Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PERIODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Tugas makalah
Maret 2018

PERAN NUTRISI TERHADAP JARINGAN


PERIODONTAL

NAMA : SARI UTAMI

STAMBUK : J035171009

MAKASSAR

2018
PENDAHULUAN

Nutrisi adalah senyawa atau unsur-unsur kimia yang terkandung dalam makanan dan diperlukan

untuk metabolisme di dalam tubuh secara normal. Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi

antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya. Nutrien adalah zat organik, zat anorganik

dan zat yang memproduksi energi yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan untuk fungsi

tubuh antara lain seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Manusia

memerlukan nutrient yang penting dalam makanan untuk pertumbuhan dan mempertahankan

semua jaringan tubuh serta fungsi normal dari seluruh proses tubuh.1

Kondisi kesehatan jaringan periodontal, seperti halnya jaringan lainnya sangat bergantung pada

suplai nutrisi yang adekuat dan proses metabolik yang tepat. Diet makanan yang adekuat sangat

berhubungan dengan komposisi nutrisinya.1

DEFINISI NUTRISI

Istilah nutrisi bisa digambarkan sebagai suatu proses bagaimana seseorang memanfaatkan

makanan. Proses ini sangatlah kompleks, melibatkan pencernaan, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan eliminasi berbagai nutrisis yang dapat ditemukan di dalam

berbagai macam diet yang kita sebut makanan. Semua komponen ini memiliki fungsi masing-

masing terhadap pemeliharaan tubuh, perkembangan, reproduksi dan fungsi organ-organ tubuh.1

Kesehatan jaringan periodontal sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kesehatan mulut,

genetik, faktor epigenetik, kondisi kesehatan sistemik, dan nutrisi. Berbagai penelitian telah

meneliti bahwa keseimbangan diet memiliki peran dalam memeprtahankan kesehatan jaringan
periodontal. Selain itu, pengaruh suplemen nutrisi dan komponen makanan telah diketahui

memiliki efek terhadap proses penyembuhan terutama setelah proses bedah periodontal. Beberpaa

penelitian mencoba untuk mencari hubungan antara kehilangan gigi, kesehatan jaringan

periodontal, dan nutrisi. Lebih jelas lagi, formasi tulang dan proses regenerasi jaringan periodontal

juga dipengaruhi oleh faktor sepereti vitamin, mineral, dan beberapa elemen lainnya. Efek nutrisi

yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang. 2

Fungsi nutrisi adalah :

1. Pertumbuhan

2. Pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh

3. Mekanisme pertumbuhan tubuh

4. Proses metabolisme dalam tubuh

Nutrisi memiliki efek yang sangat besar terhadap jaringan periodontal. Nutrisi terdiri dari dua tipe,

yaitu mikronutrien dan makronutrien.

Makronutrien :

 Karbohidrat

 Protein

 Lemak

Mikronutrien :

 Vitamin :

 Larut dalam air : vitamin B, dan C


 Larut dalam lemak : Vitamin A, D, E, K 1

Mikronutrien adalah sejumlah komponen dalam jumlah kecil yang diperlukan tubuh. Makanan

kita biasanya mengandung sejumlah antioksidan yang terdapat dalam mikronutrien. Antioksidan

mikronutrien termasuk vitamin A (karotin dan β-karotin), vitamin C (asamaskorbik), vitamin E

(α-tocopherol), glutathione, dan melatonin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antioksidan

ini dapat mengatasi proses inflamasi jaringan periodontal.2

Makronutrien adalah sejumlah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar seperti mineral,

protein, karbohidrat dan lemak, selain oksigen dan air. Asupan karbohidrat yang tinggi

berpengaruh terhadap penyakit periodontal dan terjadinya karies gigi.2

Karbohidrat

Glukosa dan karbohidrat telah kita ketahui bersama sebagai faktor yang dapat meningkatkan karies

pada gigi, namun juga dapat menyebabkan perdarahan pada gingiva. Sebanyak 7 penelitian

meneliti meningkatnya perdarahan gingiva seiring dengan meningkatnya intake glukosa.

Peningkatan perdarahan gingiva ini juga bahkan terjadi pada dokter gigi dan mahasiswa

kedokteran gigi yang tentunya memiliki kesehatan mulut yang baik. Sebuah penelitian dilakukan

untuk melihat perdarahan ginigva pada populasi yang mengkonsumsi makanan selama 4

minggu.tanpa menyikat gigi atau menggunakan dental floss. Sebagian peneliti menduga bahwa

kondisi gingiva mereka akan mengalami kerusakan, namun pada kenyataannya tidak terjadi

kerusakan sama sekali. Meskipun terjadi peningkatan plak gigi, terjadi penurunan perdarahan

gingiva. 3
Lemak

Jenis lemak dalam makanan ada hubungannya dengan kesehatan secara umum dan kesehatan

jaringan periodontal. Sebagian besar omega-6 terdapat dalam minyak sayur, yang dapat

meningkatkan kesehatan jantung dan darah. Pernyataan ini biasanya tidak pernah terjadi terutama

dalam hal pencegahan serangan jantung atau kematian. Sebuah penelitian sistematik review baru-

baru ini telah melaporkan hal yang sebaliknya. Peningkatan konsumsi omega-6 ada hubungannya

dengan peningkatan resiko henti jantung dan penyakit jantung koroner. Konsumsi minyak sayur

yang tinggi ada hubungannya dengan peningkatan penyakit periodontal oleh karena itu kesehatan

periodontal yang buruk ada hubungannya dengan kesehatan jantung dan darah.3

Protein

Kesehatan jaringan periodontal merupakan salah satu hal yang penting dalam kesehatan manusia,

dan protein memegang peran dalam mempertahankannya. Salah satu gejala penyakit Kwashiorkor

yang merupakan penyakit karena kekurangan protein adalah kehilangan gigi dan lesi pada jaringan

periodontal.3

Kekurangan suplai karbohidrat dapat menyebabkan :

 Perubahan gen

 Mempengaruhi metabolisme plak gigi

 Karies pada gigi

 Penyakit periodontal
Kekurangan protein dapat menyebabkan :

 Atrofi papilla lingual

 Degenerasi jaringan ikat

 Perubahan pada pembentukan dentin

 Perubahan pada pembentukan semen

 Perubahan pada pembentukan rahang atas

 Maloklusi

 Hypoplasia email

Kekurangan lemak dapat menyebabkan :

 Inflamasi dan degenerasi patologis

 Pembengkakan kelenjar parotid – hiposalivasi

 Degenerasi kelenjar parenkim 4


MALNUTRISI

Malnutrisi adalah keadaan kelainan berbagai macam nutrisi yang dapat dikategorikan ke dalam

beberapa jenis.

Klasifikasi Malnutrisi :

1 Sumber: Primer
Sekunder
2 Tipe: Berlebihan, keracunan (kelebihan nutrisi)
Kekurangan (kekurangan nutrisi)
3 Nutrisi: Vitamin, elemen, protein, sumber energi

4 Derajat: i. Ringan, sedang, buruk


ii. Depleted stores-lesi biokimia-perubahan fungsi-
structure lesion
5 Durasi: Akut, sub-akut, kronik

6 Hasil: Reversible, irreversible

Hubungan antara nutrisi dan kesehatan rongga mulut hingga saat ini telah diketahui. Sebagai

contoh, diet makanan manis dapat meningkatkan pembentukan plak dan menyebabkan gigi

berlubang sehingga terjadi kesehatan mulut yang buruk. Hubungan yang kuat antara kegemukan

dan penyakit periodontal juga telah dilaporkan. Tentu saja, badan yang gemuk sangat berhubungan

dengan peningkatan perdarahan gingiva pada pasien lanjut usia. Selain itu juga, polyunsaturated

fats seperti omega-3 telah diteliti memiliki efek positif terhadap jaringan periodontal.2
Intake vitamin B sangat berpengaruh terhadap pembentukan clinical attachment setelah bedah

periodontal. Defisiensi vitamin D memberikan efek yang buruk setelah operasi bedah. Terdapat

penelitian pada binatang yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara supelemen

vitamin D3 dengan osseointegrasi pada implan gigi.2

DEFISIENSI NUTRISI UTAMA

Kekurangan dua nutrisi utama muncul sebagai peran utama dalam faktor etiologi penyakit

periodontal. Malnutrisi protein kalori adalah maslaah utama yang dapat menyebabkan lesi

periodontal akut pada anak-anak di negara-negara berkembang. Sebaliknya, defisiensi kalsium

yang relative diabandingkan dengan fosfor dala diet bisa menjadi peran utama dalam

perkembangan penyakit periodontal pada orang dewasa di negara-negara industri.1

Malnutrisi Protein Kalori

Malnutrisi protein kalori (Kwashiorkor) sudah dikenal luas sebagai gangguan nutrisi pada negara-

negara berkembang. Biasanya terjadi pada anak-anak umur 1-3 tahun.

Perubahan pada Jaringan Periodontal:

 Osteoporosis dan kehilangan tulang alveolar

 Pada penelitian epidemiologi didapat bahwa anak-anak penderita Kwashiorkor

memperlihatkan perbedaan signifikan pada skor OHIS dan memperlihatkan kondisi

patologi periodontal jika dibandingkan dengan anak-anak dengan umur yang sama dengan

tingkat sosialekonomi yang tinggi

 NUG jarang didapat pada anak-anak di negara berkembang 1


Mekanisme Malnutrisi Protein-Kalori pada Jaringan Periodontal

Proses regenerasi epitel gingiva terdapat pada lapisan basal. Lesi-lesi pada organ dengan sel-sel

yang padat mengalami pembaharuan dan tingginya protein adalah karakteristik malnutrisi protein-

kalori. Faktor etiologi lokal pada penyakit periodontal, jaringan periodontal dipercaya akan

mengalami proses penyembuhan dan perbaikan. Proses penyembuhan memperlihatkna gambaran

sel-sel, kolagen, dan mukopolisakarida. Sangat tidak terduga, jaringan periodontal rentan terhadap

defisiensi nutrisi.1

EFEK NUTRISI TERHADAP INTEGRITAS JARINGAN PERIODONTAL

Sirkulasi pada Gingiva

Konsistensi makanan dapat meningkatkan jumlah, distribusi dan jenis pembuluh-pembuluh

kapiler. Sirkulasi gingiva dapat meningkat disebabkan oleh makanan dengan konsistensi keras

secara mekanik meningkatkan perubahan nutrisi antara darah dan jaringan. Sehingga hal ini akan

meningkatkan metabolisme gingiva.1

Sel Epitel

Derajat keratinisasi dari stratified squamous epitelium yang memberikan perlindungan terhadap

trauma atau luka lainnya sangat dipengatuhi oleh perubahan asupan makanan. Tanpa perlindungan

ini, iritasi kimia dan bakteri dapat menyebabkan inflamasi pada jaringan periodontal.
Ligamen Peridontal

Proses mengunyah, yang merupakan suatu aksi mekanik, menghasilkan kompresi dan ekspansi

jaringan periodontal antara gigi dimana satu persatu menstimulasi pembersihan sisa-sisa produk

melalui sistem pembuluh darah besar dan limfe dan sebagai jalan masuk nutrisi ke dalam jaringan

periodontal melalui pembuluh darah arteri.

Tulang Alveolar

Keseimbangan antara resorpsi tulang alveolar dan pembentukan tulang baru secara material

dibantu oleh asupan makanan dengan konsistensi keras. Gangguan keseimbangan oleh fungsi yang

tidak adekuat ini dipengaruhi oleh makanan lunak akan menyebabkan atrofi pada aktivitas tulang.1

Karbohidrat dan Jaringan Periodontal

Plak adalah lapisan biofilm yanag mengandung glikoprotein, mucin, dan bakteri yang melekat

pada permukaan gigi. Jika plak tetap ada pada permukaan gigi dalam beberapa hari, maka terjadi

mineralisasi dan terbentuklah kalkulus. Kalkulus adalah tempat potensila bagi bakteri pathogen

seperti Phorphyromoas gingivalis, Prevotella intermedia, Tannerella forsythia dan Treponema

denticola. Suplai gula merupakan faktor terbentuknya plak. Telah dilakukan penelitian bahwa

sukrosa memiliki efek kariogenik dibandingkan fruktosa dan glukosa. Sugar berpengaruh terhadap

pembentuk an karies gigi dan penyakit periodontal disebabkan oleh fermentasi bakteri dan

produksi asam, yang menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Beberapa penelitian telah

memperlihatkan bahwa terdapat hubungan langsung antara karies gigi dan jumlah asupan gula.

Xylitol, alcohol yang mengandung gula dihasilkan oleh hidrogenasi xylose sugar yang merupakan
pemanis buatan yang digunakan sebagai bahan alternatif gula. Mungkin karena efek antibakteri

yang dapat melawan bakteripatogen sepereti yang disebutkan di atas. Tentu saja, kebersihan mulut

dan terapi non bedah sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan jaringan periodontal.

Sebab itu, asupan gula, scaling, root planning dan penggunaan xylitol memiliki efek potensial

terhadap peningkatan kesehatan jaringan periodontal pada populasi secara umum.2

Karbohirat dan Lemak

Pada tubuh manusia, sekitar 19% total organisme anaerobik pada krevikuler gingiva adalah

Streptococcus mutans. Karbohidrat, khususnya sukrosa berperan dalam proliferasi dan

metabolisme energi dari bakteri Streptococci ini. Mikroorganisme ini tidak hanya terdapat pada

krevikuler gingiva namun juga pada populasi bakteri yang terdapat dalam plak. Organisme pada

plak ini dapat merubah karbohidrat menjadi cairan ekstraseluler dan glikogen intraseluler seperti

polisakarida yang dapat memproduksi massa plak gigi, sehingga menyebabkan iritasi gingiva.

Terdapat beberapa bukti dimana asupan karbohidrat dalam jumlah banyak berpengaruh terhadap

kesehatan gingiva dan proses penyembuhan luka.

Lemak

Pengetahun tentang pengaruh lemak terhadap jaringan periodonsium sangat kurang. Pada suatu

penelitian didapatkan bahwa terjadi perubahan inflamasi pada kelompok individu gemuk yang

ditandai terjadinya inflamasi gingiva yang dilapisi oleh epitel yang tipis, jaringan fibrosis tidak

beraturan, resorpsi tulang dan adanya proliferasi jaringan. Pada suatu penelitian tentang tingkat

kolesterol darah terhadap kesehatan jaringan periodontal :


 Terdapat hubungan positif antara CPTIN dengan kolesterol

 Terdapat hubungan negatif antara CPTIN dengan kolesterol

 Terdapat hubungan positif antara CPTIN dengan LDL kolesterol

Vitamin

Vitamin adalah substansi organik yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil yang diperlukan

dalam proses metabolisme. Jika tidak terdapat dalam asupan makanan akan menyebabkan penyakit

defisiensi. Tubuh manusia tidak mampu memproduksinya oleh karena itu hanya bisa didapatkan

dalam makanan. Vitamin secara umum dibagi dua tipe, larut dalam air, dan larut dalam lemak.

Vitamin larut dalam Air

Vitamin C

Fungsi vitamin C adalah sebagai antioksidan dalam tubuh manusia. Sebagai co-enzim, vitamin C

juga berperan dalam proses metabolisme. vitamin C sangat penting dalam pembentukan kolagen

(protein yang tidak dapat larut dari jaringan ikat, kartilago, dan tulang), yang berperan dalam

proses penyembuhan luka. Vitamin C dapat memperkuat jaringan dan meningkatkan keutuhan

pembuluh darah kapiler. Vitamin C berperan dalam pembentukan sel darah merah dengan

mengubah absorpsi dan kegunaan besi. Vitamin C juga membantu tubuh dengan menyediakan

asam folat dan vitamin B12. Berdasarkan bukti epidemologi, mengkonsumsi asam askorbik atau

vitamin C dihubungkan dengan rendahnya risiko penyakit pada lambung dan kanker esofagus.

Scurvy , yang disebabkan oleh kekurangan vitamin C dapat terjadi dalam 20 hari. Penyakit ini
ditandai oleh perdarahan gingiva spontan, adanya petekiae, hyperkeratosis, diare, fatigue, depresi

dan terhentinya pertumbuhan tulang. Lesi pada tulang dan pembuluh darah diduga ada

hubungannya dengan Scurvy yang menyebabkan kesalahan dalam pembentukan osteoid.

Kekurangan vitamin C pada masa perkembangan gigi bisa menyebabkan perubahan dengan gejala

yang mirip dengan Scurvy yang disebabkan perubahan ameloblas dan odontoblas. Atrofi

ameloblas dan odontoblas juga dapat terjadi karena kekurangan vitamin C. Gingivitis yang

disebabkan oleh kekurangan vitamin C, juga mempengaruhi jaringan periodontal, yang pada

akhirnya menyebabkan kegoyangan gigi. Efek ini diduga ada hubungannya dengan sedikitnya

kolagen karena kekurangan vitamin C yang bisa menyebabkan resorpsi tulang alveolar.5

Dalam tubuh terdapat asam askorbik jika tubuh dalam kondisi sehat, pada laki-laki dalam keadaan

sehat terdapat sekitar 1500mg asam askorbik dan sekitar 3% digunakan untuk aktivitas sehari-hari

seperti berenang. Efek asam askorbik terhadap jaringan periodontal telah diteliti pada penelitian-

penelitian sebelumnya.

1. Asam askorbik rendah mempengaruhi metabolisme kolagen dalam jaringan periodontal

sehingga dapat mempengaruhi kemampuan regenerasi jaringan.

2. Defisiensi asam askorbik dapat mengganggu pembentukan tulang sehingga dapat

menyebabkan kehilangan tulang pada jaringan periodontal.

3. Defisiensi asam askorbik dapat meningkatkan permeabilitas mukosa mulut.

4. Meningkatnya asam askorbik menyebabkan perubahan kemoaksis dan migrasi leukosit.

5. Level optimal asam askorbik sangat dibutuhkan untuk mempertahankan keutuhan jaringan

periodontal demikian juga dengan respon vascular terhadap iritasi bakteri dan proses

penyembuhan luka.
6. Tidak adanya asam askorbik dapat mengganggu keseimbangan ekologi bakteri pada plak

sehingga meningkatkan efek pathogenesis bakteri.

Defisiensi Vitamin B-Kompleks

Vitamin B kompleks termasuk tiamin, riboflavin, niacin, pyridoxin, biotin, asam folat, dan

kobalamin (B12).

Thiamin

Juga dikenal sebagai “antineurotic factor” karena aksi farmakologik antagonistik melawan

acethylcholine. Defisiensi thiamin dapat menyebabkan penyallit “beri-beri” suatu kondisi yang

ditandai oleh multiple neuritis, edema, dan efusi cairan. Manifestasi klinik pada mukosa mulut

antara lain :

 Hipersensitivitas gigi dan mukosa mulut

 Gingiva bisa berwarna “dusty rose”

 Kehilangan stippling gingiva

 Aphthous ulcerations

Riboflavin

Defisiensi riboflavin berpengaruh terhadap jaringan ectodermal. Umumnya terjadi angular-

cheilitis.
Asam Folat

Defisiensi asam folat dapat menyebabkan :

 Nekrosis gingiva

 Nekrosis ligamen periodontal

 Nekrosis tulang alveolar

Vitamin larut dalam Lemak

Vitamin A, D, E, dan K adalah vitamin yang larut dalam lemak.

Defisiensi Vitamin A

Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan :

 Hyperplasia dan hiperkeratinisasi epitel gingiva ditandai proliferasi epitel penghubung

 Lambatnya proses penyembuhan

Vitamin D

Vitamin D diperlukan dalam absorpsi kalsium dari gastrointestinal dan berperan dalam

keseimbangan kalsium dan fosfor. Efek defisiensi terhadap jaringan periodontal antara lain :

 Osteoporosis tulang alveolar

 Osteoid yang tidak terkalsifikasi

 Kesalahan absorpsi osteoid

 Kekurangan ruang pada ligamen periodontal


 Penyimpangan pola perkembangan tulang alveolar

Vitamin E

Defisiensi vitamin E berpengaruh pada pembentukan kolagen

Vitamin K

Asupan vitamin K yang baik dapat mencegah terjadinya penyakit periodontal.

Mineral

Kalsium dan Fosfor

Kalsium dan fosfor berperan dalam hyperparathyroidism. Defisiensi kalsium dan fosfor antara lain

dapat menyebabkan :

 Osteoporosis tulang alveolar

 Kurangnya substansi sementum

 Kurangnya ukuran dan jumlah serat periodontal 1

ANTIOKSIDAN DAN KESEHATAN JARINGAN PERIODONTAL

Rongga mulut seperti halnya jaringan lainnya, mengalami inflamasi dan luka yang bisa disebabkan

oleh penyakit atau trauma. Proses inflamasi melibatkan produksi ROS ( reactive oxidative species)

oleh sel imun yang dstimulasi oleh bakteri patogen. ROS dan reaktif radikal bebas mampu

menimbulkan kerusakan jaringan dengan mengubah struktur kimia molekul. Khususnya merusak
lemak dengan cara menginisiasi rantai peroksida lipid. Normalnya, respirasi aerob menyebabkan

produksi ROS. Namun, enzim antioksidan mengurangi produksi ROS untuk mengurangi

kerusakan sel. Di satu sisi, jika produksi ROS berlebihan karena proses inflamasi atau kerusakan

jaringan, maka sistem antioksidan tidak mampu untuk mengatasi kerusakan oksidasi. Jika

keseimbangan produksi ROS dan enzim antioksidan terganggu, maka terjadi tekanan terhadap

oksidasi. Antioksidan dapat membantu mengurangi keparahan penyakit dengan adanya ROS.

Jumlah komponen nutrisi yan dikonsumsi sebagai antioksidan memiliki potensi dalam

meningkatkan kesehatan dan penyembuhan jaringan periodontal. 2

Gambar 1: penyakit periodontal adalah suatu proses kompleks dari infeksi dan inflamasi sehingga terjadi produksi
ROS, yang pada akhirnya akan menyebabkan periodontitis. Antioksidan mampu meningkatkan kesehatan jaringan
periodontal dengan mengurangi tingkat oksidasi yang didapat dari ROS.

PENGARUH NUTRISI TERHADAP PENYAKIT PERIODONTAL

Penyakit periodontal dihubungkan dengan peningkatan produksi reaktif oksigen yang jika tidak

dipenuhi dengan baik akan menyebabkan kerusakan jaringan host dan sel. Nutrisi yang

mengandung antioksidan, sebagai contoh, asam askorbik (vitamin C), beta karoten dan alfa
tokoperol (vitamin E) sangat penting pada proses reaktif oksigen dan bisa ditemukan pada berbagai

macam buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Penelitian terbaru meneliti peran proteksi

antioksidan terhadap penyakit periodontal.6

Gambar 1: kekurangan nutrisi yang menyebabkan penyakit periodontal

Penyakit periodontal dapat berkembang sangat cepat, perjalanan penyakit dimulai dari gingiva,

ligament periodontal hingga tulang alveolar. Faktor risiko terpenting dalam perkembangan

penyalit periodontal terbanyak ditunjukkan oleh kesehatan rongga mulut yang buruk. National

Health and Nutrition Survey pada tahun 2001/2002 melakukan pemeriksaan dan didapat data

bahwa rendahnya asam folat ada hubungannya dengan penyakit periodontal. Tingkat serum asam

folat adalah indeks penting dari penyakit periodontal.

Malnutrisi dan kesehatan mulut yang buruk merupakan dua faktor penting yang menjadi penyebab

necrotizing gingivitis. Program pencegahan penyakit sebaiknya meliputi evaluasi sistem imun dan

juga program nutrisi. Tujuan dari dukungan nutrisi terhadap penyakit inflamasi adalah untuk
menyediakan energi yang tepat dan makanan yang tepat untuk merespon sintesis protein pada fase

akut, mediator inflamasi, mekanisme antioksidan, dan juga peningkatan perbaikan jaringan.

Beberapa nutrisi memiliki peran yang penting dalam proses inflamasi. Ada hubungan antara diet

dengan penyakit periodontal. Baru-baru ini, American Society of periodontology, mengungkapkan

pentingnya diet untuk senyum yang sehat. Di satu sisi, korelasi antara konsumsi kalsium dan

penyakit periodontal dapat disebabkan karena adanya peran kalsium dalam membentuk densitas

tulang alveolar yang menjadi pendukung gigi. Demikian juga konsumsi vitamin C merupakan hal

yang fundamental dalam mempertahankan perbaikan dan aktivasi perbaikan jaringan.4


Referensi:

1. Mahajan A, Mahajan P, Thakur S, Kashyap D, Kumar A. Role of Nutrition in Periodontal


Health - A Review. J Dent. 2014;2(2):35-43.

2. Najeeb S, Zafar MS, Khurshid Z, Zohaib S, Almas K. The role of nutrition in periodontal
health: An update. Nutrients. 2016;8(9):1-18. doi:10.3390/nu8090530.

3. Hujoel PP, Lingström P. Nutrition, dental caries and periodontal disease: a narrative
review. J Clin Periodontol. 2017;44:S79-S84. doi:10.1111/jcpe.12672.

4. Scardina GA, Messina P. Good oral health and diet. J Biomed Biotechnol. 2012;2012(vii).
doi:10.1155/2012/720692.

5. Ghosh A, Pallavi S, Nagpal B, Hedge U, Archana S, Nagpal J. Role of Vitamins in Oral


Health & Disease : an Overview. Indian J Appl Res. 2015;5(12):292-295.

6. Moynihan PJ. The role of diet and nutrition in the etiology and prevention of oral diseases.
Bull World Heal Organ. 2005;83(4):694-699. doi:S0042-96862005000900015 [pii]
/S0042-96862005000900015.

Anda mungkin juga menyukai