Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keputusasaan adalah suatu kondisi yang sangat umum dialami oleh setiap orang
dalam hidupnya. Secara psikologis, keputusasaan sangat erat kaitannya dengan harapan.
Keduanya memiliki kaitan yang erat, namun merupakan dua pengalaman yang berbeda.
Orang yang putus asa, akan mampu mengatasi keputusasaan tersebut dengan
menghadirkan harapan dalam dirinya ketika menghadapi situasi sulit. Semakin seorang
individu menyadari dan memahami keputusasaannya, maka semakin dirinya berpotensi
untuk mengembangkan harapan akan situasi yang lebih baik, begitu juga sebaliknya
(Farran dkk, 1995)
Dari survei terbaru didapatkan bahwa depresi memiliki prevalensi paling tinggi
(hampir 17%) dibandingkan gangguan jiwa lainnya (Sadock & Sadock, 2007). Menurut
WHO, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1%
diantaranya adalah gangguan jiwa berat (Depkes, 2009). Prevalensi selama kehidupan,
pada perempuan mencapai 10-25% dan laki-laki 5-12% (Amir, 2007). Berdasarkan data
Riskesdas tahun 2007, Indonesia menunjukkan prevalensi gangguan mood seperti
gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa (Depkes,
2010). Sekitar 10% pada perawatan primer dan 15% dirawat di rumah sakit. Pada anak
sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja didapatkan prevalensi 5%
dari komunitas memiliki gangguan depresif berat (Ismail dan Siste, 2010). Depresi
terjadi mulai dari usia anak sampai usia tua. Sebelum pubertas, anak-anak berisiko sama
untuk depresi, sedangkan setelah masa pubertas tingkat depresi adalah sekitar dua kali
lebih tinggi pada anak perempuan (Brant & Birmaher, 2002). Alasan untuk perbedaan
tingkat depresi antara perempuan dan laki-laki diduga faktor hormon dan stresor
psikososial yang berbeda (Sadock & Sadock, 2007).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Keputusasaan?
C. Tujuan
Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Keputusasaan
BAB II
PEMBAHASAN

A. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KEPUTUSASAAN


1. Pengertian
Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seseorang individu yang melihat
keterbatasan atau tidak ada alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak
dapat memobilisasi energi yang dimilikinya (NANDA, 2005).

2. Tanda dan gejala


a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa
(“saya tidak dapat melakukan sesuatu”)
b. Sering mengeluh dan tampak
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, efek datar atau tumpul
e. Menarik diri dari lingkungan
f. Kontak mata kurang
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh
h. Nampak selalu murung atau blue mood
i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takippneu)
j. Menurun atau tidak adanya selera makan
k. Peningkatan waktu tidur
l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan
m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan
n. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna

3. Pohon masalah
Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga diri renda (Keliat, 2005)

3. Intervensi
a. Tujuan umum : Klien mampu mampu mengekspresikan harapan positif
tentang masa depan, mengekspresikan tujuan dan arti kehidupan
b. Tujuan khusus:
-klien mampu Membina hubungan saling percaya,
- Mengenal masalah keputusasaan.
- Berpartisipasi dalam aktivitas
- Menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung

c. Tindakan keperawatan:

1. Bina hubungan saling percaya

-Ucapkan salam
-Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
- Tanyakan nama klien dan panggilan yang disukai\
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Dengarkan klien dengan penuh perhatian
- Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya
1. Klien mengenal masalah keputusasaannya
-Beri kesempatan bagi klien untuk mengungkapkan perasaan
sedih/kesendirian/keputusasaannya
-Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya
dengan cara pandang perawat terhadap kondisi klien
-Bantu klien mengidentifikasi tinghkah laku yang mendukung putus asa:
pembicaraan abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurangnya
partisipasi dalam aktivitas
-Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk atasi masalahnya,
tanyakan manfaat dari cara yang digunakan
-Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan
oleh klien.
-Beri alternatif penyelesaian masalah atau solusi
-Bantu klien identifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative
-Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor
risiko terbesar dalam ide untuk bunuh diri): tanyakan tentang rencana,
metode, dan cara bunuh diri.
2. Klien berpartisipasi dalam aktivitas
-Identifikasi aspek positif dari dunia klien (‘keluarga anda menelepon RS
setiap hari untuk menanyakan keadaanmu”)
-Dorong klien untuk berfikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus
asa
-Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran
dan perasaan positif
-Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam
mencapai tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktifitas

3. Klien menggunakan keluarga sebagai sistem pendukung


a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga:
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri: sebutkan nama dan panggilan yang disukai
3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang diisukai dan hubungan
dengan klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Buat kontrak pertemuan
b. Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
c. Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien
atasi masalah dan bagaimana hasilnya
d. Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien atasi masalahnya
e. Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan:
1) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi
2) Psikofarmaka yang diperoleh klien: manfaat, dosis, efek samping,
akibat bila tidak patuh minum obat
3) Cara keluarga merawat klien
4) Askes bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien
(puskesmas, RS)
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Keputusasaan adalah suatu kondisi yang sangat umum dialami oleh setiap orang
dalam hidupnya. Secara psikologis, keputusasaan sangat erat kaitannya dengan
harapan. Keduanya memiliki kaitan yang erat, namun merupakan dua pengalaman
yang berbeda. Orang yang putus asa, akan mampu mengatasi keputusasaan tersebut
dengan menghadirkan harapan dalam dirinya ketika menghadapi situasi sulit.
Semakin seorang individu menyadari dan memahami keputusasaannya, maka
semakin dirinya berpotensi untuk mengembangkan harapan akan situasi yang lebih
baik, begitu juga sebaliknya

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai