Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang secara

global banyak ditemukan di berbagai negara maju maupun di negara yang

sedang berkembang. Penderita anemia diperkirakan hampir dua milyar atau

30% dari populasi dunia. Prevalensi anemia tertinggi adalah Asia Tenggara

(75%), kemudian Mediterania Timur (55%), Afrika (50%), serta wilayah

Pasifik Barat, Amerika dan Karibia (40%).(WHO, 2014).

Anemia defisiensi besi di Indonesia merupakan masalah gizi paling

banyak pada wanita usia subur (WUS) yang berlanjut pada masa kehamilan.

Prevalensi Anemia Gizi Besi tahun 2014 pada wanita usia subur (WUS)

adalah sebesar 27,9% dan tahun 2015 prevalensi anemia di indonesia masih

cukup tinggi, pada remaja wanita sebesar 26,50%, wanita usia subur (WUS)

26,9%, ibu hamil 40,1% dan anak balita 47,0%, pada tahun 2015 diketahui

bahwa 40% wanita usia subur mengalami anemia, sedangkan pada wanita

usia subur (WUS) yang hamil sebanyak 40,1% (Kemenkes RI, 2014).

Kelompok wanita usia subur rentan terhadap anemia gizi besi karena

beberapa permasalahan yang dialami wanita usia subur (WUS) seperti

mengalami menstruasi setiap bulan, mengalami kehamilan, kurang asupan

zat besi makanan, infeksi parasit seperti malaria dan kecacingan serta

mayoritas wanita usia subur (WUS) menjadi angkatan kerja. Anemia pad

1
2

wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan

lemah, penurunan kapasitas kemampuan atau produktifitas kerja. Program

yang ditargetkan kepada wanita usia reproduktif merupakan intervensi yang

sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia indonesia

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarkat, 2012).

Anemia defisiensi besi pada wanita usia subur (WUS) disebabkan

oleh beberapa faktor yakni karena kurangnya asupan zat besi dan juga

wanita mengalami menstruasi setiap bulan, dan ini akan diperberat jika

asupan zat besi dari makanan sehari-hari rendah. Penyebab langsung

kejadian anemia karena infeksi, perdarahan, dan penyakit seperti kelainan

sumsum tulang belakang (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,

2012).

Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah

atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin normal umumnya

berbeda pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya

didefinisikan sebagai hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada

wanita sebagai hemoglobin kurang yaitu 12,0 gram/100 ml. definisi ini

mungkin sedikit berbeda tergantung pada sumber dan referensi laboratorium

yang digunakan (Proverawati, 2014).

Pemberian tablet tambah darah sebagai salah satu upaya penting

dalam pencegahan dan penanggulangan anemia yang merupakan cara yang

efektif karena dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat

kekurangan zat besi dan atau asam folat. Tablet tambah darah merupakan
3

tablet yang diberikan sebanyak 1 (satu) kali seminggu dan 1 (satu) kali

sehari selama haid (Kemenkes RI, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Wijanti dkk (2012) di Kediri

menemukan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan kejadian

anemia. Pada ibu hamil dengan pola makan sehat semuanya tidak

mengalami anemia berjumlah 24 orang (36%), dan tidak sehat yaitu 46

orang (64%). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Abdullah dkk (2011), yang menemukan bahwa kadar hemoglobin ibu hamil

berhubungan dengan pendidikan, status gizi konsumsi tablet besi dan pola

konsumsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ridha (2013) menunjukkan ada

hubungan nutrisi dengan kejadian anemia, dengan nilai OR=2,43 dimana

ibu yang nutrisi kurang beresiko 2,43 kali mengalami anemia di banding ibu

yang nutrisinya cukup.

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Wakatobi menunjukkan

bahwa kasus anemia pada tahun 2014 sebesar 174 kasus dan meningkat

pada tahun 2015 sebesar 235 kasus. Anemia sebagian besar diderita oleh ibu

hamil, sedangkan pada wanita usia subur (WUS) belum dilakukan

pemeriksaan anemia sehingga belum ada data yang menunjang tentang

kejadian anemia pada wanita usia subur (WUS) (Dinkes Wakatobi, 2017).

Puskesmas Wangi-Wangi terletak di Kelurahan Pongo Kecamatan

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi, berdasarkan data yang diperoleh dari

Puskesmas Wangi-Wangi dapat diketahui jumlah wanita usia subur (WUS)


4

pada tahun 2016 sebanyak 796 dan yang mengalami anemia sebanyak 117

orang (14 %), kemudian meningkat pada tahun 2017 sebesar 985 orang dan

146 orang (15%) yang mengalami anemia, selanjutnya pada tahun 2018

sebanyak 1194 orang dan 194 (16%) yang mengalami anemia. Hal ini

menunjukkan terjadi peningkatan kasus anemia khususnya pada Wanita

Usia Subur (Puskesmas Wangi-Wangi 2018).

Anemia pada wanita usia subur (WUS) dapat menyebabkan dampak

negative terhadap produktifitas kerja wanita, wanita yang anemia cenderung

mengalami gejala lemah, letih, lesu sehingga menurunkan produktifitas

kerja. Wanita usia subur yang mengalami anemia gizi besi akan mudah sakit

karena daya tahan tubuh rendah sehingga tidak dapat melakukan aktifitas

sehari-hari (Manuaba, 2014).

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang “Hubungan Frekuensi Dan Jumlah Konsusmsi Fe Dengan Kejadian

Anemia Pada Wanita Usia Subur (WUS) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan frekuensi Fe dengan kejadian anemia pada

wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Wangi-Wangi

Kabupaten Wakatobi?
5

2. Apakah ada hubungan jumlah asupan Fe perhari dengan kejadian

anemia pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi?

3. Bagaimanakah cara untuk mengetahui kadar Hb pada wanita usia

subur (WUS) di wilayah Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten

Wakatobi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan frekuensi dan jumlah konsumsi Fe dengan kejadian

anemia pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas

Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur kadar Hb pada wanita usia subur (WUS) di wilayah kerja

Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

b. Menilai frekuensi konsumsi Fe pada wanita usia subur (WUS) di

wilayah kerja Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.

c. Menilai jumlah konsumsi Fe wanita usia subur (WUS) di wilayah

kerja Puskesmas Wangi-Wangi Kabupaten Wakatobi.


6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan teoritik bagi

berbagai pihak guna mengembangkan Ilmu pengetahuan terkait

masalah anemia pada wanita usia subur (WUS).

b. Penelitian ini memberikan tambahan wawasan, pengetahuan, dan

pengalaman kepada peneliti dalam upaya penanggulangan masalah

gizi khususnya tentang kadar Hb pada wanita usia subur (WUS).

2. Manfaat Aplikatif

a. Sebagai bahan informasi bagi puskesmas dibidang gizi khususnya

dalam program penanggulangan masalah anemia pada wanita usia

subur (WUS).

b. Sebagai pengetahuan dan tindak lanjut bagi wanita usia subur

(WUS) untuk mengatur pola makannya sehingga terhindar dari

anemia.
7

Anda mungkin juga menyukai