PERSYARATAN
ADMINISTRASI BELANJA
NON PEGAWAI
5
Menjelaskan Pengujian Belanja Barang
Salah satu jenis belanja yang dapat dibayarkan melalui mekanisme UP adalah Belanja non
Pegawai. Belanja yang dapat dibayarkan dengan mekanisme Uang Persediaan dbatasi
hanya belanja dengan jumlah maksimal Rp. 50.000.000 (lima puluh juta) setiap transaksi
bagi satu rekanan. Pengujian yang dilakukan Bendahara Pengeluaran dilakukan untuk
memastikan belanja atas beban APBN telah sesuai dengan ketentuan baik secara ketentuan
per undang-undangan, ketepatan pihak yang menerima dan ketepatan output. Dalam pasal
24 ayat 4 PMK 190/PMK.05/2012 disebutkan pengujian yang dilakukan Bendahara
Pengeluaran meliputi :
1. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
2. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran ; nilai tagihan yang harus dibayar; jadwal waktu pembayaran; dan menguji
ketersediaan dana yang bersangkutan;
3. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian /kontrak ; dan
4. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran
(akun 6 digit) .
Pengeluaran yang membebani APBN harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen
bukti pengeluaran. Dalam prakteknya ada perbedaan lampiran dokumen yang diperlukan
untuk jenis belanja yang berbeda. Namun secara umum bukti perjanjian harus ada antara
lain adalah :
Yang dimaksud dengan belanja non pegawai adalah belanja-belanja dengan kode akun
diluar akun 51xxxx. Sehingga dengan demikian yang termasuk akun belanja non pegawai
adalah: belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran bunga utang, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.
Dalam pelaksanaan belanja Negara hal mendasar yang harus dipatuhi Bendahara
adalah Bendahara hanya diperkenankan melakukan pembayaran dari uang persediaan atas
akun belanja 52, 53 dan 58 untuk transaksi maksimal Rp. 50 juta per transaksi per rekanan.
Diluar ketentuan tersebut harus ada dispensasi atau aturan tersendiri. Pada umumnya akun
Belanja barang dapat diperuntukkan bagi: Badan hukum/ pihak ketiga atau
Perorangan (Pegawai Negeri Sipil/non PNS). Pengujian yang harus dilakukan Bendahara
terkait dengan belanja barang yang berada dalam kewenangannya dapat diperinci sebagai
berikut:
1) Pembayaran Honor
Untuk pembayaran honor pada prinsipnya pengujian yang harus
dilakukan adalah:
a) Ketersediaan dana dalam DIPA dan rincian dalam POK
b) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat
penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
c) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama
orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima
honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;
Pembayaran honor untuk non PNS ditampung dalam Belanja Jasa Profesi (akun
522115) yaitu Belanja untuk pembayaran jasa atas keahlian yang dimiliki dan
diberikan kepada Pegawai PNS dan non PNS sebagai nara sumber,
pembicara,praktisi, pakar dalam kegiatan di luar Direktorat atau Eselon I pegawai
yang bersangkutan untuk kepentingan dinas.
2) Perjalanan dinas
Perjalanan dinas dapat dibayarkan melalui Uang Persediaan atau dengan LS
(lewat rekening Bendahara). Dalam melaksankan pengujian terkait
perjalanan dinas maka Bendhara Pengeluaran harus memastikan apakah
dokumen-dokumen telah lengkap dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Perjalanan dinas diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
Surat Tugas menjadi dasar Dalam penerbitan SPD bagi PPK untuk
Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; atau Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota lebih dari 8 (delapan) jam. PPK
berwenang untuk menetapkan tingkat biaya Perjalanan Dinas dan alat
transpor yang digunakan untuk melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan
yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan
Perjalanan Dinas tersebut. Surat Perjalanan dinas pada prinsipnya adalah
dokumen bukti pengeluaran belanja Negara sehingga dalam pembuatan tidak
boleh diketik tindih maupun di tip ex.
Tabel 5.3
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota Kurang 8 Jam
Sedangkan khusus untuk perjalanan dinas Luar Negeri berrpedoman pada: PMK
164/PMK.05/2015 tentang Tatacara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri (Untuk
melihat detil aturan disarankan membaca PMK terkait)
3) Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa belum dapat dilakukan secara
langsung, satker/SKS ybs dapat melakukan pembayaran dengan UP.
Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapat
dibayarkan oleh satker/SKS setelah mendapat dispensasi/persetujuan terlebih
dahulu dari Kanwil Ditjen PBN sepanjang dananya tersedia dalam DIPA
berkenaan.
Berdasarkan Bagan Akun Standar belanja modal dapat dikategorikan sebagai berikut:
5321 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
1) Belanja Modal (53) untuk jumlah maksimal 50 juta per transaksi per rekanan;
Belanja lain-lain tidak terdapat pada semua Kementerian/Lembaga. Rincian lebih lanjut
belanja lain-lain dapat diilustrasikan sebagai berikut: Digunakan untuk pengeluaran atau
belanja pemerintah pusat yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja
hibah,belanja sosial dan dana cadangan umum. Belanja untuk Rekonstruksi Aceh, Belanja
Kerjasama Teknis Internasional, Digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga dan tidak
tertampung di dalam pos-pos pengeluaran yang lain dan lain-lain.
Pada prinsipnya pengujian belanja lain-lain dengan metode Uang Persediaan adalah
kelengkapan dokumen bukti pengeluaran sebagaimana pengujian dokumen dalam rangka
pelaksanaan anggaran pada belanja barang/modal dengan mekanisme UP. Yang harus
dijaga adalah uang yang dibelanjakan sesuai dengan UU, Orang/perusahaan yang menerima
pembayaran adalah orang/perusahaan yang berhak dan barang/jasa yang dibayarkan benar-
benar sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. KUITANSI
Berdasarkan Pasal 55 PERPRES 54 tahun 2010 jo PP 70/2012 kuitansi adalah bukti
perjanjian untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan Rp 50.000.000,00
(Lima puluh juta rupiah).
Format penulisan kuitansi diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/
PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara. Dalam prakteknya kuitansi yang dipergunakan sebagai
bukti perjanjian dalam pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ada dua macam yaitu kuitansi UP
(Uang Persediaan) dan Kuitansi LS (Langsung). Karena tugas Bendahara dalam mekanisme
pembayaran pengadaan Barang/Jasa Pemerintah hanya terkait dengan mekanisme Uang
Persediaan maka tatacara pembuatan/pengujian kuitansi UP harus benar-benar dipahami
oleh Bendahara Pengeluaran.
Contoh format dan tatacara penulisan kuitansi dapat dijelaskan sebagai berikut :
(Nama Jelas)
Setuju dibayar tanggal Lunas Dibayar
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembuat Komitmen
T. Tangan dan stempel T. Tangan
(10) (11)
(Nama Jelas) (Nama Jelas)
Barang/ pekerjaan tersebut telah diterima/ diselesaikan dengan lengkap dan baik
Pejabat yang bertanggungjawab
T. Tangan
(12)
(Nama Jelas)
………………………………………………………………
(Nama Jelas)
(10)
Dalam prakteknya hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pembuatan dan
pengujian kwitansi dapat dijelaskan sebagai berikut :
4. Surat Perjanjian
Berdasarkan Perpres 54/2010 jo Perpres 70/2012 Surat Perjanjian adalah tanda
bukti perjanjian yang digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa
Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).