Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan :

Pada percobaan praktikum kali ini mengenai sintesis asam oksalat (H2C2O4)
dengan menggunakan bahan baku gula pasir. Pembuatan asam oksalat dari
sukrosa (gula pasir) ini dilakukan melalui reaksi oksidasi. Sukrosa (gula pasir)
direaksikan dengan asam nitrat pekat melalui reaksi oksidasi dengan cara
pemanasan yang akan menimbulkan gas nitro (NO2) berwarna orange
kecoklatan. Uap atau gas NO2 (nitro) yang dihasilkan dari proses pencampuran
antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat tersebut memiliki
toksisitas serta beapabila terhirup oleh saluran pernafasan. Oleh sebab itu, proses
berlangsungnya reaksi ini dilakukan di dalam lemari asam. Hal ini dimaksudkan
agar uap atau gas NO2 yang terbentuk dapat diserap oleh lemari asam sehingga
uap atau gas NO2 tersebut tidak menyebar luas ketempat yang lain.
Proses pemanasan tersebut berfungsi untuk menjenuhkan larutan yang
terbentuk dan berfungsi untuk mendapatkan kristal asam oksalat yang benar-
benar murni. Ketika uap atau gas NO2 tersebut sudah mulai terbentuk, rekasi yang
berlangsung dilakukan tanpa adanya pemanasan selama 15 menit. Larutan yang
terbentuk tersebut diberikan penambahan berupa aquadest dingin dengan
asam nitrat (HNO3) pekat, hal ini menyebabkan terjadi perubahan warna larutan,
dimana larutan pada awalnya berwarna orange kecoklatan berubah menjadi
berwarna kuning kecoklatan.
Selanjutnya larutan diuapkan hingga larutan tinggal 10 ml. Kemudian
ditambahkan aquadest sebanyak 20 ml dan diuapkan kembali sampai larutan
tinggal 10 ml. Penambahan aquadest serta diuapkannya volume cairan tersebut
akan menyebabkan berubahnya warna larutan yang semula berwarna kecoklatan
menjadi larutannya berwarna kuning. Setelah itu, volume larutan yang tinggal 10
ml di dingankan di dalam air es yang bertujuan agar kristal asam oksalat akan
segera terbentuk. Lalu kristal asam oksalat disaring dan dikeringkan. Kristal asam
oksalat yang terbentuk berwarna kuning muda. Setelah kering maka ditimbang
berat asam oksalat. Asam oksalat yang didapat sebanyak 0,91 gram. Menurut
literature reaksi yang terjadi pada sintesis asam oksalat adalah :
Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri dari
fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut
kemudian dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai
dengan kalor atau pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa
asam oksalat.
Setelah penimbangan maka di lakukan uji titik lebur. Awal mula melebur
sebesar 101 oC dan akhir meleburnya sebesar 114 oC. Titik lebur ditetapkan tidak
sebagai suhu tunggal melainkan sebagai jarak lebur, jarak dimana suhu pada saat
zat mulai melebur sampai suhu akhir peleburan. Jarak lebur ini disebabkan oleh
adanya zat pengotor, selain itu dapat juga terjadi karena penguraian pada saat
melebur dan pengalihan panas yang tidak memadai. Senyawa dapat dikatakan
murni apabila rentang jarak leburnya berkisar 0,3 oC -0,5 oC. Berdasarkan hasil
percobaan dalam menentukan titik lebur dari kristal tersebut, jarak lebur yang
dihasilkan sebesar 13 oC hal ini membuktikan bahwa senyawa dalam kristal
tersebut tidak murni asam oksalat melainkan ada zat pengotor lainnya didalam
kristal tersebut

Pembahasan :

Pada percobaan praktikum kali ini mengenai sintesis asam oksalat (H2C2O4)
dengan menggunakan bahan baku gula pasir. Pembuatan asam oksalat dari
sukrosa (gula pasir) ini dilakukan melalui reaksi oksidasi. Sukrosa (gula pasir)
direaksikan dengan asam nitrat pekat melalui reaksi oksidasi dengan cara
pemanasan yang akan menimbulkan gas nitro (NO2) berwarna orange
kecoklatan. Uap atau gas NO2 (nitro) yang dihasilkan dari proses pencampuran
antara gula pasir atau sukrosa dengan asam nitrat (HNO3) pekat tersebut memiliki
toksisitas serta bersifat karsinogenik apabila terhirup oleh saluran pernafasan.
Oleh sebab itu, proses berlangsungnya reaksi ini dilakukan di dalam lemari asam.
Hal ini dimaksudkan agar uap atau gas NO2 yang terbentuk dapat diserap oleh
lemari asam sehingga uap atau gas NO2 tersebut tidak menyebar luas ketempat
yang lain.
Proses pemanasan tersebut berfungsi untuk menjenuhkan larutan yang
terbentuk dan berfungsi untuk mendapatkan kristal asam oksalat yang benar-
benar murni. Ketika uap atau gas NO2 tersebut sudah mulai terbentuk, rekasi yang
berlangsung dilakukan tanpa adanya pemanasan selama 15 menit. Larutan yang
terbentuk tersebut diberikan penambahan berupa aquadest dingin dengan
asam nitrat (HNO3) pekat, hal ini menyebabkan terjadi perubahan warna larutan,
dimana larutan pada awalnya berwarna orange kecoklatan berubah menjadi
berwarna kuning kecoklatan.
Selanjutnya larutan diuapkan hingga larutan tinggal 10 ml. Kemudian
ditambahkan aquadest sebanyak 20 ml dan diuapkan kembali sampai larutan
tinggal 10 ml. Penambahan aquadest serta diuapkannya volume cairan tersebut
akan menyebabkan berubahnya warna larutan yang semula berwarna kecoklatan
menjadi larutannya berwarna kuning. Setelah itu, volume larutan yang tinggal 10
ml di dingankan di dalam air es yang bertujuan agar kristal asam oksalat akan
segera terbentuk. Lalu kristal asam oksalat disaring dan dikeringkan. Kristal asam
oksalat yang terbentuk berwarna kuning muda. Setelah kering maka ditimbang
berat asam oksalat. Asam oksalat yang didapat sebanyak 0,91 gram. Menurut
literature reaksi yang terjadi pada sintesis asam oksalat adalah :

Sukrosa dihidrolisis sehingga terpecah menjadi monosakarida yang terdiri dari


fruktosa dan glukosa. Fruktosa dan glukosa hasil pemecahan sukrosa tersebut
kemudian dioksida dengan menggunakan asam nitrat (HNO3) pekat disertai
dengan kalor atau pemanasan sehingga menghasilkan produk akhir yaitu berupa
asam oksalat.
Setelah penimbangan maka di lakukan uji titik lebur. Awal mula melebur
sebesar 101 oC dan akhir meleburnya sebesar 114 oC. Titik lebur ditetapkan tidak
sebagai suhu tunggal melainkan sebagai jarak lebur, jarak dimana suhu pada saat
zat mulai melebur sampai suhu akhir peleburan. Jarak lebur ini disebabkan oleh
adanya zat pengotor, selain itu dapat juga terjadi karena penguraian pada saat
melebur dan pengalihan panas yang tidak memadai. Senyawa dapat dikatakan
murni apabila rentang jarak leburnya berkisar 0,3 oC -0,5 oC. Berdasarkan hasil
percobaan dalam menentukan titik lebur dari kristal tersebut, jarak lebur yang
dihasilkan sebesar 13 oC hal ini membuktikan bahwa senyawa dalam kristal
tersebut tidak murni asam oksalat melainkan ada zat pengotor lainnya didalam
kristal tersebut

Anda mungkin juga menyukai