Surat ini juga ditakuti oleh iblis. Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, menurutnya tiada surat
yang sangat ditakuti iblis kecuali surat Al Kafirun. "Tidak ada dalam Alquran yang lebih
menakutkan bagi iblis daripada Qul Ya Ayyuhal-Kafirun, sebab ia adalah tauhid dan pembebas
dari kemusyrikan."
1. Tauhid Rububiyyah yaitu meng-Esa-kan Allah dalam perbuatan-Nya, seperti menciptakan , mendidik,
mengatur, memberi hidayah, memberi rizki, menghidupkan, mematikan, menyembuhkan, menurunkan
dan menghentikan serta memindahkan hujan.
2. Tauhid Uluhiyyah atau Tauhid Ibadah yaitu meng-Esa-kan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang
dilakukan hamba.
3. Tauhid Asma’ wash Shifat yaitu meng-Esa-kan Allah dalam nama dan sifat-Nya, baik yang Allah
tetapkan sendiri untuk-Nya dalam Al-Qur’an maupun yang ditetapkan dalam Assunnah oleh Rasul-Nya.
Yang Dapat Merusak Tauhid.
1. Kesyirikan.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar”. (Qs. Lukman 31: 13).
“Katakanlah: “sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: ‘bahwa sesungguhnya sesembahan kamu adalah sesembahan yang Esa’, maka barangsiapa
yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah ia
berbuat kemusyrikan sedikitpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (Qs. Al Kahfi 18: 110).
Dari Mahmud bin Labid ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan
atas kamu adalah syirik kecil. Mereka (sahabat) bertanya, apakah syirik kecil itu. Rasulullah saw
bersabda, riya, Allah akan berfirman kepada mereka pada hari kiamat apabila manusia diberi balasan
akan amal mereka, pergilah kalian kepada orang yang dulu kalian tunjukkan di dunia, perhatikan kalian,
apakah kalian mendapati pahala pada mereka…? (HR. Ahmad).
Diriwayatkan dari Abu Said t dalam hadits marfu’ bahwa Rasulullah r bersabda:
“Maukah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang bagiku lebih aku khawatirkan terhadap kamu dari
pada Al Masih Ad-Dajjal..? para sahabat menjawab: “baik, ya Rasulullah.”, kemudian Rasulullah r
bersabda: “syirik yang tersembunyi, yaitu ketika seseorang berdiri melakukan shalat, ia perindah
shalatnya itu karena mengetahui ada orang lain yang melihatnya” (HR. Ahmad).
Dari Abu Hurairah ra, berkata: Bersabda Rasulullah saw, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Aku
adalah sekutu paling kaya dari segala sekutu. Barangsiapa yang melakukan satu amal, dia dalam
amalnya ada selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya itu. (HR. Muslim).
Hai sekalian manusia, takutlah kalian kepada syirik ini, karena sesungguhnya syirik itu lebih tersembunyi
dari semut merayap. Lalu bertanyalah kepada Nabi orang yang Allah kehendaki seraya berkata,
Bagaimana kami menyelamatkan diri dari syirik itu, sedang syirik itu lebih tersembunyi dari semut
merayap ya Rasulallah? Beliau saw bersabda, Ucapkan kalianlah: Ya Allah, sesungguhnya kami
berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu sedang kami mengetahuinya, dan kami
mohon ampun kepada-Mu atas apa yang kami tidak mengetahuinya. (HR. Ahmad).
Aman dari azab, dan petunjuk pada jalan yang lurus. (Tafsir Ath Thabari).
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang
yang merugi. (Qs. Az Zumar 39: 65).
. . . َّللا َال يَ ْغف ُِر أ َ ْن يُ ْش َركَ بِ ِه َويَ ْغف ُِر َما دُونَ ذَلِكَ ِل َم ْن يَشَا ُء
َ َّ إِ َّن
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya . . . (Qs. An Nisaa’ 4: 48 dan 116).
“Allah I berfirman: “Hai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sejagat raya,
dan engkau ketika mati dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, pasti Aku akan
datang kepadamu dengan membawa ampunan sejagat raya pula”. (HR. Tirmidzi).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs. Al Hujurat 49: 1).
Barangsiapa yang melakukan satu `amal yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu pasti
tertolak. (HR. Muslim).
Dari Abi Najih Al-Irbadl bin Sariyah ra, bahwa Rasul saw bersabda:
… jauhi kamulah dari urusan yang mengada-ada, karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap
bid’ah adalah sesat. (HR. Abu Dawud).
Dari Ibnu Mas’ud ra, berkata: Bersabda Rasulullah saw, Hai sekalian manusia, Sesungguhnya tidak ada
sedikitpun yag dapat mendekatkan kamu ke surga dan menjauhkan kamu dari neraka kecuali aku telah
menyuruh kamu kepadanya, dan tidak ada sedikit pun yang mendekatkan kamu ke neraka dan
menjauhkan kamu dari surga kecuali aku juga telah melarang kamu dari hal itu. (HR. Ibnu Abi Syaibah
dalam Mushannaf dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman)
Sufyan Tsauri berkata: “Iblis lebih menyukai bid’ah dari pada ma’siat, karena seseorang lebih mudah
kembali (kepada kebenaran) dari ma’siat, sedang bid’ah lebih sulit, karena ia mengira bahwa yang
dilakukannya adalah ibadah kepada Allah”.
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi
perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (Qs. Al-Kahf 18: 103-104).
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan
baginya syaitan (yang menyesatkan) Maka syaitan Itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.
Dan Sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan
mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (Qs. Az Zukhruf 43: 36-37).
Allah swt memperingatkan Rasulullah saw dalam masalah mengada-ada dalam urusan agama.
Seandainya Dia (Muhammad) Mengadakan sebagian Perkataan atas (nama) Kami. Niscaya benar-benar
Kami pegang Dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka
sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi
itu. (Qs. Al Haaqqah 69: 44-47).
3. Kemaksiatan.
Diantara ujian terhadap manusia adalah kemaksiatan. Maksiat adalah lawan ketaatan, baik itu dalam
bentuk meninggalkan perintah maupun melakukan suatu larangan. Maka hilang rasa takut, khusyu’ dan
cahaya dalam hatinya. Sabda Rasulullah saw.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu
kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta
ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik
hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam
firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu
menutupi hati mereka’.
HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27) dan Ahmad (2/297). At Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
Fitnah-fitnah akan melekat di hati bagaikan tikar, dengan berulang-ulang. Setiap hati yang termakan
fitnah itu, maka pada hatinya akan terdapat bintik hitam dan setiap hati yang menolaknya, maka akan
muncul bintik putih. Sehingga hati tersebut menjadi terbagi dua, putih yang bagaikan batu besar,
sehingga tidak akan terkena bahaya fitnah, selama masih ada langit dan bumi. Sedangkan bagian yang
lain hitam keabu-abuan seperti kuali terbalik, dia tidak mengerti yang ma’ruf dan tidak akan menolak
kemungkaran; kecuali hanya hawa nafsu yang diserap (hatinya). (HR.Muslim).
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-islam-di-indonesia
(1) Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang menciptakan dan mengatur seluruh alam semesta
(tauhid rububiyah) dan satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan dipatuhi ajaran-Nya (tauhid
uluhiyah).
(2) Para Malaikat-Nya, antara lain Jibril sebagai penyampai wahyu, Mikail sebagai penyampai
rezeki, Israfil sebagai peniup sangkakala tanda kiamat, Azroil sebagai pencabut nyawa, Munkar dan
Nakir sebagai penanya di Alam Kubur, Rakib dan Atid sebagai pencatat amal baik dan buruk
manusia, Malik sebagai penjaga neraka, dan Ridwan sebagai penjaga surga.
(3) Kitab-Kitab-Nya, yakni Kitab Zabur yang diturunkan pada Nabi Daud, Taurat (Nabi Musa), Injil
(Nabi Isa), dan Al-Quran (Nabi Muhammad).
(4) Para Rasul-Nya sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad sebagai pembawa agama wahyu
bagi manusia.
(5) Hari Akhirat, yakni alam kehidupan sesudah mati atau setelah hancurnya alam dunia beserta
isinya yang merupakan alam kekal.
(6) Qodho dan Qodar (Takdir), yakni ketentuan Allah tentang segala hal bagi manusia dan makhluk
lain.
“Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan
Hari Akhir, serta percaya kepada ketetapan Allah (takdir), baik yang bagus maupun yang buruk” (H.R.
Muslim dari Umar).
Keimanan terhadap enam hal tersebut harus ditindaklanjuti dengan amal atau tindakan nyata dan
bersikap memegang teguh (istiqomah) keimamannya itu.
“Iman itu meyakini dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota
badan” (H.R. Muslim).
“Katakanlah, Aku beriman kepada Allah kemudian pegang teguh (istiqamah) keimanan itu”
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka tetap lurus
(istiqamah) dalam keimanannya, niscaya turun kepada mereka malaikat menyampaikan pesan kepada
mereka bahwa janganlah kalian takut dan bersedih, dan bergembiralah dengan surga yang telah
dijanjikan Allah kepada kalian!" (Q.S. Fushilat:30).
B. Syari’at/Islam
Di bidang syari'at, Risalah Islam mengajarkan tatacara beribadah yang meliputi:
(a) Hubungan langsung dengan Allah SWT (hablum minallah)
(b) Hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).
Hablum minallah dikenal pula dengan sebutan ibadah mahdhah, yakni ibadah shalat, zakat, puasa,
dan haji.
Hablum minannass dikenal dengan sebutan ibadah ghair mahdhah dan mu'amalah, meliputi ajaran
tentang aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum, keluarga, dan aspek kehidupan duniawi
lainnya.
Ibadah mahdhoh disebut pula lima pondasi Islam (Rukun Islam, Arkanul Islam), yakni ikrar
syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Dengan kelima hal itulah keislaman seseorang dibangun.
“Islam itu dibangun oleh lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan beribadah haji” (H.R. Bukhori dan Muslim),
(b) Al-Qanunul ‘Am (Hukum Publik) meliputi jinayah (hukum pidana), khilafah (hukum negara), jihad
(hukum perang dan damai), dan sebagainya. Di dalam hukum publik ini juga termasuk konsep-
konsep sosial, ekonomi, budaya, dan politik Islam.
C. Akhlak/Ihsan.
Di bidang akhlak, Islam mengajarkan pedoman sikap mental atau budi-pekerti dalam bergaul atau
berhubungan dengan Allah SWT sebagai Tuhan, dengan sesama manusia, dan dengan alam
sekitarnya. Bahkan, bidang akhlak ini menjadi sasaran inti misi Islam, sebagaimana dinyatakan oleh
Nabi Muhammad dalam sebuah haditsnya, "Sesungguhnya aku diutus (Allah SWT) untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia".
Akhlak adalah penentu baik-buruk perilaku seseorang. “Penentu” itu adalah ada atau tiadanya
kesadaran dalam diri seseorang tentang pengawasan dari Allah atas segala perilakunya.
Sebagaimana disebutkan dalam Nabi Saw ketika mendefinisikan ihsan:
“(Ihsan adalah) kamu berbakti kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya,
maka (yakinlah) bahwa Allah melihatmu” (H.R. Bukhori dan Muslim).