Disusun :
Veby Andriani, S.KM 101714453005
Yunita Selly Santoso, S.Kep., Ns 101714453028
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini Alhamdulillahhirobil’alamin, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT.
Atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk memenuhi tugas dengan tema Rekrutmen, Seleksi,
Placement, dan Orientasi. Kami mengakui bahwa sebagai manusia biasa memiliki banyak
keterbatasan dalam segala hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat baik dan sempurna.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan tentang Rekrutmen, Seleksi, Placement, dan Orientasi yang
mencerminkan karakteristik dari suatu organisasi atau kantor tempat bekerja.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga Allah SWT selalu menuntun kita menuju jalan
yang benar.
Wasalammualaikum Wr. Wb
Penyusun
BAB I. TINJAUAN TEORI
1.1 Rekrutmen
1.1.1 Definisi Rekrutmen
Menurut Faustino Cardoso Gomes (1995:105) rekrutmen (Recruitment)
merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk
dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Rekrutmen merupakan proses
komunikasi dua arah. Pelamar-pelamar menghendaki informasi yang akurat mengenai
seperti apakah rasanya bekerja di dalam organisasi bersangkutan. Organisasi-
organisasi sangat menginginkan informasi yang akurat tentang seperti apakah
pelamar-pelamar tersebut jika kelak mereka diangkat sebagai pegawai.
Kemudian Schermerhorn (1997) mendefinisikan bahwa rekrutmen adalah
proses penarikan sekelompok kandidat untuk mengisi posisi yang lowong. Perekrutan
yang efektif akan membawa peluang pekerjaan kepada perhatian dari orang-orang
yang berkemampuan dan keterampilannya memenuhi spesifikasi pekerjaan. Dari
beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas, bisa kita lihat bentuk sederhananya
pada definisi rekrutmen berikut ini.
Menurut Noe at.all (2000) rekrutmen didefinisikan sebagai pelaksanaan atau
aktifitas organisasi awal dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mencari tenaga
kerja yang potensial. Kemudian Noe et.al (2008) mengemukakan bahwa perusahaan
harus membuat keputusan pada 3 aspek berikut saat melakukan rekrutmen, antara
lain:
Tujuan utama dari proses rekrutmen dan seleksi adalah untuk mendapatkan
orang yang tepat bagi suatu jabatan tertentu, sehingga orang tersebut mampu bekerja
secara optimal dan dapat bertahan di perusahaan untuk waktu yang lama. Meskipun
tujuannya terdengar sangat sederhana, proses tersebut ternyata sangat kompleks,
memakan waktu cukup lama dan biaya yang tidak sedikit dan sangat terbuka peluang
untuk melakukan kesalahan dalam menentukan orang yang tepat. Kesalahan dalam
memilih orang yang tepat sangat besar dampaknya bagi perusahaan atau organisasi.
Hal tersebut bukan saja karena proses rekrutmen & seleksi itu sendiri telah menyita
waktu, biaya dan tenaga, tetapi juga karena menerima orang yang salah untuk suatu
jabatan akan berdampak pada efisiensi, produktivitas, dan dapat merusak moral kerja
pegawai yang bersangkutan dan orang-orang di sekitamya.
1. Kondisi ekonomi negara secara umum yang relative sulit, maka biasanya akan
terjadi oversupply atau calon pekerja jauh lebih besar dibanding jumlah
permintaan. Jika hal ini terjadi, maka perusahaan relatif lebih mudah untuk mencari
karyawan baru, sebab para pelamar kerja melimpah.
2. Ketersediaan tenaga kerja pada bidang yang dicari. Jika bidang yang dicari
merupakan bidang yang tergolong langka, maka perusahaan akan lebih sulit dalam
memenuhi kebutuhan karyawannya. Misal, bidang teknologi komputer, atau bidang
cellular engineering.
3. Reputasi perusahaan; Suatu perusahaan cenderung akan lebih mudah mencari dan
merekrut the best people, jika perusahaan itu memiliki reputasi bagus, sehingga the
best graduates akan berlomba-lomba bekerja diperusahaan tersebut. Contoh: Astra
atau Microsoft.
Jika akan dilakukan perekrutan dari luar, biasanya digunakan kurve rekrutmen,
atau berapa jumlah orang yang harus melamar untuk bisa mengisi sejumlah posisi
tertentu. Contoh Kurva Rekrutmen:
1600 - calon pelamar yang mengirim surat lamaran
200 - kandidat dipanggil untuk seleksi
100 - kandidat dipanggil untuk seleksi tahap 2
20 - pelamar yang diterima kerja
Proses perekrutan tidak terjadi di ruang hampa. Faktor di luar organisasi bisa
secara signifikan mempengaruhi upaya perekrutan perusahaan. Faktor yang
mempengaruhi rekrutmen adalah sebagai berikut:
a. Kondisi Pasar Tenaga Kerja
Sangat penting untuk diperhatikan adalah penawaran dan permintaan
keterampilan khusus dalam pasar tenaga kerja. Proses perekrutan perusahaan
bisa menjadi sederhana ketika tingkat pengangguran pada pasar tenaga kerja
organisasi mencapai angka yang tinggi. Jumlah pelamar yang tidak diterima
biasanya lebih besar, dan meningkatnya ukuran kelompok tenaga kerja
menyediakan peluang yang lebih baik untuk menarik para pelamar yang
memenuhi syarat.
a. Pertimbangan Hukum
Masalah hukum juga memainkan peran signifikan dalam praktik
perekrutan. Hal ini tidaklah mengejutkan karena calon karyawan dan pemberi
kerja melakukan pertemuan untuk pertama kalinya dalam proses perekrutan.
Proses perekrutan yang tidak dirumuskan dengan baik bisa menciptakan
masalah dalam proses seleksi. Dengan demikian, penting bagi organisasi untuk
menekankan praktik nondiskriminatif pada tahap ini.
b. Kebijakan Promosi
Perusahaan bisa menekankan kebijakan promosi dari dalam strukturnya
sendiri atau kebijakan di mana posisi secara umum dari luar perusahaan.
Bergantung pada kondisi tertentu, kedua pendekatan tersebut memiliki
kelebihannya masing-masing.
Metode yang sering digunakan dalam sumber perekrutan eksternal adalah sebagai
berikut:
1. Kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi
Kebijaksanaan organisasi yang mempengaruhi perekrutan itu adalah:
a. Kebijaksanaan Kompensasi dan Kesejahteraan.
Jika perusahaan dapat memberikan kompensasi dan kesejahteraan yang cukup
besar serta adil maka pelamar yang serius akan semakin banyak, tetapi
sebaliknya jika gaji dan kesejahteraan rendah maka pelamar menjadi sedikit.
b. Kebijaksanaan Promosi
Apabila kesempatan untuk promosi diberikan cukup luas maka pelamar yang
serius semakin banyak, sebaliknya jika kesempatan untuk promosi sangat
terbatas maka pelamar akan menjadi sedikit. Promosi merupakan idaman setiap
karyawan, karena dengan promosi berarti status dan pendapatan akan
bertambah besar.
c. Kebijaksanaan Status Karyawan
Jika status karyawan menjadi karyawan tetap/full-time maka pelamar semakin
banyak, tetapi jika status karyawannya honorer/harian/part-time maka pelamar
akan semakin sedikit.
d. Kebijaksanaan Sumber Tenaga Kerja
Jika tenaga kerja yang akan diterima hanya bersumber dari tenaga kerja local
maka pelamar yang serius akan sedikit, tetapi sebaliknya bila tenaga kerja yang
akan diterima bersumber dari seluruh Nusantara, maka pelamar akan semakin
banyak.
2. Persyaratan-persyaratan jabatan
Semakin banyak persyaratan yang harus dimiliki pelamar maka pelamar akan
menjadi sedikit, sebaliknya jika jumlah persyaratannya sedikit maka pelamarnya
akan semakin banyak.
3. Metode pelaksanaan perekrutan
Semakin terbuka perekrutan maka pelamarnya akan semakin banyak, sebaliknya
apabila perekrutannya semakin tertutup maka pelamarnya semakin sedikit.
4. Kondisi pasar tenaga kerja
Semakin besar penawaran tenaga kerja maka akan semakin banyak pula pelamar
yang serius. Tetapi sebaliknya jika penawaran tenaga kerja sedikit maka
pelamarnya juga menjadi sedikit.
5. Soliditas perusahaan
Soliditas perusahaan dapat diartikan sebagai besarnya kepercayaan masyarakat
terhadap perusahaan, misal; besarnya perusahaan tersebut. Jika soliditas
perusahaan besar maka pelamar akan semakin banyak. Sebaliknya jika soliditas
perusahaan rendah maka pelamarnya akan semakin sedikit.
6. Kondisi-kondisi lingkungan eksternal
Jika kondisi perekonomian tumbuh dengan cepat dan saingannya juga banyak
maka pelamar akan sedikit, tetapi jika tingkat pertumbuhan perekonomian
kecil/depresi, maka pelamarnya akan semakin banyak.
Perlu ditekankan terlebih dahulu bahwa dalam menjalankan tugasnya mencari
calon pegawai, para pencari tenaga kerja suatu organisasi harus menyadari bahwa
menghadapi berbagai kendala. Kendala ini muncul dari organisasi yang bersangkutan
sendiri, kebiasaan mencari tenaga kerja sendiri, dan faktor-faktor eksternal yang
bersumber dari lingkungan dimana organisasi bergerak (Siagian, 2006).
a. Faktor Organisasional
Beberapa kebijaksanaan yang mungkin menjadi kendala dalam proses
rekrutmen antara lain:
1) Kebijaksanaan promosi dari dalam
2) Kebijaksanaan tentang imbalan
3) Kebijaksanaan tentang status kepegawaian
4) Rencana sumber daya manusia
b. Kebiasaan pencari tenaga kerja
Para pencari tenaga kerja mungkin saja sudah mempunyai kebiasaan
tertentu. Segi negatif dari kebiasaan, yang merupakan kendala dalam proses
rekrutmen ialah kecenderungan berbuat kesalahan yang sama terutama apabila
kesalahan yang pernah dibuat tidak mempunyai dampak negatif kuat bagi
organisasi.
c. Kondisi eksternal
1) Tingkat pengangguran
Ketika tingkat pengangguran tinggi, para pencari tenaga kerja dapat
bertindak lebih selektif karena banyaknya pelamar. Sebaiknya, ketika
tingkat pengangguran rendah, pencari tenaga kerja tidak tepat kalau ”jual
mahal” karena pencari pekerja tidak terlalu sulit untuk memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan, pelatihan dan pengalamannya.
2) Kedudukan organisasi pencari tenaga kerja baru dengan organisasi lain
yang bergerak di bidang kegiatan yang sama atau menghasilkan barang dan
jasa sejenis
Analisis tentang kedudukan relatif suatu organisasi turut menetukan
sikap para pencari tenaga kerja dalam menyelenggarakan rekrutmen.
3) Langka tindaknya keahlian atau keterampilan tertentu
Di pasaran kerja, tersedia atau tidaknya orang memilih pengetahuan
dan keterampilan tertentu itu tidaklah konstan, bisa saja suatu ketika terjadi
kelangkaan orang yang memeilki keahlian tertentu. Dengan demikian sikap
dan tindakan para pencari tenaga kerja baru berbeda dibandingkan jika
tidak menghadapi suasana kelangkaan.
4) Proyeksi angkatan kerja pada umumnya
Hal ini berkaitan dengan berbagai faktor demografi, seperti laju
pertumbuhan penduduk, jenis kelamin, jumlah dan jenis keluaran lembaga
pendidikan. Dari proyeksi tersebut para pencari tenaga kerja dapat
memperkirakan apakah jumlah pelamar akan banyak dan dengan kualifikasi
tertentu.
5) Peraturan perundang-undangan dibidang ketenegakerjaan
Berbagai peraturan perundang-undangan merupakan faktor eksternal
yang harus diperhitungkan dan di taati. Misalnya, ketentuan mengenai upah
minimim, upah lembur, ketentuan memperkerjakan wanita dalam
persentase tertentu, hak cuti pegawai.
6) Praktek rekrutmen oleh organisasi lain
Kondisi ideal dalam dunia keniagaan ialah apabila semua organisasi
menerapkan norma etika yang telah disepakati bersama. Akan tetapi dalam
kenyataan tidak selalu demikian, banyak praktek pengelolaan organisasi,
termasuk rekrutmen yang melanggar norma etika.
7) Tuntutan tugas yang kelak akan dikerjakan oleh para pekerja baru
Peranan informasi tentang analisis pekerjaan adalah sangat penting,
dengan informasi ini para pencari kerja tidak lagi semata-mata berpedoman
kepada keinginan manajer yang akan memperkerjakan tenaga baru itu
kelak, tetapi sudah memperhitungkan faktor lain yang memang harus
diperhitungkan.
1.2 Seleksi
1.2.1 Definisi Seleksi
Seleksi (selection) adalah proses pemilihan orang-orang yang memiliki
kualifikasi yang dibutuhkan untuk mengisi lowongan pekerjaan di sebuah organisasi.
Tanpa karyawan-karyawan yang berkualitas, sebuah organisasi memiliki kemungkinan
yang lebih kecil untuk berhasil. Organisasi organisasi biasanya menolak sebagian besar
pelamar. Dalam beberapa situasi, sekitar lima dari enam pelamar untuk pekerjaan-
pekerjaan tersebut ditolak. Mungkin, perspektif yang paling baik mengenai seleksi dan
penempatan berasal dari dua kebenaran SDM yang tidak dapat disangkal yang dengan
jelas menyebutkan pentingnya seleksi pekerjaan yang selektif (Robert et al, 2011).
1. Screening lamaran
Pada tahap awal, seleksi kandidat dapat dan harus dilakukan dengan membaca
surat-surat lamaran mereka. Dari informasi yang diberikan dalam surat lamaran
dapat dicek secara kasar apakah pelamar tersebut memenuhi persyaratan dan yang
tidak kemudian dipisahkan dan disimpan dalam fail yang berbeda. Sebagai contoh
sederhana, bila pabrik berlokasi di Surabaya dan anda mencari operator yang
tinggalnya di sekitar pabrik, maka mereka yang tempat tinggalnya jauh seperti di
Jombang tentunya akan langsung disisihkan.
2. Tes mengisi formulir lamaran
Pada tahap kedua dari proses seleksi yang kita lakukan adalah meminta pelamar
mengisi sendiri formulir lamaran yang telah disiapkan oleh perusahaan. Bila
pekerjaan yang dilamar menuntut kemampuan berbahasa inggris, formulir tersebut
harus disiapkan dalam bahasa inggris. Tutama, untuk mengetahui apakah benar
pelamar tersebut yang membuat riwayat hidup yang dikirimkan atau dibuatkan
oleh orang lain. Kedua, adalah untuk mengetahui lebih banyak informasi tentang
pelamar khusus dibutuhkan untuk tahap seleksi selanjutnya.
3. Tes kemampuan dan pengetahuan
Tes-tes yang akan diberikan tergantung pada persyaratan yang ditetapkan untuk
tiap jabatan dan tingkatan dalam organisasi. Jenis tes yang umum:
a. Tes kemampuan numeracy, yaitu kemampuan melakukan penghitungan secara
tepat dan teliti. Tes numeracy biasanya digabung dengan tes accuracy, yaitu
ketelitian dan ketepatan dalam menghitung. Tes-tes ini seringkali digabungkan
dengan tes psikologi yang akan diuraikan di bawah, tetapi kadang-kadang juga
dilakukan sendiri. Jenis tes seperti ini bisa diperoleh dengan membeli bahan tes
dari beberapa lembaga di dalam atau di luar negeri yang informasinya dapat
diperoleh melalui internet.
b. Tes intelegensia dasar, yaitu tes untuk mengukur kecerdasan dasar
pelamar/calon. Seperti tes dalam kelompok pertama, tes jenis ini juga dapat
menjadi bagian dari tes pskologi.
c. Tes kemampuan dan keterampilan teknis. Tes ini tergantung bidang kerja yang
dilamar. Tes-tes jenis ini harus dilaksanakan sendiri tetapi bahan atau
pertanyaannya harus disediakan oleh unit kerja yang akan membutuhkan tenaga
kerja.
d. Tes pengetahuan umum. Sesuai namanya, tes ini bersifat sangat umum dan
berkisar tentang hal-hal umum, misalnya kejadian-kejadian terakhir yang
terjadi di Indonesia dan di dunia. Tes ini juga tergantung pada
pekerjaan/jabatan yang harus diisi.
e. Tes psikologi. Ada beberapa hal yang digarisbawahi tentang tes psikologi.
Pertama, tes psikologi sebenarnya lebih tepat disebut pemotretan kandidat
secara psikologis. Tujuan dari pemotretan psikologis adalah untuk mencari
kandidat yang memiliki karakteristik psikologis, seperti sikap, minat, sistem
nilai, motivasi dan watak yang tepat untuk jabatan yang harus diisi. Dengan
demikian, kandidat yang mengikuti tes seharusnya diberitahu bahwa bila hasil
tes mereka dianggap tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan bukanlah
berarti bahwa mereka orang yang gagal dalam semua bidang. Mereka mungkin
memenuhi persyaratan untuk pekerjaan lain atau bidang lain. Kedua, adalah
tidak tepat memilih seorang calon karyawan semata-mata hanya berdasarkan
hasil dari sebuah tes psikologi. Hasil sebuah tes psikologi seharusnya hanya
digunakan sebagai salah satu sumber informasi tentang seorang kandidat yang
dapat kita gunakan sebagai dasar pembuatan keputusan. Tes psikologi tidak
akan memberi tahu kita informasi tentang pengetahuan umum atau
pengetahuan spesifik dan keahlian teknik yang dimiliki kandidat serta
penampilan fisiknya. Demikian pula informasi-informasi tentang latarbelakang
pribadi dan karakternya. Informasi-informasi tersebut hanya bisa diperoleh
melalui cara-cara lain yaitu tes dan wawancara. Membuat keputusan hanya
berdasarkan hasil tes psikologi adalah sebuah kekeliruan.
f. Tes dexterity, adalah tes khusus yang mengukur kecekatan tangan atau jari
tangan untuk pekerjaan yang menuntut kecekatan organ tubuh tersebut. Calon
karyawan yang akan mengerjakan jenis pekerjaan yang banyak menggunakan
tangan dan/atau jari selain otaknya, misalnya operator mesin atau peralatan
tertentu, mungkin harus menjalani tes-tes seperti ini.
g. Tes kemampuan atau daya tahan fisik. Biasanya dilakukan pada calon-calon
yang akan mengisi jabatan yang memerlukan ketahanan fisik yang prima, salah
satunya adalah jabatan satpam.
4. Wawancara
Tujuan dari wawancara seleksi adalah mendapatkan informasi yang lebih
mendalam tentang calon yang bersama dengan hasil tes akan digunakan sebagai
dasar untuk membuat keputusan tentang calon yang dipilih. Hal aneh bila
pemilihan calon pegawai dilakukan tanpa bertemu sebelumnya, melihat fisiknya
dan mendengarkan suaranya. Lebih daripada itu, bila perusahaan harus
menyeleksi calon-calon yang akan mengisi jabatan-jabatan yang professional dan
menajerial senior, pejabat yang melakukan seleksi harus mengandalkan
sepenuhnya pada teknik wawancara dan cara lain untuk memperoleh informasi
yang diperlukan. Oleh karena itu, para pejabat perusahaan dan terutama manajer
SDM harus sangat teliti dalam melakukan wawancara seleksi. Apabila calon telah
dipilih berdasarkan hasil tes dan wawancara, masih ada dua hal yang harus kita
lakukan sebelum menempatkan calon yang dipilih dalam pekerjaannya. Kedua hal
tersebut adalah pemeriksaan kesehatan dan pengecekan referensi, yang keduanya
akan di jelaskan di bawah ini.
5. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan calon pegawai sudah menjadi standar prosedur normal
yang ditetapkan baik oleh instansi pemerintah mapunperusahaan. Tujuan utama
dari pemeriksaan kesehatan calon pegawai adalah untuk meyakinkan bahwa calon
tersebut dalam kondisi fisik dan mental yang sehat dan prima. Tetapi, pemeriksaan
kesehatan juga dapat menyelamatkan perusahaan dari beban biaya pemeliharaan
kesehatan yang berat bila ternyata calon tersebut tidak lama setelah bergabung
ternyata mengidap penyakit yang cukup berat. Saat ini, biaya pemeliharaan,
khususnya di negara seperti di Indonesia di mana pemeliharaan kesehatan
karyawan masih dibebankan kepada perusahaan. Ada sejumlah perusahaan
mewajibkan juga pemeriksaan kesehatan bagi seluruh anggota keluarga calon
karyawan yang menjadi tanggungannya, khususnya istri/suami dan anak-anak.
Kebijakan ini diadakan untuk mencegah terjadinya kasus di mana seorang
karyawan yang bergabung dengan perusahaan dalam usia yang tidak muda lagi
ternyata mempunyai anggota keluarga yang menderita penyakit bawaan yang
tidak dapat disembuhkan sehingga biaya perawatannya terpaksa menjadi beban
perusahaan sampai karyawan tersebut pensiun. Pemeriksaan kesehatan calon
karyawan dapat dilaksanakan oleh dokter yang bekerja di perusahaan, bila ada,
atau di rumah sakit yang dipercaya dan ditunjuk oleh perusahaan.
6. Pengecekan Referensi
Pengecekan referensi adalah suatu usaha untuk memperoleh informasi yang tepat
mengenai latar belakang dan sifat calon. Informasi jenis ini terutama diperlukan
bila calon pernah bekerja di perusahaan lain. Informasi yang diperlukan pertama-
tama adalah berupa konfirmasi atas keterangan yang telah diberikan oleh calon
dalam lamaran mereka atau selama wawancara. Selain itu, yang terpenting adalah
untuk mengecek tentang karakter calon yang berkaitan dengan moralitas calon,
misalnya apakah ia jujur dan dapat dipercaya dalam hal pengelolaan uang.
Sumber-sumber untuk informasi tersebut adalah perusahaan di mana sebelumnya
calon bekerja, instansi pendidikan khusus calon yang baru lulus, atau referensi
lain yang diberikan oleh calon. Pengecekan harus dilaksanakan sebelum calon
dipanggil untuk wawancara akhir dan harus ada laporan tertulis mengenai hasil
pengecekan tersebut oleh orang yang melakukannya. Pengecekan ke perusahaan
tempatnya sekarang bekerja harus dilakukan tetapi hanya setelah pelamar ditawari
pekerjaan dan manandatangani surat penawaran kerja. Pengecekan langsung tetap
diperlukan sebuah surat keterangan resmi yang diberikan perusahaan yang
memberhentikan atau meminta karyawannya yang mengundurkan diri karena
melakukan atau terlibat tindakan kriminal atau tindakan tidak terpuji lainnya tidak
akan memberikan informasi tentang alasan yang sebenarnya. Halnya akan lain
jika kasus tersebut diproses secara hukum dan telah dijatuhi hukuman oleh
pengadilannegeri. Tanpa keputusan pengadilan seperti itu, pemberian informasi
tertulis ataupun lisan tentang kasus tersebut dapat mengakibatkan kesulitan besar
bagi perusahaan. Namun yang terjadi adalah perusahaan malah akan memberikan
surat keterangan yang isinya sangat standar dan normal. Sering kali perusahaan
yang dihubungi akan menolak memberi keterangan lebih mendalam selain
mengatakan bahwa yang diperlukan sudah diberikan secara tertulis.
7. Laporan Hasil Seleksi
Apabila seluruh proses seleksi telah selesai, petugas yang melakukan seluruh
proses akuisisi harus membuat laporan untuk diajukan kepada pimpinan unit yang
membutuhkan orang dan kepada atasannya. Pada perusahaan yang telah
menerapkan sistem informasi yang terintegrasi laporan seperti itu dapat dibuat
tanpa kertas dengan melalui fasilitas email internal. Laporan hasil seleksi juga
harus dilengkapi dengan penjelasan tentang hasil pemeriksaan kesehatan dan
pengecekan referensi serta usulan tentang syarat-syarat dan kondisi kerja yang
akan dimasukkan dalam surat penawaran kerja atau perjanjian kerja dengan calon
yang bersangkutan.
Gambar 2. Proses Seleksi
(Sumber: Rachmawati, 2008)
Manajer
Tenaga
Kerja
Bagian Impelementasi
Bagian
Penempatan fungsi
Impelementasi Seleksi
Tenaga Kerja sesudahnya
fungsi Tenaga Kerja
Gambar 3: Mekanisme Kerja bagian penempatan Tenaga Kerja
sebelumnya
Keterangan:
1. Manajer tenaga kerja mendelegasikan kekuasaannya (delegation of authority) kepada
bagian seleksi tenaga kerja untuk melaksanakan seleksi tenaga kerja guna mengisi
formasi yang telah tersedia berdasarkan kualifikasi tertentu.
2. Atas pelaksanaan seleksi tenaga kerja, bagian seleksi tenaga kerja melporkan/
mempertanggungjawabkan segala kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka
seleksi tenaga kerja, kepada manajer tenaga kerja yang merupakan atasan langsung.
3. Setelah menerima laporan seleksi (selection report), manajer tenaga kerja
mendelegasikan kekuasaannya kepada bagian penepatan tenaga kerja untuk
menempatkan tenaga kerja yang lulus seleksi berdasarkan kondisi yang ada, dan
berdasarkan laporan bagian seleksi tenaga kerja.
4. Bagian seleksi tenaga kerja atas dasar pelaksanaan fungsi horizontal memberikan
hasil laporan seleksi (calon tenaga kerja yang lulus seleksi) kepada bagian
penempatan tenaga kerja untuk menempatkan tenaga kerja tersebut pada posisi yang
tepat.
5. Atas pelaksanaan fungsi dalam penempatan tenaga kerja, bagian penempatan tenaga
kerja melaporkan/mempertanggungjawabkan segala kegiatannya kepada manajer
tenaga kerja yang merupakan pihak yang mendelegasikan kekuasaan/atasan langsung
kepada bagian penempatan tenaga kerja.
Dalam mekanisme kerja tersebut, bagian seleksi tenaga kerja sangat bergantung
pada fungsi manajer tenaga kerja sebelumnya. Demikian juga bagian penempatan tenaga
kerja, sangat bergantung pada fungsi manajer tenaga kerja selanjutnya.
1.4 Orientasi
1.4.1 Definisi Orientasi
Orientasi adalah perkenalan yang terencana bagi karyawan baru kepada pekerjaan
mereka, rekan kerja, dan organisasi. Meskipun demikian, orientasi sebaiknya tidak
dilakukan secara mekanis, proses yang searah. Oleh karena seluruh karyawan yang
berbeda, orientasi harus menampung kesadaran yang sensitif dari kecemasan,
ketidakpastian, dan kebutuhan dari setiap individu. Orientasi dalam satu bentuk yang
lainnya ditawarkan oleh sebagian besar pengusaha (Mathis & Jackson, 2010:324).
Pengertian orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong karyawan
baru (yang lulus seleksi) mengenai pekerjaan dan perusahaan tempatnya bekerja.
Program orientasi sering juga disebut induksi yaitu memperkenalkan para karyawan
dengan peranan atau kedudukanmereka dengan organisasi dan karyawan lain. Orientasi
dilaksanakan karena semua karyawan baru membutuhkan waktu untuk dapat
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru (Sunyoto,
2015:127). Orientasi merupakan suatu proses untuk mengetahui dan mengenal tempatnya
dalam totalitas hubungan pekerjaan, ruang lingkup perusahaan, dan berbagai macam
kebijakan perusahaan yang harus ditaati oleh tenaga kerja baru (Montolalu dkk, 2016).
Dessler, Gary. 2003. Human Resource Management 13th Edition, Boston: PEARSON
Gomes, Faustino Cardoso. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Hartiti, Tri. 2012. Program Orientasi Dan Karakteristik Dengan Kinerja Perawat Pelaksana
Di RS Islam Roemani PKU Muhammadiyah Semarang. Seminar Hasil Penelitian –
LPPM UNIMUS 2012. ISBN : 978-602-18809-0-6. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Akses 08 Oktober 2017, http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=4467&val=426.
Simamora, Henry, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia , Yogyakarta; STIE. YKPN
Mangkuprawira Tb. Sjafri, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Mathis L Robert & Jackson H. John, 2010, Human Resource Management 13th Edition,
Australia: South Western.
Mondy, R. Wayne. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit. Erlangga.
Mondy, R.W & Marthoccio, J.J. 2016. Human Resource Management, 4th edition. Boston:
PEARSON
Montolalu Ricky, Lotje Kawet, Olivia Nelwan, 2016, Pengaruh Kepribadian, Orientasi
Kerja Dan Penempatan Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Kebudayaan
Dan Pariwsata Provinsi Sulawesi Utara, Jurnal EMBA, Vol.4 No.1, ISSN 2303-1174,
Universitas Sam Ratulangi Manado. Akses 11 Oktober 2017,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/viewFile/12342/11922.
Noe, R.A. et.al. 2000. Human Resource Management. USA: Mc.Graw Hill
Noe, R.A. et.al. 2008. Fundamentals of Human Resource Management, 3rd edition. New
York: Mc.Graw Hill
Purnama Husna, 2008, Analisis Pengaruh Penempatan Karyawan Terhadap Kepuasan Kerja
Pada Perusahaan Sagu Aren Nasional Di Bandar Lampung, Jurnal Sains dan Inovasi,
Vol.4 No.2 hal.176-184. Akses 11 Oktober 2017,
https://jurnalsainsinovasi.files.wordpress.com/2013/05/9-husna-purnama.pdf.
Robert L. Mathis dan John H. Jackson. 2011. Human Resource Management. Jakarta:
Salemba Empat
Sastrohadiwiryo B.S, 2002, Manajemen Tenaga Keja Indonesia, Jakarta: Bumi Askara.
Schermerhorn, Jhon R. 1997. Manajemen, Buku 1. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Schuler, Randal S. dan Jackson, Susan E, 1996, Manajemen Sumber Daya Manusia
Menghadapi Abad ke 21, Jilid 2, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sedarmayanti, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: PT Rafika Aditama.
Sulistiyani Ambar Teguh & Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sunyoto Danang, 2015, Manajemen dan Pengembangan Sumber daya Manusia, Yogyakarta:
Center for Academic Publishing Service (CAPS).
Sutrisno, Edy. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana
Yulizar Beni, 2014, Hubungan Penempatan Dengan Kepuasan Kerja Pegawai Pada Kantor
Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat, Jurnal Administrasi Pendidikan. Vol.2 No.1.
Akses 11 Oktober 2017.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/download/10630/10219.
Yani H.M, 2012, Manajemen Sumber daya Manusia, Jakarta: Mitra Wacana Media.