Anda di halaman 1dari 10

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No.

1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

FORMULASI SEDIAAN OBAT KUMUR HERBA PATIKAN KEBO


(Euphorbia hirta) DAN UJI ANTIBAKTERI Prophyromonas gingivalis
Sari R Kono1), Paulina V. Y. Yamlean1), Sri Sudewi1)
1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Indonesian population, many of them suffer from tooth and mouth disease caused by local
accumulation of dental plaque bacteria. Porphyromonas gingivalis is one of the bacteria, which cause the
tooth disease. Euphorbia hirta (hairy spurge) contains chemical compounds of tannins, phenols, saponins,
and flavonoids and is also an antibacterial against Porphyromonas gingivalis bacteria. The objective of this
research is to formulate the mouthwashes preparation of hairy spurge plant with concentration of 0.5%, 1%
and 2%, and to test the antibacterial activity. The results showed that the extract of hairy spurge plant can
be formulated into mouthwash and has antibacterial activity with the best inhibition zone at 2%
concentration with the mean diameter of the inhibition zone was 35.5 mm.

Keywords: hairy spurge plant, Mouthwash, Porphyromonas gingivalis

ABSTRAK

Penduduk di Indonesia banyak yang menderita penyakit pada gigi dan mulut yang disebabkan
karena adanya akumulasi lokal bakteri plak gigi. Porphyromonas gingivalis merupakan salah satu bakteri
yang menyebabkan penyakit pada gigi. Euphorbia hirta (Patikan kebo) mengandung senyawa-senyawa
kimia tanin, fenol,saponin, flavonoid dan juga merupakan antibakteri terhadap bakteri Porphyromonas
gingivalis. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi sediaan obat kumur tanaman patikan kebo
kosentrasi 0,5%, 1% dan 2 %, serta melakukan pengujian aktivitas antibakteri. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ekstrak tanaman patikan kebo dapat diformulasikan menjadi obat kumur dan memiliki
aktivitas antibakteri dengan zona hambat yang paling baik pada kosentrasi 2% dengan diameter rata-rata
zona hambat yaitu 35,5 mm.

Kata kunci : tanaman patikan kebo,obat kumur, Porphyromonas gingivalis

37
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN banyak digunakan sebagai bahan obat


adalah tanaman, dan telah digunakan dalam
Penduduk di Indonesia banyak yang kurun waktu cukup lama (Djauhariya dan
menderita penyakit pada gigi dan mulut. Hernani, 2004). Euphorbia hirta merupakan
Penyakit pada gigi dan mulut ini dapat salah satu tanaman obat tradisional yang
disebabkan karena adanya akumulasi lokal cukup tersebara luas di Indonesia. Tanaman
bakteri plak gigi. Salah satu penyakit gigi ini juga termasuk tanaman liar yang biasa
dan mulut yaitu periodontal. Penyakit tumbuh di permukaan tanah yang tidak
periodontal dapt didenfisikan sebagai suatu terlalu lembab dan ditemukan secara
peradangan sebagai suatu peradangan yang terpencar satu sama lain. Keberadaan
terjadi pada jaringan gigi dan apabila tidak tanaman tersebut di alam masih kurang
dirawat maka akan menyebabkan mendapat perhatian masyarakat, padahal
kehilanggan gigi. Penyakit periodontal yang selain berperan sebagai tanaman liar,
sering ditemukan ialah gingivitis dan tanaman ini juga berpotensi untuk dijadikan
periodontitis. Porphyromonas gingivalis sebagai tanaman obat (Wijayakusuma,
merupakan bakteri plak subgingiva yang 2000).
menyebabkan periodontitis (Newman et al., Kemampuan tanaman Euphorbia
2012). Pengendalian plak dapat dilakukan hirta (Patikan kebo) dalam mengobati
dengan berkumur nenggunakan antiseptik berbagai macam penyakit ini karena
yang merupakan perusak atau penghambat mengandung senyawa-senyawa kimia
pertumbuhan mikroorganisme. alkaloid,tanin, senyawa folifenol, dan
Penggunaan obat kumur sangat flavonoid (Herbi, 2015). Selain itu juga
efektif karena kemampuannya menjangkau merupakan antibakteri terhadap bakteri
tempat yang sulit dibersihkan dengan Porphyromonas gingivalis yang dapat
sikat gigi dan dapat merusak menyebabkan kerusakan pada gigi (Lusiana,
pembentukan plak. Penggunaan bahan 2016)
kimia untuk mencegah pembentukan plak Berdasarkan hal-hal di atas, penulis
gigi karena efek antimikrobialnya, di melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
antaranya adalah dengan bahan yang potensi ekstrak patikan kebo dengan
mengandung antibakteri (Widodo dan memformulasikan ekstrak kedalam bentuk
lambri, 1980). Obat kumur merupakan sediaan obat kumur dan menguji aktivitas
suatu larutan air yang digunakan sebagai antibakteri terhadap bakteri Porphyromonas
pembersih untuk meningkatkan kesehatan gingivalis.
rongga mulut, estetika dan kesegaran
nafas (Power dan Sakaguchi, 2006). Obat METODE PENELITIAN
kumur dapat digunakan untuk membunuh Alat
bakteri, menghilangkan bau tak sedap dan Alat yang digunakan dalam
mencegah karies (Akande et al., 2004). penelitian yaitu timbanagan analitik,
Indonesia merupakan salah satu blender, gelas ukur, gelas piala, batang
negara penghasil tanaman obat yang pengaduk, kertas saring, cawan petri, rotary
potensial, dimana hasil alam yang paling evaporator, lemari pendingin, botol kaca,

38
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

beker gelas, pipet, erlenmeyer, autoklaf, pH sebanyak 500 mL. sampel tersebut disaring
meter universal, aluminium foil, jangka mengunakan kertas saring menghasilkan
sorong, laminar air flow (LAF), incubator, filtrat dua dan ampas dua. Filtrat satu dan
sentrifugasi, kawat ose. filtrat dua dicampur menjadi satu, sehingga
Bahan diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental
Bahan yang digunakan dalam yang dihasilkan dimasukkan kedalam oven.
penelitian ini yaitu bakteri Prophyromonas Ekstrak ditimbang dan disimpan dalam
gingivalis, esktra patikan kebo, propilen wadah gelas tertutup sebelum digunakan
glikol, PEG-40 hydrogenated castor oil, untuk pengujian
Oleum menthe, Asam benzoate, Natrium Pembuatan Obat Kumur
Benzoat, Kalium tiosianat, Kalsium laktat,
Sorbitol 70%, , etanol 96%, nutrient agar a. Pembuatan fase larut air yaitu dengan
(NA), Enkasari dan NaCl 0,9 %. dilarutkannya bahan-bahan yang larut
dalam air masing-masing, seperti kalsium
Penyiapan Sampel
Sampel yang yang akan digunakan laktat dan kalium tiosinat.
diambil dari area kampus Universitas Sam b. Bahan-bahan yang kurang larut dalam air
Ratulangi Manado. Sampel Patikan Kebo (asam benzoat, ekstrak tanaman patikan
yang telah diambil dicuci bersih, kemudian kebo) dilarutkan dengan oleum menthe
diangin-anginkan selama 2 hari kemudian c. Kemudian, bahan (b) diemulsikan dengan
dikeringkan menggunakan oven pada suhu PEG-40 Hydrogenated Castro Oil.
400C, setelah kering sampel dihaluskan Kemudian propilen glikol ditambahkan
dengan menggunakan blender hingga sedikit demi sedikit dan diaduk hingga
menjadi serbuk. homogen.
d. Bahan (a) ditambahkan sedikit demi
Ekstraksi Sampel
Esktraksi sampel dilakukan dengan sedikit ke dalam bahan (c) sambil diaduk
cara maserasi. Sebanyak 200 gram sampel hingga homogen. Kemudian sorbitol 70%
direndam dalam 100 mL etanol 96% ditutup ditambahkan sedikit demi sedikit ke
dengan aluminium foil dan dibiarkan selama dalam sediaan, setelah itu diaduk hingga
5 hari pada suhu kamar sambil sesekali homogen.
diaduk. Setelah 5 hari sampel disaring e. Natrium benzoat dilarutkan dengan air
dengan menggunakan kertas saring Larut homogen, setelah itu ditambahkan
menghasilkan satu filtrat dan satu ampas. ke bahan (d) hingga mencapai pH 6-7
Ampas yang ada kemudian diremaserasi (pH didapar dengan natrium benzoat)
selama 2 hari menggunakan etanol 96%

Tabel 2.1 Formulasi sediaan obat kumur dengan kosentrasi 0,5%, 1%, dan 2%
Formula
Bahan Formula I Formula II
III
Ekstrak patikan kebo (g) 0,5 1 2
Propilen glikol (mL) 5 5 5

39
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

PEG-40 hydrogenated castor 1 1 1


oil (g)
Oleum menthe (tetes) 10 10 10
Asam benzoat (mg) 5 5 5
Natrium Benzoat (g) 2 2 2
Kalsium laktat (mg) 50 50 50
Kalium tiosianat (mg) 100 100 100
Sorbitol 70% (mL) 15 15 15
Aquadest (mL) ad 100 ad 100 ad 100

(sumber: Rachma,2010)

Evaluasi Sediaan untuk jarum Ose dan pinset disterilisasikan


Pengamatan Organoleptis dengan cara dibakar diatas api langsung
Pengamatan sediaan obat kumur (Lay dan Hastowo, 1992).
dilakukan dengan mengamati dari Pembuatan Media Agar Miring
penampilan dan aroma dari sediaan uji. Nutrient Agar (NA) sebanyak 0,28 g
dilarutkan dalam 10 mL aquades (28 g/1000
Pengujian pH mL) menggunakan erlenmeyer. Setelah itu
Pengukuran pH dilakukan dengan dihomogenkan dengan stirer di atas
menggunakan pH meter. pH yang muncul penangas air sampai mendidih. Sebanyak 5
dilayar dan stabil lalu dicatat. Pengukuran ml dituangkan masing-masing pada 2 tabung
dilakukan terhadap masing-masing sediaan reaksi steril dan ditutup dengan aluminium
uji. foil. Media tersebut disterilkan dalam
Uji Stabilitas outoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit,
kemudian dibiarkan pada suhu ruangan
Uji stabilitas dilakukan dengan selama ± 30 menit sampai media memadat
metode uji sentrifugasi. Sediaan obat kumur pada kemiringan 30o. Media Agar miring
2 mL dimasukkan ke dalam tabung digunakan untuk inokulasi bakteri (Lay,
sentrifugasi ke dalam tabung sentrifugasi, 1994).
kemudian dilakukan sentrifugasi pada Pembuatan Media Dasar dan Media
kecepatan 3000 rpm selama 30 menit. Hasil Pembenihan
sentrifugasi dapat diamati dengan adanya Nutrient Agar (NA) sebanyak 8,4 g
pemisahan atau tidak. dilarutkan dalam 300 mL aquades (28
Pembuatan Media g/1000 mL) menggunakan erlenmeyer.
Sterilisasi Alat Setelah itu, dihomogenkan dengan stirer di
Alat-alat yang digunakan dalam uji atas penangas air sampai mendidih. Media
aktivitas antibakteri ini disterilkan terlebih yang telah dihomogenkan kemudian
dahulu. Alat-alat gelas dan media disterilkan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C
dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15- selama 15 menit, selanjutnya didinginkan
20 menit dengan tekanan 15 Psi sedangkan sampai suhu ± 45-500C (Lay, 1994).

40
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

Inokulasi Bakteri pada Media Agar 2 lapisan media agar (Nainggolan, 2000)
Miring yang pengerjaannya Lapisan dasar dibuat
Bakteri uji diambil dengan jarum dengan menuangkan masing-masing 50 mL
Öse steril, lalu ditanamkan pada media agar NA ke dalam 3 cawan petri besar, kemudian
miring dengan cara menggores. Selanjutnya dibiarkan memadat. Setelah memadat,
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C permukaan lapisan dasar ditanam 5
selama 24 Pembuatan Larutan Mc. pencadang baja yang diatur jaraknya agar
Farland daerah pengamatan tidak bertumpu pada
Larutan standar Mc. Farland terdiri masing-masing cawan. Suspensi bakteri
dari dua bagian, bagian pertama yaitu H2SO4 dicampurkan ke dalam media pembenihan
1% dibuat dengan cara dipipet sebanyak 1 NA. Selanjutnya dituangkan 50 mL media
mL dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 pembenihan NA pada tiap cawan petri yang
mL dan tambahkan aquades hingga tanda diletakkan pecandang sebagai lapisan kedua.
batas. Larutan BaCl2.2H2O 1,175% dibuat Setelah lapisan kedua memadat, pecandang
dengan cara BaCl2.2H2O sebanyak 1,175 g diangkat secara aseptik menggunakan pinset
dimasukkan kedalam labu takar 100 mL dari masing-masing cawan petri, sehingga
dan dilarutkan dengan aquades hingga tanda terbentuk sumur-sumur.
batas. Selanjutnya diambil 9,95 mL larutan Uji Aktivitas Antibakteri Secara In-vitro
H2SO4 1% dan dimasukkan kedalam Uji aktivitas antibakteri secara in-vitro
erlenmeyer, kemudian dicampurkan dengan dilakukan dengan Larutan uji obat kumur
larutan dimasukkan dicampurkan dengan ekstrak tanaman patikan kebo dengan
larutan BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5 konsentrasi yang berbeda (0,5%, 1% dan
mL. Kemudian dikocok sampai terbentuk 2%) diteteskan pada sumur yang berbeda
larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebanyak 0,1 g/mL menggunakan
sebagai standar kekeruhan suspensi bakteri mikropipet. Larutan obat kumur tanpa
uji yang ekuivalen dengan konsentrasi ekstrak tanaman patikan kebo digunakan
bakteri 1,5 x 108 CFU/mL (Victor, 1980) sebagai kontrol negatif diteteskan pada
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji sumur sebanyak 0,1 g/mL menggunakan
Bakteri uji yang telah diinokulasi mikropipet. Larutan enkasari digunakan
diambil dengan kawat Öse steril lalu sebagai kontrol positif diteteskan pada
disuspensikan kedalam tabung yang berisi sumur dan diteteskan sebanyak 0,1 g/mL
10 mL larutan NaCl 0,9% hingga di peroleh menggunakan mikropipet. Cawan petri
kekeruhan yang sama dengan standar diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C
kekeruhan larutan Mc. Farland. Perlakuan selama 24 jam.
yang sama dilakukan pada setiap jenis Pengamatan dan Pengukuran
bakteri uji. Pengamatan dilakukan setelah 1x24
Pembuatan Media Pengujian jam masa inkubasi. Daerah bening
Media uji dibuat dengan metode merupakan petunjuk kepekaan bakteri
difusi agar (difusi Kirby dan baeur yang terhadap antibiotik atau bahan antibakteri
dimodifikasi) dengan cara sumuran dengan lainnya yang digunakan sebagai bahan uji

41
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

yang dinyatakan dengan lebar diameter zona Universitas Sam Ratulangi menyatakan
hambat (Vandepitte et al, 2005). Diameter bahwa tanaman yang digunakan dalam
zona hambat diukur dalam satuan milimeter penelitian ini adalah Patikan Kebo
(mm) menggunakan mistar berskala dengan (Euphorbia hirta).
cara diameter keseluruhan dikurangi Ekstraksi Tanaman Patikan Kebo
diameter sumuran 7 mm. Kemudian Sampel basah tanaman patikan kebo
diameter zona hambat tersebut dikategorikan dikeringkan dan diblender menghasilkan
kekuatan daya antibakterinya berdasarkan simplisia kering sebanyak 200 g. Kemudian
penggolongan (Davis and Stout, 1971). di ektraksi menggunakan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%
menghasilkan ekstrak kental sebanyak 14 g.
HASIL DAN PEMBAHASAN Evaluasi Sediaan
Hasil Uji Organoleptik
Indentifikasi Tanaman Pada pengujian ini diamati
Hasil identifikasi tanaman yang bau,warna dan bentuk dari sediaan obat
dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas kumur.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Tabel 3. Hasil pengujian organoleptik sediaan obat kumur tanaman patikan kebo
Formulasi Bentuk Warna Bau

FI Cair Hijau Bau khas ekstrak


FII cair hijau muda Bau khas ekstrak
FIII cair hijau tua Bau khas ekstrak

Keterangan :
FI : formulasi I (kosentrasi 0,5%)
FII : formulasi II (kosentrasi 1%)
FIII : formulasi III (kosentrasi 2%).
Uji pH tiap sediaan obat kumur harus sesuai dengan
Pengujian pH dilakukan dengan pH mulut yaitu 6-7. Hasil pengujian pH
menggunakan pH meter. pH yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil pengujian pH sediaan obat kumur tanaman patikan kebo
Formulasi pH

FI 6

FII 6,64

FIII 6,67
Keterangan :
FI : formulasi I (kosentrasi 0,5%)

42
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

FII : formulasi II (kosentrasi 1%)


FIII : formulasi III (kosentrasi 2%).
Uji Stabilitas adannya pemisahan atau tidak. Hasil
Uji stabilitas dilakukan dengan sentrifugasi dapat dilihat pada tabel 5.
metode uji sentrifugasi dengan melihat
Tabel 5. Hasil sentrifugasi sediaan obat kumur tanaman patikan kebo

Formulasi Konsistensi
FI Tidak terjadi pemisahan fase
FII Tidak terjadi pemisahan fase
FIII Tidak terjadi pemisahan fase

Keterangan :
FI : formulasi I (kosentrasi 0,5%)
FII : formulasi II (kosentrasi 1%)
FIII : formulasi III (kosentrasi 2%).
Uji Aktivitas Antibakteri yang terbentuk. Zona bening yang diukur
Uji aktivitas antibakteri sediaan obat diameternya menggunakan mistar berskala.
kumur ekstrak tanaman patikan kebo Hasil pengukurannya dapat dilihat pada
terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis Tabel 6
dilakukan dengan mengukur zona bening
Tabel 6. Hasil uji aktivitas antibakteri sediaan obat kumur ekstrak tanaman patikan kebo
Formulasi Diameter Zona Bening (mm)

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata

K (-) 0 0 0 0
FI 25 27 32,5 28,1
FII 27 31,5 33,5 30,6
FIII 28 32,5 36 32.1
K(+) 27,5 28 35,5 30,3

Keterangan :
FI : formulasi I (kosentrasi 0,5%)
FII : formulasi II (kosentrasi 1%)
FIII : formulasi III (kosentrasi 2%)
K(-) : Kontrol negatuf (obat kumur tanpa ekstrak)
K(+) : kontrol positif (enkasari)

43
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

PEMBAHASAN menambah kesegaran pada rasa sediaan dan


Pada penelitian ini dibuat formulasi untuk melarutkan fase minyak. Asam
suatu sediaan obat kumur dengan benzoat dan natrium benzoat sebagai
menggunakan ekstrak tanaman patikan pendapar pH dalam formulasi sediaan.
kebo. Metode penarikan zat aktif dari Sebagai humektan digunakan propilen
tanaman patikan kebo ini dilakukan dengan gllikol dan sebagai emulsifier PEG-40
cara maserasi menggunakan pelarut etanol Hydogenated castor oil. Penambahan
selama 5x24 jam sambil beberapa kali sorbitol 70% dimaksudkan sebagai pemanis.
diaduk. Tujuan dari pengadukan adalah Pengujian yang dilakukan yaitu uji
untuk meratakan konsentrasi larutan di organoleptik, uji pH, uji stabilitas serta uji
luar butir serbuk simplisia sehingga aktivitas antibakteri. Pengujian ini dilakukan
tetap terjaga adanya derajat konsentrasi dengan tujuan agar mengetahui kelayakan
antar larutan di dalam sel dengan di dari sediaan obat kumur yang dibuat. Pada
luar sel. Dalam proses maserasi, sel pengujian organoleptik dilakukan
tanaman patikan kebo akan terendam pengamatan bau, warna dan bentuk sediaan.
hingga pelarut meresap dan melunakkan Sediaan obat kumur yang dibuat memiliki
susunan sel yang menyebabkan zat aktif bentuk cair yang merupakan karateristik dari
di dalamnya dapat terlarut. Dan kemudian obat kumur pada umumnya. Dari segi
dilakukan maserasi selama 2 hari. warna, sediaan menghasilkan warna hijau
Remaserasi bertujuan untuk mengambil yang sesuai dengan warna dari ekstrak
residu senyawa yang belum dapat terambil tanaman patikan kebo. dari segi bau, sediaan
dari maserasi pertama sehingga filtrat yang memiliki bau khas ektrak tanaman patikan
dihasilkan lebih optimal. Dipilih etanol kebo.
sebagai pelarut, karena etanol tidak bersifat Uji pH dilakukan dengan
toksik sehingga lebih aman dan etanol dapat menggunakan pH meter. Pengujian pH
melarutkan hampir semua senyawa yang dilakukan untuk mengukur derajat keasaman
terkandung dalam simplisia. Selain itu sediaan. pH yang didapatkan yaitu pada
etanol juga murah serta mudah didapatkan. formulasi I 6, formulasi II 6,46 dan pada
Kemudian filtrat yang diperoleh dari hasil formulasi III 6,67. pH dari sediaan harus
ekstraksi dipekatkan dalam oven dengan dengan pH mulut yaitu 6-7. Hal ini
suhu 400 untuk menguapkan pelarut dimaksudkan agar obat kumur tersebut tidak
menjadi ekstrak kental (Yulia, 2006). bersifat asam karena dapat menyebabkan
Dalam penelitian ini digunakan korosif pada gigi atau jika bersifat basa
formula dasar obat kumur yang terdiri dari dapat menganggu pengecapan.
oleum menthe, PEG-40hhydrogenated Pengujian antibakteri dilakukan
Castor oil, asam benzoat, natrium benzoat, dengan cara difusi agar. Media yang
kalsium laktat, kalium tiosianat, sorbitol digunakan untuk penumbuhan bakteri
70% , serta aquadest untuk melarutkan Porphyromonas gingivalis dalam pengujian
bahan dan mencukupkan volume yang ini ialah Natrium Agar yang berfungsi
diinginkan. Oleum menthe digunakan untuk sebagai sumber nitrogen, sumber karbon,

44
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

sumber vitamin bagi pertumbuhannya. lipofilik sehingga akan mengikat fosfolipid-


Sampel uji yang digunakan adalah kontrol fosfolipid jamur dan menganggu
positif, kontrol negatif formulasi I (0,5%) , permeabilitas membran sel (Lusiana, 2016)
formulasi II 1%, dan formulasi III (2%) . Tannin merupakan senyawa aktif
Kontrol negatif yang digunakan ialah metabolit sekunder yang diketahui
sediaan obat kumur tanpa ekstrak tanaman mempunyai beberapa khasiat yaitu
patikan kebo dengan alasan sebagai antibakteri. Tannin yang terkandung dalam
pembanding dengan sediaan obat kumur patikan kebo merupakan salah satu
yang menggunakan ekstrak tanaman patikan antibakteri yang umumnya terdapat pada
kebo. Kontrol positif yang digunakan ialah tanaman obat yang digunakan dalam
sediaan obat kumur enkasri. pengobatan (Lusiana, 2016)
Berdasarkan hasil pengamatan yang Saponin bersifat polar, kepolaran
dilakukan pada tiga kali pengujian di tiga semyawa inilah yang mengakibatkan
cawan petri memperlihatkan aktivitas senyawa ini lebih mudah menembus dinding
antibakteri dengan adannya zona hambat bakteri. Fenol merupakan suatu alkohol
yang terbentuk di sekitar sumuran. Diameter yang bersifat asam sehingga juga disebut
zona hambat di sekitar sumuran diukur juga asam karbolat, fenol memiliki
menggunakan mistar dengan cara mengukur kemampuan untuk mendenaturasi protein
secara horizontal dan vertikal. Zona hambat dan merusak membran sel (Lusiana, 2016)
yang dihasilkan pada formulasi I yaitu 28,1
mm ; formulasi II yaitu 30,6 mm dan KESIMPULAN
formulasi III yaitu 32,1 mm. pada kontrol Berdasarkan hasil penelitian dapat
positif zona hambat yang dihasilkan 30,3 disimpulkan bahwa:
mm dan pada kontrol negatif zona hambat 1. Ekstrak tanaman patikan kebo dapat
yang dihasilkan yaitu 0 mm. Penilaian zona diformulasikan sebagai sediaan obat
hambat menurut Davis dan Stout (1971) kumur.
digolongkan menjadi : sangat kuat (zona 2. Sediaan obat kumur esktrak tanaman
hambat > 20 mm), kuat (zona hambat 10-20 patikan kebo kosentarsi 0,5%, 1%, dan
mm), sedang (zona hambat 5-10 mm) dan 2% memiliki efek antibakteri terhadap
lemah < 5 mm). Berdasarkan penggolongan Porphyromonas gingivalis.
tersebut, maka sediaan obat kumur termasuk SARAN
golongan sangat kuat dalam menghambat
bakteri Porphyromonas gingivalis. Pelru dilakukan peneltian lebih lanjut
`Patikan kebo mengandung senyawa mengenai tanaman patikan kebo (euphorbia
yang bersifat antibakteri seperti hirta) dengan formulasi dalam bentuk
flavonoid,tannin, saponin, fenol, dan sediaan lain.
terpenoid. Flavonoid bekerja dengan cara
DAFTAR PUSTAKA
denaturasi protein, menganggu lapisan lipid
dan mengakibatkan kerusakan dinding sel. Akande, et al.2004. Efficacy of Diferent
Hal tersebut terjadi karena flavonoid bersifat Brands of Mouthwash Rinses on

45
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 7 No. 1 FEBRUARI 2018 ISSN 2302 - 2493

Oral Bacterial Loud Count in Periodontology, 11th Edition.


Healty Adults. African Journal of Sander Elsevier, St. Louis.
Biomedical Research. 7 : 125-128
Power, J. M., dan Sakaguchi, R. I. 2006.
Davis, W.W., Stout, T.R., 1971. Disc Plate Craig’s Dental Materials 12th
Methods of Microbiological edition. Mosby Elsevier, St. Louis.p
Antibiotic
Assay.Microbiology.22(4):659-665. Rachma, M. 2010.Formulasi Obat Kumur
Yang Mengandung Minyak Atsiri
Djauhariya, E dan Hernani. 2004. Gulma Temulawak (Curcuma Xantrohizza)
Berkhasiat Obat. Cetakan I. Sebagai Antibakteri Propyromonas
Penebar Swadaya, Jakarta gingivalis Penyebab Bau Mulut. UI,
Jakarta.
Herbi T. 2015. KITAB Tanaman Berkhasiat
Obat 226 tumbuhan obat untuk Vandepitte., J., Engbaek K., Rohmar P., Pint
penyembuhan penyakit dan P., Heuck C.G. 2005. Prosedur
kebugaran tubuh. Octopus laboratorium Dasar dan untuk
Publishin House, Yogyakarta. Bakteriologis Klinis. Edisi 2.Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Lusiana, L. 2016. Uji Daya Hambat Ekstrak
Euphorbia hirta Terhadap Bakteri Victor, L. 1980. Antibiotics in Laboratory
Prophyromonas gingivalis Secara Test. The Williams and Wilkins
in-vitro. Fakultas Kedokteran Company, USA.
UNSRAT, Manado
Lay, Bibiana W., Hastowo, S. 1992. Widodo, S. dan Lambri, S. E. 1980. Peranan
Mikrobiologi. Rajawali Press, Kumur-Kumur dalam Perawatan
Jakarta Periodontal. Kumpulan Naskah
Ceramah Ilmiah dan Kongres
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Nasional ke XIV PDGI, 140-144.
Laboratorium. Edisi 1. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Wijayakusuma, H. M. 2000. Potensi
Tumbuhan Obat Asli Indonesia
Nainggolan, J. I. 2000. Metode dan Teknik sebagai Produk Kesehatan.
Penelitian Antimikroba Antibakteri. PRESTASI, Jakarta
diperoleh dengan wawancara
pribadi dengan narasumber. Yulia R. 2006. Kandungan Tanin dan
Potensi Anti Streptococcus
Newman, M. G., Takei, H. H., Rokkevold, MutansDaun The Var. Assamica
P. R., and Carranza, F. A. 2012. Pada Berbagai Tahap Pengolahan.
Carranza’s Clinical Institut Pertanian Bogor, Bogor.

46

Anda mungkin juga menyukai