Anda di halaman 1dari 6

A.

JUDUL
PENGARUH VISI DAN MISI BAKAL CALON WALIKOTA PONTIANAK
TAHUN 2018 TERHADAP MINAT PILIHAN PEMILIH PEMULA DI
SMAN 3 KOTA PONTIANAK.

Sistem pemilihan umum.

Di banyak negara yang menerapkan Pratik demokrasi pemilu merupakan


lambing atau toloh ukur dalam pelaksanaan demokrasi. Hasil pemilihan yang
diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan
kebebasan berserikat. Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem
pemilihan umum dengan variasinya. Umunya ada dua prinsip yang pokok yaitu:
1. Single –member constituency ( satu daerah pemilihan memilih satu wakil, yang
biasa disebut sistem distrik). Dalam sistem ini satu wilayah kecil kecil yaitu
distrik pemilihan memilih satu wakil tunggal atas dasar pluralitas suara
terbanyak.
2. Multi-member constituency ( satu daerah pemilihan beberapa wakil biasanya
dinamakan sistem perwakilan berimbang atau sistem proporsional). Dalam
sistem proporsional yaitu satu wilayah besar ( yaitu daerah pemilihan ) memilih
beberapa wakil. Perberdaan pokok antara dua sistem ini adalah pada cara
menghitug perolehan suara yang dapat menghasilkan perbedaan pada
komposisi perwakilan dalam perlemen masing-masing partai politik.
___________________________
Budiardjo, dasar- dasar ilmu politik , hlm 461. Sistem distrik merupakan sistem yang paling tua dan didasarkan atas

kesatuan geografis. Sistem proporsional dianggap lebih demokratis dalam artian lebih egalitarian karena praktis tanpa

ada distorsi.

Pemilihan umum di Indonesia yang dimulai pada saat kemerdekaan hingga


2004 di Indonesia telah melaksanakan Sembilan kali pemilihan umum, yaitu
pada tahun 195,1971, 1977,1982, 1987, 1992, 1997, 1999, dan 2004.
_________________________________
Budiardjo Miriam. Dasar –dasar ilmu politik(2008),hlm 473,488 Dari sudut pandang gender pemilihan umum 2004

secara tegas memberikan peluang lebih besar secara afirmatif bagi peran perempuan , Pasal 65 UU No 12/2003 bahwa

setiap partai politik dapat mengajukan calon anggota DPR dan DPRD dengan memerhatikan sekurang-kurangnya 30%

untuk setiap daerah pemilihan.

1. partisipasi Politik.
Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan suatu masalah
yang penting yang banyak dipelajari akhir-akhir ini terutama dalam
hubungannya dengan negara berkembang. Pada awalnya fokus studi pertisipasi
politik adalah para partai politik yang dianggap sebagai alat utamanya.
Kelompok partisipasi politik lahir karena adanya kekecewaan pada kinerja
partai politik yang cenderung memusatkan suatu perhatian pada satu masalah
tertentu. Dengang harapan akan lebih efektif memengaruhi proses pengambilan
keputusan melalui tindakan langsung.
Partisipasi politik secara umum adalah kegiatan seseorang atau kelompok
orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik antara lain dengan jalan
memilih pemimpin negara dan baik secara langsung atau tidak langsung untuk
memengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini temasuk memberikan hak
suara dalam pemilihan umum, mengahdiri rapat umum, mengadakan kontak
atau lobbying anatara pejabat pemerintah atau anggota parlemen.
Herbert McClosky seorang tokoh masalah partisipasi berppendapat ;”
partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat melalui
mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara
langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.
Dalam hubungan dengan negara-negar baru Samuel P Huntington dan Joan
M Nelson dalam No easy Choice: partispasi politik adalah kegiatan warga
negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud memengaruhi
pembuatan keputusan oelh pemerintah . partisipasi juga bisa bersifat individual
atau kolektif , terorganisir atau spontan , mantap atau sporadic , secara damai
atau dengan kekerasan , legal atau illegal , efektif atau tidak efektif. Dalam
konteks Pilkada partisispasi warga saat saat pemilihanpun beroriontasi
peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat. Untuk
meningkatkan semua itu maka warga diminta untuk memilih calon-calon yang
ada dengan merujuk pada program kegiatan yang ditawarkan oleh para calon
pada saat mereka berkampanye.
_____________________________
Budiardjo,dasar-dasar ilmu politik. Hlm 367.

Agustino. Pilkda dan Dinamika politik Lokal,hlm 78.

2. Dasar hukum pelaksanaan Pilkada Langsung


Pelaksanaan Pilkada langsung lahir merupakan koreksi terhadap
pelaksanaan Pilkada melalaui perwakilan oleh ( DPRD ) sebagaimana yang
telah diamanatkan Udang-Undang No 22 Tahun 1999. Hingga pada akhir
semakin maju setelah diimplemtasikan paying hukum pelaksanaan Pilkada
Langsung yaitu UU No 32 Tahun 2004 temtaang pemerintah daerah. Yang
kemudian diperbaiki oleh UU No 12 Tahun 2008. Lahirnya UU No 12 tahun
2008 adalah hasil perkembangan dari dialok dan masunya berbagai elemen-
elemen masyarakat ( dalam hal ini organisasi Non- pemerintah / lembaga
swadaya masyarakat). Yang menjadi pertanyaan kala itu apakah Pilkada masuk
pada rezim pemilu atau bukan ? , menjawab dari pertanyaan itu maka jika
mengacu pada Pasal 18 ayat 4 UUD NKRI Tahun 1945 didalamnya disebutkan
bahwa “ Gubernur , Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala
pemerintahan Provinsi , Kabupaten , dan Kota yang dipilih secara demokratis.

___________________________________

Agustino. Pilkda dan Dinamika politik Lokal,hlm 78,189.

3. Pedoman kampanye
Kampanye merupakan kegiatan yang dilakkukan oleh pasangan calon atau
tim kampanye / juru kampanye untuk meyakinkan para pemilih dalam rangka
mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dengan menawarkan visi dan misi
dan program pasangan calon. Dalam pedoman kampanye bahwa kampanye
Kepala Daerah dan wakil Kepala Daerah dilakukan secara bersama-sama atau
secara terpisaj oleh pasangan calon atau tim kampanye/ juru kampanye.
Indentitas tim kampanye / juru kampanye wajib didaftarkan kepada KPUD
dengan menggunakan formulir model AB – KWK bersamaan dengan waktu
dafatar pasangan calon.
Kampanye dilakukan selama 14 hari dan berakhir 3 hari sebelum
pemungutan suara dan waktu 3 hari tersebut merupakan masa tenang. Susunan
jadwal kampanye telah diterima oleh peserta pemilihan KPUD selambat-
lambatnya 5 hari sebelum pelaksanaan kampanye. Adapun cara- cara
penyaluran kampanye terbagi kedalam berbagai bentuk yaitu:
 Pertemuan terbatas
Yang biasanya dilaksanakan dalam ruangan , gedung atau tempat-
tempat yang bersifat tertutup. Jumlah peserta tidak melampau jumlah
tempat duduk dengan peserta peserta pendukung dan atau jumlah lain yang
bukan pendukung dan hanya dibenerkan mambawa atau menggukan atribut
yaitu nomor urut dan foto pasangan calon. Dan alat-alat atribu hanya
dipasang sampai halaman gedung yang bersangkutan digunakan.
 Tatap muka dan dialog
Dalam bentuk kampanye ini masih sama dengan tahap bentuk
kampanye pertemuan terbatas hanya ada penambahan bahwa dalam
kampanye tattap muka dialog yang dating harus disertai dengan
undangan tertulis.
 Melalui media massa
Kampanye dalam bentuk penyebaran melalui media massa dan
media elektronik dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap
calon pasangan untuk menyampaikan visi dan misi dan program dengan
menetukan durasi , frekuensi, bentuk subtansi pemberitaan / penyiaran
berdasarkan kebijakan reaksional.

____________________________

Agustino leo, Pilkada dan Dinamika politik Lokal.hlm101,103.


4. Perilaku pemilih
Dalam derajat yang sedikit berbeda kecebderungan untuk mengubah pilihan
dapat disimak dari teori dari James McGill Buchanan , seorang peraih nobel
ekonomi yang tepatnya ekonomi politik( 1989). Yang mengatakan memahami
perilaku pemilih tidak jauh berbeda dengan memahami perilaku masyarakat
dipasar dalam menentukan pilihannya pada saat berbelanja. Pilihan masyarakat
dengan pilihan berbelanja menurut Buchanan sangat ditentukan oleh pilihan
individu.
Pilihan individu yang dimaksud oleh Buchanan yang berdasarkan pada
pilihan rasional dan prefensi pembeli , dalam artinya bila si pembeli berniat
untuk membeli suatu produk atau barang yang terbaik diantara jenis-jenis
barang yang ada, maka bila barang yang dipilihnya teryata tidak sesuai dengan
keinginan pembeli maka secra spontan dan rasioanl si pembeli akan memilih
barang lain yang sesuai keinginan yang tersedia dipasar. Oleh karena itu teori
ini disebut sebagai teori pilihan rasional.
Penelitian Afan Gaffar ( 1992 ) tentang perilaku pemilih di Yogyakarta pada
era orde baru pantas kitak simak sebagai contoh teladan dalam membahas
persoalan yang berkanaan dengan perubahan perilaku pemilih. Menurut Gaffar
ada empat Variabel yang dapat menjelaskan perubahan perialaku pemilih,yaitu:
1. Keyakinan sosio religious ( the socio religious beliefs ) keyakinan
keagamaan merupkana variable yang sangat signifikan dalam
memengaruhi pilihan seseorang terhadap sebuah partai politik.
Iliustarasi dari varabel ini dapat dibaca pada hasil penelitian yang
dilakukan Greetz yang kemudian dibukukan ,” The Relegion of Java”
yang dalam penelitiannya menurutnya bahwa kaum santri , yang
memiliki keyakinan keislaman lebih baik dibandingkan degan kaum
abangan ( kaum priayai ) yang akan memilih calon-calon atau partai-
partai yang berideologikan keislaman dan kaum yang abangan/priyai
akan memilih partai atau calon dari partai non-islam.
2. Party indentification,dalam konteks ini perilaku pemilih sangat
bergantung pada persoalan psikologis-psikologis. Maksudnya sejauh
mana seseorang merasa dekat secara psikologis dengan partai tertentu ,
maka sejauh itu pulalah individu atau kelompok tersebut akan
berhubungan. Kelekatan spisikologis-psikologis ini dapat terbentuk dan
dibentuk melalui institusi yang bernama sosialisasi politik.
3. Pola kepemimpin ( the pattern of leardership ) perilaku pemilih di
Yogyakarta menurut Gaffar sangat dipengaruhi peran pemimpin di
dalam masyakarat. Terdapat ada dua tipe pemimpin birokratik-formal
dan pemimpin non – formal. Biasanya perilakuk pemilih didalam
masyarakat desa di Jawa sangat dipengaruhi oleh peran non-formal
seperti Kyai, Ustadz, Guru,Dukun, dan lain-lain.
4. Klas dan status sosial. Menurut konsep ini, klas atas ( yang berstatus
sosial tinggi ) akan memilih partai politik yang pro status
quo,sedangkan mereka yang berada pada klas bawah ( yang berstatus
sosial rendah) akan memilih partai non status quo atau bahkan partai-
partai oposisi.
___________________________

Leo Agustino, Pilkada dan Dinamika Politik Lokal.hlm203-205. Psikologis ( The Michigan Survey

Research Centre) yang menerangkan bahwa perilaku pemilih sangat tergantung pada sosialisasi lingkungan

bisa dibentuk melalui orang tua ,media massa, tempat kerja , dan organisasi sosial kemasyarakatan ,

karenanya memahami perubahan perilaku pemilih dapat juga kita gunakan kerangka berfikir yang

diutarakan oelh Afan Gaffar.

Anda mungkin juga menyukai