Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sari Sopiah

NIM : 150301239

Pemprov Riau Defisit Anggaran, Fitra Riau: Manajemen Keuangan


Daerah Belum Baik
Kamis, 06 September 2018 20:47 WIB

PEKANBARU (CAKAPLAH) - Pemerintah Provinsi Riau saat ini tengah mengalami


defisit keuangan sehingga harus melakukan rasionalisasi anggaran. Tidak hanya itu,
kabar juga menyebutkan kalau Pemprov Riau berencana merumahkan tenaga honorer
yang jumlahnya memang sangat banyak.

Menilai hal tersebut, peneliti Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Riau,
Triono Hadi kepada CAKAPLAH.com mengatakan defisit anggaran Pemprov Riau itu pasti
terjadi. Karena besarnya rencana belanja tidak sesuai dengan target rencana pendapatan yang
diterima daerah.

"Tentu tidak hanya karena faktor tunda bayar DBH (Dana Bagi Hasil), lebih jauh kami
melihat karena faktor manajemen keuangan daerah yang belum baik. Seperti, anggaran
direncanakan masih boros untuk kebutuhan yang tidak prioritas, pembiayaan atau
pengeluaran anggaran yang sama sekali bukan prioritas daerah," kata Triono Kamis
(6/9/2018).

Baca: Pemprov Riau Terancam Bangkrut?

Ia mencontohkan, tahun 2018 ini Pemprov Riau membiayai lebih dari Rp200 Miliar untuk
membangun infrasturktur perkantoran yang sama sekali bukan tangungjawab pemerintah
daerah. seperti membangun dua kantor lembaga negara, Mapolda Riau dan Kejaaksaan
Tinggi Riau, yang mestinya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat secara vertikal.

"Faktor tundah bayar DBH Rp1,9 Triliun memang menjadi salah satu kenapa tahun 2018 ini
Pemprov Riau kelimpungan karena pasti tidak bisa membayar terhadap proyek-proyek yang
telah dan sedang dikerjakan, Akan tetapi, yang mesti harus dipikirkan dan diperbaiki adalah
bagaimana anggaran yang sudah diterima daerah itu digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan
prioritas daerah. Bukan untuk memberikan dukungan anggaran untuk kegiatan - kegiatan
yang sifatnya rutinitas," ulasnya.

Kegiatan rutinitas itu seperti, perjalanan dinas yang cukup banyak menelan anggaran,
kegiatan rutin organisasi perangkat daerah, kegiatan lainnya yang tidak berdampak langsung
terhadap masyarakat.

"Rasionalisasi anggaran yang dipagukan untuk SKPD, adalah strategi yang tepat, bukan
hanya karena untuk mengatur agar APBD tahun 2018 cukup, melainkan merasionalisasi
anggaran SKPD yang tidak penting itu mesti harus dilakukan, agar anggaran yang digunakan
benar-benar bermanfaat. Seperti anggaran di Sekretariat DPRD misalnya. Ada ratusan milyar
anggaran yang bisa dipangkas di SKPD tersebut seperti belanja perjalanan dinas, dan lain-
lain. Tahun 2018 terdapat lebih dari Rp190 Miliar di DPRD untuk kegiatan perjalanan Dinas
anggota, kelengkapan, dan staf sekwan," cakapnya lagi.

Lebih lanjut, ia juga menyinggung perihal wacana Pemprov Riau yang akan merumahkan
tenaga honorer di lingkungan tersebut.

"Mengurangi tenaga honorer, yang menjadi pertanyaan adalah, tenaga honorer itu dibutuhkan
apa tidak? Mengapa pada saat defisit anggaran tenaga honorer yang harus dirumahkan?
Pertanyaan itu jawabannya bisa jadi selama ini pemerintah merekrut tenaga honorer karena
untuk menghabiskan anggaran sehingga pemerintah tidak dapat berhemat. Karena, ketika tak
ada anggaran mereka direncanakan diberhentikan," ulas Triomo lagi.

Untuk itu, salah satu solusi menurut Triono adalah apa upaya pemerintah provinsi dalam
meminta yang menjadi hak daerah (tunda bayar) dari hasil Migas dan lain-lain. Begitu juga
sebaliknya, apa alasan pemerintah pusat untuk menunda bayar.

"Pemerintah pusat mestinya harus memikirkan daerah juga dalam distribusi anggaran. jangan
sampai tunda bayar terebut karena dana daerah dipakai untuk kegiatan pemerintah pusat,"
tukasnya.
Penulis : Satria Yonela
Editor : Jef Syahrul
Kategori : Riau, Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai