Anda di halaman 1dari 49

DAFTAR ISI

Bab 1Filsafat, Ilmu Pengetahuan, dan Penelitian ..................................................................... 3


A. Pengetahuan ............................................................................................................... 3
B. Filsafat ........................................................................................................................ 4
C. Ilmu Pengetahuan ....................................................................................................... 13
D. Penelitian ....................................................................................................................
1. Definisi Penelitian ................................................................................................. 4
2. Jenis dan Karakteristik Penelitian ......................................................................... 7
Bab 2 Masalah Penelitian ......................................................................................................... 13
A. Kerangka Dasar Masalah Penelitian .......................................................................... 13
B. Sumber-sumber Masalah Penelitian........................................................................... 13
C. Formulasi Masalah ..................................................................................................... 13
D. Ide Penelitian, Masalah dan Formulasi Masalah .......................................................
Bab 3 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 14
A. Jenis Data ................................................................................................................... 14
B. Metode Pengumpulan Data ........................................................................................ 20
Bab 4 Pengolahan Data dan Penarikan Kesimpulan ................................................................ 13
A. Analisa Data Kualitatif............................................................................................... 13
B. Analisa Data Kuantitatif............................................................................................. 13
C. Penarikan Kesimpulan ............................................................................................... 13
Bab 5 Penyusunan Laporan Penelitian ..................................................................................... 13
A. Kerangka Umum Laporan Penelitian ......................................................................... 13
B. Format Penulisan Laporan .........................................................................................
C. Penulisan Referensi .................................................................................................... 13
D. Tata Bahasa ................................................................................................................ 13

1
BAB 1
FILSAFAT, IMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN

A. Pengetahuan
Definisi pengetahuan dapat dilihat dari berbagai sudut.SeorangPlatomerumuskan
Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (“justified true belief”),
sedang Notoatmodjo menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari adanya
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003)
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya. Secara garis besar menurut Notoatmodjo
domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,
memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam
taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahui baik melalui pengalaman,
belajar, ataupun informasi dari lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat kita ditarik garis besar bahwa;
Pengetahuan merupakan Hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode
dan konsep-konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman.
B. Filsafat
Batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara
terminologi.Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia –
philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta
kebijaksanaan.Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam
arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam.Para filsuf merumuskan pengertian
filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Berikut ini
disajikan beberapa pengertian filsafat menurut beberapa para ahli:
1. Plato ( 428 -348 SM )
Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2. Aristoteles ( (384 – 322 SM)
Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.

2
3. Cicero ( (106 – 43 SM )
Filsafat adalah mother of all the arts (ibu dari semua seni)atauars vitae (seni kehidupan)
4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814)
Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar
segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan, filsafat membahas
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
5. Imanuel Kant (1724 – 1804)
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan
yang didalamnya tercakup empat persoalan.
- Apakah yang dapat kita kerjakan ? (jawabannya Metafisika )
- Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )
- Sampai dimanakah harapan kita ? (jawabannya Agama )
- Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi)
6. Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap
tidak berubah, yang disebut hakekat.
7. Harold H. Titus (1979 )
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
b. Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
c. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian
(konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang
dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
8. Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-
Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
9. Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.Sebagaimana
teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan
definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat
lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
3
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal.
Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki
atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris melalui observasi atau
eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat
universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir
secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan
pemahaman yang mendalam.
C. Ilmu Pengetahuan
1. Definisi
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu bagian pengetahuan yang spesifik. Ilmu
pengetahuan bertujuan dan bertugas sebagai peningkat kehidupan. Ilmu membatasi obyek
kajian pada hal hal yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia, dan dalam
pelaksanaan kajiannya memakai gabungan cara berfikir deduksi-induksi yang sering disebut
sebagai metode keilmuan.
2. Syarat Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebuah pengetahuan akan bersifat ilmiah apabila memenuhi tiga persyaratan utama,
yakni, adanya dasar pembenaran, sistematis dan bersifat intersubjektif.
a. Dasar Pembenaran
Pengetahuam harus diperoleh dari cara kerja ilmiah (penelitian) yang diarahkan untuk
memperoleh derajat kepastian setinggi mungkin.
b. Sistematis
Pengetahuan diperoleh dari cara kerja ilmiah yang dilakukan secara sistematis dan hasil
peroleh disusun dalam struktur hubungan informasi yang valid.
c. Intersubjektif
Merupakan pengembangan dari sifat “Objektif”. Objektif sendiri merupakan fenomena
dimana pengetahuan yang merupakan hasil penelitian murni diarahakan dari objek dan
bukan diarahkan oleh subjek. Sedangkan intersubjektif artinya bahwa pengetahuan yang
diperoleh oleh seorang subjek harus diverivikasi oleh subjek-subjek lain.
Sedangkan syarat pengembangan sebuah ilmu pengetahuan mencakup tiga kategori
pemikiran filosofis, yakni ontologi, aksiologi dan epistimologi.

4
a. Ontologi
Merupakan bentuk pemahaman atas kenyataan yang menghendaki pengetahuan murni
yang bebas kepentingan. Pengetahuan yang lahir dari refleksi ontologis adalah suatu
disinterested knowledge (pengetahuan yang tidak memiliki kepentingan). Secara sederhana
aspek ontologis dapat diwakili dengan pertanyaan, “apa pengertiannya?”. Kemudian dari
sini manusia akan mampu memperoleh pengetahuan yang benar melalui dua cara, yakni:
1) Mendasarkan diri pada rasio
2) Mendasarkan diri pada pengalaman (experience)
b. Aksiologi
Aksiologi sudah berbicara mengenai nilai, kepentingan, dan tujuan. Akan tetapi belum
pada taraf kegunaan praktis. Pertanyaan yang ada pada bagian ini diantaranya adalah :
- Bagaimana mendapatkannya?
- Bagiamana kaitan antara pengetahuan dengan kaidah moral?
c. Epistemologi
Epistimologi atau logika penemuan ilmiah biasanya disamakan dengan teori metode
ilmiah. Dengan kata lain epistimologi akan selalu terkait persoalan pertumbuhan
pengetahuan. Secara sederhana epistimologi merupakan kegunaan ilmiah dari suatu
pengetahuan atau dapat terwakili dengan pertanyaan “untuk apa kemanfaatannya?”.
Kemudian bagaimana keterkaitan antara Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat? Apabila ilmu
pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai
aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan
objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat
objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau
reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu pengetahuan tujuannya
memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari
hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya
mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan akurat,
karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis secara mendalam.

5
D. Penelitian
1. Definisi
Penelitian merupakan sebuah terminology (istilah) yang kompleks. Hal ini dapat dilihat
dari ragam definisi yang diberikan oleh para ahli, diantaranya adalah :
a. Woody, 1927
Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi (pendefinisian ulang) terhadap
masalah, merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan
sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua kesimpulan untuk
menentukan kecocokan dengan hipotesis.
b. Parson, 1946
Proses Inquiry (pencarian atas sesuatu) secara sistematis terhadap masalah-masalah yang
dapat dipecahkan.
c. John, 1949
Pencarian fakta menurut metode obyektif yang jelas untuk menemukan hubungan antar
fakta dan menghasilkan dalil atau hukum.
d. Hilway, 1956
Suatu metode studi melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu
masalah sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut.
e. Depdiknas RI
Kerjasama ilmiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam
rangka memperoleh informasi atau temuan atau produk baru melalui metodologi yang
berkaitan erat dengan satu atau beberapa disiplin ilmu.
Jadi, definisi Penelitian adalah sebuah usaha pemecahan masalah berdasarkan fakta-
fakta atau prinsip-prinsip (menemukan, mengumpulkan, mengembangkan, menganalisis dan
menguji kebenaran) dan dikerjakan dengan hati-hati, sistematis, dan berdasarkan ilmu
pengetahuan dengan metode ilmiah.
2. Jenis Penelitian
Sebelum membahas jenis penelitian, maka perlu dipahami unsur dan aktifitas yang
dilakukan dalam penelitian. Unsur dalam penelitian terdiri dari hal penting yakni observasi
(pengamatan/pengukuran terhadap fakta) dan nalar (memaknai fakta dan hubungan antar
fakta). Sedangkan aktifitas dalam penelitian terdiri dari tiga kegiatan, yakni pengumpulan
fakta, analisa atau sistesis dan pengambilan keputusan. Ketiga hal ini kegiatan tersebut harus
dilakukan secara sistematis dan berdasar pada metode ilmiah.
6
Metode ilmiah sendiri merupakam cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran, berdasarkan fakta-fakta atau
prinsip-prinsip (menemukan, mengumpulkan, mengembangkan, menganalisis dan menguji
kebenaran). Dalam hal ini metode ilmiah dikatakan berkualitas apabila:
- Berdasarkan fakta (bukan kira-kira, khayalan, mitos)
- Bebas dari prasangka (tidak subyektif)
- Menggunakan prinsip-prinsip analisis (kausalitas & pemecahan masalah berdasarkan
analisis yang logis)
- Menggunakan hipotesis (sebagai pemandu jalan pikiran menuju pencapaian tujuan)
- Menggunakan ukuran obyektif (bukan berdasarkan perasaan)
Berbagai kegiatan ilmiah tersebut pada akhirnya menentukan tipe atau jenis penelitian yang
dapat diklasifikasikan berdasar beberapa kriteria, diantaranya:
a. Kegunaan Hasil
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari dua jenis, yakni penelitian dasar dan
penelitian terapan.
1) Penelitian dasar adalah penelitian yang menitikberatkan pada upaya menjawab rasa
ingin tahu atau pengembangan ilmu tertentu yang tidak memiliki kegunaan praktis
secara langsung. Contoh : Mengungkap sejarah situs megalitikum Terjan.
2) Penelitian terapan adalah penelitian yang menitikberatkan pada upaya untuk keperluan
praktis, memperbaiki praktik yang ada atau guna meningkatkan efektifitas dan efisiensi.
Contoh : Analisa implementasi kurikulum 2013.
b. Tujuan
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian eksploratif,
pengembangan dan verifikatif.
1) Penelitian eksploratif adalah penelitian yang diarahkan untuk menjawab hipotesis,
mencari hubungan antar variabel, dan melakukan suatu inovasi. Contoh: Mencari
penyebab anak beprestasi rendah.
2) Penelitian pengembangan adalah penelitian yang diarahkan untuk menerapkan
teknologi, dan membuat prototype atau model. Contoh : Pembuatan mobil hybrid.
3) Penelitian verifikatif adalah penelitian yang diarahkan untuk melakukan pengujian atau
perbandingan teori. Contoh : Pengujian terori evolusi oleh JB Lamarck.

7
c. Bidang Ilmu
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian natural science,
social science dan engineering.
1) Natural science adalah penelitian yang berfokus pada kajian ilmu alam (Kimia, Fisika,
Biologi, Astronomi). Contoh: Pemanfaatan biji waluh untuk mencegah kanker.
2) Social Science adalah penelitian yang berfokus pada kajian ilmu sosial (Geografi,
Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi). Contoh : Fenomena “ngemblok” dalam
tradisi perkawinan di kecamatan Sedan, Rembang, Jawa Tengah.
3) Engineering adalah penelitian yang berfokus pada kajian teknis dan arsitektur. Contoh :
Penggunaan abu sekam padi untuk pembuatan paving hexagonal.
d. Tempat Penelitian
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian laboratorium,
lapangan dan penelitian di perpustakaan.
e. Metode Pengumpulan Data
Berdasar kegunaan hasil penelitian terdiri dari tiga jenis, yakni penelitian survei,
experimental dan studi kasus.
1) Penelitian Survei
Penelitian survei adalah penelitian yang diarahkan untuk mencari keterangan secara
faktual, memperoleh fakta dari gejala yang ada dan dilakukan terhadap sampel atau
populasi. Contoh : Mengetahui jumlah pelanggaran kedisiplinan siswa SMA N 1
Rembang.
2) Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah penelitian yang diarahkan untuk memanipulasi obyek
penelitian dengan kontrol terhadap variabel tertentu guna mengetahui hubungan antar
variable. Contoh : Budidaya ikan Patin dengan beragam jenis lingkungan.
3) Penelitian Studi Kasus
Penelitian studi kasus diarahkan untuk memberi gambaran secara rinci tentang latar
belakang, karakteristik yang khas dari kasus untuk dijadikan sesuatu yang bersifat
umum. Contoh : Fenomena terorisme di Indonesia.

8
BAB 2
PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

A. Masalah dalam Penelitian


Berangkat dari fakta bahwa penelitian merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah,
maka hal yang pertama kali dilakukan dalam penelitian tentunya adalah menemukan masalah.
Proses menemukan masalah sekaligus merupakan pemetaan awal terhadap semua langkah
berikutnya dalam penelitian. Karakteristik sebuah masalah tertentu akan menentukan arah dari
seluruh kegiatanpenelitian selanjutnya.
Mengingat arti penting dari sebuah “masalah” dalam penelitian, maka pembahasan
konkret terkait segala aspek (definisi, syarat, sumber dan formulasi maslah) masalah itu sendiri
adalah sebuah keharusan. Secara sekilas Sugiyono (1999) bahkan mengatakan bahwa bila dalam
melakukann penelitian, seorang peneliti telah menemukan masalah yang tepat, maka setengah
dari pekerjaan penelitian telah selesai.
Dalam pengertian umum, masalah adalah segala bentuk pertanyaan yang perlu dicari
jawabannya. Sedangkan secara logika, masalah tidak lain merupakan kesenjangan antara
harapan dan realita (das sollen dan das sein). Atau dengan kata lain, masalah dapat diartikan
sebagai suatu situasi dimana suatu fakta yang terjadai sudah menyimpang dari batasan toleransi
yang diharapkan. Lebih spesifik Azuar Juliandi (2004) mengungkap bahwa permasalah riset
akan selalu terkait dengan masalah (problem), peluang (opportunity), ketertarikan (anxiety),
keraguan atau ketidakpastian (uncertainty), ketiadaan (blankness), kelangkaan (rarely),
kemerosotan (decline), dan ketertinggalan (left behind).
Keberadaan masalah bisa sederhana, dan bisa juga sangat kompleks. Upaya menemukan
jawabannya pun ada yang hanya membutuhkan cara berfikir sederhana dan adapula yang
memerlukan analisis, baik dengan logika semata atau perlu ditunjang bukti-bukti empirik yang
dikumpulkan dengan metode tertentu. Masalah penelitian dapat dilihat dalam tiga bentuk:
1. Exploratory Problem (Persoalan yang bersifat penemuan)
Adalah tipe masalah untuk menemukan sesuatu yang sangat sedikit diketahui informasinya
melalui riset atau penelitian yang mendalam. Persoalnnya dapat datang dari bagian disiplin
ilmu, baik itu suatu tak-teki riset teoritis atau riset yang mempunyai dasar empiris. Contoh :
Menemukan bahan yang tepat untuk pelindung luar pesawar ruang angkasa.

9
2. Testing out Problem (Menguji coba sesuatu)
Masalah penelitian yang ada di sini bersifat menguji kesimpulan penelitian terdahulu, atau
menguji dalam kondisi yang berbeda. Pada umumnya ini adalah riset dasar, misalnya “apakah
suatu teori dapat diterapkan pada suhu tinggi”, jumlah testing yang dilakukan tidak terbatas
dan terus menerus, karena dengan ini kita mampu untuk memperbaiki dengan menspesifikasi,
momodifikasi, mengklarifikasi generalisasi yang dikembangkan.
3. Solving Problem (Masalah yang harus dipecahkan)
Dari riset jenis ini kita mulai dari adanya suatu masalah “dalam dunia nyata” dan membawa
semua sumber daya intelektual untuk memecahkan masalahnya. Orang yang bekerja dalam
cara ini harus menciptakan dan mengidentifikasi pemecahan masalah sebelumnya dalam
setiap langkah. Ini biasanya melibatkan sejumlah teori dan metode, kadang-kadang melintas
lebih dari satu disiplin, karena masalah dunia nyata pada umumnya messy (kacau) dan tidak
dapat dipecahkan dalam batas sempit dari satu disiplin akademis. Contoh : Memecahkan
persoalan kemiskinan di Indonesia
B. Sumber-sumber Masalah Penelitian
Bagaimana suatu masalah penelitian dapat ditemukan? Merupakan pertanyaan pertama
yang diajukan, menurut para pakar tidak ada kaidah pasti untuk menemukan suatu masalah,
tetapi ada beberapa saran yang bermanfaat dalam memilih masalah penelitian. Sumber masalah
dapat dikembangkan dari pengalaman, deduksi teori, literatur yang ada kaitannya, kasus di
lapangan, kebiasaan sehari-hari, dan justifikasi para ahli.
1. Pengalaman merupakan salah satu sumber yang paling berguna dalam pengambilan suatu
masalah sebab dikembangkan dari pengalamn peneliti sendiri.
2. Deduksi dari teori merupakan sumber permasalahan yang baik. Kadang teori hanya
menyangkut prinsip umum, dimana kelayakan untuk diterapkan pada persoalan lain masih
belum terbukti.
3. Literatur terkait dapat diambil melalui bacaan laporan-laporan penelitian yang pernah
dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, desertasi, atau yang pernah di publikasikan dalam buku.
Pada laporan penelitian dapat diambil contoh cara membuat rumusan masalah dan metode
penelitian yang dilaksanakan. Termasuk membaca saran-saran untuk peneliti berikutnya.
Sumber masalah dapat dikembangkan dengan cara pengulangan penelitian (research of
replicable) dengan konteks yang berbeda, atau melakukan penelitian unrtuk menemukan teori
baru (naturalistic inquiry). Pemahaman terhadap aspek teoritis dan empiris dari literatur
terkait memberi peluang untuk pemilihan masalah lebih baik untuk diteliti lebih lanjut.
10
C. Formulasi Masalah Penelitian
Proses perumusan sebuah masalah adalah proses membangun alur logika yang tepat. Hal
paling mendasar dalam kegiatan ini adalah bahwa setiap masalah harus ditunjukkan dengan data.
Misalnya penelitian tentang SDM (Sumber Daya Manusia), maka masalah SDM, harus
ditunjukan dengan data. Masalah SDM misalnya, berapa jumlah SDM yang terbatas, jenjang
pendidikan yang rendah, kempetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat
diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap obyek riil atau dari dari dokumentasi.
Data yang harus diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang
dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Tanpa
menunjukkan data maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak dapat dipercaya.
Sebuah masalah yang ditemukan oleh seorang peneliti, tidak serta merta dapat diangkat
menjadi obyek penelitian. Sebelum memutuskan masalah yang akan diteliti, seorang peneliti
harus melihat berbagai aspek penting berikut ini :
1. Masalah tersebut merupakan suatu kebutuhan atau tantangan bagi peneliti.
2. Masalah mudah dirumuskan sehingga menjadi jelas batasannya, kedudukan dan alternatif
cara pemecahannya.
3. Memiliki hipotesis yang jelas sebagai titik tolak dalam penelitian dan alternatif
pemecahannya.
4. Mudah dalam pengumpulan data untuk menguji hipotesis.
5. Dapat memecahkan masalah yang diteliti sehingga dapat menemukan kebenaran serta
implikasinya untuk memberi saran-saran agar masa depan lebih baik.
6. Memungkinkan untuk dapat diteliti, baik dari aspek SDM, finansial, maupun dari aspek waktu.
Secara teknis, perumusan masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan secara tentatif atau coba-coba suatu topik, lalu pilihlah judul penelitian
2. Buat sketsa mengenai hubungan dan perurutan-perurutan dari masalah-masalahnya pada
secarik kertas
3. Membahas luasnya area topik, dan berusaha menemukan aspek-aspek kesulitannya, yaitu
pusat-pusat simpul yang harus diurai.
4. Dengan persoalan-persalan tersebut baca secara selektif buku-buku referensi, catatan-catatan,
dokumen-dokumen, naskah-naskah, laporan-laporan, majalah, dan materi informatif lainnya
yang telah dibuat penulis-penulis lain, dan ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengah
kita garap.

11
D. Ide Penelitian, Masalah dan Rumusan Masalah
Sebagaimana diungkap di depan, bahwa penemuan masalah yang tepat paling tidak telah
mengurangi 50% dari pekerjaan penelitian. Akan tetapi pada kenyataannya, sebuah masalah
yang tepat tidak serta merta diperoleh dengan cara yang sederhana. Banyak peneliti pemula yang
memiliki banyak ide brilian, tetapi kesulitan merumuskannya dalam penelitian. Hal ini karena
untuk merumuskannya menjadi konsep yang dapat diteliti, seorang peneliti harus mampu
mengidentifikasi dimana letak masalah dari ide tersebut. Dari penemuan letak masalah tersebut,
maka peneliti harus mampu mengidentifikasi variable atau fenomena terkait untuk dapat
dirumuskan dalam sebuah rumusan masalah atau hipotesis.
Sebagai gambaran, seorang peneliti pemula menemukan indikasi bahwa protein yang
terkandung dalam biji buah Waluh dapat dimanfaatkan untuk mencegah kanker. Dari indikasi ini
kemudian muncullah ide membuat biji waluh menjadi produk es krim sebagai sebuah
pengembangan penelitian. Berangkat dari titik tersebut peneliti harus mampu
memformulasikannya ke dalam konsep penelitian. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
peneliti harus mampu menjawab pertanyaan “dimana masalah darai ide tersebut?”. Dalam hal ini
ada beberapa masalah yang dapat ditemukan:
1. Biji Waluh mengandung protein pencegah kanker, tapi belum dimanfaatkan untuk mencegah
kanker.
2. Biji Waluh dapat dimanfaatkan untuk mencegah kanker, tapi bagaimana cara untuk
mengkonsumsinya.
3. Biji Waluh dapat dikonsumsi dalam bentuk es krim, tapi apakah ada perubahan kandungan.
4. Biji Waluh dapat dibuat es krim, tapi apakah rasanya layak dikonsumsi.
5. Biji waluh dapat dibuat es krim, tapi bagaimana analisa biaya produksinya
Poin-poin tersebut yang kemudian menjadi pilihan bagi peneliti untuk dapat dipilih
beberapa atau keseluruhan untuk dijadikan fokus penelitian. Fokus penelitian ini yang kemudian
dinayatakan dalam rumusan masalah. Kemudian, untuk membuat rumusan masalah, peneliti
tinggal merubahnya ke dalam bentuk kalimat tanya yang akan dicari jawabannya melalui
penelitian dan dituangkan dalam kesimpulan. Berikut ini rumusan masalah dari permasalah-
permasalah di atas:
1. Bagiaman kandungan protein yang ada pada biji waluh, apakah memungkinkan untuk
mencegah kanker?
2. Bagaimana prosedur membuat es krim dari biji waluh?
3. Bagaiman kandungan biji es krim yang telah dibuat menjadi biji waluh?
12
4. Bagiaman rasa es krim biji waluh, apakah layak untuk dikonsumsi?
5. Bagaimana analisa komparasi biaya produksi es krim dengan manfaat yang dihasilkan?
Dengan ditentukannya fokus penelitian, maka peneliti tinggal merancang langkah
berikutnya. Mulai dari menentukan data apa saja yang dibutuhkan, metode pengumpulan data,
model analisa yang digunakan dan juga hasil yang diharapkan. Untuk lebih jelas melihat korelasi
antara ide penelitian, masalah dan rumusan masalah, perhatikan tabel contoh berikut ini:
No. Ide Penelitian Masalah Rumusan Masalah
1. Membuat paving dari - Limbah ampas tebu dapat - Bagaiaman prosedur
sekam ampas tebu. dibuat sebagai bahan pembuatan paving dari sekam
paving menggantikan ampas tebu?
pasir, tapi limbah tersebut - Bagaimana kualitas paving
belum dimanfaatkan. sekam ampas tebu ?
2. Mengungkap fenomea - Pemerintah dan kepolisian - Bagaimana kondisi kedisiplinan
pelanggaran disiplin telah mengeluarkan aturan berlalu lintas di Kab.
lalu lintas di kedisiplinan lalu lintas, Rembang?
Kabupaten Rembang tapi pelanggaran lalu - Bagaiamana strategi
lintas masih marak di peningkatan kedisiplinan
Kab. Rembang. berlalu lintas di Kab.
Rembang?
3. Mengungkap Garis - Ada indikasi perbedaan - Bagaiman perbedaan dialek
batas dialek Jawa dialek antara daerah Jawa bahasa Jawa Timur dengan
Timur dengan Jawa Timur dengan Jawa Jawa Tengah?
Tengah Tengah, tapi belum ada - Dimana letak garis pemisah
yang mengetahui garis antar dialek Jawa Timur dan
teritorial pemisahnya. Jawa Tengah?
4. Mengungkap sejarah - Terdapat peninggalan - Bagaimana sejarah peninggalan
peninggalan cagar cagar budaya di daerah cagar budaya di daerah
budaya di daerah Caruban Lasem, tetapi Caruban Lasem?
Caruban Lasem. sejarahnya belum - Bagaimana pemanfaatan dan
terungkap dengan baik. pemeliharaan peninggalan
cagar budaya Caruban?
5. Membuat pestisida - Rasa pahit pada biji - Bagaimana prosedur membuat

13
dari biji Mangga mangga dapat biji mangga menjadi pestisida?
dimanfaatkan untuk racun - Bagaimana efektifitas pestisida
serangga, tapi belum ada biji mangga untuk
yang memanfaatkannya. memberantas serangga?
6. Mengungkap - Terdapat fenomena - Bagaimana praktik fenomena
fenomena “ngemblok” “ngemblok” dalam tradisi “ngemblok” dalam tradisi
dalam tradisi pernikahan di Kecamatan pernikahan di Kecamatan
pernikahan di Sedan Rembang, tapi Sedan Rembang?
kecamatan, Sedan belum ada yang - Apa landasan sosiologis praktik
Rembang. mengetahui landasan fenomena “ngemblok” dalam
sosiologisnya. tradisi pernikahan di
Kecamatan Sedan Rembang?

14
BAB 3
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Definisi Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian
(kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan hasil penelitian yang dapat dijadikan
sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.
Teori adalah seperangkap konsep, definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat
fenomena secara sistematik, melalui hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena. Dinyatakan juga bahwa suatu teori akan memperoleh arti
yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala yang
ada.
Ada tiga macam teori, dimana ketiganya berhubungan dengan data empiris. Dengan
demikian dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran
spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik
pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan
teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data.
Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh
melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak, maka dia
bukan suatu teori.
B. Kegunaan Teori dalam Penelitian
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam
penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi
untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan
sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam
proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variabel yang akan diteliti.
Fungsi teori yang kedua adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian,
karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya
fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya
digunakan untuk memberikan saran dan upaya pemecahan masalah.

15
C. Deskripsi Teori
Paparan atau penjelasan teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang
teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan obyek yang diteliti. Berapa jumlah kelompok
teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang
diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai
referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang
akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama dan jumlah variabel atau komponen yang diteliti
2. Cari sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variable atau komponen
yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian lihat penelitian permasalahan yang
digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran
yang diberikan.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, kemudian bandingkan
antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih definisi yang sesuai dengan penelitian
yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan analisis renungkan,
dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang
akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan
dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu
dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh karena itu pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan peda kerangka berpikir
Dikemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran merupakan
penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan ilmuwan, adalah alur-alur
pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa
hipotesis. Jadi kerangka berpikir merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun
dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian. Sintesa tentang
hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis

16
BAB IV
PENGUMPULAN DATA

A. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian dapat dikelompokkan berdasar pada berbagai kriteria, diantaranya
adalah :
1. Cara Memperolehnya
a. Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari obyek penelitian oleh peneliti perorangan
maupun organisasi. Contoh : Mewawancarai langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti
preferensi konsumen bioskop.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.
Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan
berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya
adalah pada peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau
majalah.
2. Sumber Data
a. Data Internal
Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi
secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi, dan sebagainya.
b. Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar
organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen,
tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.
3. Bentuk
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam angka atau bilangan hasil
perhitungan, seperti menghitung, mengukur dan menimbang. Data kuantitatif terdiri dari :

17
1) Data Diskrit
Data diskrit adalah data yang nilainya merupakan bilangan asli. Data diskrit terdiri dari:
a) Nominal
Data nominal termasuk jenis data kualitatif, dan hanya mempunyai satu kategori,
sehingga tidak menunjukkan tingkatan atau heirarki. Misalnya data tentang tempat
tinggal, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan atau marital, tempat
lahir, nama sekolah, mata pencaharian dan sebagainya.
b) Ordinal
Data ordninal termasuk data kualitatif yang jenjangnya lebih tinggi dari data
nominal. Data ordinal sudah menunjukkan lambang dan jenjang atau tingkatan
(rank) lebih besar, lebih kecil. Misal: Tingkat Pendidikan, Persepsinya terhadap
profesi guru, Kualitas pembelajaran, dan lain-lain.
2) Data Kontinum
Data kontinum adalah data yang nilainya ada pada suatu interval tertentu atau berada
pada nilai yang satu nilai ke nilai lainnya. Data kontinum terdiri dari :
a) Interval
Data interval termasuk dalam jenis data kuantitatif, berupa angka, dapat bertingkat
atau berjenjang, dapat menunjukkan peringkat (makin besar bilangan makin tinggi
peringkatnya), bilangan menyatakan jarak (interval), dan titik nol bukan merupakan
titik mutlak.
Misal: Jumlah siswa
< 500 orang 1
500 – 1000 orang 2
1001 – 1500 orang 3
> 1500 orang 4
b) Rasio
Data rasio merupakan jenis data paling tinggi, dapat menyatakan sebagai peringkat,
menyatakan jarak, dan mempunyai titik nol sebagai titik mutlak, serta dan dapat
dioperasikan secara matematik (dijumlah, dibagi, dikurangi dan dikali). Misal:
Pendapatan, Tinggi badan.

18
No Jenis Data Ciri Data Contoh
1 Nominal  Kategori  Jenis Kelamin
 Bilangan sebagai lambang  Status Sekolah
untuk membedakan  Agama
2 Ordinal  Bilangan sebagai lambang  Pendidikan Guru
 Menunjukkan peringkat  Keberhasilan RSBI
3 Interval  Bilangan sebagai lambang  IQ
 Menunjukkan peringkat  Potensi Akademik
 Bilangan menyatakan jarak  Hasil Tes Prestasi
 Titik nol bukan titik mutlak
4 Rasio  Bilangan sebagai lambang  Pendapatan
 Menunjukkan peringkat  Jarak sekolah ke tempat
 Bilangan menyatakan jarak tinggal
 Titik nol bukan titik mutlak  Honor lembur

b. Data Kualitatif
Data Kualitatif adalah jenis data yang dinyatakan dalam bentuk kata atau simbol yang
mengandung makna. Data kualitatif diperoleh dari berbagai macam teknik pengumpulan
data, misalanya wawancara, analisa dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan.jawaban atas pertanyaan terbuka atau hasil wawancara
atau deskripsi hasil observasi. Bentuk data kualitatif adalah dokumen, catatan lapangan,
gambar, audio, video dan lain sebagainya.
4. Waktu Pengumpulan
a. Data Cross Section
Data cross-section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu. Contohnya laporan
keuangan per 31 desember 2006, data pelanggan PT. Sumbersari bulan mei 2004, dan lain
sebagainya.
b. Data Time Series atau Berkala
Data berkala adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau
periode secara historis. Contoh data time series adalah data perkembangan nilai tukar
dollar amerika terhadap euro eropa dari tahun 2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah
pendapatan perkapita Kab. Rembang 2010 sampai 2015 dan lain-lain.

19
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dikelompokkan berdasarkan tipe penelitian yang diterapkan. Secara
umum tipe penelitian yang sering dijadikan dasar klasifikasi metode pengumpulan data adalah
kuantitatif dan kualitatif.
1. Metode Pengumpulan Data Kuantitatif
Terdapat beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian kuantitatif. Teknik
pengumpulan data kuantitatif dikelompokkan dalam lima jenis, yakni; tes tertulis,
wawancara, kuesioner, pengamatan. Dalam penerapannya teknik-teknik ini dapat dipadukan
untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten.
a. Tes Tertulis
Seperangkat pertanyaan yang disajikan kepada setiap obyek penelitian dalam bentuk
tertulis yang menghendaki penyelesaian tugas kognitif. Tugas kognitif yang dimaksud
dapat terfokus pada apa yang diketahui seseorang, kemampuan belajar, memilih atau
seleksi, dan kemampuan mengerjakan sesuatu (skills).
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data kuantitatif apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam tetapi jumlah respondennya
terbatas atau sedikit. Wawancara kuantitatif menggunakan instrumen pertanyaan yang
tertutup dan dibatasi pada bagian-bagian yang diperlukan. Wawancara kuantitatif tidak
dimaksudkan untuk merespon jawaban responden terlalu jauh.
c. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab atau
diberikan respon secara tertulis pula. Kuesioner juga diartikan sebagai kumpulan
instrumen pribadi dimana setiap responden mengisinya sebagai bagian dari studi
penelitian.
d. Pengamatan atau observasi
Pengamatan atau observasi pada hakekatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindra, untuk memperoleh informasi yang diperlukan guna menjawab masalah
penelitian. Observasi digunakan untuk mengamati pola perilaku obyek pada situasi tertenu
untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang menarik. Terdapat dua jenis
observasi, yakni observasi non partisipatif (tidak terlibat langsung) dan observasi
partisipatif (terlibat langsung).
20
2. Metode Pengumpulan Data Kualitatif
Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan beberapa teknik, diantaranya adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi atau interkasi timbal balik untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara penelitia dan informan. Dalam hal ini wawancara merupakan
proses pembuktian terhadap informasi awal terkait obyek penelitian. Dalam wawancara kualitatif,
terdapat dua jenis model yang dapat diterapkan, yakni wawancara mendalam dan wawancara
terarah.
1) Wawancara mendalam (in-depth interview)
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam dengan cara terlibat langsung dengan
kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa dibatasi pedoman yang telah dibuat.
2) Wawancara terarah (guided interview)
Peneliti melakukan Tanya jawab hanya terkait hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya.Peneliti
tidak boleh menyimpang dari panduan wawancara, entah apapaun respon atau jawaban dari
responden.
Perbedaan menadasar teknik wawancara kuantitatif dan kualitatif adalah terletak pada kedalaman
informasi dan jumlah informan. Wawancara kuantitatif dibenarkan untuk tidak menggali lebih jauh
terkait obyek penelitian (guided interview) dengan jumlah informan terbatas. Sedangkan
wawancara kualitatif, penggalian informasi harus menukik kedalam (in-depth and guided
interview) dengan jumlah informan tak terbatas.
b. Observasi
Pengamatan atau observasi pada hakekatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan
pancaindra, untuk memperoleh informasi yang diperlukan guna menjawab masalah penelitian.
Observasi digunakan untuk mengamati pola perilaku obyek pada situasi tertentu untuk
mendapatkan informasi tentang fenomena yang menarik. Terdapat dua jenis observasi, yakni
observasi non partisipatif (tidak terlibat langsung) dan observasi partisipatif (terlibat langsung).
c. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi data penelitian juga dapat diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk dokumen (surat, catatan harian, arsip, foto, hasil rapat jurnal kegiatan dan
lain-lain). Data berupa dokumen dapat digunakan untuk mengungkap informasi yang terjadi di
masa lalu (Penelitian sejarah). Dalam hal ini, peneliti harus memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekedar menjadi baranga yang tidak bermakna.

21
BAB 4
PENGOLAHAN DATA
DAN PENARIKAN KESIMPULAN

A. Analisis Data
Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya, jika tidak
diolah atau dianalisa. Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna
dalam memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecah-
pecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi serta diperas
sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan
bermanfaat untuk menguji hipotesa atau pertanyaan penelitian.
Secara mendasar terdapat perbedaan yang jelas antara analisa data kuantitatif dan
kualitatif. Analisa kuantitatif dilakukan setelah selesai pengumpulan data, bersifat deduktif dan
menggunakan metode statistik. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan secara terus menerus
sejak awal sampai akhir penelitian, bersifat induktif dan diarahkan untuk mencari pola, model,
tema ataupun teori. Berikut penjelasan teknik analisis keduanya.
1. Analisa Data Kuantitatif
Sebagaimana disinggung di atas bahwa analisa kuantitatif hanya dapat dilakukan setelah
semua data terkumpul. Hal ini karena proses analisa kuantitatif hanya diarahkan untuk
menguji apakan hipotesis atau dugaan sementara yang tertuang dalam rumusan malah
diterima atau tidak. Pengujian tersebut dilakukan dengan memanfaatkan metode statistik
baik deskriptif maupun inferensial.
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk menderkripsikan obyek
penelitian melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan
analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Data disajikan dalam
bentuk tabel biasa maupun distribusi frekuensi; grafik garis maupun batang; diagram;
pictogram; penjelasan melalui mean, median, modus; dan variasi kelompok melalui
rentang dan simpangan baku.

22
Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel
berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan mudah
diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang keadaan
variabel tersebut. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi
sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh
orang lain yang membutuhkan.
Data yang telah diperoleh dari pencacahan selanjutnya diolah dan disajikan dalam
bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh pengguna data tersebut. Sajian data kuantitatif
sebagai hasil analisis kuantitatif dapat berupa angka-angka maupun gambar-gambar
grafik. Contoh konkret aplikasi analisa kuantitatif deskriptif adalah sebagai berikut :
Ibu Naya (guru matematika SMA N 1 Rembang) tertarik untuk meneliti
pencapaian prestasi mata pelajaran matematika siswa kelas X semester 1 di SMA N 1
Rembang. Untuk keperluan tersebut peneliti melihat nilai Ujian Tengah Semester (UTS)
dan Ujian Semester dalam mata pelajaran yang diberikannya kepada 14 siswa semester 1.
Setelah melakukan studi dokumenter diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1
Skor Ujian Matematika Siswa Semester I
Nama Siswa Nilai U T S Nilai U A S Nilai Rata-rata
Maria Sharapova 65 70 67,5
Rafael Nadal 70 73 71,5
Ana Ivanovic 75 80 77,7
Martina Hingis 73 71 72
Novak Djokovic 60 75 67,5
Victoria Azarenka 65 72 68,5
Nadia Petrova 74 80 77
Kim Clitsjer 68 74 71
Roger Federer 67 78 72,5
David Ferer 65 78 71,5
Andi Murray 80 82 81
Gabriela Sabatini 78 81 79,5
Sara Errani 76 78 77
Vera Zvonareva 72 80 76
N = 14
Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kualifikasi kemampuan siswa tersebut
dalam mata pelajaran Matematika, baik ditinjau dari nilai Ujian Tengah Semester
maupun Ujian Semester, skor-skor tersebut dikonversi menjadi nilai. Pengkonversian
skor menjadi nilai dapat dipergunakan pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN) atau

23
Penilaian Acuan Patokan (PAP). Jika pendekatan pertama (PAN) yang dipergunakan,
maka norma yang dijadikan standar adalah nilai Rata-rata (Mean) dan Standar Deviasi
(SD) masing-masing nilai variabel. Namun, jika yang dipergunakan pendekatan kedua
(PAP), maka standarnya adalah standar nilai lembaga yang bersangkutan. Misalnya SMA
N 1 Rembang memiliki standar nilai hasil belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 2
Standar Konversi dan Kualifikasinya
No Skor Nilai Nilai Huruf Kualifikasi
1 80 – 100 4 A Baik Sekali
2 70 – 79 3 B Baik
3 60 – 69 2 C Cukup
4 50 – 59 1 D Kurang
5 0 – 49 0 E Sangat Kurang

Dengan berpedoman pada standar di atas, maka skor hasil pengukuran kemampuan
Matematika yang terdapat pada tabel 1 dapat dilakukan konversi. Melalui cara ini dapat
diketahui distribusi nilai berikut kualifikasinya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3
Kualifikasi Nilai Ujian MatematikaSiswa Semester I
Siswa SMA N 1 Rembang 2012-2013
Nilai UTS Nilai Ujian Semester Matematika
Nama Siswa
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai
Maria Sharapova 65 C 70 B 67,5 C
Rafael Nadal 70 B 73 B 71,5 B
Ana Ivanovic 75 B 80 A 77,5 B
Martina Hingis 73 B 71 B 72 B
Novak Djokovic 60 C 75 B 67,5 C
Victoria Azarenka 65 C 72 B 68,5 C
Nadia Petrova 74 B 80 A 77 B
Kim Clitsjer 68 C 74 B 71 B
Roger Federer 67 C 78 B 72,5 B
David Ferer 65 C 78 B 71,5 B
Andi Murray 80 A 82 A 81 A
Angelique Kerber 78 B 81 A 79,5 B
Sara Errani 76 B 78 B 77 B
Stanislas Wawrinka 72 B 80 A 76 B
N = 14 1030

24
Langkah selanjutnya agar hasil konversi nilai memiliki makna lebih jelas, maka
dilakukan kualifikasi berdasarkan jenis-jenis variabel beserta kualifikasinya. Tabel-tabel
berikut merupakan hasil dari prosedur pengerjaan ini. Dari tabel-tabel tersebut peneliti
mulai bisa bicara sesuai dengan keadaan yang termuat di dalamnya. Misalnya pada tabel
4 peneliti mulai mendeskripsikan bahwa nilai Matematika siswa kelas X SMA N 1
Rembang Semeter I, tidak tampak (0%) yang berkategori Kurang (D) dan Sangat
Kurang (E) tidak tampak (0%). Kualifikasi nilai mereka berkisar antara nilai Baik Sekali
7%, Baik sebesar 71,43%, dan selebihnya berkualifikasi Cukup 21,43%. Secara umum
dapat dikatakan bahwa nilai Matematika yang diperoleh siswa kelas X termasuk Baik.
Hal ini dapat dilihat pula dari nilai rata-ratanya, yaitu sebesar 73.57.
Tabel 4
Nilai MatematikaSiswaSMA N 1 Rembang
Nilai Ujian Teng. Sem. Ujian Semester Matematika
F % F % F %
A 1 7 5 35,71 1 7
B 7 50 9 64,29 10 71,43
C 6 42,86 0 0 3 21,43
D 0 0 0 0 0 0
E 0 0 0 0 0 0

b. Statistik Inferensial
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan yang
dapat digeneralisasikan secara lebih luas ke dalam wilayah populasi. Di sini seorang
peneliti akan selalu berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar penelitiannya
untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial.
Jenis statistik inferensial cukup banyak ragamnya, Peneliti diberikan peluang
sebebas-bebasnya untuk memilih teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling
disukai) dengan sifat atau jenis data yang dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis
ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama untuk jenis penelitian korelasional dan kedua
untuk komparasi dan/atau eksperimen. Perhatikan tabel berikut:

25
Tabel 5
Jenis Data dan teknik Analisis Korelasi yang Tepat
No. Variabel 1 Variabel 2 Teknik Analisis Korelasi
1. Interval Interval Product Moment
2. Ordinal (Rangking) Ordinal (Rangking) Tata jenjang (lebih tepat untuk N
kurang dari 30)
3. Rangking Rangking KendallThau (lebih tepat untuk N
kurang dari 10)
4. Dikhotomi buatan Interval Biserial
5. Dikhotomi asli Interval Wide Spread biserial
6. Dikhotomi buatan Dikhotomi buatan Point biserial
7. Dikhotomi asli Dikhotomi asli Korelasi Phi
8. Kategorik asli atau Kategorik asli atau Chi Kuadrat dilanjutkan
Buatan buatan Koefisien Kontingensi
(Suharsimi Arikunto, 1993: 422)
Pembahasan statistik inferensial pada modul ini tidak diperluas, dimana untuk
level SMA penelitian lebih banyak diarahkan pada statistik deskriptif yang kiranya cukup
memberi dorongan para peneliti pemula untuk melakukan penelitian.

2. Analisis Data Kualitatif


Analisa data kualitatif berbeda dengan kuantitatif dan dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang. Menurut Patton, 1980 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa
analisis kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79)
mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai
usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya
definisi pertama lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat
diubah menjadi: Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data di sini
bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan
terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, hasil wawancara, gambar, foto,
dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam
hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
26
mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan
tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
Secara lebih jelas keseluruhan proses analisa data kualitatif dapat digambarkan oleh
diagram yang dibuat oleh Miles dan Huberman sebagai berikut :

Pengumpulan
Data Penyajian Data

Reduksi Data
Simpulan /
Verifikasi

Data yang diperoleh kemudian ditampilkan apa adanya, setelah itu data disortir mana
data yang valid dan mana yang tidak valid. Data yang valid dikategorisasikan berdasarkan
pola jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah. Data yang sudah dikategorisasikan
kemudian disusun dalam sebuah alur logika. Dari alur logika yang berhasil dibangun, maka
dibuat simpulan yang akan ditulis pada bagian terakhir penelitian.
B. Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan analisis, maka penulis mengambil kesimpulan atas hasil interprestasi data yang
dilengkapi dengan saran-saran. Penarikan kesimpulan sangat berguna dalam merangkum hasil akhir suatu
penelitian, selain sebagai landasan rumusan pengambilan keputusan bagi pihak peneliti juga digunakan
sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
Kesimpulan adalah intisari dari hasil eksperimen dan pernyataan mengenai hubungan hasil
eksperimen dengan hipotesis, termasuk juga alasan-alasan yang menyebabkan hasil eksperimen hasil
eksperimen berbeda dengan hipotesis. Jumlah kesimpulan harus sama dengan jumlah pertanyaan yang
ada pada rumusan masalah, karena memang fokus penelitian hanya ada pada rumusan masalah.
Kemudian, jika perlu kesimpulannya dapat diakhiri dengan memberikan masukan-masukan untuk
pengujian selanjutnya.
Penyusunan bab tentang kesimpulan ditujukan untuk memberi ringkasan tentang:
- Apa yang telah dipelajari (biasanya di bagian awal kesimpulan)
- Apa saja yang masih harus dipelajari (arah penelitian berikutnya)
- Hasil yang diperoleh dalam penelitian (evaluasi)
- Manfaat, kelebihan, dan aplikasi temuan penelitian (evaluasi)
- Rekomendasi

27
Kesimpulan seharusnya dalam bentuk yang ringkas dan jelas. Sebagai gambaran, pada
banyak hasil penelitian bagian kesimpulan mencakup hingga 2,5% dari keseluruhan laporan.
Kesimpulan yang terlalu panjang seringkali disebabkan memuat rincian yang tidak perlu. Bab
tentang kesimpulan bukanlah tempat bagi rincian tentang metodologi atau hasil penelitian.
Walaupun peneliti harus memberikan ringkasan tentang apa yang telah dipelajari dalam
penelitian, ringkasan tersebut tidak harus panjang karena penekanan pada bagian kesimpulan
terletak pada implikasi dan evaluasi
Bila pada bagian pendahuluan dimaksudkan untuk bergerak dari umum (bidang kajian)
ke khusus (topik penelitian), maka dalam bagian kesimpulan kamu harus bergerak dari yang
lebih khusus (penelitian kita) kembali ke umum (bidang kajian, bagaimana penelitian kita
akan mempengaruhi dunia). Dengan kata lain, dalam kesimpulan kita harus meletakkan
penelitian kita ke dalam konteks.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu
ditolak atau diterima. Jika dalam proses pengujian terdapat bukti yang cukup untuk
mendukung hipotesis, maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya jika dalam proses pengujian
tidak terdapat bukti yang cukup mendukung hipotesis, maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis
yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi
persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang
konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya, serta telah teruji kebenarannya. Teruji
kebenarannya berarti tidak ditemukan bukti yang bertentangan.
Dalam metode ilmiah seluruh langkah-langkah diatas harus dilakukan agar suatu
penelitian dapat disebut ilmiah. Langkah-langkah tersebut harus dilakukan secara urut dan
benar, karena langkah yang satu merupakan dasar bagi langkah berikutnya. Langkah-langkah
yang telah disebutkan diatas harus digunakan sebagai landasan utama dalam penelitian, walau
terkadang terjadi berbagai variasi yang berkembang sesuai dengan bidang dan permasalahan
yang diteliti.

28
BAB 5
PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN

A. Kerangka Umum Laporan Penelitian


Kerangka penulisan karya ilmiah di SMA Negeri 1 Rembang terdiri tiga bagian utama; bagian
awal, bagian inti dan bagian akhir.Pada bagian awal dan akhir tidak terdapat perbedaan antara
penelitian kualitatif maupun kuantitatif.Sedangkan bagian inti, penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif memiliki kerangka penulisan yang sedikit berbeda, terutama pada bagian
metodologi penelitian. Bab ini akan menguraikan keseluruhan bagian dari kerangka penulisan
karya ilmiah di SMA Negeri 1 Rembang.
1. Bagian Awal
Bagian awal laporan penelitian terdiri dari:
a. Halaman sampul depan
Halaman ini memuat berturut-turut judul penelitian, laporan penelitian, logo SMA N 1
Rembang, nama peneliti, NIS, kalimat: “DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN, SMA NEGERI 1 REMBANG“, dan tahun pembuatan. Halaman ini
memakai kertas buffalo atau linen.

JUDUL
...................................................
LAPORAN PENELITIAN

Oleh
Nama : ..................
NIS : .................
Kelas : .................

PEMERINTAH KABUPATEN REMBANG


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 REMBANG
2015

29
b. Halaman sampul dalam
Halaman ini memuat materi yang sama dengan halaman sampul depan tetapi mamakai
kertas putih.
c. Halaman pengesahan
Halaman ini memuat tanggal, bulan, tahun pegesahan, nama lengkap dan tanda tangan
pembimbing dan diketahui kepala sekolah. Contoh Halaman Pengesahan adalah sebagai
berikut :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
...JUDUL PENELITIAN...

Peneliti
Rafael Nadal

Telah disetujui oleh Pembimbing dan diketahui oleh


Kepala SMA Negeri 1 Rembang

Rembang, ……. 2015


Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Rembang Pembimbing

Drs. Setiya Purwoko, M.Pd. ………………..


NIP. 19630328 198803 1 003 NIP. …………..

d. Halaman motto
Halaman ini memuat motto atau tagline dari peneliti baik itu karya sendiri maupun hasil
kutipan dari tokoh-tokoh terkemuka. Contoh halaman motto adalah sebagai berikut:

HALAMAN MOTTO

“Man Jadda Wajada”


Barang siapa mencari, dia akan menemukan.

30
e. Kata pengantar
Halaman ini memuat pernyataan terima kasih peneliti kepada mereka yang telah
membantu dalam melakukan penelitian, dan dalam penyusunan naskah, bantuan moril dan
materiil dan pihak tertentu yang dianggap penting dan berperan dalam penyelesaian
laporan penelitian. Contoh Kata Pengantar adalah sebagai berikut :

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, peneliti
dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Potensi Rashbery (rice husk
ashBattery) dengan Perlakuan Penambahan Limbah Deterjen (detergent waste)
Sebagai Energi Listrik Terbarukan”
Fokus penelitian ini tentang pemanfaatan abu sekam padi (rice husk ash)
dalam pembuatan sumber energi baterai serta pengaruh penggunaan limbah deterjen
(detergent waste) sebagai pelarut dalam menentukan kualitas mutu baterai tersebut.
Keberhasilan penelitian ini atas dukungan berbagai pihak. Sehubungan
dengan itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. Setiya Purwoko, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 1 Rembang
2. Sukarno, M.Pfis., selaku pembimbing dalam penelitian ini.
3. Bapak dan Ibu atas doa tulusnya.
4. Seluruh pihak yang telah mendukung penelitian ini.
Semoga hasil karya ini bermanfaat untuk berbagai kalangan dan lapisan
masyarakat. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita
semua. Amin.
Rembang, 28 Januari 2012

Peneliti

f. Abstrak
Abstrak berisi tujuan, metodologi, hasil penelitian, kesimpulan dan saran, yang ditulis
dalam masing-masing paragraf dan disertai minimal tiga, maksimal lima kata kunci di
akhir halaman abstrak. Jumlah kata dalam abstrak paling sedikit 75 dan paling banyak 200
kata dan diketik dengan spasi rapat (satu spasi). Contoh Abstrak adalah sebagai berikut :
31
ABSTRAK

Potensi “Rashbery” (rice husk ash battery) dengan perlakuan penambahan


limbah deterjen (detergent waste) sebagai energi listrik terbarukan

Sigit Harya Hutama*)

Persoalan energi terbarukan merupakan concern dari semua pihak di masa


modern ini. Kehidupan manusia semakin mengalami ketergantungan akan
keberadaan energi. Sementara di sisi lain, cadangan energi tak terbarukan di dunia
semakin menipis. Kiranya perlu dipikirkan penemuan-penemuan baru untuk
menggantikan energi tak terbarukan, sehingga keberlangsungan kehidupan manusia
akan tetap terjaga.
Abu sekam padi (rice husk ash) dan limbah deterjen (detergent waste)
merupakan barang-barang yang berpotensi sebagai bahan sumber energi listrik.
Konsep tersebut dituangkan dalam pembuatan rashbery (rice husk ash battery) yang
memanfaatkan 2 logam yang berbeda sebagai elektrode dengan menggunakan model
pengembangan dari sel volta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan limbah deterjen (detergent waste) dalam pembuatan rashbery (rice husk
ash battery) sebagai energi listrik terbarukan terhadap kuat arus dan voltase dari
rashbery.
Dengan menggunakan metode experimental research atau penelitian eksperiman
menjukkan bahwa, penggunaan limbah deterjen (detergent waste) memberikan
pengaruh terhadap kualitas dari rashbery meliputi kuat arus dan voltase yang
meningkat dibandingkan dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Selain itu,
rashbery (rice husk ash battery) mampu menghidupkan LED (light emitting diode)
sehingga rashbery (rice husk ash battery) berpotensi dalam penyediaan energi listrik
terbarukan di masa depan.

Kata kunci: detergent waste, kuat arus, rashbery, rice hush ash, voltase
*) Siswa SMA Negeri 1 Rembang, kelas XI MIA 3 (Footer)

g. Daftar isi
Daftar ini memuat semua bagian dalam laporan, termasuk urutan Bab, Sub Bab dan Anak
Sub Bab dengan nomor halamannya. Contoh dafatar isi adalah sebagai berikut :

32
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3


A. Latar Belakang ............................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .................. 7
A. Landasan Teori .............................................................................. 8
1. Energi ....................................................................................... 9
2. Deterjen .................................................................................... 10
B. Kerangka Berpikir.......................................................................... 11
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 24
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 24
B. Waktu dan Lokasi Penelitain ......................................................... 25
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 26
D. Metode Analisis Data..................................................................... 28

h. Daftar tabel
Daftar tabel memuat nomor urut tabel, judul tabel dan nomor halaman. Contoh penamaan
tabel adalah sebagai berikut

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Kecenderungan Penggunaan Energi Dunia ............................... 3


Tabel 2.1 : Produksi Listrik Nasional .......................................................... 21
Tabel 3.1 : Timeline Penelitian .................................................................... 25

i. Daftar Gambar
Daftar gambar memuat nomor urut gambar, judul gambar dan nomor halaman. Contoh
penamaan Gambar adalah sebagai berikut :

33
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Ketergantungan Energi .......................................................... 4


Gambar 2.1 : Abu Sekam ............................................................................. 22
Gambar 2.2 : Limbah Detergent .................................................................. 26

j. Daftar lampiran
Daftar lampiran memuat nomor urut lampiran, judul lampiran dan nomor halaman. Contoh
halaman Daftar Lampiran adalah sebagai berikut

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pengamatan ...............................................................


Lampiran 2 : Checklist Penelitian ................................................................

2. Bagian Inti
Kerangka penulisan bagian inti terdiri dari lima bab, yakni Bab 1 Pendahuluan, Bab 2
Landasan teori, Bab 3 Metode Penelitian, Bab 4 Pembahasan dan Bab 5 Kesimpulan dan
Saran. Berikut adalah uraian lengkap kerangka penulisan karya ilmiah di SMA Negeri 1
Rembang :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah berisi uraian tentang apa yang menjadi masalah penelitian,
alasan mengapa masalah itu penting dan perlu diteliti. Latar belakang masalah harus
menjelaskan mengapa masalah tersebut menjadi masalah dan harus diteliti. Dalam hal ini
peneliti harus mampu menjabarkan kesenjangan antara kondisi ideal yang diharapkan
dan realitas atau fakta yang ada.
Masalah harus juga didukung oleh fakta sehingga jelas, memang ada masalah yang
perlu diteliti. Di dalam latar belakang ini dipaparkan secara ringkas tentang teori, hasil-
hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diksusi ilmiah maupun pengalaman atau
pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti.

34
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah rumusan secara konkret masalah yang ada, dalam bentuk
pertanyaan penelitian yang dilandasi oleh pemikiran teoritis yang kebenarannya perlu
dibuktikan untuk yang hipotetik. Rumusan masalah disarikan dari latar belakang dan
sekaligus merupakan fokus dari penelitian, dimana setiap pertanyaan dalam rumusan
masalah harus dijawab dalam kesimpulan.
C. Tujuan Penelitian
Bagian ini mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi tujuan
umum dan khusus. Perumusan tujuan mengacu pada masalah yang telah dirumuskan.
2. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan penelitian secara keseluruhan yang ingin dicapai
melalui penelitian. Hal ini bisa saja terkait dengan syarat penyelesaian studi,
penambahan wacana penelitian atau upaya membantu pemecahan masalah.
3. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan penjabaran atau pentahapan tujuan umum sifatnya lebih
operasional dan spesifik.Bila tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian
juga terpenuhi. Dalam hal ini tujuan khusus diarahkan untuk mencapai sasarran akhir
dari pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
D. Manfaat Penelitian
Bagian ini berupa uraian tentang manfaat yang dapat diperoleh dari hasil
penelitiannya untuk kepentingan bidang ilmu atau profesi si peneliti. Atau untuk
kelompok instansi yang berkaitan dengan bidang keilmuan atau bidang profesi si
peneliti. Dalam mengemukakan manfaat penelitian ini dapat dibedakan juga menjadi
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori
Landasan teori memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang relevan,
fakta, hasil penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang memuat
teori, proposisi, konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan. Landasan teori paling tidak berisi penjelasan mengenai

35
variabel atau komponen-komponen konsep yang dapat ditemukan dari redaksi judul
penelitian. Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari sumber yang primer.
Mencamtumkan nama sumbernya. Tata cara penulisan kepustakaan harus sesuai dengan
ketentuan pada panduan yang digunakan.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir memuat uraian secara logis dari sebuah penelitian mulai dari
awal sampai akhir. Dalam kerangka berpikir bukan sebuah tahapan / skema, namun alur
pemikiran singkat yang berasal dari logika peneliti dan pendapat ahli.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Bagian ini berisi uraian tentang jenis penelitian dan rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian.Misalnya berdasarkan pada sifat permasalahannya ada
beberapa jenis penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Bagian ini berisi uraian tentang lokasi penelitiannya dan kapan penelitian ini
dilaksanakan. Menuliskan lokasi penelitian minimal mencakup area desa atau alamat
institusi, dan tidak boleh menyebutkan alamat personal / pribadi.
C. Obyek Penelitian (Khusus Kualitatif)
Bagian ini berisi uraian tentang populasi yang diambil beserta karakteristiknya
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan dalam pemilihan teknik sampling.
Selanjutnya dikemukakan teknik sampling yang dipilih beserta prosedurnya dalam
menentukan sampel. Rasional-rasional yang menunjukkan bahwa sampel telah mewakili
populasinya juga perlu dikemukakan.
D. Jenis dan Sumber Data
Di bagian ini dikemukakan jenis data yang diperlukan. Dapat juga
diidentifikasikan jenis data yang lebih spesifik maupun jenis data penghubung yang
diperlukan.Sumber data menunjukkan darimana data tersebut diperoleh.
E. Teknik Pengumpulan Data
Bagian ini berisi uraian tentang cara dan prosedur pengumpulan data secara rinci.
Bila pengumpulan data dilakukan oleh orang lain perlu dijelaskan berbagai langkah yang
ditempuh oleh peneliti dalam menjamin reliabilitas dan validitas data yang diperoleh.

36
F. Teknik Analisis Data
Bagian ini berisi uraian tentang cara yang digunakan dalam pengolahan dan
analisis data disertai pembenaran atau alasan penggunaan cara analisis tersebut, termasuk
penggunaan statistik. Misalnya teknik analisis Miles and Huberman, dan lain-lain.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data Hasil Penelitian
Bagian ini memuat data hasil penelitian yang relevan dengan rumusan maslah dan
tujuan. Penyajian data hasil penelitian dapat berupa tabel, grafik, gambar, bagan, foto
atau bentuk penyajian data yang lain. Tata cara penyajian tabel, grafik, gambar, bagan
foto, harus sesuai ketentuan.
B. Analisis Data Hasil penelitian
Bagian ini memuat data penelitian yang dipilah dan dikelompokkan. Data
dikategorisasikan berdasarkan pola jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah. Data
yang sudah dikategorisasikan kemudian disusun dalam sebuah alur logika.
C. Pembahasan
Dari alur logika yang berhasil dibangun, maka dibuat pembahasan konkret atas
komponen-komponen yang ada dalam rumusan masalah. Bagian ini merupakan bagian
yang terpenting dalam laporan penelitian. Bagian ini menunjukkan tingkat penguasaan
peneliti terhadap perkembangan ilmu, paradigma, konsep, dan teori, yang dipadukan
dengan hasil penelitian. Pembahasan paling tidak mencakup hal-hal sebagai berikut :
- Penalaran hasil penellitian baik secara teoritis dan fakta sehingga dapat menjawab
dengan menjelaskan rumusan masalah yang diajukan.
- Perpaduan temuan penelitian dengan hasil penelitian sebelumnya dan konsekuensi
serta pengembangannya dimasa yang akan datang.
- Pemahaman terhadap keterbatasan penelitian yang dilakukan sehingga dapat
memberikan saran bagi penelitian selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sintesis atau pengambilan inti dari pembahasan, yang
sekurang-kurangnya terdiri atas jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
37
B. Saran dan Implikasi Penelitian
Saran merupakan implikasi hasil penelitian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan penggunaan praktis.Sekurang-kurangnya memberi saran bagi penelitian
selanjutnya, sebagai hasil pemikiran penelitian atas keterbasan penelitian yang
dilakukan.Perlu juga dikemukakan bagaimana implikasi hasil penelitian yang telah
dilakukan.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir terdiri dari:
a. Daftar pustaka
Daftar pustaka berisi seluruh referensi yang digunakan dalam penyusunan laporan
penelitian. Format penulisan daftar pustaka diatur pada Bab Penulisan Referensi.
b. Lampiran
Lampiran merupakan bagian yang memuat keterangan atau data tambahan.Di dalamnya dapat
dihimpun contoh penghitungan statistik dan sesuatu yang dianggap dapat melengkapi penulisan
laporan penelitian.
B. Format Penulisan Laporan
1. Jenis dan Ukuran Kertas.
Kertas yang digunakan adalah HVS putih 70 g berukuran A4 (21 cm x 29,7 cm). Pemakaian
kertas di luar standar diperlukan dalam hal-hal tertentu seperti menyisipkan kertas grafik,
kertas gambar, lampiran surat keterangan asli, lembar-lembar kuesioner dan semacamnya.
2. Tipe Huruf
Huruf yang dianjurkan adalah Times New Roman dengan font 12 untuk teks. Judul bab,
subbab dan sub-subbab dengan font seperti teks, yaitu font Times New Roman 12 akan tetapi
dicetak tebal.
3. Pengaturan Kertas
Kertas diatur dengan margin 4 cm dari tepi kiri dan dan 3 cm dari kanan, atas dan bawah
kertas dari ukuran final. Ketikan catatan kaki dan entri dalam tabel atau gambar tidak lebih
kecil dari font 8.
4. Pengaturan Jarak Baris atau Spasi
Naskah diketik 1.5 spasi, dimana setiap awal paragraf dimulai menjorok 1 cm.

38
5. Jumlah Halaman
Penjelasan mengenai detail jumlah halaman, dapat dilihat pada tabel berikut :
No. Nama Bagian Jumlah Halaman
1 Cover depan 1
2 Cover dalam 1
3 Pengesahan 1
4 Motto 1
5 Kata Pengantar Minimal 1
6 Abstrak 1
7 Daftar isi Minimal 1
8 Daftar Tabel (Kalau ada) Minimal 1
9 Daftar Gambar (Kalau ada) Minimal 1
10 Daftar Lampiran (Kalau ada) Minimal 1
11 BAB 1 : Pendahuluan Minimal 5
12 BAB 2 : Landasan Teori & Kerangka Berpikir Minimal 8
13 BAB 3 : Metode Penelitian Minimal 5
14 BAB 4 : Pembahasan Minimal 8
15 BAB 5 : Penutup Minimal 4
16 Lampiran - lampiran Tudak ditentukan
Jumlah total halaman 40 s.d Tidak terbatas
 Setiap pergantian Bab, diberi kertas sekat.

6. Nomor Halaman
Setiap halaman diberi nomor, dimana nomor berurut dan tidak menggunakan subnomor.
Nomor halaman diletakkan di sebelah kanan bagian atas dengan tidak melanggar batas
margin, kecuali untuk awal bab, penomoran halaman ada di bawah tengah. Nomor halaman
mulai cover dalam, pengesahan dan lain-lain diberi nomor i, ii, iii dan seterusnya. Nomor
halaman tidak dimunculkan pada halaman yang memuat judul bab, halaman penyekat
(flyleaf) antara sampul dan abstrak, maupun di antara bab atau dengan kata lain halaman
penyekat tidak dihitung.

39
7. Format Urutan Sub Bab
Pengaturan penomoran Sub Bab dan bagian-bagian yang mengandung beberapa komponen,
mengikuti aturan sebagaimana dicontohkan berikut :
A. ...........................
B. ...........................
1. ............................
2. ............................
a. ..........................
b. ..........................
1) ........................
2) ........................
a) ........................
b) ........................
(1) ......................
C. ............................
C. Penulisan Referensi
Dalam tubuh tulisan karya ilmiah, pengarang dapat mengacu pustaka mengikuti salah satu dari
sistem pengacuan pustaka. Setiap sistem pengacuan pustaka harus digunakan secara taat asas
dalam tubuh tulisan dan gambar suatu karya ilmiah, kemudian disenaraikan pada akhir tulisan
atau bab dengan judul ”Daftar Pustaka”.
1. Satu Pengarang Pengarang yang Sama Menulis pada Tahun Berbeda
Jika terdapat lebih dari satu pustaka yang ditulis oleh pengarang yang sama pada tahun yang
berbeda, pengacuan ditulis sesuai urutan tahun terbit, misalnya Suwanto (1997, 2000) ... atau
... (Suwanto 1997, 2000). Tahun terbit yang satu dengan yang berikutnya dipisahkan oleh
koma dan spasi.
2. Pengarang yang Sama Menulis pada Tahun Sama
Pengacuan terhadap dua atau beberapa pustaka yang ditulis oleh pengarang yang sama pada
tahun sama dilakukan dengan menambahkan huruf ”a” untuk pertama, ”b” untuk yang kedua,
dan seterusnya setelah tahun. Misalnya Suwanto (1998a, 1998b) ... atau ... (Suwanto 1998a,
1998b). Penambahan huruf ”a”, ”b”, dan seterusnya didasarkan pada urutan waktu publikasi
dari yang paling awal sampai yang paling akhir.
3. Pengarang yang Mempunyai Nama Keluarga yang Sama Menulis pada Tahun Sama.

40
Jika pengarang mempunyai nama keluarga yang sama untuk suatu publikasi yang terbit pada
tahun yang sama, nama inisial disertakan untuk membedakan bahwa sumbernya berbeda.
Misalnya Suwanto A (1999( dan Suwanto H (1999) ... atau ... (Suwanto A 1999; Suwanto H
1999).
4. Dua Pengarang
Pengacuan pustaka yang ditulis oleh dua pengarang seperti “Suwanto A dan Fardiaz S” pada
tahun 1983 diacu sebagai Suwanto dan Fardiaz 1983) … atau … (Suwanto & Fardiaz 1983).
5. Tiga Pengarang atau Lebih
Untuk nama pengarang yang terdiri atas tiga orang atau lebih, hanya nama keluarga atau
nama akhir pengarang pertama saja yang ditulis dan diikuti dengan kata ”et al.” (singkatan
dari et alii). Kata ”et al.” tetap dipertahankan dan dicetak dengan huruf miring, tidak diubah
menjadi dkk (singkatan dari dan kawan-kawan). Jika sumber acuan yang terdiri atas tiga
pengarang atau lebih ditulis oleh penulis pertama yang sama, maka untuk membedakan
sumber acuan tersebut dituliskan seperti pada penulisan pengarang yang sama menulis pada
tahun yang sama. Misal artikel Suwanto A, Suwanto H, dan Suryanto D dipublikasi pada
tahun 2000 dan artikel yang ditulis oleh Suwanto A bersama-sama Yuhana M dan Angka SL
dipublikasikan juga pada tahun 2000, maka untuk membedakannya dituliskan Suwanto et al
(2000a) …; Suwanto et al. (2000b) ... atau ... (Suwanto et al. 2000a); ... (Suwanto et al.
2000b). Penambahan huruf a dan b didasarkan pada senarai menurut abjad nama pengarang
6. Lembaga Sebagai Pengarang
Nama lembaga yang diacu sebagai pengarang sebaiknya ditulis dengan bentuk
singkatannya.Misalnya untuk mengacu tulisan yng diterbitkan tahun 1999 oleh Biro Pusat
Statistik ditulis BPS (1999) ... atau ... (BPS 1999). Dalam daftar pustaka nama pengarang
acuan ini ditulis sebagai [BPS].
7. Tulisan tanpa Nama Pengarang
Sebaiknya acuan yang tidak memiliki nama pengarang di dalam tubuh tulisan dan Daftar
Pustaka dituliskan dengan nama lembaga yang menerbitkannya. Acuan tanpa pengarang ada
pula yang dituliskan sebagai Anonim (1990) ... atau ... (Anonim 1990) dan dalam Daftar
Pustaka ditulis [Anonim], namun sebaiknya penggunaan kata Anonim ini dihindari.
8. Komunikasi Pribadi
Bila pengacuan ini dilakukan, nama diikuti oleh inisialnya, tanpa menggunakan gelar
akademik atau jabatan, dilanjutkan dengan waktu dan dipisahkan oleh tanda koma dan spasi
dari tipe informasi yang diacu; semuanya dituliskan dalam tanda kurung. Misal ... (Nasoetion
41
AH 8 Maret 1998, komunikasi pribadi). Pengacuan dengan cara ini tidak dianjurkan dan
seandainya digunakan, maka informasi yang diperoleh dari komunikasi pribadi ini tidak
disenaraikan dalam Daftar Pustaka.
9. Penyusunan Daftar Pustaka Teladan Umum untuk Jurnal
Nama-Tahun (N-T). Nama pengarang.Tahun terbit.Judul artikel.Nama jurnal Nomor volume
(Nomor terbitan):Halaman. Nomor (No) Nama pengarang. Judul Artikel. Nama Jurnal tahun;
Nomor volume:Halaman. Pengarang Satu Orang N-T Johnson MW. 1987. Parasitization of
Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) infesting commercial watermelon plantings in
Hawaii. J Econ Entomol 80:56-61 No Johnson MW. Parasitization of Liriomyza spp.
(Diptera: Agromyzidae) infesting commercial watermelon plantings in Hawaii. J Econ
Entomol 1987;80:56-61 Pengarang Dua Orang N-T Kaske RE. Halvorson WL. 1989.
Scutellospora arenicola and Glomus trimurales: two new species in the Endogonaceae.
Mycolongia 81:927-933. No Kaske RE. Halvorson WL. Scutellospora arenicola and Glomus
trimurales: two new species in the Endogonaceae. Mycolongia 1989;81:927-933.
10. Artikel tanpa Pengarang
N-T [Anonim]. 1976. Epidemiologi forprimary health cere. Int J Epidemiol 5:224-225. No
[Anonim]. Epidemiologi forprimary health cere.Int J Epidemiol 1976;5:224-225.
11. Buku dengan Terjemahan Editor
N-T Luzikov VN. 185. Mitochondrial Biogenesis and Breakdown. Galkin AV, penerjemah;
Roodyn DB, editor. New York: Consultants Bureau. Terjemahan dari : Reguliatsiia
Formirovaniia Mitokhondrii. No Luzikov VN. 185. Mitochondrial Biogenesis and
Breakdown. Galkin AV, penerjemah; Roodyn DB, editor. New York: Consultants Bureau.
Terjemahan dari : Reguliatsiia Formirovaniia Mitokhondrii.

12. Microfilm
N-T Heath DF. 1961. Organophosphorus poisins; anticholinesterases and related compoinds
(mikrofilm). Elmsford: Microforms International; 1 rol: 16 mm. No Heath DF.
Organophosphorus poisins; anticholinesterases and related compoinds (mikrofilm).
Elmsford: Microforms International; 1 rol: 16 mm. 1961.
13. Artikel dari Publikasi Elektronik
Adsavakulchai S, Baimai V, Prachyabrued W, Gore PJ, Lertium S, 1998. Morphometric
study using wing image analysis for identification of Bactrocera dorsalis complex (Diptera:
42
Tephritidae). WWW J Biol 3 (5). [terhubung berkala],
http://epress.com/w3jbio/Adsavakulchai/index.html [17 Mar 1999].
Adsavakulchai S, Baimai V, Prachyabrued W, Gore PJ, Lertium S, 1998. Morphometric
study using wing image analysis for identification of Bactrocera dorsalis complex (Diptera:
Tephritidae). WWW J Biol 3(5). [terhubung berkala],
http://epress.com/w3jbio/Adsavakulchai/index.html [17 Mar 1999].
D. Kebahasaan
1. Perangkat Kebahasaan Perhurufan
Bahasa Indonesia ditulis dengan huruf latin. Dua bentuk latin yang dikenal adalah huruf
romawi dan italik. Huruf latin dapat ditampilkan secara tipis, tebal, kecil, dan kapital.
a) Huruf Romawi.
Huruf romawi selalu berdiri tegak sehingga tulisan tangan yang bersifat demikian sering
dikatakan ”tercetak”.
b) Huruf Miring.
Huruf miring dipakai dalam sembilan hal berikut :
- Kata dan ungkapan asing yang ejaannya bertahan dalam banyak bahasa :ad hoc, et al.,
in vitro.
- Tetapan dan peubah yang tidak diketahui dalam matematika. Contohnya (x, y, l).
- Nama kapal atau satelit : kri macan tutul, apollo 11.
- Kata atau istilah yang diperkenalkan untuk diskusi khusus.
- Kata atau frase yang diberi penekanan, misalnya ... Hal itu tidak benar.
- Pernyataan rujukan silang dalam indeks: lihat, lihat juga.
- Judul buku atau terbitan berkala yang disebutkan dalam tubuh tulisan.
- Tiruan bunyi : dari sarang burung itu terdengar kicau tu-ju-pu-lu-tu-ju-pu-lu.
- Nama ilmiah seperti genus, spesies, varietas, dan forma makhluk. Akan tetapi, nama
ilmiah takson di atas tingkat genus tidak ditulis dengan huruf italik.
c) Huruf Kapital.
Huruf kapital dipakai pada :
- Huruf pertama pada awal kalimat.
- Setiap judul dalam judul buku atau berkala, kecuali kata tugas (dan, yang, untuk, di, ke,
dari, terhadap, sebagai, tetapi, berdasarkan, dalam, antara, melalui, secara) yang tidak
terletak pada posisi awal.

43
- Nama bangsa, bahasa, agama, orang, hari, bulan, tarikh, peristiwa, sejarah, takson
makhluk diatas genus, lembaga, jabatan, gelar dan pangkat yang diikuti nama orang
atau tempat.
- Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada judul buku dan nama lembaga.
- Nama-nama geografi seperti nama sungai, kota, provinsi, negara dan pulau. Akan tetapi
huruf kapital tidak dipakai pada nama geografi yang digunakan sebagai jenis seperti
garam inggris, gula jawa, atau sebagai bentuk dasar kata keturunan seperti keinggris-
inggrisan, mengindonesiakan.
- Penulisan nama orang pada hukum, dalil, uji, teori, dan metode.
d) Huruf Tebal.
Huruf tebal sering digunakan untuk judul atau heading „sirahan utama‟. Selanjutnya
bentuk huruf ini dapat dipakai untuk nama ilmiah takson yang baru ditemukan atau
diusulkan pertama kali.
e) Huruf Yunani.
Huruf yunani banyak dipakai dalam rumus matematika (πr2), lambang astronomi
(deklinasi δ), satuan ukur (μm), istilah kimia (β-amilase), atau kedokteran (γ-globulin).
2. Perangkat Kebahasaan Kata
a) Pengejaan Kata
Beberapa masalah sering dijumpai dalam kasus penggunaan huruf atau pengejaan istilah
serapan seperti contoh berikut ini :
- Berhati-hatilah dengan memakai huruf f dan v, yang ada kalanya dipertukarkan atau
diganti dengan huruf p (negarif bukan negatip; aktif bukan aktip; aktivitas bukan
aktifitas; provinsi bukan propinsi).
- Dalam bahsa Indonesia tidak dikenal konsonan kembar (klasifikasi bukan klassifikasi;
efektif bukan effektif; tetapi ada massa di samping masa yang mempunyai perbedaan
makna).
- Huruf y tetap y juga lafalnya. Contoh yen, yuan; y menjadi i jika lafalnya i, contoh
hipokotil bukan hypokotil; analisis bukan analisa, analysis atau analysa.
- Huruf x hanya dipakai di awal kata, di tempat lain diganti ks (xilem bukan silem atau
ksilem; taksonomi bukan taxonomi; kompleks bukan komplex atau komplek). Huruf h
pada gugus gh, kh, rh, th dihilangkan, sedangkan huruf ph menjadi f dan ch menjadi k
(metode bukan methode atau metoda; morfologi bukan morphologi atau morpologi).

44
- Beberapa kata sulit selalu ditulis secara salah karena penulis tidak mengetahui bentuk
bakunya antara lain, jadwal bukan jadual, sintesis bukan sintesa, ameuba bukan amuba;
automatis bukan otomatis; mikrob bukan mikroba, mikrobia atau mikrobe sebab
dibakukannya aerob; standar dan standardisasi bukan standarisasi.
- Nama-nama ilmu tertentu berakhiran -ika (sistematika bukan sistematik); karena bukan
ilmu maka dibakukanlah kosmetik dan antibiotik bukan kosmetika dan antibiotika.
- Dalam bahasa Indonesia satu bentuk kata dapat berfungsi sebagai kata benda, kata
keterangan atau kata tambahan.
b) Penulisan Kata Kata Depan.
Kata depan ialah kata yang bila diikuti dengan kata lain akan menunjukkan tempat,
misalnya di, ke, dari, pada. Dalam penulisannya kata depan selalu dipisahkan dari kata
yang mengikutinya. Contoh : di dalam, ke lapangan, pada dasarnya, dari dalam tabung.
c) Kata Berimbuhan.
Kata berimbuhan ialah kata dasar yang memperoleh imbuhan (awalah, sisipan,
akhiran).Sesuai dengan kaidah bahasa, penulisan imbuhan harus serangkai dengan kata
yang mengikutinya; dengan demikian awalan di- harus dirangkai seperti dilakukan,
diamati dinyatakan.
d) Kata Gabung
Kata gabung ialah dua buah kata yang memiliki arti baru (frasa). Pada umumnya kata
gabung ditulis terpisah, misal budi daya, usaha tani, terima kasih, kerja sama, sumber
daya; kecuali kata yang sudah terpadu benar, misal olahraga, kepada, daripada.

3. Tanda Baca
a) Titik
Tanda titik selalu dipakai
- Pada akhir kalimat,
- Pada singkatan tertentu (a.a. mattjik, gb., hlm, s.si.),
- Di belakang angka dan huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar,
- Sebagai pemisah angka jam dan menit yang menunjukkan waktu (13.30; 2.30)
- Dalam penulisan desimal (0.8, 0.99)
- Pada akhir judul gambar
45
Tanda titik tidakdipakai
- Di belakang angka atau huruf terakhir dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar,
demikian pula pada bagan yang hanya terdiri atas satu tingkat,
- Untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah
(tahun 1995, halaman 2345, nip 130367078),
- Pada akhir judul dan akhir judul yang merupakan kepala karangan.
b) Koma(,).
Tanda koma dipakai untuk
- Memisahkan unsur-unsur dalam suatu deret
- Memisahkan unsur-unsur sintaksis dalam kalimat, contoh jika masalah kebahasaan
masih menjadi kendala, anda dapat melihat kembali bab ini.
- Memisahkan nama, alamat serta bagian-bagiannya; tempat dan tanggal; nama tempat
dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
- Memisahkan nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan
dari singkatan nama diri atau keluarga.
c) Titik Koma (;)
Tanda titik koma merupakan tanda koordinasi dan dipakai untuk ;
- Memisahkan unsur-unsur sintaksis yang setara, atau dalam deret yang didalamnya
sudah mengandung tanda baca lain (Saya datang; saya lihat; saya menang).
- Memisahkan unsur-unsur dalam deret yang rumit, terutama jika unsur-unsur itu telah
mengandung tanda baca, misalnya: Kajian bertumpu pada tiga golongan hewan: tikus,
kelelawar tupai; sapi, kambing, kerbau; dan belalang kumbang rayap.
- Memisahkan nama-nama pengarang pada pengacuan ganda. Misalnya : (Suhartono et
al. 1994; Tjahjadi et al. 1994; Manuwoto & Suwandi 1998).
d) Titik Dua (:)
Titik dua dipakai untuk
- Menandakan pengutipan yang panjang
- Memperkenalkan senarai
- Menandakan nisbah (angka banding)
- Menekankan urutan pemikiran diantara dua bagian kalimat lengkap
- Memisahkan judul dan anak judul
- Memisahkan nomor jilid dan halaman dalam daftar pustaka

46
- Memisahkan tahun dan halaman kalau pengacuan halaman dilakukan pada sistem
nama-tahun dalam teks (rifai 1968: 234)
- Memisahkan bab dan ayat dalam kitab suci (surat al baqarah: 183)
e) Tanda Tanya (?).
Tanda tanya dipakai pada akhir pertanyaan langsung (tidak lazim dalam tulisan ilmiah)
atau untuk menunjukkan keragu-raguan dalam suatu penyataan. Misalnya : Karena
ketiadaan pembanding, untuk sementara bambu ini sebaiknya dideterminasi sebagai
Gigantochla ? atrobiolacea).
f) Tanda Seru (!).
Tanda seru hampir tidak pernah dipakai dalam kalimat tilisan ilmiah. Adakalanya tanda itu
dipergunakan untuk menunjukkan bahwa suatu bahan bukti penelitian dilihat langsung
oleh penulisnya :Sceleroderma dictyospora dipertelakan oleh Patouillard 91898)
berdasarkan spesimen Massart 445 (P!) yang dikumpulkan di Jawa tahun 1882.
g) Tanda Hubung (-).
Tanda hubung dipakai untuk
- Menyambung bagian-bagian tanggal. Misalnya : 17-8-1945
- Merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-
indonesia), ke- dengan angka (abad ke-21), angka dengan –an (tahun ’90-an).
- Memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan
- Memenggal kata tertentu
h) Tanda Kurung ((...)).
Tanda kurung ini dipakai untuk mengapit
- Tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral atau dapat dilepaskan
dari pokok pembicaraan
- Huruf untuk memperkenalkan singkatan
- Penomoran yang dimasukkan dalam kalimat.
i) Tanda Kurung Siku ([...]).
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit
- Huruf atau kata yang ditambahkan pada kalimat dalam pengeditan
- Keterangan dalam kalimat yang sudah bertanda kurung
- Penggunaan khusus dalam kepustakaan.
j) Tanda Petik (”...”).
Tanda petik dipakai untuk mengapit
47
- Petikan atau kutipan pembicaraan langsung
- Judul karangan atau bab buku yang dipakai dalam kalimat
- Istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus
k) Tanda Petik Tunggal (’...’).
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit
- Petikan yang tersusun dalam petikan lain
- Makna, terjemahan, atau penjelasan terhadap kata atau ungkapan asing
l) Tanda Elipsis (...).
Tanda elipsis dipakai untuk
- Menunjukkan bahwa ada bagian yang dihilangkan pada suatu kutipan
- Mengganti tanda elipsis dalam matematika, untuk meluruskannya dengan tanda
pengoperasian (x1, x2 ... X3)
m) Tanda Garis Miring (/).
Tanda garis miring dipakai untuk mengganti
- Tanda bagian atau menunjukkan bilangan pecahan
- Kata tiap (125 ton/ha)
- Tanda garis miring tidak dipakai untuk menunjukkan atau.
n) Tanda Ampersan (&).
Tanda ampersan berfungsi sebagai pengganti tanda dan bila bentuk lebih singkat
diinginkan.Tanda ini dianjurkan dipakai dalam pengacuan pustaka sebab membantu
mengurangi pengulangan.

4. Penulisan Angka
a) Penulisan Angka
Ada dua macam angka, yaitu 10 angka arab (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9) dan angka
romawi (I, II, III dan seterusnya). Untuk keperluan penomoran halaman bagian pelengkap
pembuka tulisan biasanya digunakan angka romawi dengan huruf kecil. Secara umum,
angka dalam laras bahasa digunakan untuk :
- Menyatakan lambang bilangan atau nomor
- Menyatakan jumlah yang mendahului satuan ukuran
48
- Menyatakan nilai uang, tanggal, waktu, halaman, penunjukan urutan yang diwakili ke-
persentase
- Menunjukkan jumlah yang berkaitan dengan manipulasi matematika seperti nisbah dan
faktor perkalian
- Menunjukkan satuan pada bilangan kisaran
- Menomori karangan dan bagiannya.
b) Penulisan bilangan dengan tanda desimal
Penulisan ini mengikuti aturan sebagai berikut :
- Bilangan dengan angka desimal diantarai tanda titik (misalnya 2.3, 4.0)
- Dalam penulisan bilangan desimal yang lebih kecil dari satu harus selalu diawali
dengan angka. Misalnya: 0.35 bukan .35
- Dalam daftar atau tabel yang bilangannya hanya terdiri atas angka (tanpa desimal)
dapat dituliskan dalam kelompok-kelompok tiga angka yang dipisahkan oleh spasi
tanpa menggunakan tanda koma. Misalnya 1 234 567 (bukan 1,234,567)
5. Ilustrasi
Ilustrasi merupakan suatu bentuk penyajian informasi dalam bentuk tabel, grafik, diagram
alir, bagan, foto, peta dan gambar.
a) Tabel
Tabel terdiri atas judul tabel, kepala baris, kepala kolom, medan informasi, dan catatan
kaki-tabel. Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas tabel, tanpa
diakhiri dengan titik. Garis pemisah yang penting arahnya mendatar, dan garis bantu
selebihnya harus dibuat seperlunya saja. Garis bantu yang tegak dihilangkan. Tabel diketik
simetris.
b) Gambar
Bagan, grafik, peta dan foto semuanya disebut gambar (tidak dibedakan) Nomor gambar
tidak diberi titik yang diikuti dengan judul diletakkan simetris di bawah gambar kemudian
diakhiri titik.Gambar tidak boleh dipenggal.Letak gambar diatur simetris.

49

Anda mungkin juga menyukai