Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Gangguan Sensori Persepsi HDR


Menurut Patricia D. Barry dalam Mental Health and Mental Illnes
(2003), Harga Diri Rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak
diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya. Barry
mengemukakan, Self ekseem is a feeling of self acceptance and positive self
image. Pengertian lain mengemukakan bahwa harga diri rendah adalah
menolak dari dirinya sendiri, merasa tidak berharga dan tidak dapat
bertanggung jawab atas kehidupan sendiri. Individu gagal menyesuaikan
tngkah laku dan cita-cita.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang keperacayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuia ideal diri (Keliat,
1998).
Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang
lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga
diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang
memiliki harga diri tinggi menghadapai lingkungan secara aktif dan mampu
beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Idividu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan
menganggap sebagai ancaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Barbara Kozier.
Menurut Antai Otong (1995: 297), Self Esteem dipengaruhi oleh
pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak-anak yang
dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya

1
memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukan Self Ekseem
yang positif. Sedangkan indvidu yang memiliki harga diri rendah cenderung
untuk mempersepsikan lingkungannya negatif dan sangat mengancam.
Mungkin pernah memiliki depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.
Gangguan harga diri yang disebut harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, ditubuh KKN,
dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena :
a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan tidak mengahargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan
fisik.
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lam, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon maladaptif. Kondisi ini dapat
ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada klien
gangguan jiwa.

B. Tanda Gejala
Menurut Keliat, tanda dan gejala yang akan muncul pada pasien harga diri
rendah adalah:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang
percaya diri.

2
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, individu yang selalu gagal dalam
meraih sesuatu.
3. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah
orang lain.
4. Gangguan berhubungan sosial seperti menarik diri, lebih suka menyendiri
dan tidak ingin bertemu orang lain.
5. Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan yang
dimilki.
6. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung da ragu-ragu dalam
memilih sesuatu.
7. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri
kehidupan.
8. Mudah tersinggung aau marah yang berlebihan.
9. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
10. Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan
menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan
bicara lambat dengan nada lemah.
11. Penyalahgunaan zat

C. Patofisiologi (Pathway)
D. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Dipersonalisasi


Harga Diri Kerancuan
Diri Diri Positif Identitas
Rendah

Keterangan :

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.

3
2. Konsep diri positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang
ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, harga dirinya,
penampilan peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini menunjukan
bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
3. Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri,
termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis,
tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan
dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri dan/ atau orang
lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan kepada orang lain,
gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah,
perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri
secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
4. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak kedalam
kepribadian psikososial dewasa yang harmonis. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat
kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal eksploitatif,
perasaan hampa. Perasaan mengambang tentang diri sendiri tingkat
ansietas yang tinggi, ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
5. Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis dimana
klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.
Individu mengalalami kesulitan untuk membedakan dirinya sendiri dari
orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata dan asing baginya.

E. Faktor Predisposisi dan Prespitasi


1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri rendah,
yaitu (Nanda, 2015) :
a. Perkembangan Individu, yang meliputi :
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan
akan gagal pula untuk mencintai diri sendiri.

4
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang dan
orangtua yang penting/ dekat dengan individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik serta merevidasikan
individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa
rendah diri.
b. Ideal Diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya
diri.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri rendah
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti :
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan,
aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dan perampokan. Respon
terhadap trauma pada umumnya akan mengubah arti trauma tersebut
dan kopingnya adalah represi dan denial.

F. Psikodinamika
Menurut Surya Direja (2011), harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya baru operasi
kecelakaan, diceraikan suami, putus sekolah, putus hubungan kerja,
perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah
karena :

5
a. Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi yang tidak tercapai
dirawat/sakit atau penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Maturasional, ada beberapa faktor yang berhubungan dengan maturasi
adalah :
a. Bayi/usia bermain atau prasekolah berhubungan dengan kurang
stimulasi atau kedekatan, perpisahan dengan orang tua, evaluasi
negative dari orang tua, tidak adekuat dukungan orang tua, ketidak
mampuan mempercayai orang terdekat.
b. Usia sekolah : berhubungan dengan kegagalan mencapai tingkat atau
peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, umpan balik negative
berulang.
c. Remaja : pada usia remaja penyebab harga diri rendah, jenis kelamin,
gangguan hubungan teman sebagai perubahan dalam penampilan,
masalah pelajaran, kehilangan orang terdekat.
d. Usia sebaya : berhubungan dengan perubahan yang berkaitan dengan
penuaan
e. Lansia : berhubungan dengan kehilangan (orang, financial, pensiun).
3. Kronik, yaitu perasaan negative terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berpikir yang negtive.
Kejadian dirumah sakit akan menambah persepsi negative terhadap dirinya.
Menurut Iyus Yosep (2011) proses terjadinya harga diri rendah
diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah
menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebutkan ppenmpilan seseorang yang
optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga

6
diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian
tatas keberhasilannya. Saat individu mencapai remaja maka keadaannya
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang
dewasa awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya.
Manifestasi yang biasa muncul pada klien gangguan jiwa dengan
harga diri rendah, (Fitria, 2009) : mengkritik diri sendiri, perasaan tidak
mampu, pandangan hidup yang pesimis, perasaan tidak mampu, pandangan
hidup yang pesimis, tidak menerima pujian, penurunan produktivitas,
penolakan terhadap kemampuan diri, kurang memperhatikan perawatan
diri, berpakaian tidak rapih, selera makan berkurang, tidak berani menatap
lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada lemah,
komplikasi yang bisa ditimbulkan dari harga diri adalah menarik diri,
halusinasi, resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan.

G. Psikofarmaka dan Penatalaksanaan Medis Lainnya


1. Chlorpromazine ( CPZ ): 3 x100 mg
a. Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak
mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
b. Cara Kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
c. Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang
disebabkan CNS Depresi.

7
d. Efek samping
1) Sedasi
2) Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik,
mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan
irama jantung).
3) Gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas).
4) Gangguan endokrin (amenorhoe, ginekomasti).
5) Metabolik (Jaundice)
6) Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
2. Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a. Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada
lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada
anak-anak.
b. Cara Kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak
depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu
halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan
menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian oral
halloperidol diserap kurang lebih 60 – 70% , kadar puncak dalam
plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam.
Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat,
sebagian besar diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil melalui
empedu.
c. Kontra Indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang
hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d. Efek Samping

8
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi
reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-
kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik
ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi
ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk,
depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
3. Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a. Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra
piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
b. Cara Kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan
kedua neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di
susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan
defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus
striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi
efek kolinergik berlebih
c. Kontra Indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain,
glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi
leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d. Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan
kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium,
kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti
hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti
ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti
mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi
kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti
retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai atau
mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi, delusu,
halusinasi, dan paranoid.

9
H. Rencana Asuhan Keperawatan

Tgl. Dx Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 2 3 4 5
Strategi Pelaksanaan/ SP
Gangguan Pasien mampu: Setelah.. pertemuan klien SP. 1 ( TGL......)
Konsep - Mengidentifikasi mampu: - Identifikasi kemampuan
Diri; harga kemampuan dan - Mengidentifikasi positif yang dimiliki.
diri rendah aspek positif kemampuan aspek 1. Diskusikan bahwa
yang dimiliki positif yang dimiliki pasien masih memiliki
- Menilai - Memiliki kemampuan sejumlah kemampuan
kemampuan yang dapat digunakan, dan aspek positif seperti
yang dapat memilih kegiatan kegiatan pasien dirumah
digunakan yang sesuai adanya keluarga dan
- Menetapkan/ kemampuan lingkungan terdekat
memilih - Melakukan kegiatan pasien.
kegiatan yang yang sudah 2. Beri pujian yang realistis
sesuai dengan dipilih,merencakan dan hindarkan setiap kali
kemampuan kegiatan yang sudah bertemu dengan pasien
- Melatih kegiatan dilatih penilaian yang negatif
yang sudah - Nilai kemampuan yang
dipilih, sesuai dapat dilakukan saat ini:
kemampuan 1. Diskusikan dengan
- Merencanakan pasien kemampuan
kegiatan yang yang masih digunakan
sudah dilatihnya saat ini.
2. Bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan
diri yang di ungkapkan
pasien.
3. Perlihatkan respon yang
kondusif dan menjadi
pendengar yang aktif
- Pilih kemampuan yang akan
dilatih
1. Diskusikan dengan
pasien beberapa
aktifitas yang dapat
dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan
sehari-hari.

10
2. Bantu pasien
menetapkan aktivitas
mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri.
3. Aktivitas yang
memerlukan bantuan
minimal dari keluarga,
4. Akvitas apa saja yang
perlu bantuan penuh
dari keluarga atau
lingkungan terdekat
pasien.
5. Beri contoh cara
pelaksanaan aktivitas
yang dapat dilakukan
pasien.
6. Susun bersama pasien
aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien
- Nilai kemampuan pertama
yang telah dipilih.
1. iskusikan dengan pasien
untuk menetapkan
urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien)
yang akan dilatihkan.
2. Bersama pasien dan
keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan yang
akan dilakukan pasien.
3. Berikan dukungan dan
pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang
diperlihatkan pasien
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
1. Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba
kegiatan.
2. Beri pujian atas
aktivitas yang dilakukan
pasien setiap hari.
3. Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan toleransi
dan perubahan.

11
4. Susun daftar aktivitas
yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan
keluarga.
5. Beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
6. Yakinkan bahwa
keluarga mendukung
setiap aktivitas yang
dilakukan pasien.
SP. 2 ( TGL....)
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP.1)
- Pilih kemampuan kedua
yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang
dipilih
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP.3 (TGL....)
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP.1 & SP.2)
- Memilih kemampuan
ketiga yang dapat dilakukan
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga mampu: Setelah.... pertemuan SP.1 (TGL...)
Merawat pasien keluarga mampu: - Identifikasi masalah yang
dengan harga diri - Mengidentifikasi dirasakan dalam merawat
rendah dirumah dan kemampuan yang pasien
menjadi sistem dimiliki pasien - Jelaskan proses terjadinya
pendukung yang - Menyediakan HDR
efektif bagi pasien fasilitas untuk pasien - Jelaskan tentang cara
melakukan kegiatan merawat pasien
- Mendorong pasien - Main peran dalam merawat
melakukan kegiatan pasien HDR
- Memuji pasien saat - Susun RTL keluarga/
pasien dapat jadwal keluarga untuk
melakukan kegiatan merawat pasien
- Membantu melatih
pasien

12
- Membantu menyusun
jadwal kegiatan
pasien
- Membantu
perkembangan pasien
SP.2 ( TGL....)
- Evaluasi kemampuan SP.1
- Latih keluarga langsung ke
pasien
- Menyusun RTL keluarga/
jadwal keluarga untuk
merawat pasien
SP.3 (TGL...)
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan
pasien
- RTL keluarga:
1. Follow up
2. Rujukan

I. Komunikasi Terapeutik
1. Definisi
Salah satu cara mengatasi masalah komunikasi yang terjadi antar
perawat dengan pasien adalah dengan menggunakan komunikasi
terapeutik secara efektif oleh perawat. Komunikasi terapeutik ialah
pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
oleh pasien (Machfoedz, 2009).
2. Strategi Pelaksanaan (SP 1 - 2)
Strategi pelaksanaan komunikasi adalah pelaksanaan standar asuhan
keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani (Fitria, 2009).
Strategi pelaksaan komunikasi pada pasien harga diri rendah mencakup
kegiatan yang dimulai dari mengidentifikasi hingga melatih kemampuan
yang masih dimiliki pasien sehingga semua kemampuan dapat dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien
(Keliat, 2009).

13
Strategi pelaksanaan komunikasi pada pasien harga diri rendah
terdiri dari dua sesi petemuan yaitu sesi pertemuan pertama (SP 1)
dilakukan pada sesi pertama dan sesi pertemuan kedua (SP 2). Kegiatan
yang dilakukan pada SP 1 adalah mendiskusikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu pasien memilih atau menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilihdan
menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana jadwal pelaksanaan harian pasien. Sedangkan kegiatan
yangdilakukan pada SP 2 adalah melatih pasien melakukan kegiatan lain
yang sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan
yang dimiliki dapat meningkatkan harga diri pasien. Strategi Pelaksanaan
(SP 1 - 2) tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah menurut
Purba, dkk (2008).

14

Anda mungkin juga menyukai