Anda di halaman 1dari 1

Kang Abay

(Sabt, 5 Muharram 1440 H//Sabtu, 15 September 2018)


Takdir Allah akan terasa indah apabila kita menghadapinya dengan penuh keikhlasan.
Mengikhlaskan itu 100% pekerjaan hati. Mengubah frekuensi hati dengan menyerahkan
segalanya kepada Allah, sehingga hati menjadi lebih tenang.
Jangan pernah menyimpan ekspektasi "HARUS" terhadap segala hal, karena apabila yang
terjadi tidak sesuai dengan "keharusan" kita, maka hanya akan ada kekecewaan.
Ada 3 skala potensi kekecewaan:
1. Seberapa besar keinginan untuk memiliki
2. Seberapa besar rasa takut kehilangan
3. Terlalu banyak berharap pada makhluk
Ikhtiar dan doa adalah dua hal yang dapat memengaruhi takdir, maka jangan dulu berbicara
mengenai takdir sebelum doa dan ikhtiar kita lakukan.
Esensi doa adalah meminta kepada Allah, kemudian berserah kepada Allah atas segalanya
karena hanya Dia yang dapat menentukan terwujud atau tidaknya hal tersebut. Maka, dalam
setiap harapan harus disertai dengan keikhlasan sebagai tiang yang akan menopang apabila
harapan kita tidak sesuai dengan ketentuan Allah.
Ikhlas memang sulit, tetapi jika tidak ikhlas maka akan terasa sakit. Jadi, lebih baik kesulitan
menempuh proses mengikhlaskan daripada harus menanggung sakit yang berkepanjangan.
Rumus mengikhlaskan:
1. Belajar menerima -ridho dengan takdir Allah.
2. Banyak bertaubat.
3. Belajar untuk memaafkan. Tahan untuk mengeluarkan kata-kata yang tidak baik.
4. Banyak berdoa dan beribadah.
5. Banyak bersyukur. Bersyukur adalah fase tertinggi bagi orang-orang yang belajar
mengikhlaskan.
6. Banyak bersedekah.
Mencintai adalah belajar untuk mengikhlaskan, bukan untuk memiliki, karena yang dicintai
adalah milik Allah.

Anda mungkin juga menyukai