Anda di halaman 1dari 2

Seorang pasien dengan inisial Tn.A, penderita TB-MDR di RSUD dr Soetomo, Surabaya.

Nyaris bunuh diri karena sudah bosan dengan pengobatan. Hal ini terjadi karena Tn.A salama
Dua bulan pemberian obat, Tn.A sudah merasakan efeknya. Pendengarannya menurun. Bulan
ketiga, dia linglung dan mulai berhalusinasi dan juga tubuhnya merasa tidak kuat oleh reaksi
obat. Dia ingin berhenti. Namun, jika berhenti, keluarganya mengancam akan pergi. Tn.A
merasa terpukul saat bulan ke-15 pengobatan. Obatnya mulai memberikan efek pada
kejantanannya. Dia tidak bisa ereksi. Efek itu membuatnya kembali ingin meninggalkan
pengobatan. Rutinitas meminum obat itulah yang sering membuat para pasien TB putus asa.
Tidak jarang, mereka mogok di tengah jalan, lalu pasrah dengan keadaan. Sejumlah pasien
menilai bahwa apa yang dialaminya adalah suratan tangan. Bagian dari perjalanan hidup yang
harus dilalui. Ada juga yang tidak kuat dengan beratnya meminum obat, lalu berbelok ke
pengobatan alternatif. Tidak jarang, kondisinya malah semakin ngedrop.

Analisa kasus

Menurut Hasibuan (1995) yang merumuskan bahwa motivasi adalah suatu perangsang
keinginan (want) dan daya penggerak kemauan yang akirnya seseorang bertindak atau
berprilaku. Ia menambahkan bahwa setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin
tercapai. Dari contoh kasus di atas, dapat disimpulkan adalah memotivasi diri pasien sendiri
untuk tetap melakukan pengobatan. Adanya motivasi akan mampu mempengaruhi
kesembuhan pasien, karena dengan adanya motivasi pasien akan mau melakukan pengobatan.
Pasien yang dinyatakan dokter menderita penyakit tertentu, jika tidak didukung adanya
motivasi untuk sembuh dari diri pasien tersebut dipastikan akan menghambat proses
kesembuhan. Keadaan pikiran pasien sangat berpengaruh untuk dapat mengambat atau
mendorong kesembuhan pasien dari penyakit. Motivasi untuk sembuh menjadi suatu
kekuatan yang berasal dari dalam diri pasien yang mendorong perilaku menuju kesembuhan
yang ingin dicapai. Banyak persoalan timbul ketika seseorang menderita penyakit tertentu
tidak memiliki motivasi bagi kesembuhannya sendiri. Hambatan ini mungkin terjadi karena
sebagian besar kurangnya dukungan dari lingkuangan yang ada pada dirinya. Pasien sangat
membutuhkan banyak dukungan dan bantuan dari diri orang lain yang ada disekitarnya,
dukungan informasi sangat diperlukan bagi pasien untuk mendapatkan petunjuk dan
informasi yang dibutuhkan (Smet, 1994). Motivasi pasien untuk sembuh, selaim beberapa hal
di atas juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah sakit, dokter, perawat dan tim
kesehatan lainnya. Perawat adalah profesi yang sangat dekat dengan pasien yang
memungkinkan perawat selalu berhubungan dengan pasien (Nurjannah, 2001). Hubungan
perawat dengan pasien merupakan pengalaman belajar timbal balik dan pengalaman
emosional korektif bagi pasien. Kunci hubungan aktivitas perawat dan pasien adalah
motivasi, memotivasi pasien agar melakukan aktivitas berdasarkan kebutuhan. Perawat
menggunakan diri dan teknik-teknik klinik tertentu dalam bekerja untuk meningkatkan
penghayatan dan perubahan perilaku pasien (Stuart dan Laraia, 2001). Pasien akan dapat
termotivasi apabila didukung dengan kepercayaan pasien terhadap perawat. Dalam memulai
hubungan tugas utama perawat adalah penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka,
perumusan kontrak dengan klien dan membina hubungan saling percaya klien terhadap
perawat. Terbinanya hubungan percaya (trust) merupakan media dalam mengembangkan
hubungan antara perawat dan klien maupun keluarga untuk melakukan suatu tindakan
penolongan yang nyaman bagi klien. Dengan adanya motivasi dari diri pasien sendiri dan dari
keluarga maupun dari tenaga medis yang lain diharapkan bahwa pengobatannya tetap
dilanjutkan hingga pasien tersebut didiagnosa sembuh secara total.

Tindakan yang seharusnya dilakukan oleh perawat.

Perawat harus mampu memotivasi pasien agar dapat mengurangi beban psikis seorang
penderita TBC sangatlah besar. Lakukan pendampingan dan pertahankan hubungan yang
sering dengan pasien sehinggan pasien tidak merasa sendiri dan ditelantarkan. Tunjukkan
rasa menghargai dan menerima orang tersebut. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya diri
klien.Aspek spiritual juga merupakan salah satu aspek yang tidak boleh dilupakan
perawat. Bagi seluruh penderita TBC didorong untuk mendekatkan diri pada Tuhan, jangan
berputus asa atau bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dan beri penguatan bahwa mereka
masih dapat hidup dan berguna bagi sesama antara lain dengan membantu upaya pencegahan
penularan kuman TB.

Anda mungkin juga menyukai