Anda di halaman 1dari 23

PENGUJIAN DOKUMEN

PERSYARATAN
ADMINISTRASI BELANJA
NON PEGAWAI
5
Menjelaskan Pengujian Belanja Barang

Melaksanakan Pengujian Belanja Modal

Melaksanakan Pengujian Belanja Lain-lain

Mengidentifikasi Tanda Bukti Perjanjian (Bukti


Pembelian, Kwitansi, SPK, Kontrak)

Mengidentifikasi Kelengkapan Pengisian SPBy (Surat


Perintah Bayar)
Uraian dan Contoh
Uraian dan Contoh

Salah satu jenis belanja yang dapat dibayarkan melalui mekanisme UP adalah Belanja non
Pegawai. Belanja yang dapat dibayarkan dengan mekanisme Uang Persediaan dbatasi
hanya belanja dengan jumlah maksimal Rp. 50.000.000 (lima puluh juta) setiap transaksi
bagi satu rekanan. Pengujian yang dilakukan Bendahara Pengeluaran dilakukan untuk
memastikan belanja atas beban APBN telah sesuai dengan ketentuan baik secara ketentuan
per undang-undangan, ketepatan pihak yang menerima dan ketepatan output. Dalam pasal
24 ayat 4 PMK 190/PMK.05/2012 disebutkan pengujian yang dilakukan Bendahara
Pengeluaran meliputi :
1. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PPK;
2. pemeriksaan kebenaran atas hak tagih, meliputi: pihak yang ditunjuk untuk menerima
pembayaran ; nilai tagihan yang harus dibayar; jadwal waktu pembayaran; dan menguji
ketersediaan dana yang bersangkutan;
3. pemeriksaan kesesuaian pencapaian keluaran antara spesifikasi teknis yang disebutkan
dalam penerimaan barang/jasa dan spesifikasi teknis yang disebutkan dalam dokumen
perjanjian /kontrak ; dan
4. pemeriksaan dan pengujian ketepatan penggunaan kode mata anggaran pengeluaran
(akun 6 digit) .
Pengeluaran yang membebani APBN harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen
bukti pengeluaran. Dalam prakteknya ada perbedaan lampiran dokumen yang diperlukan
untuk jenis belanja yang berbeda. Namun secara umum bukti perjanjian harus ada antara
lain adalah :

Klasifikasi Belanja Non Pegawai

Yang dimaksud dengan belanja non pegawai adalah belanja-belanja dengan kode akun
diluar akun 51xxxx. Sehingga dengan demikian yang termasuk akun belanja non pegawai
adalah: belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran bunga utang, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja lain-lain.
Dalam pelaksanaan belanja Negara hal mendasar yang harus dipatuhi Bendahara
adalah Bendahara hanya diperkenankan melakukan pembayaran dari uang persediaan atas
akun belanja 52, 53 dan 58 untuk transaksi maksimal Rp. 50 juta per transaksi per rekanan.
Diluar ketentuan tersebut harus ada dispensasi atau aturan tersendiri. Pada umumnya akun

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 2


belanja non pegawai yang terdapat pada satuan kerja hanyalah akun 52 dan 53. Akun selain
52 dan 53 hanya terdapat pada satker tertentu.
Untuk dapat melakukan pengujian terhadap kebenaran belanja yang dibebankan
pada belanja barang, maka penguji tagihan harus mampu mengidentifikasi akun dan
kelompok akun yang termasuk kedalam belanja barang. Berdasarkan Permenkeu No.214
/PMK.05/2013 tentang BAS sebagaimana dirinci lebih lanjut dengan berbagai
Keputusan Dirjen Perbendaharaan tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan
Akun Standar tentang Bagan Akun Standar maka perincian akun belanja barang dapat
dijelaskan sebagai berikut (lihat juga KB terkait Klasifikasi Anggaran.

Pengujian Pembayaran Belanja Barang Dengan


Mekanisme Uang Persediaan (UP)
Tabel 5.1
Kodifikasi Belanja Barang
AKUN JENIS BELANJA
52 Belanja Barang
5211 Belanja Barang Operasional
5212 Belanja Barang Non Operasional
5221 Belanja Jasa
5231 Belanja Pemeliharaan
5241 Belanja Perjalanan Dalam Negeri
5242 Belanja Perjalanan Luar Negeri
5251 Belanja Barang BLU
Sumber: KEP-311/PB/2014
Permasalahan yang sering terjadi terkait pengujian akun belanja barang adalah ketika
suatu jenis belanja yang seharusnya termasuk jenis belanja modal dimasukkan kedalam
akun belanja barang. Misalnya: pembelian laptop, printer, AC dll. Belanja atas barang-barang
tersebut seharusnya termasuk jenis belanja modal namun karena harga barang tersebut
tidak terlalu besar maka sering dalam POK dan DIPA dimasukkan dalam kategori belanja
barang. Apabila terjadi kesalahan dalam penempatan akun dalam POK maka harus
dilakukan revisi terlebih dahulu sebelum dilaksanakan

Belanja barang dapat diperuntukkan bagi: Badan hukum/ pihak ketiga atau
Perorangan (Pegawai Negeri Sipil/non PNS). Pengujian yang harus dilakukan Bendahara
terkait dengan belanja barang yang berada dalam kewenangannya dapat diperinci sebagai
berikut:

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 3


a. Pembayaran Belanja Barang Bagi Badan Hukum/rekanan/Pihak Ketiga
Pengujian yang dilakukan terkait pembayaran belanja barang kepada badan
hukum/rekanan/pihak ketiga pada prinsipnya meliputi:
1) Mekanisme Pembayaran untuk memastikan apakah belanja tersebut dapat
dibayar dengan mekanisme Uang Persediaan;
2) Kebenaran Pembebanan pada akun yang tepat;
3) Kelengkapan dokumen-dokumen atau bukti perikatan/bukti pembelian. dengan
dokumen yaitu:
a) Surat Perintah Bayar (SPBy);
b) Kuitansi/tanda bukti pembelian;
c) Pajak yang telah dibayarkan dibuktikan dengan SSP yang telah dilegalisir
KPA/Pejabat yg ditunjuk

b. Pembayaran Belanja Barang Kepada PNS

1) Pembayaran Honor
Untuk pembayaran honor pada prinsipnya pengujian yang harus
dilakukan adalah:
a) Ketersediaan dana dalam DIPA dan rincian dalam POK
b) Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul akibat
penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
c) Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit nama
orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-masing penerima
honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran;

d) SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran.

Pembayaran honor untuk non PNS ditampung dalam Belanja Jasa Profesi (akun
522115) yaitu Belanja untuk pembayaran jasa atas keahlian yang dimiliki dan
diberikan kepada Pegawai PNS dan non PNS sebagai nara sumber,
pembicara,praktisi, pakar dalam kegiatan di luar Direktorat atau Eselon I pegawai
yang bersangkutan untuk kepentingan dinas.

2) Perjalanan dinas
Perjalanan dinas dapat dibayarkan melalui Uang Persediaan atau dengan LS
(lewat rekening Bendahara). Dalam melaksankan pengujian terkait
perjalanan dinas maka Bendhara Pengeluaran harus memastikan apakah
dokumen-dokumen telah lengkap dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Perjalanan dinas diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 4


113/PMK.05/2012 (untuk melihat detil aturan disarankan membaca PMK
tersebut.

a) Beberapa ketentuan terkait perjalanan adalah sebagai berikut:


i. Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang selanjutnya disebut Perjalanan
Dinas adalah perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan
dalam wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.
ii. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas
Kota dan/atau dalam Kota dari tempat kedudukan ke tempat yang
dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula
di dalam negeri.
iii. Perjalanan Dinas Pindah adalah Perjalanan Dinas dari tempat
kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru berdasarkan
surat keputusan pindah.
iv. Surat Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPD adalah
dokumen yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dalam
rangka pelaksanaan Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai
Negeri, Pegawai Tidak Tetap, dan Pihak Lain.
v. Pelaksana SPD adalah Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai
Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas.

b) Prinsip Perjalanan Dinas


i. selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;
ii. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja
Kementerian Negara/Lembaga;
iii. efisiensi penggunaan belanja negara;
iv. akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan Dinas dan
pembebanan biaya Perjalanan Dinas.

Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi dua yaitu Perjalanan Dinas


Jabatan yang melewati batas Kota dan Perjalanan Dinas Jabatan yang
dilaksanakan di dalam Kota. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di
dalam Kota terdiri atas:
i. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan)
jam; dan
ii. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan sampai dengan 8
(delapan) jam.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 5


c) Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan dalam rangka:
i. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
ii. mengikuti rapat, seminar, dan sejenisnya;
iii. Pengumandahan (Detasering);
iv. menempuh ujian dinas/ujian jabatan;
v. menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau
menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk, untuk
mendapatkan surat keterangan dokter tentang kesehatannya guna
kepentingan jabatan;
vi. memperoleh pengobatan berdasarkan surat keterangan dokter karena
mendapat cedera pada waktu/karena melakukan tugas;
vii. mendapatkan pengobatan berdasarkan keputusan Majelis Penguji
Kesehatan Pegawai Negeri;
viii. mengikuti pendidikan setara Diploma/S1/S2/S3;
ix. mengikuti pendidikan dan pelatihan;
x. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat
Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dalam melakukan
Perjalanan Dinas; atau
xi. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah Pejabat
Negara/Pegawai Negeri yang meninggal dunia dari Tempat
Kedudukan yang terakhir ke Kota tempat pemakaman.

d) Dasar Pelaksanaan Perjalanan Dinas


Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan sesuai perintah
atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat Tugas. Surat Tugas
diterbitkan oleh:
i. kepala satuan kerja untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan
oleh Pelaksana SPD pada satuan kerja berkenaan;
ii. atasan langsung kepala satuan kerja untuk Perjalanan Dinas Jabatan
yang dilakukan oleh kepala satuan kerja;
iii. Pejabat Eselon II untuk Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan oleh
Pelaksana SPD dalam lingkup unit eselon II/setingkat unit eselon II
berkenaan; atau
iv. Menteri/Pimpinan Lembaga/Pejabat Eselon I untuk Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilakukan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Pejabat
Eselon I/ Pejabat Eselon II.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 6


Kewenangan penerbitan Surat Tugas dapat didelegasikan kepada
pejabat yang ditunjuk. Surat Tugas sebagaimana paling sedikit
mencantumkan:
i. Pemberi tugas;
ii. Pelaksana tugas;
iii. Waktu pelaksanaan tugas; dan
iv. Tempat pelaksanaan tugas.

Surat Tugas menjadi dasar Dalam penerbitan SPD bagi PPK untuk
Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; atau Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota lebih dari 8 (delapan) jam. PPK
berwenang untuk menetapkan tingkat biaya Perjalanan Dinas dan alat
transpor yang digunakan untuk melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan
yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan
Perjalanan Dinas tersebut. Surat Perjalanan dinas pada prinsipnya adalah
dokumen bukti pengeluaran belanja Negara sehingga dalam pembuatan tidak
boleh diketik tindih maupun di tip ex.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 7


Berikut contoh Surat Perjalanan Dinas.
Terkait dengan penggunaan akun untuk perjalanan dinas dapat dilihat dalam
Kegiatan Belajar III terkait Bagan Akun Standar.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 8


Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 9
Gambar 5.1 Contoh SPD

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 10


e) Biaya Perjalanan Dinas Jabatan
Biaya perjalanan dinas jabatan merupakan biaya perjalanan dinas dari tempat
kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula,
terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
i. uang harian;
ii. biaya transpor;
iii. biaya penginapan;
iv. uang representasi;
v. sewa kendaraan dalam Kota; dan/atau
vi. biaya menjemput/mengantar jenazah.

Uang harian Uang harian besarnya ditetapkan dengan tariff tertentu


(ditetapkan secara lumpsum) dan meliputi uang makan, uang saku dan
transport local;
Biaya transport pegawai adalah biaya perjalanan dinas dari Tempat
Kedudukan sampai Tempat Tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk
biaya ke terminal bus/ stasiun/ bandara/ pelabuhan keberangkatan serta
retribusi yang dipungut di terminal bus/stasiun/ bandara/pelabuhan
keberangkatan dan kepulangan.
Biaya penginapan adalah biaya yang diperlukan untuk menginap di Hotel atau
Tempat menginap lainnya, dalam hal tidak terdapat hotel . Dalam hal
pelaksanaan Surat Perjalanan Dinas tidak menggunakan biaya penginapan
berlaku ketentuan:
i. Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya;
ii. Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan
secara lumpsum

Uang representasi dapat diberikan kepada Pejabat Negara, Pejabat Eselon I,


dan Pejabat Eselon II selama melakukan Perjalanan Dinas.
Sewa kendaraan dalam Kota dapat diberikan kepada Pejabat Negara untuk
keperluan pelaksanaan tugas di Tempat Tujuan. Sewa kendaraan sudah
termasuk biaya untuk pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak.
Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya bagi
penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah.

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 11


Tabel 5.2
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Melewati Batas Kota
(Dalam Kota Lebih 8 Jam)

Jenis Perjalanan Dinas Uang Penginapan Transport Jumlah Hari


harian

Dlm rangka Tusi V V V SESUAI ST

Rapat, Seminar dan sejenis V 1) V 1) V 1)


Detasering V V V Max 30 hari

Ujian Dinas/ujian jabatan V V V 2 hari


Uji Kesehatan V V V Sesuai ST

Pengobatan karena cedera dlm V V V Sesuai ST


tugas
Mengikuti Diklat V 1) V 1) V 1) Sesuai ST
Pendidikan S1,S2, S3 V V V Max 2 hari
1)
Harus memperhatikan apakah pembiayaan (makan, penginapan, transpor) ditanggung
penyelenggaran. Klu ditanggung penyelenggara hanya diberikan komponen uang harian
untuk uang saku

Tabel 5.3
Komponen Biaya Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota Kurang 8 Jam

Jenis Perjalanan Dinas Biaya Jumlah Hari


Transport
Dlm rangka Tusi V Sesuai ST

Rapat, Seminar dan sejenis V Sesuai ST

Ujian Dinas/ujian jabatan V Keberangkatan


kepulangan
Uji Kesehatan V Sesuai ST

Pengobatan karena cedera dlm tugas V Sesuai ST

Mengikuti Diklat V Sesuai ST

Pendidikan S1,S2, S3 V Sesuai ST

Sedangkan khusus untuk perjalanan dinas Luar Negeri berrpedoman pada: PMK
164/PMK.05/2015 tentang Tatacara Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri (Untuk
melihat detil aturan disarankan membaca PMK terkait)

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 12


c. Pembayaran Biaya Langganan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan Air)

Pengujian yang dilakukan terhadap pembayaran terutama terkait kelengkapan dokumen


yaitu:

1) Bukti tagihan daya dan jasa;

2) No. rekening pihak ketiga (PLN, Telkom, PDAM,dll).

3) Dalam hal pembayaran langganan daya dan jasa belum dapat dilakukan secara
langsung, satker/SKS ybs dapat melakukan pembayaran dengan UP.
Tunggakan langganan daya dan jasa tahun anggaran sebelumnya dapat
dibayarkan oleh satker/SKS setelah mendapat dispensasi/persetujuan terlebih
dahulu dari Kanwil Ditjen PBN sepanjang dananya tersedia dalam DIPA
berkenaan.

Pengujian Belanja Modal Dengan Mekanisme Uang


Persediaan

Berdasarkan Bagan Akun Standar belanja modal dapat dikategorikan sebagai berikut:
5321 Belanja Modal Peralatan dan Mesin

5331 Belanja Modal Gedung dan Bangunan


5341 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
5361 Belanja Penambahan Nilai Fisik Lainnya

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang


Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Negara, belanja modal yang dapat dibayarkan dengan mekanisme UP
adalah:

1) Belanja Modal (53) untuk jumlah maksimal 50 juta per transaksi per rekanan;

2) Pembayaran Tanah: Pembayaran tanah melalui UP/TUP harus terlebih dahulu


mendapat ijin dispensasi dari kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan/ Kanwil Ditjen
Perbendaharaan sedangkan besaran uangnya harus mendapat dispensasi UP/TUP.

Terkait pembayaran belanja modal dengan mekanisme Uang Persediaan, beberpa


kementerian mengatur lebih lanjut untuk dokumen yang harus disertakan tidak sama persis
dengan belanja barang dengan mekanisme UP (tidak cukup hanya kwitansi, SPBy dan bukti
setor pajak). Pada prinsipnya penambahan dokumen tersebut adalah untuk memastikan
bahwa: terdapat anggaran untuk pembelian belanja modal tersebut, orang yang menerima
pembayaran adalah orang yang berhak dan kepastian terkait barang yang dibeli. Tambahan

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 13


dokumen diinta tersebut antara lain adalah: SPK, Beritas Acara Pembayaran dan Berita Acara
Serah Terima Barang.

Pengujian Belanja Lain-Lain

Belanja lain-lain tidak terdapat pada semua Kementerian/Lembaga. Rincian lebih lanjut
belanja lain-lain dapat diilustrasikan sebagai berikut: Digunakan untuk pengeluaran atau
belanja pemerintah pusat yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja
hibah,belanja sosial dan dana cadangan umum. Belanja untuk Rekonstruksi Aceh, Belanja
Kerjasama Teknis Internasional, Digunakan untuk pengeluaran yang tidak terduga dan tidak
tertampung di dalam pos-pos pengeluaran yang lain dan lain-lain.

Pada prinsipnya pengujian belanja lain-lain dengan metode Uang Persediaan adalah
kelengkapan dokumen bukti pengeluaran sebagaimana pengujian dokumen dalam rangka
pelaksanaan anggaran pada belanja barang/modal dengan mekanisme UP. Yang harus
dijaga adalah uang yang dibelanjakan sesuai dengan UU, Orang/perusahaan yang menerima
pembayaran adalah orang/perusahaan yang berhak dan barang/jasa yang dibayarkan benar-
benar sesuai dengan yang diperjanjikan.

Tanda Bukti Perjanjian

Pengeluaran yang membebani APBN harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen


bukti pengeluaran. Dalam prakteknya ada perbedaan lampiran dokumen yang diperlukan
untuk jenis belanja yang berbeda.
Sebelum Bendahara Pengeluaran melakukan pembayaran terhadap tagihan yang
diterimanya, Bendahara harus melakukan pengujian terhadap keabsahan tanda bukti
perjanjian. Peraturan terkait dengan tanda bukti perjanjian tersebut dimuat dalam pasal 55
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan perubahan. Berdasarkan Pasal 55 tersebut Tanda bukti
perjanjian terdiri atas:
a. Bukti pembelian;
b. Kuitansi;
c. Surat Perintah Kerja (SPK); dan
d. Surat perjanjian

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 14


1. BUKTI PEMBELIAN
Dokumen terkait tanda bukti perjanjian berupa bukti pembelian baru diperkenalkan
dalam PERPRES 54 tahun 2010. Sebelum PP ini berlaku dokumen bukti pembelian tidak
dianggap sebagai bukti pengeluaran yang sah. Berdasarkan Pasal 55 PERPRES 54 tahun
2010 jo PP 70/2012 Bukti pembelian digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya
sampai dengan Rp 10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah).

2. KUITANSI
Berdasarkan Pasal 55 PERPRES 54 tahun 2010 jo PP 70/2012 kuitansi adalah bukti
perjanjian untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan Rp 50.000.000,00
(Lima puluh juta rupiah).
Format penulisan kuitansi diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/
PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Negara. Dalam prakteknya kuitansi yang dipergunakan sebagai
bukti perjanjian dalam pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ada dua macam yaitu kuitansi UP
(Uang Persediaan) dan Kuitansi LS (Langsung). Karena tugas Bendahara dalam mekanisme
pembayaran pengadaan Barang/Jasa Pemerintah hanya terkait dengan mekanisme Uang
Persediaan maka tatacara pembuatan/pengujian kuitansi UP harus benar-benar dipahami
oleh Bendahara Pengeluaran.

Contoh format dan tatacara penulisan kuitansi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 15


TA: (1)
Nomor Bukti: (2)
MAK: (3)
KUITANSI/ BUKTI PEMBAYARAN

Sudah terima dari: Kuasa Pengguna Anggaran


satker/ satker sementara ……(4)………………..
Jumlah uang: Rp. …(5)…………..
Terbilang: ………………(6).…………………………………………..
Untuk pembayaran:
Tempat/ Tgl. (8)
…(7)……………….
Jabatan Penerima Uang
T. Tangan dan stempel (9)

(Nama Jelas)
Setuju dibayar tanggal Lunas Dibayar
a.n. Kuasa Pengguna Anggaran Bendahara Pengeluaran
Pembuat Komitmen
T. Tangan dan stempel T. Tangan
(10) (11)
(Nama Jelas) (Nama Jelas)
Barang/ pekerjaan tersebut telah diterima/ diselesaikan dengan lengkap dan baik
Pejabat yang bertanggungjawab
T. Tangan
(12)
(Nama Jelas)

Gambar 5.2 Kuitansi UP


PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI UANG PERSEDIAAN (UP)
NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkenaan
(2) Diisi nomor urut kuitansi/ bukti pembukuan
(3) Diisi MAK yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama satker/ SKS yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Diisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi jumlah barang/ jasa dan spesifikasi teknisnya
(8) Diisi tempat tanggal penerima uang
(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai sesuai
ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP KPA/ pembuat komitmen serta stempel dinas
(11) Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP bendahara pengeluaran dan tanggal lunas dibayar
Diisi tanda tangan, nama jelas, NIP pejabat yang ditunjuk dan bertanggungjawab dalam
(12)
penerimaan barang/ jasa

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 16


TA:(1)
Nomor Bukti: (2)
MAK:(3)
KUITANSI/ BUKTI PEMBAYARAN
Sudah terima dari: Kuasa Pengguna Anggaran/ Pembuat Komitmen
Satker/ satker sementara ……(4)……………….

………………………………………………………………

Tempat/ Tgl. (8)


Jabatan Penerima Uang
T. Tangan

(Nama Jelas)

(10)

Gambar 5.2 Kuitansi LS

PETUNJUK PENGISIAN KUITANSI LANGSUNG (LS)


NOMOR URAIAN ISIAN
(1) Diisi tahun anggaran berkenaan
(2) Diisi nomor urut kuitansi/ bukti pembukuan
(3) Diisi MAK yang dibebani transaksi pembayaran
(4) Diisi nama satker/ SKS yang bersangkutan
(5) Diisi jumlah uang dengan angka
(6) Diisi jumlah uang dengan huruf
(7) Diisi uraian pembayaran yang meliputi lingkup pekerjaan yang diperjanjikan,
tanggal, nomor kontrak/ SPK, berita acara yang diperlukan/ dipersyaratkan
(8) Diisi tempat tanggal penerima uang
(9) Diisi tanda tangan, nama jelas, stempel perusahaan (apabila ada) dan materai
sesuai ketentuan
(10) Diisi tanda tangan, nama jelas dan NIP KPA/ pembuat komitmen serta
stempel dinas

Dalam prakteknya hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pembuatan dan
pengujian kwitansi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 17


1) Nama wajib bayar yang tertulis dalam kuitansi harus atas nama jabatan.
Contoh : Sudah terima dari Pejabat Pembuat Komitmen…………
2) Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama dan
jabatan orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang
bersangkutan. Untuk Badan Hukum (perusahaan) diberikan pula stempel
perusahaan. Apabila yang menerima adalah kuasa penerima, maka harus
didukung dengan Surat Kuasa dari orang yang berhak kepada yang
dikuasakan di atas kertas bermaterai Rp.6.000,-
3) Tanda tangan lunas oleh Bendahara Pengeluaran dan tanda tangan setuju
dibayar oleh KPA/PPK.
4) Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek kegiatan/ pekerjaan
yang dilaksanakan.
5) Faktur barang (bila barang yang dibeli beragam dan dalam jumlah yang
banyak);
6) Jumlah yang dibayarkan harus sama antara yang tertulis dengan angka dan
huruf.
7) Tahun anggaran dan mata anggaran atau Akun keluaran yang tertulis dalam
kuitansi adalah tahun anggaran berjalan dan mata anggaran/akun sesuai
dengan pembebanan anggaran.
8) Bea materai tempel Rp.6.000,00. Untuk kuitansi diatas Rp. 1.000.000,00
9) NPWP pihak rekanan harus dicantumkan dalam kuitansi pembayaran
10) Dalam redaksi penulisan pada kuitansi tidak dibenarkan adanya coretan/
hapusan/tindisan khususnya penulisan jumlah uang dengan angka dan
jumlah uang dengan huruf.
11) Tanggal Kwitansi;
12) Pembebanan Akun;
13) Persetujuan dari PPK atas nama KPA;
14) Kepastian Barang Telah Diterima;
15) Tanda tangan pejabat yang berwenang;

3. Surat Perintah Kerja (SPK)


Berdasarkan Perpres 54/2010 Jo Perpres 70/2012 SPK adalah tanda bukti
perjanjian yang digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
dengan nilai sampai dengan Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa
Konsultansi dengan nilai sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 18


Dengan berlakunya PERPRES 70 Tahun 2012 maka Bendahara Pengeluaran pada
umumnya tidak lagi melakukan pengujian terhadap Surat Perintah Kerja. Hal tersebut
dikarenakan Bendahara Pengeluaran hanya melakukan pembayaran dengan mekanisme
Uang Persediaan (UP). Mekanisme pembayaran dengan UP hanya memungkinkan
dilakukan untuk pembayaran maksimal sebesar Rp. 50.000.000,00 per transaksi per
rekanan.
Namun juga harus diingat aturan pada Perpres tersebut menyebutkan SPK Surat
perintah kerja (SPK) adalah tanda bukti perjanjian yang digunakan untuk Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai sampai dengan
Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai sampai
dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Dalam pengujian Surat Perintah Kerja sekurang-kurangnya harus memperhatikan:
a. Pejabat yang memerintahkan mempunyai kewenangan.
b. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang menerima
perintah.
c. Pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang disepakati
oleh kedua belah pihak.
d. Harga yang pasti serta syarat pembayaran.
e. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan
f. Sanksi dalam hal yang menerima perintah tidak memenuhi kewajibannya
g. Diberi materai tempel Rp.6.000.-
Hal utama yang membedakan Surat Perintah Kerja dengan Surat perjanjian/Kontrak
adalah SPK umumnya untuk pekerjaan yang sederhana sedangkan kontrak untuk
pekerjaan yang lebih kompleks. Dalam Surat Perjanjian Kontrak sekurang-kurangnya
memuat ketentuan seperti pada SPK ditambah dengan:
a. Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan
b. Penyelesaian perselisihan
c. Hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian yang bersangkutan
d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan terinci
e. Rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak (price adjustment) ;
f. Ketentuan mengenai pemberian uang muka

4. Surat Perjanjian
Berdasarkan Perpres 54/2010 jo Perpres 70/2012 Surat Perjanjian adalah tanda
bukti perjanjian yang digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Lainnya dengan nilai diatas Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa
Konsultansi dengan nilai diatas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 19


Karena Surat Perjanjian atau umumnya disebut juga kontrak digunakan untuk
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp200.000.000,00 (Dua ratus juta rupiah) dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai diatas
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) maka seharusnya Bendahara Pengeluaran
tidak melakukan pengujian terhadap Surat Perjanjian/Kontrak karena berbeda dengan
SPK, Surat Perjanjian digunakan untuk (nilai diatas…..). Sedangkan tugas Bendahara
Pengeluaran melakukan pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan (UP) yang
dibatasi maksimal sebesar Rp. 50.000.000,00 per transaksi dan per rekanan.

5. Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan


Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan adalah merupakan dokumen pelengkap
atas pengadaan Barang/Jasa yang menggunakan bukti perjanjian dengan dokumen SPK
atau Surat Perjanjian. Berita acara penyerahan barang sering pula disebut Beriata Acara
Serah Terima (BAST) barang. Atas pekerjaan yang termuat dalam SPK dan Kontrak
secara formal dalam pelaksanaan Penyerahan hasil pekerjaan (Penyelesaian pekerjaan)
harus dilampirkan Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan sekurang-kurangnya
memuat hal-hal
a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak.
b. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan.
c. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
d. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan.
e. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan.
f. Nama dan tanda tangan kedua belah pihak.

6. Berita Acara Pembayaran


Dokumen Berita Acara Pembayaran pada umumnya juga digunakan sebagai
pelengkap bukti perjanjian dengan dokumen Surat Perintah Kerja dan Surat Perjanjian.
untuk pelaksaaan pembayaran terhadap pekerjaan yang telah diselesaikan dan
diserahkan harus dibuatkan Berita Acara Pembayaran yang sekurang-kurangnya memuat
:
a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak.
b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
c. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan.
d. Harga kontrak.
e. Perhitungan pembayaran meliputi:
1) Jumlah yang telah dibayarkan sampai dengan angsuran yang lalu
2) Jumlah angsuran dalam berita acara

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 20


3) Perhitungan Uang muka dan potongan lainnya
4) Jumlah yang berhak diterima dengan berita acara pembayaran ini.

SURAT PERINTAH BAYAR

Dalam PMK 190/PMK.05/2012 dikenalkan dokumen yang perlu dilampirkan dalam


pelaksanaan anggaran yang disebut dengan Surat Perintah Bayar (SPBy). SPBy sebagai
bukti otorisasi PPK atas belanja adalah dokumen yang menjadi dasar bagi Bendahara
Pengeluaran untuk melakukan pembayaran dari Uang Persediaan. SPBy disetujui dan
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA.
SPBy sebagaimana dimaksud dilampiri dengan bukti pengeluaran :
a. kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP; dan
b. nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
yang telah disahkan PPK.
c. Dalam hal penyedia barang/jasa tidak mempunyai kuitansi/bukti pembelian Bendahara
Pengeluaran/BPP membuat kuitansi.

Berdasarkan SPBy Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan:


a. pengujian atas SPBy yang meliputi pengujian sebagaimana kewenangan Bendahara;
b. pemungutan/pemotongan pajak/bukan pajak atas tagihan dalam SPBy yang diajukan
dan menyetorkan ke kas negara .
Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran merupakan uang
muka kerja, SPBy dilampiri:
a. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
b. rincian kebutuhan dana; dan
c. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan uang muka kerja, dari penerima uang
muka kerja.
Bendahara Pengeluaran/BPP melakukan pengujian. Dalam hal pengujian perintah
bayar tidak memenuhi persyaratan untuk dibayarkan, Bendahara Pengeluaran/BPP harus
menolak SPBy yang diajukan. Terkait uang muka penerima uang muka kerja harus
mempertanggungjawabkan uang muka kerja sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud
pada berupa bukti pengeluaran sebagaimana. Atas dasar pertanggungjawaban Bendahara
Pengeluaran/BPP melakukan pengujian bukti pengeluaran.
Penguian yang dilakukan oleh Bendahara terkait SPBy antara lain adalah:

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 21


1. Tanggal dan nomor SPBy;
2. Jumlah uang yang diminta;
3. Kwitansi bila barang telah dibeli;
4. Penerima uang adalah orang yang berhak;
5. Tanda tangan persetujuan dari PPK;
Adapun contoh format Surat Perintah Bayar dapat disampaikan sebagai berikut:

Gambar 5.4 SPBy

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 22


Pajak Yang Dipungut Bendahara

Dalam pelaksanaan pembayaran yang dananya bersumber dari APBN Bendahara


senantiasa harus memperhatikan ketentuan mengenai perpajakan. Bendahara
pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi atau
lembaga pemerintah, lembaga-lembaga Negara lainnya dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan wajib melakukan
pemungutan pajak penghasilan dan PPN. (Pembahasan dan perhitungan pajak secara
detail dimuat dalam modul Perpajakan Bendahara Pengeluaran)

Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan 23

Anda mungkin juga menyukai