PENDAHULUAN
1
Terjadinya KLB di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko,
yaitu lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan
nyamuk Aedes aegypti, terbatas nya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M plus, perluasan daerah endemik akibat
perubahan dan manipulasi lingkungan yang terjadi karena urbanisasi dan
pembangunan tempat pemukiman baru, serta meningkatnya mobilitas penduduk.2
Demam berdarah dengue dapat dicegah dengan cara pemberantasan larva
dengan menggunakan temefos, memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan
guppy, dan melakukan kegiatan 3M plus (Menguras, Mengubur, Menutup, serta
memakai kelambu dan lotion anti nyamuk).3
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai upaya peningkatan angka beba jentik nyamuk melalui peran jumantik di
RW 14 kelurahan Cibeber kota Cimahi.
1. 2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Berapa angka bebas jentik di Daerah Cibeber RW 14?
2. Berapa house index di Daerah Ciebeber RW 14?
3. Berapa nilai container index di Daerah Cibeber RW 14?
4. Berapa jumlah jentik nyamuk Aedes sp dan Culex sp di Daerah Cibeber
RW 14?
5. Berapa banyak penggunaan temefos di Daerah Cibeber RW 14?
6. Bagaimana tingkat pengetahuan jumatik di Daerah Cibeber RW 14?
7. Bagaimana peran jumatik dalam memberantas jentik nyamuk di Daerah
Cibeber RW 14?
2
4. Untuk mengetahui jumlah jentik nyamuk Aedes sp dan Culex sp di Daerah
Cibeber RW 14.
5. Untuk mengetahui banyaknya penggunaan temefos di Daerah Cibeber RW
14.
6. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan jumatik di Daerah Cibeber RW 14.
7. Untuk mengetahui peran jumatik dalam memberantas jentik nyamuk di
Daerah Cibeber RW 14.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau disertai nyeri
sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopeni dan diastasis
hemoragik. Pada demam berdarah dengue dapat terjadi perembesan plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit) atau penumpukan
cairan di rongga tubuh.
2.2 Klasifikasi derajat infeksi virus dengue
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat infeksi virus dengue
DB/DBD Derajat Gejala Laboratorium
DD Demam disertai 2 atau lebih Demam disertai 2 atau lebih
tanda: sakit kepala, nyeri retro- tanda: sakit kepala, nyeri retro-
orbital, mialgia, artralgia. orbital, mialgia, artralgia.
4
2.3 Gambaran Klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau
dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue,
atau sindrom syok dengue dan sinrom dengue diperluas. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3
hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai
resiko untuk terjadi rejantan jika tidak mendapat pengobatan adekuat.
2.4 Diagnosis
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO
tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium.
2. 4. 1. Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan : uji tourniquet positif,
petechie, echymosis, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan
gusi,hematemesis dan malena.
c. Uji tourniquet dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan tekanan
darah.Selanjutnya diberikan tekanan di antara sistolik dan diastolik pada alat
pengukur yang dipasang pada lengan di atas siku; tekanan ini diusahakan
menetap selama percobaan. Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit,
diperhatikan timbulnya petekia pada kulit di lengan bawah bagian medial
pada sepertiga bagian proksimal. Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inchi
persegi (2,8 x 2,8 cm) didapat lebih dari 20 petekia.
d. Pembesaran hati (hepatomegali).
e. Syok (renjatan), ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan
nadi,hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan gelisah.
2.4.2 Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
5
relative disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve
Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap
dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
• Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
6
dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
2.5 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavirus, keluarga Flaviviridae. Virus
berukuran kecil (50 nm) ini memiliki single standard RNA. Virion-nya terdiri dari
nucleocapsid dengan bentuk kubu simetris dan terbungkus dalam amplop
lipoprotein. Genome (rangkaian kromosom) virus Dengue berukuran panjang
sekitar 11.000 dan terbentuk dari tiga gen protein strukturan yaitu nuceocapsid
atau protein core (C), membrane-associated protein (M) dan suatu protein
envelope (E) serta gen protein non struktural (NS).
7
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan laut .
1. Morfologi
Morfologi tahapan Aedes aegypti sebagai berikut :
a. Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran kurang lebih 0.80 mm,
berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang
jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Telur dapat
bertahan sampai kurang lebih 6 bulan di tempat kering.
8
c. Pupa
Berbentuk seperti “koma”. Bentuknya lebih besar namun lebih
ramping dibanding larva (jentik)nya. Pupa Aedes aegypti berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
9
2. Bioekologi
a. Siklus Hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami
metamorfosis sempurna, yaitu :
Telur – Jentik (Larva) – Pupa – Nyamuk . stadium telur, jentik dan pupa
hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik /
larva dalam waktu kurang lebih 2 hari setelah telur terendam air. Stadium
jentik/larva biasanya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong
(pupa) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi
nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai
2-3 bulan.
10
bak kontrol pembuangan air, tempat pembuangan air
kulkas/dispenser, barang-barang bekas (contoh: ban, kaleng,
botol, plastik, dll).
3. Tempat pembuangan air alamiah seperti: lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang
dan potongan bambu dan tempurung coklat atau karet, dll.
2.6.2 Siklus penularan
Nyamuk Aedes betina biasanya terinfeksi virus dengue pada saat dia
menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viremia)
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi
infektif 8-12 hari sesudah menhisap darah. Penderita yang sedang viremia
(periode inkubasi ekstrinsik) dan tetap infektif selama hidupnya. Setelah memalui
periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan
terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan
mengeluarkan cairan ludahnya kedalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah
masa inkubasi ditubuh manusia selama 3-4 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul
gejala awal penyakit secara mendadak, yang ditandai demam, pusing, mialgia
(nyeri otot), hilangnya nafsu makan dan berbagai tanda atau gejala lainnya.
11
Infeksi Dengue mempunyai masa inkubasi antara 2-14 hari, biasanya 4-7 hari.
2.6.4 Host
Tubuh manusia adalah reservoir utama bagi virus tersebut, meskipun studi
yang dilakukan di Malaysia dan Africa menunjukan bahwa monyet dapat
terinfeksi oleh virus dengue sehingga dapat berfungsi sebagai host reservoir.
Semua orang rentan terhadap penyakit ini pada anak-anak biasanya
menunjukkan gejala lebih ringan dibandingkan dengan orang dewasa. Penderita
yang sembuh dari infeksi dengan 1 jenis serotipe akan memberikan imunitas
homolog seumur hidup tetapi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi
serotype lain dan dapat terjadi infeksi lagi oleh serotipe lainnya.
2.7 Faktor risiko penularan infeksi dengue
Beberapa faktor yang berisiko terjadinya penularan dan semakin
berkembangnya penyak DBD adalah pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
memiliki pola tertentu, faktor urbanisasi yang tidak berencana dan terkontrol
dengan baik, semakin majunya sistem transportasi sehingga mobilisasi penduduk
sangan mudah, sistem pengelolaan limbah dan penyedian air bersih yang tidak
memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya sistem
pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan
masyarakat. Selain faktor-faktor lingkungan tersebut diatas status imunologi
seseorang, strain virus atau serotipe virus yang menginfeksi, usia dan riwayat
genetik juga berpengaruh juga terhadap penularan penyakit.
Perubahan iklim (climate change) global yang enyebabkan kenaikan rata-rata
tempratur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga disinyalir
menyebabkan risiko terhadap penularan DBD bahkan beresiko terhadap
munculnya KLB DBD.
12
2. Jika pada penglihatan pertama tidak ditemukan jentik, tunggu kira-kira ½-
1 menit untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada jentik.
3. Gunakan senter untuk memeriksa jentik di tempat gelap atau air keruh.
Metode survei jentik:
1. Single larva
Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat dan
genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut.
2. Visual
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atu tidaknya jentik disetiap
tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.
13
Gambar 8. Gerakan 3M Plus sebagai pengendalian vektor
14
BAB III
METODE PENELITIAN
15
Kriteria inklusi pada subjek adalah kader Jumantik dan rumah warga di
wilayah RW 14 di Kelurahan Cibeber Kecamatan Cimahi Selatan. Kriteria inklusi
pada objek adalah jentik nyamuk yang berada di Tempat Penampungan Air (TPA)
dan non-TPA rumah warga RW 14 di Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cimahi
Selatan.
Kriteria eksklusi pada subjek penelitian adalah penghuni rumah yang tidak
berada di tempat. Kriteria eksklusi pada objek penelitian adalah jentik nyamuk
pada TPA dan non-TPA rumah warga RW 14 di Kelurahan Cibeber, Kecamatan
Cimahi Selatan yang tidak dapat diambil oleh peneliti.
16
oleh Puskesmas untuk menurunkan populasi nyamuk penular DBD serta
jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan
sarang nyamuk dengan gerakan 3M PLUS.
2. Jentik Nyamuk
Jentik Aedes aegypti memiliki siphon pendek, pada waktu istirahat
membentuk sudut dengan permukaan air. Jentik Culex sp. memiliki bentuk
siphon langsing dan kecil. Jentik nyamukbiasanya hidup di air bersih yang
tergenang, tidak terkena sinar matahari dan tidak berhubungan langsung
dengan tanah. Jentik sering didapatkan pada bak kamar mandi, ember, drum,
gentong, sumur, baskom, torrent, dispenser, akuarium, talang air, vas bunga,
tempat minum burung, tandon kulkas. Tempat perindukan nyamuk yaitu di air
jernih, maupun berair keruh.
3. Container
a. Tempat Penampungan Air (TPA)
Tempat penampungan air yang dimaksud adalah bak mandi, tempayan,
drum, ember, gentong, jerigen, kolam, dan lain-lain.
b. Non TPA
Bukan Tempat Penampungan Air untuk kebutuhan sehari-hari, seperti vas
bunga, pot bunga, tempat minum burung, tandon belakang kulkas, dispenser,
talang, kaleng/botol/ember bekas, ban bekas, pelepah daun, lubang pohon,
saluran air, dan lain-lain.
4. Angka Bebas Jentik (ABJ)
Adalah persentil jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik dari
seluruh julah rumah/bangunan yng diperiksa.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ⁄𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘
𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ⁄𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
5. Container index (CI)
Adalah persentil jumlah container berisi jentik dari seluruh jumlah container
yang diperiksa.
17
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘
𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
6. House Index (HI)
Adalah persentil jumlah rumah/bangunan yang ditemukan jentik dari seluruh
jumlah rumah/bangunan yang diperiksa.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ⁄𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘
𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ⁄𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
18
3.7 Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis berdasarkan angka bebas jentik dan peran
Jumantik berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diberikan kepada kader
Jumantik dan observasi jentik nyamuk yang ditemukan. Data disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
19
12. Seminar PLK
Melakukan perizinan ke
Puskesmas
Pembagiantugas
Bimbingan dengan
dosen pembimbing
Revisidraft laporan
Persiapan pemberangkatan
Pelaksanaan penelitian
Penyusunan laporan
Revisi makalah
Seminar PLK
20
BAB IV
1 6 2 4
2 9 4 5
3 9 3 6
4 9 4 5
21
TOTAL 33 13 20
20
= 33 𝑥 100%
= 62,5%
13
= 33 𝑥 100%
= 37,5%
Hasil dari pemeriksaan jentik yang didapatkan dari beberapa rumah tiap
RT di RW 14. Rumah yang ditemukan jentik terdapat 37,5% dan rumah yang
sudah dinyatakan bebas jentik 62,5%. Dari tabel diatas, didapatkan 4 dari 9
rumah di RT 2 dan RT 4 positif ditemukan jentik.
4.2 Jenis tempat penampungan air dan non-tempat penampungan air yang
dilakukan pemeriksaan jentik pada warga RW 14
Tabel 4.2 Jenis Tempat Penampungan Air dan Non- Tempat Penampungan Air
yang Dilakukan Pemeriksaan Jentik Pada Warga RW 14
Jenis Kontainer Yang
No. Jumlah Positif Jumlah Negatif Total
Diperiksa
TPA
1 Bak Mandi 4 25 29
2 Tempayan
3 Drum 2 5 7
4 Ember 10 47 57
5 Jerigen 1 1
6 Kolam 1 1
7 Bak Tak Terpakai 1 2 3
8 Toren Terpakai 2 2
9. Gentong 1 1
22
10. Wastafel 3 3
Non TPA
10 Vas Bunga
11 Pot Bunga 38 38
12 Tempat Minum Burung 3 3
13 Tandon Belakang Kulkas 6 6
13 Dispenser 4 6 10
14 Ember Bekas 2 2 4
15 Pelepah Daun
16 Saluran Air
17 Talang
18 Sumur
19 Akuarium 1 1
Total 25 141 166
25
= 166 𝑥 100%
= 15,06%
Hasil pengamatan menunjukan dari 166 jenis penampungan air dan non-
penampungan air, didapatkan 15,6% kontainer yang positif ditemukan jentik.
Jentik paling banyak ditemukan pada tempat penampungan air seperti ember.
Tabel 4.3 jumlah rumah yang ditemukan dan tidak ditemukan jentik nyamuk
Jumlah
No. jentik yang ditemukan Persentase
rumah
1 Positif jentik 13 39,4 %
2 Negatif jentik 20 60,6 %
Total 33 100%
23
Jumlah
No. jentik yang ditemukan Persentase
rumah
1 Aedes sp 13 100 %
2 Culex sp - -%
3 Aedes Sp dan Culex Sp - -%
Total 13 100%
24
ya tidak ya tidak Ya tidak Ya tidak
a. Memeriksa di
contener (TPA
dan NonTPA)
b. Jika tidak
ditemukan jentik
tunggu sampai
muncul
kepermukaan
c. Menggunakan
senter
d. Memeriksa juga
rumah yang tidak
ada penghuninya
bekerja sama
dengan RT
2. Jenis jenik
3. Cara Pelaporan jentik
a. Menulis nama
desa/kelurahan
yang akan
dilakukan
pemeriksaan
jentik
b. tulis nama
keluarga dan
alamat.
c. Bila ditemukan
jentik beri tanda
(+), bila negatif
beri tanda (-)
d. Tulislah hal yang
perlu
ditambahkan
(rumah
kosong/tempat
ditemukan jentik)
e. Satu lembar
formulir diisi
kurang lebih 30
KK
f. Melaporkan hasil
pemeriksaan
jentik ke
puskesmas setiap
bulan
Score 7 4 5 6 5 6 6 5
25
terlihat dari tabel diatas, pada saat pemeriksaan jentik hanya jumantik RT 1 yang
menunggu jentik nyamuk sampai muncul kepermukaan.
NO 1 2 3 4
Satu bulan Satu tahun Satu tahun Satu bulan
1 Pemeriksaan rutin
sekali dua kali satu kali sekali
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Pelaporan jumlah jentik
2 dengan dengan dengan dengan
ke puskesmas
pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan
Dilaporkan Dilaporkan Dilaporkan Dilaporkan
Peran bila ada warga
3 ke ke ke ke
terjangkit DBD
puskesmas puskesmas puskesmas puskesmas
Berdasarkan tabel 4.7 mengenai peran jumatik dalam pelaporan jumlah
jentik ke puskesmas dan cara mengatasi warga yang terkena DBD sudah baik.
Jumantik yang rutin melaksanakan pemeriksaan jentik nyamuk adalah jumantik
dari RT 1 dan 4 sebanyak satu bulan sekali.
26
27