Anda di halaman 1dari 44

TUGAS MK PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

KELOMPOK 7
1. RAPIKA PUTRI
NIM : 05041181722029
2. JULIANTI PRIATIN
NIM : 05041181722031
3. LATIF SOLIHIN
NIM : 05041181722032
4. ELFAN RAMADONA
NIM :05041281722012
5. OKTAPIYANSEN
NIM : 05041281722014

PA DOSEN Ir. Nukmal Hakim, M.Si


PRODI PETERNAKAN
FP UNSRI
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat, dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang
diberikan. Makalah ini berisikan tentang bagaimana pancasila sebagai suatu sistem etika dan
aplikasinya dalam masyarakat Indonesia.

Penulis masih menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, ini dapat disebabkan pada
saat pengumpulan data yang kurang atau hal-hal lain. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat menjadi lebih sempurna. Untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih.

Indaralaya, Agustus 2017

Penulis

1
Daftar Isi

Kata pengantar ...............................................................................................

Daftar isi.........................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan

1. Latar Belakang ..................................................................................

2. Tujuan Penulisan ...............................................................................

3. Rumusan Masalah .............................................................................

Bab 2 Pembahasan

1.1. Apa makna dari Pancasila sebagai Sistem Etika..............................


1.2. Aliran-aliran dan teori tentang etika ................................................
2.1. Pancasila dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara ..............
2.2. Apa yang dimaksud dengan Nilai, Norma, dan Moral yang
terdapat dalam etika .........................................................................
3.1. Apa yang dimaksud dengan Nilai Dasar, Nilai Instrumental,
dan Nilai Praktis ..............................................................................
3.2. Bagaimana hubungan Nilai, Norma, dan Moral ..............................
4.1. Bagaimana pancasila menjadi sistem etika dari pilkada
sampai pemilu ..................................................................................
4.2. Apa makna nilai-nilai setiap pancasila ............................................
5.1. Bagaimana pancasila menjadi sistem etika dari pilkada
sampai pemilu ..................................................................................
5.2. Pancasila menjadi solusi dalam permasalahan berbangsa
dan bernegara ...................................................................................

Bab 3 Penutup

Kesimpulan ...............................................................................................

Daftar Pustaka ...........................................................................................

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pancasila adalah ideologi yang dianut oleh negara kesatuan republik Indonesia. Dan
salah satu fungsinya adalah sebagai sistem etika dimana etika itu sendiri merupakan gabungan
dari tiga unsur, yaitu nilai, norma, dan moral. Ketiga unsur tersebut saling berhubungan satu
sama lain.

Pada hakikatnya, pancasila bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat
normatif ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber norma.

Namun, pada kenyataannya sekarang sudah berubah. Tingkah laku masyarakat


Indonesia dalam prakteknya sekarang tidak lagi mewujudkan bagaimana bentuk pancasila dan
tidak lagi memperlihatkan nilai etika yang baik itu sendiri. Akhir – akhir ini nilai pancasila
sudah memudar, maksudnya hanya sedikit bangsa Indonesia yang menggunakan nilai pacasila
bagi kehidupannya. Jangankan untuk menggunakan nilai pancasila, masih banyak bangsa
Indonesia lupa atau tertukar dengan sila – sila pancasila. Hal ini dikarenakan kurangnya kita
menyebutkan sila – sila pancasia. Dulu sewaktu kita duduk di bangku sekolah, setiap senin kita
pasti selalu menjalankan upacara bendera, kita serentak hormat kepada bendera merah putih,
menyanyikan lagu Indonesia raya dan lagu wajib, bahkan kita serentak menyebutkan
pancasila. Tapi sekarang? Hanya sebagian kecil yang masih menganggap Pancasila itu
merupakan pedoman dan sesuatu yang sangat penting bagi pribadi bangsa Indonesia itu sendiri.

2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas pancasila semester 1 yang diberikan oleh dosen.
2. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai pancasila sebagai suatu
sistem etika.
3. Untuk memberikan pandangan bagaimana seharusnya mengaplikasikan pancasila di
kehidupan kita sehari-hari, terutama dari segi etika.

Rumusan Masalah

1.1. Apa makna dari Pancasila sebagai Sistem Etika?


1.2. Aliran-aliran dan teori tentang etika?
2.1. Pancasila dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara?
2.2. Apa yang dimaksud dengan Nilai, Norma, dan Moral yang terdapat dalam etika?
3.1. Apa yang dimaksud dengan Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praktis?
3.2. Bagaimana hubungan Nilai, Norma, dan Moral?
4.1. Bagaimana pancasila menjadi sistem etika dari pilkada sampai pemilu?
4.2. Apa makna nilai-nilai setiap pancasila?
5.1. Bagaimana pancasila menjadi sistem etika dari pilkada sampai pemilu?
5.2. Pancasila menjadi solusi dalam permasalahan berbangsa dan bernegara?
3
1.1. Makna dari Pancasila sebagai Sistem Etika?
Pengertian etika menurut para ahli diantaranya adalah :

Drs. O.P. Simorangkir mengatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

Drs. H. Burhanudin Salam mengatakan bahwa etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.

Jadi kesimpulan dari pendapat para ahli, etika adalah perilaku baik atau buruk manusia yang
dilakukan secara alami dan tanpa paksaan dari orang lain.

Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia bersikap
terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika merupakan suatu pemikiran
kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah ilmu
yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau
bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral.

Etika dibagi menjadi dua kelompok :

 Etika Umum adalah etika yang mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia. Pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-
asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai apa yang terkandung
didalamnya.
 Etika khusus adalah etika yang mempertanyakan atau membahas prinsip-prinsip tersebut
diatas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai
individu (etika individual) maupun makhluk sosial (etika sosial)

Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu:

 Etika Individual adalah etika yang membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri
dan dengan kepercayaan agama yang dianutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya
terhadap Tuhannya.

4
 Etika Sosial adalah etika yang membahas norma-norma sosial yang harus dipatuhi dalam
hubungannya dengan manusia, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pancasila sebagai sistem etika adalah poin – poin yang terkandung di dalam pancasila
yang mencerminkan etika yang ada pada diri bangsa Indonesia. Pembentukan etika ini
berdasarkan hati nurani dan tingkah laku, tidak ada paksaan dalam hal ini. Pancasila memegang
peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan
dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti
tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa
kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil besar, setiap sila pada
dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan.

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan
nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan
nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang
hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun
sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan kapan
pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia.

Pertama, Nilai Ketuhanan: Secara hierarkis, nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai yang
tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari
nilai ini (nilai ketuhanan). Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan
nilai, kaidah, dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa
setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaidah, dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan
hubungan kasih sayang antarsesama, akan menghasilkan konflik dan permusuhan. Dari nilai
ketuhanan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi.
Kedua, Nilai Kemanusiaan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan
nilai-nilai kemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasila adalah keadilan dan
keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan, antara lahir dan batin, jasmani dan rohani,
individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk
5
Tuhan yang terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan
manusia dibanding dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup.
Karena itu, suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang
didasarkan pada konsep keadilan dan keadaban. Dari nilai kemanusiaan menghasilkan nilai
kesusilaan contohnya seperti tolong menolong, penghargaan, penghormatan, kerja sama, dan
lain-lain
Ketiga, Nilai Persatuan: Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan yang tidak baik,
demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang seakan-akan
mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila perbuatan tersebut
dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika Pancasila bukan
merupakan perbuatan baik. Dari nilai persatuan menghasilkan nilai cinta tanah air,
pengorbanan, dan lain-lain.
Keempat, Nilai Kerakyatan: Dalam kaitan dengan kerakyatan ini, terkandung nilai lain
yang sangat penting, yaitu nilai hikmat atau kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata hikmat
atau kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan tertinggi. Atas
nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibandingkan dengan
pandangan mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya pada peristiwa penghapusan tujuh
kata dalam sila pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata
tersebut, namun memerhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang secara
argumentatif dan realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas ‘dimenangkan’ atas
pandangan mayoritas. Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui atau
bermanfaat untuk orang banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang
didasarkan pada konsep hikmah atau kebijaksanaan. Dari nilai kerakyatan menghasilkan nilai
menghargai perbedaan, kesetaraan, dan lain-lain.
Kelima, Nilai Keadilan: Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka kata
tersebut dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan pada sila kelima
lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbutan dikatakan baik apabila sesuai dengan
prinsip keadilan masyarakat banyak. Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan
merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan masyarakat. Keadilan mengandaikan
sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya dengan orang lain. Dari nilai ini
dikembangkanlah perbuatan yang luhur mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga
6
keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Dari nilai
keadilan juga menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dan
lain-lain.
Menilik nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi
sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun juga
realistis dan aplikatif. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam
cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai
Pancasila apabila benar-benar dipahami, dihayati dan diamalkan, tentu mampu menurunkan
angka kasus korupsi.Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Allah, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Kebahagiaan
material dianggap segala-galanya dibandingkan dengan kebahagiaan spritual yang lebih agung,
mendalam dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan kedudukan secara cepat
menjadikannya nilai-nilai agama dikesampingkan. Buah dari penanaman dan penghayatan nilai
ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur Allah, melakukan yang diperintahkan dan
meninggalkan larangan-Nya.

Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks
Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan
satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala
keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan dijadikan landasan moril dan diejawantahkan dalam seluruh
lehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi. Penanaman nilai
sebagaimana tersebut di atas paling efektif adalah melalui pendidikan dan media. Pendidikan
informal di keluarga harus menjadi landasan utama dan kemudian didukung oleh pendidikan
formal di sekolah dan nonformal di masyarakat. Media harus memiliki visi dan misi mendidik
bangsa dan membangun karakter masyarakat yang maju, namun tetap berkepribadian
Indonesia.

7
1.2. Aliran-aliran dan teori tentang etika
Naturalisme
Yang menjadi ukuran (kriteria) baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran etika
naturalism, ialah perbuatan yang sesuai dengan fitrah (naluri) manusia itu sendiri, baik
mengenai fitrah lahir maupun bathin. Aliran ini menganggap bahwa kebahagiaan yang menjadi
tujuan bagi setiap manusia didapat dengan jalan memenuhi panggilan natur atau kejadian
manusia itu sendiri. Itulah sebabnya, aliran tersebut dinamakan “Naturalisme”.
Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan
tertentu. Dengan memenuhi panggilan natur setiap sesuatu akan dapat sampai kepada
kesempurnaan. Benda-benda dan tumbuh-tumbuhan juga termasuk di dalamnya, juga menuju
kepada tujuan yang satu, tetapi dapat dicapainya secara otomatis tanpa pertimbangan atau
perasaan. Hewan menuju kepada tujuan itu dengan naluri kehewanannya, sedang manusia
menuju tujuan itu dengan akal fikirannya. Karena akal itulah yang menjadi wasilah bagi
manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya
dengan berpedoman kepada akal. Akallah yang menjadi pedoman hidupnya. “Naluri itulah
jalan yang lurus”, dimana akal sebagai suluh yang meneranghi menuju tujuan kesempurnaan.
Sebagai contoh lama aliran ini ialah Zeno (340-264 SM). Seorang ahli fikir Yunani yang
terkenal dengan perguruan dan aliran “Stoa”. Dia menandaskan bahwa dirinya adalah bahagian
daripada alam fithrah (natur).

Hedonisme
Adapun yang menjadi ukuran baiknya suatu perbuatan menurut aliran
Hedonisme
Ialah perbuatan yang menimbulkan “hedone” (kenikmatan atau kelezatan). Menurut
pandangan aliran ini, manusia selalu menginginkan kelezatan (hedone), bahkan hewan
juga demikian yang didorong oleh tabi’atnya. Karena kelezatan itu merupakan tujuan
hidup manusia, maka jalan yang mengantarkan kesana dipandangnya sebagai keutamaan
(perbuatan mulia)/ Sebagai contoh utama aliran Hedonisme ialah Epikuros (341-270
SM).
Diterangkan ada tiga macam kelezatan, yaitu :
a. Kelezatan yang wajar dan diperlukan sekali, seperti makanan dan minuman.
b. Kelezatan yang wajar tetapi belum diperlukan sekali, misalnya kelezatan makanan
enak lebih daripada biasanya.
8
c. Kelezatan yang tidak wajar dan tidak diperlukan, yang dirasakan oleh manusia atas
dasar fikiran yang salaha, misalnya kemegahan harta benda.
Tetapi kata Epikuros, lezat yang kita cari haruslah kelezatan yang sesungguhnya,
karena diantara kelezatan ada yang mempunyai akibat yang justru bertentangan dengan
kelezatan , yakni penderitaan. Dengan demikian kelezatan yang dicarinya adalah
kelezatan yang tidak mengakibatkan penderitaan.

Utilitarisme
Sesuai dengan nama aliran ini, maka yang menjadi prinsip baginya ialah kegunaan (utility)
dari perbuatan teesebut. Jadi aliran ini menilai baik buruknya sesuatu perbuatan atas dasar besar
kecilnya manfaat yang ditimbulkannya bagi manusia. Tokoh aliran ini ialah John Stuart Mill
(1806-1873) yang menandaskan bahwa kebaikan yang tertinggi (Summun Bonum) ialah utility
(manfaat). Sebagai akibat dari pendirian etika utilitarisme, maka segala tingkah laku manusia
selalu diarahkan kepada
pekerjaan yang membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya. Dalam hubungan ini J.S.Mill
menerangkan tentang utility yang dikehendakinya : “Utility is happiness for the greatest
number of sentiment being” (kebahagiaan untuk jumlah manusia yang sebesarbesarnya).
Dengan demikian tujuan Utilitarisme ialah mencari kesempurnaan hidup sebanyak mungkin
baik dari segi quality maupun segi quantity. Jadi tujuannya adalah kebahagiaan (happiness)
orang banyak. Pengorbanan misalnya dipandang baik jika mendatangkan manfaat. Lain dari
pada itu hanyalah pengorbanan sia-sia belaka.
Idealisme
Tokoh utama aliran ini ialah Immanuel Kant (1725-1804). Pokok-pokok
pandangannya adalah sebagai berikut :
a. Wujud yang paling dalam dari kenyataan (hakikat) ialah kerohanian. Seseorang
berbuat baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas
dasar kemauan sendiri atau rasaa kewajiban. Sekalipun diancam dan dicela orang
lain, perbuatan baik itu dilakukan juga, karena adanya rasa kewajiban yang bersemi
dalam nurani manusia.
b. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan
tindakan konkrit. Dan yang menjadi pokok disini ialah kemauan baik.
c. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakannya yaitu “rasa kewajiban”.
9
Vitalisme
Aliran etika vitalisme berpendirian bahwa yang menjadi baik buruknya perbuatan
manusia harus diukur ada tidaknya daya hidup (vitalitas)yang maksimum yang
mengendalikan perbuatan itu ; yang dianggap baik menurut aliran ini ialah orang kuat
yang dapat memaksakan kehendaknya dan sanggup menjadikan dirinya selalu ditaati.
Dapat dikatakan bahwa aliran ini berusaha mengembangkan salah satu kekuatan naluri
dalam diri manusia yakni instinct berjuang (Combative Instinct).
Tokoh utamanya ialah Friedrich Neitzche (1844-1900) yang filsafatnya
menonjolkan eksistensi manusia baru sebagai “Ubermensch” (manusia sempurna) yang
berkemauan keras menempuh hidup baru. Filsafatnya bersifat atheistis, tidak percaya
kepada Tuhan dan sebagai konsekwensi pendiriannya dia berjuang menentang gereja di
Eropa.
Aliran Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik buruknya perbuatan
manusia, didasarkan atas dasar ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan atau
dilarang oleh-Nya. Segala perbuatan yang diperintahkan Tuhan itulah yang baik dan
segala perbuatan yang dilarang oleh Tuhan, itulah perbuatan buruk, yang sudah
dijelaskan dalam kitab suci. Dengan perkataan lain Theologis (Ketuhanan) saja
nampaknya masih samar, karena di dunia ini terdapat bermacam-macam agama yang
mempunyai kitab suci sendiri-sendiri, yang antara satu dengan yang lain tidak sama,
bahkan banyak yang bertentangan. Masing-masing penganut agama mengakui dirinya
bersandarkan ajaran Tuhan.
Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan jalan mengkaitkan etika
theologies ini dengan jelas kepada suatu agama, misalnya etika theologis Kristen, etika
theologis Yahudi dan etika theologis Islam. Hal ini dilakukan oleh ahli-ahli filsafat
mengingat perkataan theologis menurut pandangan mereka masih bersifat umum,
sehingga perlu ada kejelasan etika theologis mana yang dimaksudkan.
Demikianlah apabila kita bicara mengenai aliran-aliran etika. Adapun etika
theologi menurut Islam, ialah etika yang betul-betul bersumber dari Allah SWT yaitu
prinsip-prinsip etika yang tercantum dalam firman-firmanNya atau ajaran-ajaranNya
yang disampaikan kepada Nabi-Nabinya.

10
2.1. Pancasila dasar etika kehidupan berbangsa dan bernegara

Sebagaimana dipahami bahwa sila-sila pancasila adalah merupakan suatu system nilai,
artinya setiap sila memang mempunyai nilai akan tetapi sila saling berhubungan, saling
ketergantungan secara sistematik dan diantara nilai satu sila dengan sila lainnya memiliki
tingkatan. Oleh karna itu dalam kaitannya dengan nilai-nilai etika yang terkandung dalam
pancasila merupakan sekumpulan nilai yang diangkat dari prinsip nilai yang hidup dan
berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut berupa nilai religious, nilai adat istiadat,
kebudayaan dan setelah disahkan menjadi dasar Negara terkandung di dalamnya nilai
kenegaraan.

Dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat Negara, maka nilai-nilai pancasila harus
dijabarkan dalam suatu norma yang merupakan pedoman pelaksanaan dan penyelenggaraan
kenegaraan, bahkan kebangsaan dan kemasyarakatan. Terdapat dua macam norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu norma hukum dan norma moral atau etika.
Sebagaimana diketahui sebagai suatu norma hukum positif, maka pancasila dijabarkan dalam
tertib hukum Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral yang
merupakan dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di indonesia. Bagaimanapun baiknya suatu
peraturan perundang-undangan kalau tidak dilandasi oleh moral yang luhur dalam pelaksanaan
dan penyelenggaraan Negara, maka niscahaya hukum tidak akan mencapai suatu keadilan bagi
kehidupan manusia. Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah bersifat
objektif dan subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah universal yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,dan keadilan. Sehingga memungkinkan dapat diterapkan
pada Negara lain barang kali namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu Negara
menggunakan prinsip filosofi bahwa Negara berketuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan,
berkerakyatan, dan berkeadilan. Maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar
filsafat dari nilai sila-sila pancasila.

Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, dasar serta motivasi
atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan kenegaraan.
Dengan kata lain bahwa nilai-nilai pancasila merupakan das solen atau cita-cita tentang
kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein. Di era sekarang ini,
tampaknya kebutuhan akan norma etika untuk kehidupan berbangsa dan bernegara masih perlu
bahkan amat penting untuk ditetapkan.

11
Hal ini terwujud dengan keluarnya ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat yang merupakan penjabaran nilai nilai
pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku yang merupakan
cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan
bermasyarakat.

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan Negara republik Indonesia merupakan nilai
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Untuk lebih memahami
nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa


Meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa Negara
yang didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahkluk tuhan yang maha
esa.
2) Kemanusian Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia yaitu mahkluk yang berbudaya dengan memiliki
potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukan manusia pada tingkatan
martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama
berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat.
3) Persatuan Indonesia
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup
persatuan dalam arti ideologi politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan
Indonesia ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia. Persatuan
Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan.
4) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijakan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Rakyat merupakan sekelompok manusia yang berdiam dalam suatu wilayah tertentu.
Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang
menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang
kehidupan, baik materi maupun spiritual.
12
Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia. Adapun
maksud dan istilah beradab pada sila kedua, “kemanusiaan yang adil dan beradab” yaitu
terlaksananya penjelmaan unsur-unsur hakikat manusia, jiaraga, akal, rasa, kehendak, serta
sifat kodrat perseorangan dan mahkluk tuhan yang maha esa sebagai kausa prima dalam
kesatuan majemuk-tunggal. Hal demikian dilaksanakan dalam upaya penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara yang bermartabat tinggi.

13

2.2. Apa yang dimaksud dengan Nilai, Norma, dan Moral yang terdapat dalam etika
Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam hubungannya
dengan Pancasila, maka ketiganya akan memberikan suatu pemahaman yang saling
melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum,
norma moral maupun norma kenegaraan lainnya. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam
kehidupan nyata dalam masyarakat,bangsa, dan negara maka diwujudkan dalam norma-
noorma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu meliputi:

Norma Moral

Norma moral/etika adala norma yang menjadi tolak ukur yang dipakai oleh masyarakat untuk
mengukur kebaikan seseorang. Norma ini merupakan norma tertinggi yang tidak bisa
dikalahkan oleh norma-norma lain. Sebaliknya norma ini dapat menilai norma-norma lain.
Norma moral menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilau
manusia sebagai manusia.

Norma Hukum

Norma hukum merupakan norma yang dituntut oleh masyarakat secara tegas karena dianggap
perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Norma ini bersifat positif, tertulis, dan
diundangkan. Norma ini tidak dipakai untuk mengukur baik buruknya seseorang sebagai
manusia, melainkan untuk menjamin ketertiban umum. Jadi, yang melanggar norma ini pasti
akan dikenai sangsi.

Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu
obyeknya.Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada
suatu objek, Nilai merupakan kualitas darisesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan
14
manusia yang kemudian nilai di jadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan
berperilaku baik disadari maupuin tidak disadari. Nilai merupakan harga untuk manusia
sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bahasa Indonesia, 2000).
Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan
manusia akan harkat, martabatnya. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan
dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam
memilih nilai-nilai menempuh berbagai cara dimana cara-cara tersebut
dapat dibedakan sesuai dengan tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan
kenyataannya.

Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-
segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh
yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai diatas, Prof.
Notonegoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

1.Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2.Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.

3.Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian dapat dirinci sebagai berikut :

a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.
b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (kars
a, etika).
d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian.

Nilai akan lebih bermanfaat dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka harus
lebiih di kongkritkan lagi secara objektif, sehingga mamudahkannya dalam menjabarkannya
dalam tingkah laku, misalnya kepatuhan dalam norma hukum, norma agama, norma adat
istiadat dan lain – lain.

15
Pengerian Norma

Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat


atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan pengendali sikap dan
tingkah laku manusia. Norma merupakan sebuah perwujudan martabat manusia sebagai
mahluk budaya, sosial, moral, dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur
yang dikehendaki oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya
daoat berupa norma agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.
Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia.
Sedangkan derajat kepribadian sangat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya, maka makna
moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang tercermin dari sikap dan tingkah lakuny.
Oleh karena itu, norma sebagai penuntun, panduan atau pengendali sikap dan tingkah laku
manusia.

Pengertian Moral

Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis dan
mendasar tetang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan
yang membahas prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987). Etika merupakan tingkah laku yang
bersifat umum universal berwujud teori dan bermuara ke moral, sedangkan moral bersifat
tindakan lokal, berwujud praktek dan berupa hasil buah dari etika. Dalam etika seseorang dapat
memahami dan mengerti bahwa mengapa dan atas dasar apa manusia harus hidup menurut
norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika dibandingkan dengan moral. Kekurangan etika
adalah tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang,
sebab wewenang ini ada pada ajaran moral. Istilah moral berasal dari kata latin “mores” yang
berarti norma-norma baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban,
budi pekerti, akhlak ataupun kesusilaan manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah (ajaran tentang) baik buruk
yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi
pekerti; susi

16
Jadi bermoral berarti mempunyai pertimbangan baik buruk, berakhlak baik. Dapat
disimpulkan bahwa moral merupakan ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan
(akhlak). Jadi, moral membicarakan tingkah laku manusia atau masyarakat yang dilakukan
dengan sadar dipandang dari sudut baik dan buruk sebagai suatu hasil penilaian.

17
3.1. Apa yang dimaksud dengan Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praktis

Nilai Dasar
Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra manusia,
tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek
kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat,
esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat universal
karena menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu. Contohnya : hakikat Tuhan,
manusia, atau mahluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan maka
nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Segala
sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Bila nilai dasar itu berkaitan dengan
hakikat manusia maka nilai-nilai itu harus bersumber pada hakikat kemanusiaan yang
dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi manusia).
Apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat suatu benda (kuantitas, aksi, ruang dan
waktu) maka nilai dasar itu dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam
kehidupan yang praksis, namun nilai yang bersumber dari kebendaan tidak boleh bertentangan
dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran norma itu. Nilai dasar yang menjadi
sumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki formulasi serta parameter
atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun
jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai
instrumental itu merupakan suatu arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai
sssssssdasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia, nilai-nilai
instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merupakan
penjabaran Pancasila.

18
Nilai Praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan
yang lebih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-
nilai dasar dan nilai-nilai instrumental. Oleh karena itu, nilai praksis dijiwai kedua nilai tersebut
diatas dan tidak bertentangan dengannya. Undang-undang organik adalah wujud dari nilai
praksis, dengan kata lain, semua perundang-undangan yang berada di bawah UUD sampai
kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.

Dan berikut ini merupakan nilai dasar, instrumental, dan praksis dari pancasila yang terdiri dari
sila ke 1 (satu) 2 (dua) 3 (tiga) 4 (empat) dan 5 (lima).

Sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai dasar : Ketuhanan

Nilai Instrumental :

Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 1 :

Pasal 28E

Ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Ayat (2) Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.

Pasal 29
Ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
Ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Nilai Praksis :

Prilaku atau pengamalan yang memcerminkan sila ke 1 :

19
1. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
3. Tidak melakukan penistaan dari suatu agama seperti melakukan pembakaran rumah
rumah ibadah.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
5. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain.

Sila ke 2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Nilai dasar : Kemanusiaan

Nilai Instrumental :

Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 2 :

Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung.
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat

Pasal 28A
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

19
Pasal 28B
1. Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28G
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat
martabat menusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28I
1. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut, adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
2. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
3. Identitas budaya dan hak masyarakat dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.
4. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung
jawab negara, terutama pemerintah.
5. Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokaratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 28J
Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

20

Nilai Praksis :

Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 2


1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membedakan.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Tidak semena-mena terhadap orang lain.
4. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti acara acara bakti sosial, memberikan
bantuan kepada panti panti asuhan sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama.

Sila ke 3 Persatuan Indonesia

Nilai dasar : Persatuan

Nilai Instrumental :

Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 3 :

Pasal 25A
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.
Pasal 36A
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Pasal 36B
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.

22

Nilai Praksis :

Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 3 :


1. Mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa
3. Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
4. Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi arau golongan.

Sila ke 4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan


Perwakilan

Nilai dasar : Kerakyatan

Nilai Instrumental :

Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 4 :


Pasa 2
1. Majelis Permusyawaratan rakyat terdiri atas anggauta-anggauta Dewan Perwakilan
rakyat, ditambah dengan utusan-utusan dari Daerah-daerah dan golongan-golongan,
menurut aturan yang ditetapkan dengan Undang-Undang.
2. Madjelis Permusjawaratan rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu-
kota Negara.
3. Segala putusan Majelis Permusyawaratan rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak
Pasal 3
Majelis Permusjawaratan rakyat menetapkan Undang-Undang Dasar dan garis-garis besar
daripada haluan Negara.
Pasal 6 ayat 2
Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan rakyat dengan suara yang
terbanyak

23
Pasal 19
1. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum.
2. Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang.
3. Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Nilai Praksis :
Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 4 :

1. Menghindari aksi “Walk Out” dalam suatu musyawarah.


2. Menghargai hasil musyawarah.
Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
3. Memberikan kepercayaan kepada wakil wakil rakyat yang telah terpilih dan yang
menjadi wakil rakyat juga harus mampu membawa aspirasi rakyat.
4. Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
5. Menghormati dan menghargai pendapat orang lain.

Sila ke 5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai Ideal : Keadilan

Nilai Instrumental :

Berikut beberapa nilai instrumental dari sile ke 5 :

Pasal 33
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

24

Nilai Praksis :

Prilaku/pengamalan yang memcerminkan sila ke 5 :

1. Suka melakukan perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial.
2. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekluargaan dan kegotongroyongan.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak-hak orang lain.
Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
4. Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras
5. Tidak bergaya hidup mewah.

3.2. Bagaimana hubungan Nilai, Norma, dan Moral


Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan norma dan etika. Dalam pengertian inilah
maka kita memasuki wilayah norma sebagai penutup sikap dan tingkah laku manusia.
Sedangkan hubungan moral dengan etika sangat erat sekali dan kadangkala kedua hal tersebut
di samakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki perbedaan. Moral
merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga
berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian
(pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti
kerusakan moral.

Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian
diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan
kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak
cabul. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan
tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila
berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti
peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.

Pengertian moral dibedakan dengan pengertian kelaziman, meskipun dalam praktek


kehidupan sehari-hari kedua pengertian itu tidak jelas batas-batasnya. Kelaziman adalah
kebiasaan yang baik tanpa pikiran panjang dianggap baik, layak, sopan santun, tata krama, dsb.
Jadi, kelaziman itu merupakan norma-norma yang diikuti tanpa berpikir panjang dianggap
baik, yang berdasarkan kebiasaan atau tradisi. 25
Moral juga dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia, sebagai suatu
pengejawantahan dari pancaran Ilahi. Moral murni disebut juga hati nurani.
2. Moral terapan, adalah moral yang didapat dari ajaran pelbagai ajaran filosofis, agama, adat,
yang menguasai pemutaran manusia.
Sedangkan etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian.
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang
berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu
apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah,
bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia,
mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan
(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang
memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan,
etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang
baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas
keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar.
Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu
tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain
tentang moral.
Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang cukup erat,
karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan antarnya dapat diringkas
sebagai berikut :

1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan batin).

a. Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati oleh
manusia;
b. Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan
batiniah manusia
26
c. Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan bersifat obyektif bila
melekat pada sesuatu yang terlepas darti penilaian manusia.

1. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia.
Norma hukum merupakan norma yang paling kuat keberlakuannyakarena dapat
dipaksakan oleh suatu kekuasaan eksternal, misalnya penguasa atau penegak hukum.
2. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika
3. Makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang akan tercermin pada sikap
dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun sikap dan tingkahlaku manusia.
4. Moral dan etika sangat erat hubungannya.

Etika adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas. Pada
hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta bagaimana
hubungan nilai tersebut dengan Manusia.

27

4.1. Bagaimana peranan nilai, norma, dan moral dalam kehidupan sehari-hari?

Dalam kehidupan, kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan

juga moral dalam kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan

nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap

menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Dan dapat juga

dicontohkan, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada

keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian

pula, guru yang melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak

tersebut. Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala

tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan

hidup seseorang dalam masyarakat. Itu adalah yang dimaksud dan juga contoh dari nilai.

Dapat dijelaskan juga bahwa yang dimaksud norma sosial adalah patokan perilaku

dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan

sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani

interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau

suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada

dasarnya, norma disusun agar hubungan diantara manusia dalam masyarakat dapat

berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Tingkat norma dasar didalam masyarakat

dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. Cara

Contoh:

28

Cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan

2. Kebiasaan

Contoh:

Memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

3. Tata kelakuan

Contoh:

Melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

4. Adat istiadat

Misalnya orang yang melanggar hukum adat akan dibuang dan diasingkan ke daerah

lain.,upacara adat (misalnya di Bali)

Norma hukum (laws)

a) Tidak melanggar rambu lalu lintas walaupun tidak ada polentas.

b) Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia.

Norma kesusilaan

Contoh:

Orang yang berhubungan intim di tempat umum akan dicap tidak susila, melecehkan

wanita ataupun laki-laki didepan orang.

Norma kesopanan

Contoh :

29

a) Memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil.

b) Tidak meludah di sembarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan

kanan, tidak kencing di sembarang tempat.

Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral

disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia

lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara

ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu. Tanpa moral

manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai
nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari
sudutpandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan
manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai
ke- absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Contoh moral adalah: Tidak
terdapat adanya pemaksaan suatu agama tertentu kepada orang lain, dengan demikian
masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.

Dapat dicontoh dalam halnya pendidikan: Seorang siswa yang ingin bersekolah, tapi dengan
tidak adanya dana, maka ia tak dapat sekolah sampai cita-citanya tidak terwujud. Contohnya
moral dalam halnya kehidupan sehari kalau kita menemukan tas yang berisikan dokumen
penting dan juga sejumlah uang yang tersapat dalam tas tersebut. Seandainya kita memiliki
moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu pada kepemiliknya kalau tidak pada yang
berwajib.

30

4.2. Apa makna nilai-nilai setiap pancasila

Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan nilai
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan
apabila dilihat satu per satu dari masing-masing sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan

bangsa lain. Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu

kesatuan yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk

lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka

berikut ini kita uraikan :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat

sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah

pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.

Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam

kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi manusia) bahwa setiap warga

negara memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan

keimanan dan kepercayaannya masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29

UUD. Di samping itu, di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang

meniadakan atau mengingkari adanya Tuhan (atheisme).

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan

memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada

31

tingkatan martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma.

Kemanusiaan terutama berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan

martabat. Adil berarti wajar yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban

seseorang. Beradab sinonim dengan sopan santun, berbudi luhur, dan susila, artinya, sikap
hidup, keputusan dan tindakan harus senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran

budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran

sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam

hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya, baik terhadap diri sendiri,

sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.

Hakikat pengertian diatas sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama

:”bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu,penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaandan
perikeadilan ...”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannnya dalam Batang Tubuh UUD.

3. Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan

mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam

menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan

dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia

ialah persatuan bangsa yang mendiami seluruh wilayah Indonesia. Yang bersatu karena

didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang

merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam

kehidupan bangsa Indonesia dan bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh

32

tumpah darah indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa, serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.

Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang

dijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh

karena itu, paham kebangsaan Indonesia tidak sempit (chauvinistis), tetapi menghargai
bangsa lain. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa serta

keturunan. Hal ini sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, ”

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”.

Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya dalam Batang Tubuh UUD 1945.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam

dalam satu wilayah negara tertentu.

Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang
menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.

Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat dengan selalu

mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan

dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai

dengan hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia

untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga

tercapai keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti,

33

tata cara mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan

bernegara melalui lembaga perwakilan.

Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas

kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusankeputusan. Sila ini merupakan sendi asas

kekeluargaan masyarakat sekaligus sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia

sebagaimana dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:
”...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat ...”
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang

kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap

orang yang menjadi rakyat Indonesia.

Pengertian itu tidak sama dengan pengertian sosialistis atau komunalistis karena keadilan

sosial pada sila kelima mengandung makna pentingnya hubungan antara manusia sebagai

pribadi dan manusia sebagai bagian dari masyarakat. Konsekuensinya meliputi :

a. Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara dan warganya

dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan

membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam

hidup bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiaban.

b. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara,

dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk

mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara

c. Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau dengan lainnya

34

secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan keseimbangan dan keselarasan

diantara keduanya sehingga tujuan harmonisasi akan dicapai. Hakikat sila ini

dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :”dan perjuangan kemerdekaan

kebangsaan Indonesia ... Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur”.

5.1. Bagaimana pancasila menjadi sistem etika dari pilkada sampai pemilu ?
Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam
setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang
sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai
Suatu Sistem Etika”. Di dunia internasional, bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu
negara yang memiliki etika yang baik, rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang
dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila memegang peranan besar dalam membentuk
pola pikir bangsa ini, sehingga bangsa ini dapat dihargai sebagai salah satu bangsa yang
beradab di dunia. Kecenderungan menganggap hal yang tak penting akan kehadiran pancasila
diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab.
Pembentukan etika bukanlah hal yang mudah, karena berasal dari tingkah laku dan hati nurani.
Etika merupakan kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana manusia
bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi mejadi kelompok. Etika merupakan pemikiran
kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika juga ilmu
yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita harus belajar tentang etika dan mengikuti
ajaran moral. Etika pun dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu etika umum dankhusus. Etika khusus
ini terbagi dua yaitu etika individual dan etika sosial. Etika politikadalah cabang bagian dari
etika sosial. Dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma dalam kehidupan
politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakatkenegaraan (yang menganut sistem
politik tertentu) berhubungan secara politik dengan orangatau kelompok masyarakat lain.
Dalam melaksanakan hubungan politik itu seseorang harusmengetahui dan memahami norma-
norma dan kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi. Dan pancasila memegang peranan dalam
perwujudan sebuah sistem etika yang baik di negara ini.Disetiap saat dan dimana saja kita
berada kita diwajibkan untuk beretika disetiap tingkah lakukita. Seperti tercantum di sila ke
dua “Kemanusian yang Adil

35

dan Beradab” tidak dapatdipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika
bangsa ini sangat berandilbesar. Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-
sendiri, namun secarakeseluruhan merupakan suatu kesatuan. Maka bisa dikatakan bahwa
fungsi pancasila sebagaiEtika itu sangatlah penting agar masyarakat harus bisa memilih dan
menentukan calon yangakan menjabat dan menjadi pimpinan mayarakat dalam demokrasi
liberal memberikan hak kepada rakyat untuk secara langsung memilih pejabat dan pemimpin
tinggi (nasional,provinsi, kabupaten/kota) untuk mewujudkan harapan rakyat dengan biaya
tinggi serta adanya konflik horizontal. Sesungguhnya, dalam era reformasi yang memuja
kebebasanatas nama demokrasi dan HAM, ternyata ekonomi rakyat makin terancam oleh
kekuasaan neoimperialisme melalui ekonomi liberal. Analisis ini dapat dihayati melalui
bagaimana politik pendidikan nasional (konsep : RUU BHP sebagai kelanjutan PP No. 61 /
1999) yang membuat rakyat miskin makin tidak mampu menjangkau. Bidang sosial ekonomi,
silahkan dicermati dan dihayati Perpres No. 76 dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA
yangtertutup dan terbuka, yang mengancam hak-hak sosial ekonomi bangsa. Dalam
pelaksanaan pilkada sebagai prakteknya demokrasi liberal, juga menghasilkan otoda dalam
budaya politik federalisme, dilaksanakan: dengan biaya amat mahal + social cost juga mahal,
dilengkapi dengan konflik horisontal sampai anarchisme. Pilkada dengan praktek demokrasi
liberal, menghasilkan budaya demokrasi semu (demokrasi palsu). Bagaimana tidak semu; bila
peserta pilkada 3 – 5 paket calon; terpilih dengan jumlah suara sekitar 40%, 35%, 25%.
Biasanya, yang terbanyak 40% ini dianggap terpilih sebagai mayoritas. Padahal norma

mayoritas di dunia umumnya dengan jumlah 51%. Apa model demokrasi-semu ini yang akan
dikembangkan reformasi Indonesia? atas nama demokrasi langsung dan HAM. Bandingkan
dengan demokrasi Pancasila dalam UUD Proklamasi 45 Pasal 1, 2 dan 37. Pasal 95 (1), (2),
yang menetapkan: calon terpilih bila memperoleh suara lebih dari 25 % dari jumlah suara sah.
Dalam halnya PEMILU tahun 2009 banyak partai-partai yang belum memakai etika politik.
Bukan hanya para partai saja, melainkan masyarakat yang memilih pun terkadang tidak
memilih untuk memikirkan bangsanya melainkan hanya berfikir untuk kepentingan sendiri
(independent). Dan pada PEMILU tahun ini banyak yang melanggar etika politik yang telah
diterapkan oleh KPU.

36

5.2. Pancasila menjadi solusi dalam permasalahan berbangsa dan bernegara

Hari lahirnya pancasila yang dirayakan setiap tanggal 1 juni, memang sudah lama
berlalu. namun bukan berarti semangat pancasila yang sudah dicita-citakan oleh proklamator
Bung Karno pudar begitu saja. Sang Perumus mencita-citakan Pancasila bisa menjadi jalan
keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara indonesia. Pancasila sebagai
dasar Negara yang dijadikan pemersatu, yang menyatukan seluruh suku, bangsa, budaya, dan
agama sehingga pancasila dijadikan tonggak dasar bagi Negara Indonesia.
Pancasila yang lebih kita kenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana di dalam
butir-butir pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia. Namun Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dinilai belum
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. sehingga di era reformasi ini
masih banyak rakyat Indonesia yang belum dapat merasakan makna pancasila yang
sebenarnya, yaitu menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan, kesatuan dan mensejahterakan
rakyat.

Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan, korupsi yang


merajalela serta tidak adanya kebebasan memeluk agama merupakan sedikit polemik yang
dihadapi rakyat pada saat sekarang ini. Banyak kesan yang didapat rakyat dari masalah-
masalah tersebut, namun mereka tidak sanggup untuk mengungapkannya. Sehingga seolah-
olah rakyat tidak dapat merasakan adanya pancasila.

Pancasila lebih sering kita dengar di dalam upacara bendera, dan dijadikan syarat pokok
yang tidak boleh terlupakan didalam pelaksanaan upacara bendera. Dimana dapat kita sadari
bahwa pancasila tersebut Mengandung nilai-nilai penting, yang apabila diimplementasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mewujudkan sebuah Negara yang berdaulat
dan bermatabat, yaitu Negara yang menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan dan kesatuan.

Banyak kasus-kasus pada saat ini yang bertitik tolak dengan nilai-nilai yang terkandung
di dalam pancasila seperti kasus mpok minah yang divonis 1,5 bulan kurungan dengan masa
percobaan 3 bulan akibat mencuri tiga buah kakao.

37

Melihat dari kasus Mpok Minah tersebut teringat oleh kita salah satu butir pancasila
yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Dimana butir pancasila tersebut
Mengandung makna bahwa setiap warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di depan
hukum.

Tetapi, bandingkan dengan kasus sesmenpora yang menjerat bendahara umum partai
demokrat nazarudin yang telah melakukan penyuapan dalam pembanggunan wisma atlet SEA
games di palembang, saya merasa hukum malah kebal terhadap nazarudin, dimana penegak
hukum tidak sanggup untuk memulangkan Nazarudin ke Indonesia. Dan seolah-olah
membiarkan nazarudin bebas berobat dan berkeliaran di singapura sampai berhari-hari dan
berminggu-minggu. Apakah itu yang disebut adil? Hukum di Negara kita sudah jauh
melenceng dari garis kebenaran, serta keadilan yang menyalah artikan keadilan.

Saya sepakat dengan pernyataan salah satu dosen FHUA, bapak Feri Amsari SH.MH
yang merupakan salah satu dosen konsepsi Negara hukum dan juga dosen HTN di FHUA,
beliau menjelaskan asas Positiveme hukum yang diperkenalkan oleh George comte di dalam
perkuliahan konsepsi Negara hukum. Beliau memberikan pernyataan “celaka dalam berfikir
seorang penegak hukum yang tidak dapat membedakan mencuri karena rakus atau mencuri
karena kelaparan”. Menurut bapak feri, hukum yang berasaskan asas legalitas yaitu suatu
perbuatan tidak dapat dihukum apabila tidak ada aturan hukum tertulis yang mengatur
sebelumnya, tidak dapat digunakan sepenuhnya di dalam masyarakat sekarang ini. Hakim tidak
dapat memutus perkara yang hanya berpedoman kepada KUHP saja, tapi hakim juga
berpedoman dengan nilai-nilai moral yang berkembang di masarakat karena masyarakat masih
kental dengan norma-norma adatnya.Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan
permasalahan bangsa dan Negara.Di dalam pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna
yang dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa
Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di Indonesia) untuk
menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun
untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau
kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan

38

menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap warga
Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia berdasarkan atas
Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab dan norma yang
berlaku di masyarakat.
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan
hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya mementingkan
segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme. tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan
putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat.

Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan
amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap
sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi
seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama
menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk
perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.
Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal
mengenyam pendidikan.

39

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir pancasila di implikasikan di


dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya
ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam pancasila sudah tercemin
semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga
tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan pancasila menjadi jalan keluar
dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.

40

BAB 3

PENUTUP
KESIMPULAN

Pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang baik di
negara ini. Di setiap saat dan dimana saja kita berada, kita diwajibkan untuk beretika disetiap
tingkah laku kita. Kita menyadari bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
merupakan satu kesatuan antara untaian sila dengan sila lainnya. Setiap sila mengandung
makna dan nilai tersendiri. Dengan menjiwai butir-butir Pancasila, masyarakat dapat bersikap
sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bansgsa dan negara. Pendukung dari
pancasila sebagai sistem etika adalah pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah
sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saaat dan dimana saja kita diwajibkan untuk
beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke-2 pada pancasila, “kemanusiaan
yang adil dan beradab” sehingga tidak dapat dipungkiri baha kehadiran pancasila dalam
membangun etika bangsa ini sangat berandil besar. Dengan menjiwai butir-butir pancasila
masyarakat dapat bersikap sesuai etika baik yang berlaku dalam masyarakat, bangsa dan
negara.
DAFTAR PUSTAKA

http://budisma1.blogspot.com/2011/07/pancasila-sebagai-sistem-etika.html
Latif, Yudi, 2011, Negara Paripurna (Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila),
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan dan
Keamanan, :http://www.harypr.com/
PSP UGM dan Yayasan TIFA, Pancasila Dasar Negara Kursus Presiden Soekarno tentang
Pancasila, Edisi ke 1, Cetakan ke 1, Aditya Media bekerjasama dengan Pusat Studi
Pancasila (PSP), Yogyakarta dan Yayasan TIFA Jakarta
Saksono. Ign. Gatut, 2007, Pancasila Soekarno (Ideologi Alternatif Terhadap Globalisasi
dan Syariat Islam), CV Urna Cipta Media Jaya
Syarbaini, Syahrial, 2012, Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-Nilai Karakter
Bangsa) di Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Bogor.
Undang-Undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

41

Anda mungkin juga menyukai