukuran sel 1- 10 mikron, organelnya hanya ada beberapa bahkan hampir tidak ada,
DNA Prokaryot bersirkuler dalam sitoplasma, RNA dan proteinnya disintesis
dalam sitoplasma. Sedangkan pada Eukaryot organismenya termasuk fungi,
hewan dan manusia, ukuran sel 5- 100 mikron, organelnya terdapat inti,
mitokondria dan kloroplast, DNA terkemas dalam inti, RNA dalam inti dan
protein dalam sitoplasma (Hartati, 2012).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain adalah pH,
temperatur dan kebutuhan akan oksigen. Dalam pertumbuhannya,
mikroorganisme memiliki pH optimum, yaitu pH dimana mereka tumbuh paling
baik. Berdasarkan pH optimum tersebut tersebut, terdapat mikroorganisme yang
dapat hidup pada pH rendah. Mikroorganisme ini dapat hidup pada PH yang
bahkan lebih rendah dari pH 2, yang disebut asidiphiles. Adapula mikroorganisme
yag dapat hidup pada pH yang sangat tinggi, bahkan diatas PH 10, dan
mikroorganisme ini disebut dengan alkaliphes (Irianto, 2013).
Faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah temperature.
Berdasarkan temperaturnya, dapat dibagi atas Psikofilik (temperatur optimum
yang rendah), Mesofilik (temperatur optimum yang sedang) ,Temofilik(temperatur
optimum yang tinggi) dan Hipertemofilik (temperature optimum sangat tinggi)
(Irianto, 2013).
C. Identifikasi Bakteri
Identifikasi mikroba adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan
laboratorium mikrobiologi. Di laboratorium diagnostic penyakit, isolasi dan

3
pencirian mikroba yang berasal dari penderita penyakit harus dilaksanakan dengan
cepat dan tepat sehingga pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Pencirian
mikroorganisme yang diisolasi dari makanan atau minuman yang terlibat dalam
pencemaran makanan harus dilakukan secepat mungkin agar wabah keracunan
makanan atau minuman yang tercemar dapat dihentikan (Bibiana, 1994).
Uji yang digunakan dalam identifikasi bakteri tidaklah sama untuk semua
kelompok. Sifat memfermentasikan laktosa merupakan ciri utama dalam
identifikasi Entero-bacteriaceae. Namun demikian ciri ini tidak dapat digunakan
untuk identifikasi Staphylococcus atau Streptococcus. Untuk kedua kelompok
kokus tersebut digunakan uji katalase. Untuk identifikasi Bacillus digunakan ciri
motilitas dan uji- uji lainnya (Bibiana, 1994).
D. Isolasi Bakteri
Isolasi merupakan kegaiatan pemisahan mikroorganisme yang akan diuji
dari mikroorganisme lain dengan menggunakan media selektif, sehingga
diharapkan akan diperoleh biakan atau kultur murni. Media selektif adalah media
khusus untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu yang mengandung nutrient-
nutrient khusus yang dimanfaatkan oleh mikroorganisme tertentu pada media
selektif. Identifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui jenis
organisme tertentu dengan tahap pengamatan, pengujian, pencatatan, dan
identifikasi berdasarkan hasil pengujian (Tito, 2014).
E. Pewarnaan Gram
Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau
olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur
pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel bakteri atau bagian-
bagian sel bakteri disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan
struktural hanya mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan
bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan
endospora, flagella dan pengecatan kapsul . Bakteri sulit dilihat dengan mikroskop

4
cahaya, karena tidak mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya (Yunan dkk,
2016).

F. Bakteri Yang Terdapat Pada Kulit


Sebagian besar dari mikrobiota normal kulit adalah bakteri gram positif
batang pleomorfik disebut yaitu difteroid. Beberapa difteroid, seperti
Propionibacterium acnes, yang bersifat anaerobik biasanya menghuni folikel
rambut. Pertumbuhannya dibantu oleh sekresi kelenjar minyak (sebum), yang
merupakan timbulnya suatu akne. Bakteri ini menghasilkan asam propionat, yang
membantu mempertahankan pH rendah kulit, umumnya antara 3 dan 5. Bakteri
difteroid lain, seperti Corynebacterium xerosis tumbuh secara aerob dan
menempati permukaan kulit. Malassezia furfur, yang merupakan ragi mampu
tumbuh pada sekresi kulit berminyak dan dianggap bertanggung jawab atas
kondisi kulit yang dikenal sebagai ketombe. Bibil dan Lovell menunjukkan bahwa
mikroorganisme kulit berada antara 0 hingga lebih dari 100.000 unit koloni (cfu)
bakteri aerob dapat terisolasi dari setiap sentimeter persegi kulit di berbagai
bagian tubuh (Bibel dan Lovell, 1976). Mikroba lainnya, seperti Staphylococcus
aureus, Streptococcus pyogenes, dan Pseudomonas aeruginosa, mungkin
ditemukan berkolonisasi sementara pada kulit dalam kondisi normal (Sudigdoadi,
2014).
Bakteri Gram negatif terdapat hanya sebagian kecil dibandingkan bakteri
kulit yang lain. Beberapa bakteri gram-negatif, terutama Acinetobacter, juga
ditemukan berkolonisasi di kulit. Bakteri-bakteri tersebut banyak terdapat di
daerah lembat yaitu di intertriginosa, seperti sela-sela jari kaki dan aksila, bukan
pada kulit kering. Keadaan kering merupakan faktor utama mencegah
perkembangbiakan bakteri Gram-negatif pada kulit intak. Enterobacter,
Klebsiella, Escherichia coli, dan Proteus spp. adalah organisme Gram-negatif
dominan ditemukan pada kulit. Acinetobacter spp juga terjadi pada kulit individu
normal di daerah intertriginosa yang lembab (Sudigdoadi, 2014).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Pelaksanaan Praktikum
Waktu : Selasa, 02 Oktober 2018 s/d Sabtu, 06 Oktober 2018
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi DIV Analis Kesehatan STIKes Mega
Rezky Makassar
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Mikroskop
b. Pipet Tetes
c. Beaker Gelas
d. Objek Gelas
e. Bunsen
f. Korek Api
g. Ose Bulat & Ose Lurus
h. Cawan Petri
i. Tabung Reaksi
j. Inkubator
k. Autoklaf
l. Rak Tabung
m. Neraca Ohaus
n. Kulkas
2. Bahan
a. Sampel Kulit Sehat (Jari Tangan)
b. Sampel Kulit Tidak Sehat (Bekas Bisul)
c. Swab Steril
d. Aquadest
e. NaCl 0,9%
f. Lugol
g. Gentian Violet
h. Alkohol 96%

6
i. Air Fuchsin
j. Oil Emercy
k. Tissue
l. Kapas Alkohol 70%
m. Media NA (Nutrient Agar)
n. Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
o. Media MCA (Mac Conkey Agar)
p. Media BAP (Blood Agar Plate)
q. Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
r. Media MIO (Motility Indol Ornitin)
s. Media MR (Metyl Red)
t. Media VP (Vogesh Paskuer)
u. Media SCA (Simon Citrat Agar)
v. Media LIA (Lising Iron Agar)
w. Media Urea
x. Reagen MR
y. Larutan KOH 40%
z. Larutan α - naphtol 5% 0,6 ml
aa. Reagen Kovash
C. Prinsip Kerja
1. Prinsip Isolasi Bakteri Dengan Tehnik Penggoresan
Metode gores menggunakan ose bulat dan menggoreskannya ke
permukaan medium dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan,
hanya sel- sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke
medium. Sel- sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang
kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan
murni.
2. Prinsip Inokulasi Bakteri
Penginokulasian bakteri dari biakan murni dengan metode agar tegak, agar
miring, metode cair, serta metode gores pada cawan Petri, menggunakan

7
medium NA kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 1 X 24 jam untuk
bakteri.
3. Prinsip Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial (untuk membedakan)
bakteri- bakteri yang bersifat gram negatif atau gram positif dengan
menggunakan beberapa jenis larutan.
4. Prinsip Media NA (Nutrient Agar)
Sebagai medium kultivasi dan eneumerasi bakteri, namun dengan
tambahan beberapa bahan seperti amilum (pati), serum dan lain- lain, medium
nutrient agar juga dapat bermanfaat untuk mengidentifikasi bakteri.
5. Prinsip Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)
Untuk pertumbuhan berbagai macam bakteri baik bentuk cair maupun
agar. Bahan utama terdiri dari pepton, buffer fosfat dan sedikit dekstrosa.
Penambahan karbohidrat memungkinkan bakteri dapat menggunakan
langsung sebagai sumber energy. BHIB biasanya digunakan untuk media
pertumbuhan specimen darah.
6. Prinsip Media MCA (Mac Conkey Agar)
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu, dan
merah netral sebagai indikator warna. Media ini akan menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan
membentuk Gentian violet. Bakteri gram negatif yang tumbuh dapat
dibedakan dalam kemapuannya memfermentasikan laktosa.
7. Prinsip Media BAP (Blood Agar Plate)
Merupakan media diferensial untuk megklasifikasikan suatu kelompok
bakteri hemolitik dan nonhemolitik yaitu berdasarkan kemampuan mereka
untuk melisiskan sel- sel darah merah.
8. Prisnip Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Media TSIA mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa, dan
sukrosa, media ini digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme
dalam memfermentasikan gula. Media TSIA diinokulasikan dengan
menusukkan ose sedalam ¾ medium lalu menggoreskannya pada slunt media.

8
9. Prinsip Media MIO (Motility Indol Ornitin)
Merupakan media untuk mengidentifikasi pergerakan atau motility, indol
atau adanya cincin merah setelah penambahan reagen Kovash, serta Ornitin
untuk mengetahui perubahan warna.
10. Prinsip Media MR (Metil Red)
Menentukan adanya fermentasi asam campuran (Metilin Glikon). Hasil
negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna media menjadi
merah setelah ditambah reagen MR , sedangkan hasil positif ditandai dengan
terjadinya warna merah setelah ditambah reagen MR.
11. Prinsip Media SCA (Simon’s Citrat Agar)
Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber karbon maka media
akan berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru.
12. Prinsip Media VP (Voges Proskauer)
Mengetahui pembentukan asetil metil karbonil (aseton) dari hasil
fermentasi glukosa. Hasil positif ditandai dengan terjadi perubahan warna
media menjadi merah setelah ditambahkan alpha naftol dan KOH 40% artinya
hasil akhir fermentasi bakteri adalah asetil metil karbonil (aseton).
13. Prinsip Media LIA (Lising Iron Agar)
Melihat kemampuan miroorganisme dalam mendekarboksilasi lisin
menjadi amain kadaverin yang bersifat basa.
14. Prinsip Media Urea
Mengetahui apakah bakteri mempunyai enzim urease yang dapat
menguraikan urea menjadi amoniak dan CO2. Urea berisi indikator phenol red,
bila urea dihidrolisiskan NH4+ terakumulasi pada media biakan dan
menyebabkan pH menjadi basa yang ditandai dengan perubahan warna.

D. Cara Kerja
1. Persiapan Sampel
Kulit Sehat :
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Didekatkan jari tangan pada api bunsen

9
c. Sampel kulit sehat siap untuk diisolasi
Kulit Tidak Sehat :
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Didekatkan api bunsen pada kulit tidak sehat
c. Didensinfeksi sekitar permukaan kulit tidak sehat (bekas bisul) dengan
menggunakan kapas alkohol 70%
d. Sampel kulit tidak sehat (bekas bisul) siap untuk diisolasi
2. Isolasi Sampel Kulit Sehat ke Media (NA) Nutrient Agar
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dinyalakan Bunsen
c. Digores sampel kulit sehat (jari tangan) ke media NA dengan
menggunakan teknik goresan sinambung
d. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
e. Diamati koloni yang terbentuk pada media NA(Nutrient Agar)
3. Isolasi Sampel Kulit Tidak Sehat ke Media BHIB (Brain Heart Infussion
Broth)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dinyalakan bunsen
c. Diusap permukaan kulit tidak sehat (bekas bisul) dengan menggunakan
swab steril searah jarum jam
d. Dimasukkan swab tersebut kedalam media BHIB lalu ditutup
e. Dihomogenkan
f. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
g. Diamati koloni yang terbentuk pada media BHIB (Brain Heart Infussion
Broth)
4. Pewarnaan Gram
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dibersihkan objek gelas dengan alkohol 70%
c. Pijarkan kawat ose bulat diatas api menyala
d. Diambil biakan bakteri pada cawan petri menggunakan kawat ose bulat
steril dari media BAP(Blood Agar Plate)

10
e. Dilakukan suspensi bakteri pada objek gelas
f. Difiksasi objek gelas diatas api menyala
g. Ditetesi objek gelas dengan larutan Gentian violet
h. Didiamkan selama 2 sampai 3 menit
i. Dibilas dengan air mengalir
j. Ditetesi dengan larutan lugol
k. Diamkan selama 1 menit
l. Dibilas dengan air mengalir
m. Dilunturkan preparat dengan alkohol 96%
n. Didiamkan selama 30 detik sampai 1 menit
o. Dibilas dengan air mengalir
p. Ditetesi dengan larutan Air Fuchsin
q. Didiamkan selama 1 menit
r. Dibilas dengan air mengalir
s. Diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 100X dengan tambahan 1
tetes oil emercy
5. TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri yang tumbuh dari media BAP menggunakan ose
lurus steril
c. Diinokulasi kedalam media TSIA dengan cara ditusuk sedalam ¾ pada
daerah butt, dan digores pada daerah slunt
d. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
e. Diamati koloni yang terbentuk
Intepretasi Hasil :
 Jika pada daerah Slunt berwarna Kuning – Acid
Jika pada daerah Butt berwarna Kuning – Acid
 Jika pada daerah Slunt berwarna Merah – Alkali
Jika pada daerah Butt berwarna Merah – Alkali
 Jika pada daerah Slunt berwarna Merah – Alkali
Jika pada daerah Butt berwarna Kuning – Acid

11
 Jika pada daerah berwarna hitam – Positif H2S
 Jika media terangkat keatas – Positif Gas
6. Mio (Motility Indol Ornitin)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri yang tumbuh dari media TSIA dengan ose lurus
steril
c. Diinokulasi kedalam media MIO
d. Dihomogenkan
e. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
f. Diamati kekeruhan dan perubahan warna
g. Dilakukan uji biokimia, dengan ditambahkan reagen Kovash sebanyak 5
tetes lalu dihomogenkan
h. Diamati perubahan warna
Intepretasi Hasil :
 Motility : Positif jika terjadi kekeruhan
 Indol : Positif jika terbentuk cincin merah
 Ornitin : Positif : Jika terjadi perubahan warna dari Ungu - Kuning
7. MR-VP (Metyl Red- Vogesh Paskuer)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan yang tumbuh dari media TSIA bakteri denga ose lurus
steril
c. Diinokulasi kedalam media MR-VP
d. Dihomogenkan
e. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
f. Diamati perubahan warna
g. Dilanjutkan dengan uji Biokimia
h. Pada media MR, ditambahkan reagen MR sebanyak 5-10 tetes lalu
dihomogenkan, kemudian diamati perubahan warna
i. Pada media VP, ditambahkan reagen α - naphtol 5% 0,6 ml lalu
ditambahkan lagi reagen KOH 40% 0,2 ml tetes lalu dihomogenkan
j. Diamati perubahan warna

12
Intepretasi Hasil :
 MR : Positif jika terjadi perubahan warna dari Kuning – Merah
 VP : Positif jika terjadi perubahan warna dari Kuning – Merah
8. SCA (Simon Citrat Agar)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil biakan bakteri yang tumbuh dari media TSIA dengan ose lurus
steril
c. Diinokulasi kedalam media dengan menggores pada daerah slunt
d. Diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C
e. Diamati perubahan warna
Intepretasi Hasil :
 Positif jika terjadi perubahan warna dari Hijau - Biru

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel Pengamatan

1.1.Hasil Pengamatan Pada Media NA (Nutrient Agar) dan Media BHIB


(Brain Heart Infussion Broth)
Nama Media/ Jenis
Ciri- ciri Pertumbuhan Bakteri
Kulit
NA 1. Koloni menyebar dan bergerigi
Kulit Sehat 2. Terdapat koloni berwarna putih
BHIB
Perubahan warna menjadi keruh
Kulit Tidak Sehat

1.2.Hasil Pengamatan Pada Media MCA (Mac Conkey Agar)


Ciri- ciri Pertumbuhan
Nama Media Pewarnaan Gram
Bakteri
MCA
- -
Kulit Sehat
MCA
- -
Kulit Tidak Sehat

1.3.Hasil Pengamatan Pada Media BHIB (Brain Heart Infussion Broth)


Ciri- ciri Pertumbuhan
Nama Media Pewarnaan Gram
Bakteri
BAP 1. Hijau Keabuan
Positif Basil
Kulit Sehat 2. Bulat menyebar
BAP 1. Hijau Keabuan
Negatif Basil
Kulit Tidak Sehat 2. Bulat menyebar

14
1.4.Hasil Pengamatan Kulit Sehat Pada Media TSIA/KIA
Ciri- ciri Pertumbuhan Pada Media TSIA/KIA
Nama Media
Slunt Butt Gas H2S

Mac Conkey - - - -

Blood Agar Alkali Acid - -

1.5.Hasil Pengamatan Kulit Tidak Sehat Pada Media TSIA/KIA


Ciri- ciri Pertumbuhan Pada Media TSIA/KIA
Nama Media
Slunt Butt Gas H2S

Mac Conkey - - - -

Blood Agar Acid Acid - -

1.6.Hasil Pengamatan Kulit Sehat Pada Media IMVC, LIA & Urea
MIO MR VP SCA LIA UREA
Keterangan
M I O

+ - + + - + - - Bacillus sp

1.7.Hasil Pengamatan Kulit Tidak Sehat Pada Media IMVC, LIA & Urea
MIO MR VP SCA LIA UREA
Keterangan
M I O

Serratia
+ - + + - - + -
Mercescens

15
2. Gambar Pengamatan

Gambar 1. Alat dan Bahan yang Gambar 2. Sampel Kulit tidak sehat
digunakan

Gambar 3. Sampel kulit sehat


Gambar 4. Diisolasi dengan swab steril

Gambar 5. Diisolasi ke Media NA Gambar 6. Diisolasi ke media BHIB

16
Proses pewarnaan Gram

Gambar 7. Diambil biakan bakteri dari Gambar 8. Ditetesi NaCl


media BAP

Gambar 9. Ditetesi Krisal Violet Gambar 10. Dibilas dengan air


mengalir

Gambar 11. Ditetesi Larutan Lugol Gambar 12. Dibilas dengan air
mengalir

17
Gambar 13. Ditetesi alkohol 96% Gambar 14. Ditetesi Air Fuchsin

Gambar 15. Dikeringkan Gambar 16. Diamati dibawah


mikroskop (Positif Basil)

Gambar 17. Inokulasi dari Media BAP Gambar 18. Media TSIA/KIA yang
ke Media TSIA/KIA telah diinkubasi

18
Gambar 19. Media IMVC Gambar 20. Uji Media MIO

Gambar 21. Uji Media MR


Gambar 22. Uji Media VP

Gambar 22. Uji Media SCA Gambar20. Media IMVC yang telah
diuji

19
B. Pembahasan
Identifikasi bakteri merupakan prosedur laboratorium yang digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa
dalam keadaan hidup atau mati. Pemeriksaan morfologi bakteri ini perlu, untuk
mengenal nama bakteri. Disamping itu juga perlu pengenalan sifat-sifat
fisiologisnya bahkan sifat-sifat fisiologis ini kebanyakan merupakan faktor
tertentu dalam mengenal nama spesies suatu bakteri. Sedangkan konfirmasi
bakteri yaitu untuk mengetahui jenis bakteri dan koloninya. Konfirmasi jenis
bakteri dapat menggunakan berbagai pewarnaan, reaksi ensimatis atau reaksi
biokimia, terutama jika identifikasi menggunakan media masih meragukan/belum
memuaskan. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna
sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-
zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin
(komponen kromoforiknya bermuatan positif).
Pada praktikum isolasi dan identifikasi bakteri pada kulit kali ini, sampel
yang digunakan yaitu kulit sehat dan kulit tidak sehat. Kulit sehat didapatkan dari
jari tangan sedangkan kulit tidak sehat didapatkan dari bekas bisul. Pada hari
pertama adalah tahap persiapan sampel, pada sampel kulit sehat didapatkan
dengan cara jari tangan didekatkan pada bunsen yang menyala. Hal ini bertujuan
agar bakteri yang ada disekitar tidak terkontaminasi dengan bakteri yang ada dijari
tangan sehingga bakteri yang didapatkan nanti adalah bakteri murni dari jari
tangan. Pada sampel kulit tidak sehat didapatkan dari kulit bekas bisul yang
kulitnya sudah terkelupas, dengan cara didesinfeksi sekitar permukaan kulit
tersebut dengan alkohol 70%. Hal ini bertujuan agar bakteri yang ada disekitar
kulit tidak sehat tersebut tidak terkontaminasi dengan bakteri yang pada bekas
bisul tersebut.
Setelah persiapan sampel, selanjutnya adalah isolasi bakteri ke media NA
(Nutient Agar) untuk kulit sehat, sedangkan isolasi ke media BHIB (Brain Heart
Infussion Broth) untuk kulit tidak sehat. Bakteri dapat timbuh di media NA
(Nutrient Agar) karna sumber nutrisi yang ada pada media tersebut dan sebagai
medium kultivasi dan eneumerasi bakteri,dan tambahan beberapa bahan seperti

20
amilum (pati), serum dan lain- lain, medium nutrient agar juga dapat bermanfaat
untuk mengidentifikasi bakteri yang memungkinkan bakteri untuk
berkembangbiak (berkoloni) di media tersebut. Media BHIB digunakan untuk
pertumbuhan berbagai macam bakteri baik bentuk cair maupun agar. Bahan utama
terdiri dari pepton, buffer fosfat dan sedikit dekstrosa. Penambahan karbohidrat
memungkinkan bakteri dapat menggunakan langsung sebagai sumber energi.
BHIB biasanya digunakan untuk media pertumbuhan specimen darah. Sampel
kulit sehat tadi langsung dibuat goresan pada media NA dengan menggunakan
teknik sinambung, sedangkan pada sampel kulit tidak sehat diusapkan permukaan
kulit tidak sehat dengan menggunakan swab steril searah jarum jam lalu swab
tersebut dimasukkan kedalam media BHIB. Tujuan digunakan swab steril adalah
agar bakteri yang ada dipermukaan kulit tidak sehat terisolasi. Lalu kemudian
diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C.
Pada hari kedua, dilakukan pengamatan pada media NA(Nutrient Agar)
yang telah diinkubasi dan dilihat perubahan warna dan koloni media tersebut. Dan
didapatkan bahwa warna bakteri putih keruh dan koloni menyebar. Bakteri dapat
tumbuh pada media NA( Nutrient Agar) dengan memanfaatkan sumber nutrisi
yang ada pada media tersebut. Sedangkan pengamatan pada media BHIB adalah
perubahan warna menjadi keruh yang menandakan bahwa bakteri dapat tumbuh
pada media tersebut dengan penambahan karbohidrat pada media BHIB
memungkinkan bakteri dapat menggunakan langsung sebagai sumber energi. Lalu
kemudian koloni bakteri tadi diinokulasi ke media MCA (Mac Conkey Agar) dan
BAP (Blood Agar Plate). Masing- masing sampel kulit sehat dan tidak sehat akan
diinokulasikan ke media MCA dan BAP dengan cara menggunakan ose bulat
steril lalu diambil biakan bakteri pada media NA kemudian diinokulasikan ke
media MCA dan BAP dengan digores pada permukaan media dengan
menggunakan teknik goresan radian. Seterusnya biakan bakteri dari sampel kulit
tidak sehat yang ada pada media BHIB akan diinokulasikan juga pada media
MCA dan BAP dengan cara menggunakan ose bulat steril lalu diambil biakan
bakteri pada media BHIB kemudian diinokulasikan ke media MCA dan BAP

21
dengan digores pada permukaan media dengan menggunakan teknik goresan
radian. Lalu kemudian diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C.
Pada hari ketiga, dilakukan pengamatan pada media MCA(Mac Conkey
Agar) dan BAP(Blood Agar Plate) yang telah diinkubasi. Dan didapatkan bahwa
bakteri pada media BAP berwarna hijau keabuan baik itu yang berasal dari sampel
kulit sehat dan tidak sehat yang menyatakan bahwa terbentuk alpha-hemolisis
artinya bakteri hanya memiliki kemampuan untuk melisiskan sebagian sel darah,
sedangkan pada media MCA tidak mengalami pertumbuhan bakteri baik dari
sampel kulit sehat dan tidak sehat dikarenakan bakteri yang ada pada sampel
merupakan bakteri gram positif sehingga tidak tumbuh di media selektif yang
hanya menumbuhkan bakteri gram negatif.
Selanjutnya dilakukan pewarnaan gram yang bertujuan untuk melihat
gram (+/-) pada bakteri, namun sebelum melakukan pewarnaan, objek gelas
terlebih dahulu harus dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70%. Alkohol
70% mengandung mengandung 70% etil alkohol (CH- 3CH2OH) dan 30% air.
Etil alkohol membunuh bakteri melalui 2 cara, yakni denaturasi protein dan
pelarutan membran lemak. Setelah itu diambil biakan bakteri pada cawan petri
lalu dibuat suspensi pada objek gelas kemudian difiksasi diatas nyala api supaya
bakteri lebih menempel pada objek gelas.Tapi sebelum itu, pijarkan kawat ose
bulat streil diatas api menyala dari ujung kawat ose sampai ke pangkalnya, dan
setelah dioleskan diobjek gelas kembali lakukan pemijaran dengan cara dari
pangkal kawat ose ke ujungnya. Setelah itu diteteskan larutan Gentian Violet
diatas suspensi bakteri tersebut lalu didiamkan selama 2 sampai 3 menit
kemudian bilas dengan air mengalir. Setelah itu diteteskan dengan lugol lalu
didiamkan selama 1 menit kemudian bilas dengan air mengalir. Setelah itu
dilunturkan dengan alkohol 95% lalu didiamkan selama 30 detik sampai 1 menit.
Setelah itu teteskan dengan Air Fuchsin lalu didiamkan selama 1 menit kemudian
bilas dengan air mengalir. Diamati dibawah mikroskop pada perbesaran 100X
dengan tambahan 1 tetes oil emercy. Hasil pengamatan dibawah mikroskop untuk
bakteri yang berasal dari sampel kulit sehat adalah bakteri gram positif basil
sedangkan hasil pengamatan dibawah mikroskop untuk bakteri yang berasal dari

22
sampel kulit tidak sehat adalah bakteri gram negatif basil. Setelah dilakukan
pewarnaan gram, bakteri yang terdapat pada media BAP tadi diinokulasikan ke
media TSIA(Triple Sugar Iron Agar). Media TSIA diinokulasikan dengan
menusukkan ose sedalam ¾ medium lalu menggoreskannya pada slunt media.
Lalu diikubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C.
Pada hari keempat, dilakukan pengamatan pada media TSIA(Triple Sugar
Iron Agar) yang telah diinkubasi dengan melihat daerah slunt dan butt nya. Hasil
yang didapatkan pada sampel kulit sehat adalah tusukan pada slunt berwarna
merah (alkali) dan tusukan pada butt berwarna kuning (acid) yang berarti hanya
dapat memfermentasikan satu jenis gula yang ada pada media TSIA yaitu glukosa.
Sedangkan pada sampel kulit tidak sehat adalah tusukan pada slunt berwarna
kuning (acid) dan tusukan pada butt juga berwarna kuning (acid) yang berarti
bakteri dapat mempermentasikan ketiga jenis gula yang ada pada media TSIA
yaitu glukosa, laktosa, sukrosa. Hal tersebut ditandai dengan terjadinya fermentasi
perubahan warna pada media yang berwarna kuning. Hidrogen Sulfida dan gas
negatif ditandai dengan media yang tidak terangkat naik dan daerah tusukan yang
tidak berwarna hitam yang berarti bakteri tidak dapat memfermentasikan asam
amino yang memiliki sulfur.
Setelah itu, bakteri yang terdapat pada media TSIA tersebut diinokulasi ke
media IMVC (Motility Indole Ornitin, Metil Red, Vogesh Paskuer dan Simon
Citrat Agar) serta media LIA (Lising Iron Agar) dan media Urea. Cara inokulasi
dari media TSIA ke media Mio serta LIA dan Urea adalah yang pertama diambil
biakan bakteri pada media TSIA yang berasal dari sampel kulit sehat & tidak
sehat dengan menggunakan ose lurus steril lalu diinokulasi ke media MIO
(Motility Indol Ornitin) lalu dihomogenkan. Yang kedua diambil biakan bakteri
pada media TSIA yang berasal dari sampel kulit sehat & tidak sehat dengan
menggunakan ose lurus steril lalu diinokulasi ke media MR (Metyl Red) lalu
dihomogenkan. Yang ketiga diambil biakan bakteri pada media TSIA yang
berasal dari sampel kulit sehat & tidak sehat dengan menggunakan ose lurus steril
lalu diinokulasi ke media VP (Vogesh Paskuer) lalu dihomogenkan. Yang
keempat adalah diambil biakan bakteri pada media TSIA yang berasal dari sampel

23
kulit sehat & tidak sehat dengan menggunakan ose lurus steril lalu diinokulasi ke
media SCA (Simon Citrat Agar) dengan digoreskan pada permukaan media. Yang
kelima adalah diambil biakan bakteri pada media TSIA yang berasal dari sampel
kulit sehat & tidak sehat dengan menggunakan ose lurus steril lalu diinokulasi ke
media LIA (Lising Iron Agar) dengan menusukkan ose sedalam ¾ medium lalu
menggoreskannya pada slunt media. Yang keenam adalah diambil biakan bakteri
pada media TSIA yang berasal dari sampel kulit sehat & tidak sehat dengan
menggunakan ose lurus steril lalu diinokulasi ke media Urea dengan menusukkan
ose sedalam ¾ medium lalu menggoreskannya pada slunt media. Setelah itu
semua media tadi diinkubasi selama 1X24 jam pada suhu 370C.
Pada hari kelima, dilakukan pengamatan pada media MIO (Motility Indole
Ornitin), MR (Metil Red), VP (Vogesh Paskuer), SCA (Simon Citrat Agar), LIA
(Lising Iron Agar) dan Urea yang berasal dari sampel kulit sehat selanjutnya akan
dilakukan uji Biokimia. Yang pertama adalah dilakukan uji MIO (Motility Indol
Ornitin) dengan diamati Motility atau pergerkan bakteri dengan melihat
kekeruhan yang terjadi pada media, hasil yang didapatkan yaitu positif ditandai
dengan terjadi pergerakan bakteri dengan adanya kekeruhan yang terjadi pada
permukaan media dan dinding tabung. Selanjutnya adalah Indol atau terbentuknya
cincin merah setelah ditambahkan reagen Kovash sebanyak 5 tetes, hasil yang
didapatkan adalah negatif dengan tidak terbentuknya cincin merah pada media
yang menyatakan bahwa bakteri tidak dapat menggunakan indol dari triptopan
sebagai sumber energi. Selanjutnya adalah Orntitin dengan melihat perubahan
warna yang terjadi, dan hasil yang didapatkan adalah positif dengan perubahan
warna yang terjadi dari warna ungu ke kuning yang berarti terjadi dekarboksilasi
ornitin oleh bakteri melepaskan CO2 menghasilkan kenaikan pH pada media
menjadi asam. Yang kedua adalah uji MR (Metyl Red) setelah diinkubasi
didapatkan hasil yang positif berwarna merah. Lalu ditambahkan dengan pereaksi
MR (Metyl Red) sebanyak 5-10 tetes kemudian dihomogenkan dan memberikan
hasil yang positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada media yaitu
berwarna merah. Yang ketiga adalah uji VP (Vogesh Paskuer) setelah diinkubasi
didapatkan hasil yang negatif ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna. Lalu

24
ditambahkan dengan pereaksi α- Naftol 5% 0,6 ml dan KOH 40% 0,2 ml dan
memberikan hasil yang negatif yaitu tidak terjadi perubahan warna merah yang
menyatakan bahwa bakteri tidak memiliki kemampuan 2,3 butanadiol. α- Naftol
5% berfungsi untuk menandakan bahwa bakteri dapat menggunakan 2,3
butanadiol yang merupakan turunan dari karbohidrat, sedangkan KOH 40%
berfungsi memberikan perubahan warna menjadi pink pastel karena KOH
menimbulkan aseton. Yang keempat adalah SCA (Simon Sitrat Agar) dengan cara
membuat goresan pada daerah slunt dengan biakan bakteri dan menunjukkan hasil
yang didapatkan positif karena terjadi perubahan warna dari hijau menjadi warna
biru yang berarti bakteri dapat menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Yang
kelima adalah LIA (Lising Iron Agar) setelah diinkubasi didapatkan hasil negatif
ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna yang berarti bakteri tidak
mampu mendekarboksilasi lisin menjadi amain kadaverin yang bersifat basa.
Yang keenam adalah Urea setelah diinkubasi didapatkan hasil negatif ditandai
dengan tidak terjadinya perubahan warna yang berarti bakteri tidak mempunyai
enzim urease yang dapat menguraikan urea menjadi amoniak dan CO2. Urea berisi
indikator phenol red, bila urea dihidrolisiskan NH4+ terakumulasi pada media
biakan dan menyebabkan pH menjadi basa yang ditandai dengan perubahan
warna.
Selanjutnya dilakukan pengamatan pada media MIO (Motility Indole
Ornitin), MR (Metil Red), VP (Vogesh Paskuer), SCA (Simon Citrat Agar), LIA
(Lising Iron Agar) dan Urea yang berasal dari sampel kulit tidak sehat selanjutnya
akan dilakukan uji Biokimia. Yang pertama adalah dilakukan uji MIO (Motility
Indol Ornitin) dengan diamati Motility atau pergerkan bakteri dengan melihat
kekeruhan yang terjadi pada media, hasil yang didapatkan yaitu positif ditandai
dengan terjadi pergerakan bakteri dengan adanya kekeruhan yang terjadi pada
permukaan media dan dinding tabung. Selanjutnya adalah Indol atau terbentuknya
cincin merah setelah ditambahkan reagen Kovash sebanyak 5 tetes, hasil yang
didapatkan adalah negatif dengan tidak terbentuknya cincin merah pada media
yang menyatakan bahwa bakteri tidak dapat menggunakan indol dari triptopan
sebagai sumber energi. Selanjutnya adalah Orntitin dengan melihat perubahan

25
warna yang terjadi, dan hasil yang didapatkan adalah positif dengan perubahan
warna yang terjadi dari warna ungu ke kuning yang berarti terjadi dekarboksilasi
ornitin oleh bakteri melepaskan CO2 menghasilkan kenaikan pH pada media
menjadi asam. Yang kedua adalah uji MR (Metyl Red) setelah diinkubasi
didapatkan hasil yang positif berwarna merah. Lalu ditambahkan dengan pereaksi
MR (Metyl Red) sebanyak 5-10 tetes kemudian dihomogenkan dan memberikan
hasil yang positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada media yaitu
berwarna merah. Yang ketiga adalah uji VP (Vogesh Paskuer) setelah diinkubasi
didapatkan hasil yang negatif ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna. Lalu
ditambahkan dengan pereaksi α- Naftol 5% 0,6 ml dan KOH 40% 0,2 ml dan
memberikan hasil yang negatif yaitu tidak terjadi perubahan warna merah yang
menyatakan bahwa bakteri tidak memiliki kemampuan 2,3 butanadiol. α- Naftol
5% berfungsi untuk menandakan bahwa bakteri dapat menggunakan 2,3
butanadiol yang merupakan turunan dari karbohidrat, sedangkan KOH 40%
berfungsi memberikan perubahan warna menjadi pink pastel karena KOH
menimbulkan aseton. Yang keempat adalah SCA (Simon Sitrat Agar) dengan cara
membuat goresan pada daerah slunt dengan biakan bakteri dan menunjukkan hasil
yang didapatkan negatif karena tidak terjadi perubahan warna dari hijau menjadi
warna biru yang berarti bakteri tidak mampu menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon. Yang kelima adalah LIA (Lising Iron Agar) setelah diinkubasi didapatkan
hasil positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari ungu muda ke ungu
tua yang berarti bakteri mampu mendekarboksilasi lisin menjadi amain kadaverin
yang bersifat basa. Yang keenam adalah Urea setelah diinkubasi didapatkan hasil
negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna yang berarti bakteri
tidak mempunyai enzim urease yang dapat menguraikan urea menjadi amoniak
dan CO2. Urea berisi indikator phenol red, bila urea dihidrolisiskan NH4+
terakumulasi pada media biakan dan menyebabkan pH menjadi basa yang ditandai
dengan perubahan warna. Setelah dilakukan uji biokimia lalu diidentifikasi, maka
didapatkan bakteri pada sampel kulit sehat adalah Bacillus sp sedangkan pada
sampel kulit tidak sehat didapatkan bakteri Serratia Mercescens.

26
Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram
positif, motil, menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat
aerob (beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif), katalase positif, dan oksidasi
bervariasi. Tiap spesies berbeda dalam penggunaan gula, sebagian melakukan
fermentasi dan sebagian tidak. Genus Bacillus mempunyai sifat fisiologis yang
menarik karena tiap-tiap jenis mempunyai kemampuan yang berbeda-beda,
diantaranya : (1) mampu mengdegradasi senyawa organik seperti protein, pati,
selulosa, hidrokarbon dan agar, (2) mampu menghasilkan antibiotik; (3) berperan
dalam nitrifikasi dan dentrifikasi; (4) pengikat nitrogen; (5) bersifat khemolitotrof,
aerob atau fakutatif anaerob, asidofilik, psikoprifilik, atau thermofilik.
Serratia marcescens adalah suatu jenis bakteri gram negatif dari famili
Enterobacteriaceae. Bakteri ini berbentuk basil (bulat lonjong) dan beberapa galur
membentuk kapsul, termasuk organisme yang bergerak dengan cepat (motil)
karena mempunyai flagela peritrik, dapat tumbuh dalam kisaran suhu 5 o -40 o C
dan dalam kisaran pH antara 5-9. Serratia marcescens dapat digambarkan secara
detail karena ia adalah spesies yang umumnya ditemukan dalam spesimen ilmu
pengobatan. Koloni Serratia marcescens pada media agar biasa tidak terbedakan
pada hari pertama atau hari kedua dan kemudian mungkin berkembang menjadi
cembung. Pada suhu kamar, bakteri patogen ini menghasilkan zat warna (pigmen)
merah. Bakteri ini jenis fakultatif anaerobik yang tidak terlalu membutuhkan
oksigen.
Patogenesisnya, pada orang dewasa, Serratia marcescens terlibat dalam
infeksi pada saluran kencing, saluran pernapasan (pneumonia), infeksi mata,
meningitis, dan infeksi pada kulit yang terluka. Sedangkan pada anak-anak,
Serratia marcescens menginfeksi saluran pencernaan. Karena Serratia marcescens
juga menginfeksi saluran pencernaan manusia, maka kotoran manusia dari hasil
pencernaan yang terinfeksi tersebut dapat mematikan terumbu karang jenis tanduk
rusa (Acropora palmate ). Penyakit cacar putih (white-band disease ) menyerang
Acropora palmate di perairan Karibia. Penyakit cacar putih menyerang daging
dari kulit karang yang tipis dan menguliti jaringan hidup dari cabang-cabangnya
sehingga meninggalkan kerangka batu kapur mati.

27
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan


bahwa bakteri bakteri yang terdapat pada sampel kulit sehat yang diambil dari jari
tangan adalah Bacillus sp sedangkan pada sampel kulit tidak sehat yang diambil
dari bekas bisul didapatkan bakteri Serratia Mercescens.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bibiana W. Lay. 1994. Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada

Hartati Sri Agnes.Dra. 2012. Dasar- Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika

Irianto Koes. 2013. Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology). Bandung :


Alfabeta CV

Sudigdoadi Sunaryati. 2014. Mikrobiologi Pada Infeksi Kulit. Malang :


Universitas Padjajaran

Tito Mentari Istikharah, 2014. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Kitilonitik Yang
Terdapat pada Cangkang Lobster Air Tawar (Cherax
Cuadrinatus).Surabaya : Universitas Airlangga

Yunan dkk, 2016. Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) Sebagai Pewarna Alami
Untuk Pewarnaan Bakteri. Mataram : Poltekkes Kemenkes Mataram

29

Anda mungkin juga menyukai