Disusun Oleh:
Kelompok V
APRILIANI : PO.62.20.1.16.122
CHRISTIE : PO.62.20.1.16.125
M. DILAH RASIT : PO.62.20.1.16.152
MUHAMMAD SIDIK : PO.62.20.1.16.154
RAUPINI : PO.62.20.1.16.157
SABTU HARVI HENDRAWAN : PO.62.20.1.16.159
SYIFA RIZKY FITRI : PO.62.20.1.16.161
THEREVINA IAPRILIA : PO.62.20.1.16.163
Hormat Kami
Kelompok V
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopyctus. Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian
Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, antara lain iklim dan pergantian
musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan transportasi. Sebaran
nyamuk penular demam berdarah dengue, kebersihan lingkungan yang
tidak memadai serta factor keganasan virusnya. Berdasarkan kejadian
dilapangan dapat diidentifikasikan factor utama adalah kurangnya perhatian
sebagian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan berkembangnya nyamuk
(Dinkom,2017). Insiden dan prevalensi penyakit Demam Berdarah Dengue
menimbulkan kerugian pada individu, keluarga dan masyarakat. Kerugian
ini berbentuk kematian, penderitaan, kesakitan, dan hilangnya waktu
produktif (Indra,2013).
Penyakit demam berdarah dengue menjadi momok tiap tahun.
Insiden di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (2009-2017)
dan pernah meningkat tajam saat Kejadian Luar Biasa hingga 35 per
100.000 penduduk pada tahun 2010(IPD,2017), hingga medio 2015 masih
ada daerah berstatus Kejadian Luar Biasa, sampai mei tahun 2015 di seluruh
Indonesia tercatat 28.224 kasus dengan jumlah kematian 348 orang, hingga
awal oktober 2015 kasus demam berdarah dengue di 33 propinsi tercatat
50.196 kasus dengan 701 diantaranya meninggal. Dari data di atas
menunjukkan peningkatan hampir 2 kali lipat dari mei hingga awal oktober
2015(Sisilia,2015).
Penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) mewabah di
Kota Palangkaraya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Data Dinas
Kesehatan (Dinkes) setempat mencatat sebanyak 232 warganya terserang
penyakit yang dibawa nyamuk aedes aegypti. Bahkan dari jumlah itu, enam
di antaranya meninggal.
1
Demam berdarah merupakan penyakit yang bisa mewabah. Usaha
untuk mengatasi masalah penyakit tersebut di Indonesia telah puluhan tahun
dilakukan, berbagai upaya pemberantasan vector, tetapi hasilnya belum
optimal. Secara teoritis ada 4 cara untuk memutuskan rantai penularan
demam berdarah dengue, yaitu: melenyapkan virus, isolasi penderita,
mencegah gigitan nyamuk dan pengendalian vector. Untuk pengendalian
vector dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara kimia dan pengelolaan
lingkungan , salah satunya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Pengendalian vector dengan cara kimia hanya membebankan perlindungan
terhadap pindahnya penyakit yang bersifat sementara dan dilakukan hanya
apabila terjadi letusan wabah. Cara ini memerlukan dana yang tidak sedikit
serta mempunyai dampak negative terhadap lingkungan. Untuk itu
diperlukan cara lain yang tidak menggunakan bahan kimia diantaranya
melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengendalian vector
dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (Indra, 2013).
Keberhasilan pemberantas nyamuk aedes aegypti tidak lepas dari peran
petugas kesehatan atau perawat yaitu memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang demam berdarah dengue secara intensif. Upaya
pemberantasan dan pencegahan yang dilakukan Puskesmas Gitik yaitu yang
pertama dengan penyuluhan , penyuluhan yang dilakukan melalui rapat
koordinasi desa dan kecamatan, selain itu penyuluhan dilakukan dari rumah
kerumah oleh petugas kesehatan. Kedua dengan abatesasi yaitu pemberian
abate kepada seluruh masyarakat. Ketiga denggan fogging atau pengasapan
sebagai alternative terakhir untuk pemberantasan nyamuk dewasa yang
telah mengandung virus dengue.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian demam berdarah dengue ?
2. Apa penyebab demam berdarah dengue ?
3. Apa tanda dan gejala demam berdarah dengue ?
4. Apa patofisiologi dari demam berdarah dengue ?
5. Apa komplikasi dari demam berdarah dengue ?
2
6. Apa saja klasifikasi dari demam berdarah dengue ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari demam berdarah dengue ?
8. Apa saja penatalaksanaan dari demam berdarah dengue ?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian demam berdarah dengue
2. Agar mengetahui penyebab demam berdarah dengue
3. Agar mengetahui tanda dan gejala demam berdarah dengue
4. Agar mengetahui bagaimana proses terjadinya demam berdarah dengue
5. Agar mengetahui dampak dari demam berdarah dengue
6. Agar mengetahui Apa saja klasifikasi dari demam berdarah dengue
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Sudoyo Aru,
dkk 2009)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegepty atau oleh AedesAlbopictus (Titik Lestari, 2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut,
ditularkan
oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini akan
mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di
daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk
diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian
lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak
menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk
(Prasetyono 2012).
4
B. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu
700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe
DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).
5
D. Patofisiologi
Respon Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD
adalah:
1. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit dan
makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enchancement
(ADE).
2. Limfosit T baik T-helper (CD 4) dan T sitotoksik (CD 8) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu
TH 1 akan memproduksi interferon gamma, IL 2 dan limfokin,
sedangkan TH2 memproduksi IL 4, IL 5,IL6 dan IL 10;
3. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi, namun proses fagositosis ini menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag
4. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya
c3a dan c5a akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a,
dua peptida berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu
sebaliknya diperlukan waktu yang cukup lama untuk sampai terjadinya
DIC (Disseminated intravaskular coagulated) disamping
trombositopenia , menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protrombin, faktor V,VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan
faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan
traktus gastrointestinal pada DHF.
Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan berbagai derajat
perdarahan dihampir semua organ, yang berupa diapedesis beberapa
eritrosit sekitar pembuluh darah kecil sampai perdarahan sekitar
pembuluh darah kapiler dan arteriol. Sel endotel arteriol dan kapiler
membengkak.
6
Kemerahan atau bercak-bercak merah yang menyebar dapat
terlihat pada wajah, leher, dan dada dada selama separuh pertama
periode demam dan ruam yang jelas yang kemungkinan makulopapular
ataupun menyerupai bentuk demam skarlatina akan muncul pada hari
ketiga atau hari keempat. Menjelang akhir periode demam atau setelah
fase defervesens, ruam diseluruh tubuh mulai menghilang secara
bertahap dan kumpulan bintik merah yang terlokalisasi akan muncul
didaerah punggung kaki, tungkai dan dilengan serta tangan. Pertemuan
ruam dan bintik merah ditandai dengan bidang-bidang bulat yang pucat
dan menyebar pada kulit normal. Ruam kadang disertai gatal. Pada uji
torniket hasil positif dan atau ptekhie.
Trombositopenia sedang sampai berat yang disertai
hemokonsentrasi dapat dibedakan dengan hasil temuan laboratorium
klinis. Komplikasi perdarahan seperti epistaksis, gusi berdarah,
perdarahan gastrointestinal, hematuria dan hipermenorhi mungkin
menyertai. Perubahan patologis utama yang menentukan tingkat
keparahan penyakit DHF dan membedakannya dengan DF adalah
hemostatis yang abnormal dan kebocoran plasma yang dimanifestasikan
dengan trombositopenia dan jumlah hematokrit yang meningkat.
Trombositopenia dan hemokonsentrasi merupakan temuan tetap
dalam kasus DHF. Penurunan jumlah trombosit dalam jumlah drastis
sampai dibwah 100.000/mm3 biasanya ditemukan pada hari ketiga dan
kedelapan penyakit. Peningkatan jumlah hematokrit pada kasus DHF
terutama kasus syok. Peningkatan hemokonsentrasi dan hematokrit
sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti objektif aanya
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma.
7
nadi tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoesis termasuk
megakariosit. Kadar trombopoetin dalam darah pada saat terjadi
trombositopenia justru menunjukkan kenaikan,hal ini menunjukkan
terjadinya stimulasi trombopoesis sebagai mekanisme kompensasi
terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui
pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit
selama proses koagulopati dan sekuentrasi diperifer. Gangguan fungsi
trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan mekanisme gangguan
pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan petanda degranulasi trommbosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel
yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan
terdinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium
III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi
melalui aktivasi jalur ekstrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik
juga berperan melalui faktor XIa namun tidak melalui aktivasi kontak
(Kalikrein C1-inhibitor complex ).
8
9
E. Komplikasi
Perdarahan Dalam penyakit DHF atau demam berdarah jika tidak segera di
tangani akan menimbulkan kompikisi adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler,
penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) <100.000 /mm³ dan
koagulopati, trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif,
petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis
dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syok Sindrom) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 – 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum,
hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya aliran balik vena (venous return), prelod, miokardium
volume sekuncup dan curah jantung, sehingga terjadi disfungsi atau
kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi jaringan.
DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivity
dan integritas system kardiovaskur, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversibel, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien meninggal dalam 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan
dengan nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan
sel sel kapiler. Terkadang tampak sel netrofil dan limposit yang lebih
besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus
antibodi.
10
4. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan
terjadi dispnea, sesak napas.
F. Klasifikasi
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan
di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
3. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan
manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan
lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita
gelisah.
4. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan
ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak
terukur dan nadi tak teraba.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien
tersangka DBD adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat
adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke 3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total lekosit) disertai adanya limfosit
11
plasma biru >15% dari jumlah total lekosit yang pada fase syok akan
meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke 3 demam.
d. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
e. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran
plasma
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat
g. Ureum, kreatinin:bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
h. Elektrolit: sebagai pemantauan pemberian cairan.
i. Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi darah
atau komponen darah.
j. Imunoserologi dilakukan pemeriksaaan IgM dan IgG terhadap
dengue:
1) IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke
3, menghilang setelah 60-90 hari.
2) IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14,
pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke 2
k. Uji HI: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat
pulang dari perawatan, uji ini digunakan untuk keperluan surveilans.
2. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto didapatkan efusi pleura, terutama pada hemothoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemithoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi
badan sebelah kanan). Ascites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.
12
H. Penatalaksanaan Medis
Pada dasarnya pengoobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan suportif
1. DHF tanpa perdarahan (renjatan)
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu
1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu,
dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit demi
sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika
anak tidak mau minum sesuai ang dianjurkan tidak dibenarkan
pemasangan sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan.
Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konfulsan lainnya.
Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1 tahun 50 mg IM,
anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti lminal
diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg BB. Anak diatas 1 tahun diveri 50
mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b) Hematokrit yang cenderung meningkat
Hematokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului mnculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunya nilai
trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena itu,
pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa Hb, Ht dan
trombosit setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun
1-2 hari. Nilai hematokrit itlah yang menentukan apabila pasien
perlu dipasang infus atau tidak.
2. DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera sipasang infus
sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Caiaran
13
yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tidak ada
respon diberikan plasma atau plasma ekspander, banyaknya 20-30
ml/kgBB. Pada pasien dengan renjatan berat diberikan infs harus
diguyur dengan cara membuka klem infus.
Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo
nadi besar, tekanan sistolik 80 mmHg /lebih, kecepatan tetesan
dikurangi 10 l/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24-48 jam,
maka pemberian infus dipertahankan sampai 1-2 hari lagi walaupn
tanda-tanda vital telah baik.
Pada pasien renjatan berat atau renjaan berulang perlu dipasang CVP
(Central Venous Pressure) untuk mengukur tekanan vena sentral melalui
vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di ICU.
Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan
gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang perdarahan gastrointestinal
berat dapat diduga apabila nilai hemoglobin dan hematokrit menutun
sedangkan perdarahanna sedikit tidak kelihatan. Dengan
memperhatikan evaluasi klinik yang telah disebut, maka engan keadaan
ini dianjurka pemberian darah.
14
nutrisi ibu saat hamil, obat-obat yang pernah dikonsumsi oleh
ibu dan apakah ibu pernah stress saat hamil. Kemudian apakah
anak sebelumnya pernah mengalami DBD juga atau tidak
atau Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak
biasanya mengalami serangan ulangan DHF dengan type virus
yang lain
2) Alasan Masuk Rumah Sakit
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai
menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas
turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), melena atau hematemasis. Riwayat Kesehatan
Keluarga
d. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
e. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
15
f. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan
yang kurang bersih (seperti yang mengenang dan gantungan baju
yang di kamar).
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas
dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan
tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upa
untuk menjaga kesehatan.
h. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut
sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan grade DHF, keadaan fisik
anak adalah :
1) kesadaran : Apatis
2) Vital sign : TD : 110/70 mmHg
16
5) Telinga Simetris, bersih tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
17
i. Sistem integumen
Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul
keringat dingin dan lembab, kuku sianosis atau tidak.
1) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan
(epistaksis) pada grade II,III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan.
Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan telingga (grade II, III, IV).
2) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan,
(efusi pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
3) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) dan
asites. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi,
serta tulang.
j. Pemeriksaan Penunjang
1) Uji rumple leed / tourniquet positif
Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia,
hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia,
hipoproteinemia.
Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
2) Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk
menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG
Elisa dan uji IgM Elisa
3) Isolasi virus
18
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan
conjugate (pengaturan atau penggabungan)
4) Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan conjugate
5) Radiologi
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama
disebelah hemi thorax kanan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue ditandai dengan konvulsi, peningkatan suhu tubuh di atas
normal, takikardi, kulit kemerahan.
b. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
c. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan
d. Risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-
faktor pembekuan darahditandai dengan
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek
prosedur, dan perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan kurang terpajan/mengingat informasiditandai dengan
f. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan
hemokonsentrasi ditandai dengan
g. Risiko tinggi terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan
penurunan faktor pertahanan tubuh.
h. Neusea berhubungan dengan faktor psikologis
19
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Hipertermi Suhu tubuh 1. Kaji suhu tubuh 1. Mengetahui
berhubungan normal setelah klien peningkatan suhu
dengan proses dilakukan 2. Beri kompres air tubuh, mempermudah
infeksi virus tindakan hangat intervensi
dengue. keperawatan 3. Anjurkan klien 2. Mengurangi panas
selama 3x24 untuk banyak minum dengan pemindahan
jam. 4. Anjurkan klien panas secara konduksi
KH : untuk memakai baju 3. Untuk mengganti
1. Suhu tubuh tipis dan menyerap cairan tubuh yang
antara 36- keringat hilang akibat
37,5 0 C 5. Observasi intake dan evaporasi
2. Kien output, tanda vital 4. Memberikan rasa
mengatakan 6. Kolaborasi nyaman dan tidak
tidak panas pemberian cairan merangsang
lagi. intravena dan peningkatan suhu
pemberian obat tubuh.
sesuai program 5. Mendeteksi dini
kekurangan cairan
serta mengetahui
keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam
tubuh.
6. Tanda vital
merupakan acuan
untuk mengetahui
keadaan umum klien.
7. Pemberian cairan
sangat penting pada
klien dengan suhu
20
tubuh tinggi. Obat
khususnya untuk
menurunkan suhu
tubuh klien.
2 Risiko defisit Tidak terjadi 1. Observasi vital sign 1. Vital sign membantu
volume cairan deficit volume tiap 3 jam mengidentifikasi
berhubungan cairan setelah 2. Observasi capillary fluktuasi cairan
dengan pindahnya dilakukan refill intravaskuler.
cairan tindakan 3. Observasi intake Menunjukkan indikasi
intravaskuler ke keperawatan output, catat warna keadekuatan sirkulasi
ekstravaskuler selam 3x24 jam urine, konsentrasi, bj perifer
KH : urine 2. Penurunan keluaran
1. Intake dan 4. Anjurkan klien urine pekat dan
output untuk banyak minum peningkatan BJ
seimbang 5. Kolaborasi merupakan indikasi
2. Vital sign pemberian cairan dehidrasi
dalam batas intravena 3. Untuk memenuhi
normal kebutuhan cairan
3. Tidak ada tubuh peroral.
tanda 4. Dapat meningkatkan
presyok. cairan tubuh, untuk
4. Akral mencegah terjadinya
hangat syok hipovolemik.
5. Capillary
refill < 2
dtk
3 Resiko syok Syok tidak 1. Monitor keadaan 1. Untuk mengetahui
hipovolemik terjadi setelah umum klien tanda-tanda awal syok
berhubungan dilakukan 2. Observasi vital sign 2. Untuk memastikan
dengan perdarahan tindakan setiap 3 jam/lebih tidak terjadi
yang berlebihan keperawatan presyok/syok
21
selama 3x24 3. Jelaskan pada klien 3. Dengan melibatkan
jam. dan keluarga tanda klien dan keluarga
KH : perdarahan dan maka tanda-tanda
1. Tanda vital anjurkan untuk perdarahan dapat
dalam batas melaporkan bila segera diketahui dan
normal terjadi perdarahan tindakan yang cepat
4. Kolaborasi dalam dan tepat dapat segera
pemberian cairan diberikan.
intravena 4. Cairan intravena
5. Kolaborasi dalam diperlukan untuk
pemberian Hb, mengatasi kehilangan
Trombosit cairan tubuh yang
hebat
5. Untuk mengetahui
tingkat kebocoran
pembuluh darah yang
dialami klien dan
untuk acuan dalam
melakukan tindakan
lebih lanjut.
22
penurunan napsu 1. Tidak ada atau makan diantara 4. Makanan sedikit dapat
makan tanda-tanda waktu makan menurunkan
malnutrisi 5. Berikan dan bantu kelemahan dan
2. BB oral hygiene meningkatkan
seimbang 6. Hindari makanan masukan juga
yang merangsang mencegah distensi
dan mengandung gas gaster
5. Meningkatkan napsu
makan dan masukan
peroral
6. Dapat menurunkan
distensi dan iritasi
gaster.
23
80_100 berikan tekanan 5-10 4. Mencegah terjadinya
x/mnt, menit setiap selesai perdarahan lebih
pulsasi kuat, mengambil darah. lanjut
reguler. 5. Kolaborasi dalam 5. Dapat mengetahui
memonitor nilai kemungkinan
trombosit setiap hari. perdarahan klien dan
tingkat kebocoran
pembuluh darah.
6 Kurang Keluarga 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
pengetahuan mengutarakan pengetahuan klien Seberapa jauh
keluarga tentang pemahaman dan keluarga tentang pengalaman dan
penyakit, tentang kondisi, penyakitnya. pengetahuan klien dan
prognosis, efek efek prosedur 2. Berikan penjelasan keluarga
prosedur, dan dan proses kepada klien dan tentang penyakitnya
perawatan anggota pengobatan keluarga tentang 2. Dengan mengetahui
keluarga yang setelah penyakitnya dan penyakit dan
ssakit dilakukan kondisi klien kondisinya sekarang,
berhubungan tindakan 3. Anjurkan klien dan klien dan keluarganya
dengan kurang keperawatan keluarga untuk akan merasa tenang
terpajan/mengingat 3x24 jam. memperhatikan diet dan mengurangi rasa
informasi. KH : makanan nya. cemas.
1. Melakukan 4. Anjurkan keluarga 3. Diet dan pola makan
prosedur untukmemperhatikan yang tepat membantu
yang perawatan diri dan proses penyembuhan
diperlukan lingkungan bagi 4. Perawatan diri (mandi,
dan anggota keluarga toileting,
menjelaskan yang sakit. Lakukan/ berpakaian/berdandan)
alasan dari demonstrasikan dan kebersihan
suatu teknik perawatan diri lingkungan penting
tindakan. dan lingkungan untuk menciptakan
2. Kluarga klien. perasaan
memulai
24
perubahan 5. Minta klien/keluarga nyaman/rileks klien
gaya hidup mengulangi kembali sakit.
yang tentang materi yang 5. Mengetahui seberapa
diperlukan telah diberikan. jauh pemahaman klien
dan ikut dan keluarga serta
serta dalam menilai keberhasilan
perawatan dari tindakan yang
dilakukan.
25
BAB III
TINJAUAN KASUS dan PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
Pengkajian diambil : tgl 03 Desember 2018 Pukul : 12.00 WIB
Nama Mahasiswa :
I. IDENTITAS
A. KLIEN
Nama : An. I
Tempat & Tanggal Lahir : Hutabayu, 12-12-2007
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / Bangsa : Batak/ Indonesia
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Mahir Mahar
Diagnosa Medis : DHF Grade I
No.MR : 30.86.xx
26
II. RIWAYAT PERAWATAN (NURSING STORY)
A. Keluhan Utama
Klien mengatakan demam sejak hari Sabtu pagi 01/12/2018 serta mual-mual
B. Riwayat Penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang (PQRST, upaya yang dilakukan
dan terapi)
Klien datang diantar oleh Ibunya ke IGD Rs. dr. Sylvanus
Palangkaraya pada hari Senin, 03-12-2018 pukul 02.40 WIB dengan
keluhan Demam naik turun dari hari Sabtu pagi. Suhu : 38,6 oC, TD
: 100/60 mmHg, N : 124x/mnt, RR : 26x/mnt, SPO2 : 99%.
diberikan Inj. Ranitidine 10mg (IV) , Inj. Ondancentron 4mg (IV),
Paracetamol 500mg (PO), IVFD RL 40 tpm
27
Genogram Keluarga 3 (tiga) generasi
keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
:Klien An. I
: Garis Keturunan
: Tinggal Serumah
C. Riwayat Sosial
28
D. Kebutuhan Dasar
29
Klien mendapat terapi intravena infus RL 20
4. Status Cairan : tpm (kiri) turgor kulit baik, CRT ≤ 2 detik.
1. Inj. Ranitidine 40 mg
2. Inj. Ondancentron 4 mg
5. Obat – Obatan :
3. Paracetamol tablet 500 mg
30
III. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Klien tampak lemah, pucat, tubuh teraba hangat, tampak
mual dan sering meludah, terpasang infus RL di tangan kiri.
B. Pemeriksaan
Fisik :
1. Tanda-tanda Suhu : 38,3 oC
vital : RR : 20 kali/menit
Nadi : 93 kali/menit
c. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak ada Sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
d. Mulut : mukosa mulut lembab, tidak ada peradangan pada tonsil atau
gusi.
31
e. Telinga : ujung telinga simetris dengan ujung mata, tidak ada serumen
berlebih, tidak memakai alat bantu pendengaran
k. Punggung : Simetris, Spina pipidas (-), Skeleosis (-), tidak ada lesi, lanugo
(+)
n.Kulit : warna kulit kecoklatan, turgor baik, tidak ada lesi atau
sianosis.
32
IV. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
A. Kemandirian dan bergaul : Klien mampu merespon baik saat dipanggil,
klien aktif bergaul.
V. RINGKASAN KEPERAWATAN
An. I masuk Rs. dr. Sylvanus Palangkaraya pada hari Senin, 03-12-2018
dengan keluhan demam naik turun sejak hari Sabtu pagi 01/12/2018 serta
mual-mual. Tanda-tanda vital Suhu:38,3oC, RR : 20 kali/menit, Nadi : 93
kali/menit. Klien didiagnosa DHF Grade I, telah diberikan tindakan
keperawatan terapi intravena infus RL 20 tpm (tangan kiri), Inj. Ranitidine
40 mg, Inj. Ondancentron 4 mg, Paracetamol tablet 500 mg
Dari hasil pengkajian ditemukan 2 masalah keperawatan yaitu :
1. Hipertermi b.d. Proses Infeksi d.d suhu tubuh 38,3oC teraba hangat
2. Nausea b.d Faktor psikologis d.d klien mengatakan mual dan
tampak sering meludah
Mahasiswa
33
(KELOMPOK V )
34
Inisial Klien : An. I
No. MR : 30.86.xx
ANALISA DATA
No. Data Kemungkinan Masalah
(Subjektif dan Penyebab
Objektif)
1. DS : Klien mengatakan Virus Dengue Hipertermi
demam naik turun sejak ↓
hari Sabtu pagi Melalui gigitan
01/12/2018 Nyamuk
↓
DO : Tubuh teraba Re Infection oleh virus
hangat dengue dengan seroti
Suhu : 38,3oC berbeda
Nadi : 93x/mnt ↓
RR : 20 x/mnt Bereaksi dengan
WBC : antibodi
472x10^3/uL ↓
5.08x10^6/uL peradangan
35
2. DS : Klien mengatakan Virus Dengue Nausea
Mual-mual ↓
Melalui gigitan
DO : klien tampak mual Nyamuk
dan sering meludah, ↓
klien tampak lemas Re Infection oleh virus
Suhu : 38,3oC dengue dengan seroti
Nadi : 93x/mnt berbeda
RR : 20 x/mnt ↓
Bereaksi dengan
antibodi
↓
Menimbulkan respon
peradangan
↓
Menstimulasi Medula
Vomiting
↓
Mual (Nausea)
36
Inisial Klien : An. I
No. MR : 30.86.xx
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
1 Hipertermi b.d. Proses Infeksi virus dengue d.d suhu tubuh 38,3oC teraba
hangat
2 Nausea b.d Faktor psikologis d.d klien mengatakan mual dan tampak sering
meludah
37
Inisial Klien : An. I
No. MR : 30.86.xx
RENCANA KEPERAWATAN
No. Hari/Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
keperawatan
1. Senin, 03 Hipertermi b.d. Tujuan : 1. Kaji tanda Gejala, 1. Mengidentifikasi pola
Desember 2018 Proses Infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan penyebab, dan adanya demam
suhu tubuh 38,3oC keperawatan selama 2x24 peningkatan suhu tubuh 2. Acuan mengetahui
teraba hangat jam, Hipertermia tidak 2. Monitor suhu tubuh per 4 keadaan umum
terjadi/hilang jam 3. Mengetahui
Kriteria Hasil : 3. Monitor Intake dan output ketidakseimbangan
- Suhu tubuh klien dalam 4. Anjurkan banyak minum 2- intake output
batas normal (36,5-37,5) 3 liter/hari 4. Menurunkan suhu tubuh
- tubuh tidak lagi teraba 5. Anjurkan menggunakan dengan penguapan
hangat baju tipis dan menyerap 5. Menurunkan suhu tubuh
keringat dengan Penyerapan
6. Anjurkan kompres dingin 6. Membantu menyerap
7. Kolaborasi pemberian panas
terapi obat farmakologis 7. Membantu menurunkan
suhu tubuh cepat dengan
obat Farmakologis
38
2. Senin, 03 Nausea b.d Faktor Tujuan : 1. Identifikasi faktor 1. Mengetahui penyebab
Desember 2018 psikologis d.d klien Setelah dilakukan tindakan penyebab mual mual
mengatakan mual keperawatan selama 2x24 2. Identifikasi dampak 2. Mengetahui apakah
dan tampak sering jam, Nausea tidak mual terhadap nafsu mual mempengaruhi
meludah terjadi/hilang makan nafsu makan
Kriteria Hasil : 3. Anjurkan istirahat dan 3. Istirahat dan tidur yang
1. Klien mengatakan tidur yang cukup cukup dapat mengurangi
mual 4. Anjurkan teknik rasa mual
berkurang/hilang relaksasi nafas dalam 4. Mengurangi rasa mual
2. Klien tampak relax 5. Kolaborasi pemberian dengan nonfarmakologi
terapi obat 5. Mengurangi rasa mual
Farmakologis dengan farmakologi
39
Inisial Klien : An.I
No. MR : 12.36.96
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No. Hari/Tanggal Diagnosa Pelaksanaan Tindakan Evaluasi Tindakan / Respon Klien Paraf
keperawatan
1. 03-07 Hipertermi 1. Mengkaji tanda gejala, penyebab, 1. Suhu tubuh klien naik turun
Desember b.d. Proses dan adanya peningkatan suhu tubuh 2. suhu : 38,3 oC
2018 Infeksi d.d 2. Memonitor suhu tubuh klien per 4 3. Klien mengatakan mual jika minum
suhu tubuh jam 4. Klien tampak mengikuti anjuran
38,3oC teraba 3. Menganjurkan banyak minum 2-3 5. Klien tampak mengikuti anjuran
hangat liter/hari 6. Klien meminum obat yang diberikan
4. Menganjurkan menggunakan baju setelah makan
tipis dan menyerap keringat
5. Menganjurkan kompres dingin
6. Memberikan obat peroral
Paracetamol 500 mg pkl 13.00 wib
40
2. 03-07 Nausea b.d 1. Mengidentifikasi faktor 1. klien mengatakan mual saat minum
Desember Faktor penyebab mual dan saat duduk
2018 psikologis 2. Mengidentifikasi dampak 2. klien mengatakan tidak nafsu makan
d.d klien mual terhadap nafsu makan 3. klien mengikuti anjuran dan tampak
mengatakan 3. Menganjurkan istirahat dan istirahat atau tidur saat mual datang.
mual dan tidur yang cukup 4. klien mengatakan tidak mempan
tampak 4. Menganjurkan teknik relaksasi
sering nafas dalam
meludah 5. Memberikan obat melalui
intravena bolus
Inj. Ranitidine 40 mg
Inj. Ondancentron 4 mg
41
Inisial Klien : An. I
No. MR : 30.86.xx
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Hari/Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Tindakan / Respon Klien Paraf
1. Senin, 03 Desember Hipertermi b.d. Proses S = Ibu klien mengatakan anaknya masih teraba hangat dan
2018 Infeksi d.d suhu tubuh suhu badan naik turun
38,3oC teraba hangat O = klien masih tampak lemah, pucat, akral hangat, suhu : 38oC
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi 1-7
42
2 Senin, 03 Desember Nausea b.d Faktor S : klien mengatakan masih merasa mual, mual hilang timbul
2018 psikologis d.d klien sehari muncul 3-5 kali
mengatakan mual dan O : klien tampak mual dan sering meludah, klien tampak lemas
tampak sering meludah A : masalah nausea belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-5
43
1. Selasa, 04 Desember Hipertermi b.d. Proses S = Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sempat turun
2018 Infeksi d.d suhu tubuh kemudian naik kembali setelah beberapa jam,badan masih
38,3oC teraba hangat teraba hangat.
O = klien masih tampak lemah, pucat, akral hangat, suhu :
38,8oC
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi 1-7
44
2 Selasa, 04 Desember Nausea b.d Faktor S : klien mengatakan masih merasa mual, mual hilang timbul
2018 psikologis d.d klien sehari muncul 3-5 kali
mengatakan mual dan O : klien tampak mual dan sering meludah, klien tampak lemas
tampak sering meludah A : masalah nausea belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-5
45
1. Rabu, 05 Desember Hipertermi b.d. Proses S = Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sempat turun
2018 Infeksi d.d suhu tubuh kemudian naik kembali setelah beberapa jam,badan masih
38,3oC teraba hangat teraba hangat.
O = klien masih tampak lemah, pucat, akral hangat, suhu :
37,9oC
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi 1-7
46
2. Rabu, 05 Desember Nausea b.d Faktor S : klien mengatakan masih merasa mual, mual hilang timbul
2018 psikologis d.d klien sehari muncul 3-5 kali
mengatakan mual dan O : klien tampak mual dan sering meludah, klien tampak lemas
tampak sering meludah A : masalah nausea belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-5
47
1. Kamis, 06 Desember Hipertermi b.d. Proses S = Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya sempat turun
2018 Infeksi d.d suhu tubuh kemudian naik kembali setelah beberapa jam,badan masih
38,3oC teraba hangat teraba hangat.
O = klien masih tampak lemah, pucat, akral hangat, suhu :
37,7oC
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan Intervensi 1-7
48
2. Kamis, 06 Desember Nausea b.d Faktor S : klien mengatakan masih merasa mual, mual hilang timbul
2018 psikologis d.d klien sehari muncul 3-5 kali
mengatakan mual dan O : klien tampak mual dan sering meludah, klien tampak lemas
tampak sering meludah A : masalah nausea belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1-5
49
1. Jumat, 07 Desember Hipertermi b.d. Proses S = Ibu klien mengatakan suhu badan anaknya turun
2018 Infeksi d.d suhu tubuh O = klien suhu : 36,9oC
38,3oC teraba hangat Nadi : 75x/mnt
RR : 20 x/mnt
WBC : 472x10^3/uL Normal : 4.00 - 10.00
RBC : 5.08x10^6/uL Normal : 3.50 - 5.50
HGB : 14.5 g/dL Normal : 11.0 - 16.0
HCT : 40.8 % Normal : 37.0 – 54.0
PLT : 290 x10^3/uL Normal : 150 - 400
A = Masalah teratasi
P = Hentikan Intervensi
50
2. Jumat, 07 Desember Nausea b.d Faktor S : klien mengatakan mual sudah hilang
2018 psikologis d.d klien O : klien tidak terlihat mual/meludah
mengatakan mual dan A : masalah teratasi
tampak sering meludah P : Hentikan Intervensi
51
B. Pembahasan
Hasil pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 03 Desember 2018
yang dirasakan An.klien mengatakan demam sejak hari Sabtu pagi 01/12/2018
(+ 3 hari) serta mual-mual sama dengan tanda gejala konsep asuhan
keperawatan Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada An.I Hipertermi
b.d. Proses Infeksi d.d suhu tubuh 38,3oC teraba hangat, Tujuan dx hipertermi
dan nausea adalah hipertermia tidak terjadi/hilang dan kriteria Hasil : Suhu
tubuh klien dalam batas normal (36,5-37,5) dan tubuh tidak lagi teraba hangat
dengan tindakan keperawatan pada tanggal 03 Desember 2018 dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain
1. Mengkaji tanda gejala, penyebab, dan adanya peningkatan suhu tubuh
2. Memonitor suhu tubuh klien per 4 jam
3. Menganjurkan banyak minum 2-3 liter/hari
4. Menganjurkan menggunakan baju tipis dan menyerap keringat
5. Menganjurkan kompres dingin
6. Memberikan obat peroral dan via bolus
Hasil evaluasi pada tanggal 03 Desember 2018 yaitu masalah hipertermi
masih belum teratasi dikarenkan ibu klien mengatakan anaknya masih teraba
hangat dan suhu badan naik turun klien masih tampak lemah, pucat, akral
hangat, suhu : 38oC, sehingga intervensi masih dilanjutkan.Hasil evaluasi pada
tanggal 07 Desember 2018 masalah hipertermi teratasi sesuai dengan kriteria
hasil yang telah diharapkan
52
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok
53
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Hendrayanto. 2004. Ilmu Penyakait Dalam. Jilid 1. Jakarta : FKUIM.
Lestari, titik. 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prasetyono. 2012. Buku Pintar Asi Eksklusif. Yogya :Diva Press.
Soegijarto, Soegeng. 2006. Demam Berdarah Dengue. edisi 2. Surabaya :
Aerlangga.
Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Naisonal Indonesia.
Widyastuti, Palupi. 2004. Pencegahan, Pengendalian Dengue Dan Demam
Berdarah. Jakarta : EGC.
54