Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“SISTEM PERSEPSI SENSORI


KASUS OMSK”

Disusun Oleh Kelompok 1 :

Darmawati Kurniya 16.IK.464


Hardiyanti 16.IK.470
Hisni Raudati 16.IK.471
Masliani 16.IK.481
Neky Mawaddah 16.IK.485
Puspa Ayu Devira 16.IK.488
Salivahana Adhitya 16.IK.492
Silvi Yanti 16.IK.493
Siti Naly Maimunah 16.IK.498
Syiva Hermawinda 16.IK.499

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang melimpahkan rahmat, hidayat, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Penyakit
OMSK”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Perkembangan Perilaku Individu
berdasarkan tokoh Sullivan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 16 Oktober 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................................


B. Rumusan Masalah ....................................................................................
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian OMSK ...................................................................................


B. Etiologi OMSK .......................................................................................
C. Patofisiologi OMSK ................................................................................
D. Tanda dan gejala OMSK .........................................................................
E. Penatalaksanaan OMSK ..........................................................................
F. Pemeriksaan diagnostik/penunjang OMSK ............................................
G. Diagnosa Keperawatan OMSK ...............................................................
H. Intervensi OMSK ....................................................................................
I. Pengkajian ...............................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan peradangan dan infeksi kronis
pada telinga tengah dan rongga mastoid yang ditandai dengan adanya sekret yang keluar
terus menerus atau hilang timbul melalui membran timpani yang mengalami perforasi
persisten selama lebih dari 2 bulan (Adoga et al, 2010). Otitis media supuratif kronik
merupakan penyakit yang sering ditemukan di seluruh dunia terutama di daerah
berkembang dengan keadaan sosio ekonomi yang rendah dengan prevalensi 0,5-30% dari
komunitas (Shrestha et al, 2008).
OMSK merupakan sebuah fenomena yang jarang didapatkan di negara maju, tetapi
masih banyak ditemukan di negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Otitis media
supuratif kronis merupakan penyakit infeksi yang sering menyebabkan seseorang berobat
ke dokter spesialis THT-KL pada saat dewasa (Adoga et al, 2010).
Bakteri penyebab infeksi tersering yang ditemukan pada biakan dari OMSK adalah
Pseudomonas aeruginosa dan yang lebih jarang antara lain: Staphylococcus aureus,
Streptokokus, Klebsiela pneumonia, dan Haemophilus influenza (Brook, 2012).
Didapatkan pneumonia yang merupakan koloni asimtomatik dari infeksi saluran
nafas atas pada anak-anak sering menyebabkan otitis media. Hal ini sesuai dengan
penelitian Brook (2012), dimana bakteri penyebab tersering pada infeksi saluran nafas
atas adalah staphylococcus pneumoniae, haemophillus influenza, dan Moraxella
catarrhalis. Secara umum prevalensi OMSK di Indonesia berkisar 3,9%, data hasil Survei
Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1994-1996 yang dilaksanakan di 7
provinsi di Indonesia menyatakan penyebab terbanyak morbiditas telinga tengah adalah
OMSK, terutama OMSK tipe jinak (3%) dari morbiditas telinga 18,5% (Kemenkes,
2006). Menurut catatan medik pasien di Poli Bagian Kesehatan Telinga Hidung dan
Tenggorok RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam kurun waktu Januari 2016 – Mei 2017
jumlah penderita pasien OMSK benigna sebanyak 533 pasien dan 95 diantaranya
menjalani mastoidektomi dari total 6875 pasien yang datang berobat rawat jalan.
Nasofaring merupakan bagian unik dalam tubuh manusia dimana terdapat banyak bakteri
flora normal yang secara langsung berhubungan dengan telinga, hidung, dan tenggorok.
Oleh sebab itu flora normalnya dapat menjadi multipel etiologi infeksi dibagian Telinga,
Hidung dan Tenggorok sehingga penting untuk
mengetahui kolonisasi bakterinya (Edwin et al, 2014).

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan kami bahas pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian OMSK
2. Etiologi OMSK
3. Patofisiologi OMSK
4. Tanda dan gejala OMSK
5. Penatalaksanaan OMSK
6. Pemeriksaan diagnostik/penunjang OMSK
7. Diagnosa Keperawatan OMSK
8. Intevensi OMSK
9. Pengkajian OMSK

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
1. Pembaca dapat memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan penyakit OMSK
2. Pembaca dapat memahami tentang etiologi dan patofisiologi penyakit OMSK
3. Pembaca dapat memahami tanda gejala penyakit OMSK
4. Pembaca dapat memahami penatalaksanaan penyakit OMSK
5. Pembaca dapat memahami diagnosa dan intervensi penyakit OMSK

D. Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami mengenai penyakit OMSK, sehingga dapat
mencegah terjadinya penyakit OMSK. Makalah ini juga dapat dijadika referensi bagi
makalah selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media sering diawali dengan
infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ket
elinga tengah melalui tubaeustachius (Kusuma, Hardi & Amin Huda Nurarif, 2013).
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah stadium dari penyakit telinga tengah
dimana terjadi peradangan kronis dari telinga tengah, mastoid dan membrane timpani
tidak intak (perforasi) dan ditemukan sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Istilah
kronik digunakan apabila penyakit ini hilang timbul atau menetap selama 2 bulan atau
lebih (Fung, K, 2004). OMSK adalah infeksi di telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus- menerus atau hilang timbul.
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Efiaty, 2007)

B. ETIOLOGI
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak
dengan cleft palate dan down’s syndrom. Faktor host yang berkaitan dengan
insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immune sistemik. Penyebab OMSK
antara lain:
1. Lingkungan Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,
tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,
dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.Tetapi
sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secaraumum, diet,
tempat tinggal yang padat.
2. Genetik Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah
insidenOMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai
faktorgenetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media,
tapibelum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan
kelanjutan dari otitismedia akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak
diketahui faktor apayang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya
berkembang menjadikronis.
4. Infeksi Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidakbervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa metode
kulturyang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram-
negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.
5. Infeksi saluran napas bagian atas Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah
terjadi infeksi saluran nafasatas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga
tengah menyebabkanmenurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara
normal beradadalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar
terhadapotitis media kronis.
7. Alergi Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggidibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagianpenderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau
toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustacius Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius
sering tersumbat oleh edematetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau
sekunder masih belumdiketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah
digunakan untukmengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan
bahwa tubatidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

C. PATOFISIOLOGI
OMSK dibagi dalam 2 jenis, yaitu benigna atau tipe mukosa, dan maligna atau tipe
tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif juga dikenal tipe
aktif dan tipe tenang (Arif Mansjoer, 2011). Pada OMSK benigna, peradangan terbatas
pada mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Jarang
menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. (Arif Mansjoer,
2011). OMSK tipe maligna disertai dengan kolesteatom. Perforasi terletak marginal,
subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan komplikasi yang berbahaya atau fatal (Arif
Mansjoer, 2011). Kolesteotoma yaitu suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi terbentuk terus, lalu menumpuk. Sehingga kolesteotoma
bertambah besar.

D. TANDA DAN GEJALA


Pasien mengeluh otore, vertigo, tinitus, rasa penuh ditelinga atau gangguan pendengaran.
(Arif Mansjoer, 2011). Nyeri telinga atau tidak nyaman biasanya ringan dan seperti
merasakan adanya tekanan ditelinga. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi secara terus
menerus atau intermiten dan dapat terjadi pada salah satu atau pada kedua telinga:
a. Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti
air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak,
cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi
iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya
sekretbiasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi
saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau
berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adanya sekret telinga. Sekret
yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan
produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,
mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga
dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang
encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
b. Gangguan pendengaran. Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang
pendengaran. Biasanyadijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat,
karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan
efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari
20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan
fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih
dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.
Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya
rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai
penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan
secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan
berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi kohlea.
c. Otalgia ( nyeri telinga) Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat
hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau
ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh
adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
d. Vertigo. Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhanvertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan
tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo
dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan
labirin lebih
e. Mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis
dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada
kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif
dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui
rongga telinga tengah.

E. PENATALAKSANAAN
Menurut Arief Mansjoer (2011), Terapinya sering lama dan harus berulang-ulang karena:
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen
2. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal
3. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan kebersihan yang kurang.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a. Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagaiberikut :
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan
letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran
suara ditelinga tengah. Paparela, pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural
yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui
membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran
tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal
kohlea tapi dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi
dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil
pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan
membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi
percakapan terhadap skala ISO Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran
1. Normal : 10 dB sampai 26 dB
2. Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
3. Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
4. Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
5. Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
6. Tuli total : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi kohlea.
Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta
penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan,
dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan
pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bias membantu :

1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-
50 dB apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian


pendengarandengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur
dengan maskingadalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli
campur.

b. Pemeriksaan Radiologi.
Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis
nilaidiagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.
Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya
atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan
kolesteatom. Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dariarah
lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan
posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran
radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus
lateral.
2. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.
Akantampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosusdan yang
lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang
sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibatkolesteatom.
4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT
scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau
tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis
semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan
hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus
lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
2. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dnegan obstruksi, infeksi di telinga tengah
atau kerusakan di syaraf pendengaran.
3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.

H. INTERVENSI
NO Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
NOC NIC
1. Tujuan : a. Dapatkan apa metode
Gangguan komunikasi berkurang / komunikasi yang dinginkan dan
hilang. catat pada rencana perawatan
metode yang digunakan oleh staf
Kriteria hasil dan klien
a. Klien akan memakai alat b. Kaji kemampuan untuk
bantu dengar (jika sesuai). menerima pesan secara verbal.
b. Menerima pesan melalui c. Gunakan faktor-faktor yang
metoda pilihan (misal : meningkatkan pendengaran dan
komunikasi tulisan, bahasa pemahaman.
lambang, berbicara dengan
jelas pada telinga yang baik.
2. Tujuan : a. Ajarkan klien untuk
Persepsi / sensoris baik. menggunakan dan merawat alat
pendengaran secara tepat.
Kriteria hasil. b. Instruksikan klien untuk
a. Klien akan mengalami menggunakan teknik-teknik yang
peningkatan aman sehingga dapat mencegah
persepsi/sensoris terjadinya ketulian lebih jauh.
pendengaran samapi pada c. Observasi tanda-tanda awal
tingkat fungsional. kehilangan pendengaran yang
lanjut.
d. Instruksikan klien untuk
menghabiskan seluruh dosis
antibiotik yang diresepkan (baik
itu antibiotik sistemik maupun
lokal).
3. Tujuan : a. Jujur kepada klien ketika
Rasa cemas klien akan mendiskusikan mengenai
berkurang/hilang. kemungkinan kemajuan dari
fungsi pendengarannya untuk
Kriteria hasil : mempertahankan harapan klien
a. Klien mampu dalam berkomunikasi.
mengungkapkan b. Berikan informasi mengenai
ketakutan/kekuatirannya. kelompok yang juga pernah
b. Respon klien tampak mengalami gangguan seperti
tersenyum. yang dialami klien untuk
memberikan dukungan kepada
klien.
c. Berikan informasi mengenai
sumber-sumber dan alat-lat yang
tersedia yang dapat membantu
klien.
I. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal pengkajian : Selasa, 13 Juni 2017
A. IDENTITAS
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Nn. S
Jenis Kelamin : Pr
Umur : 13 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat :-
Status Perkawinan :-
Agama :-
Suku/bangsa :-
Tanggal masuk RS :-
Diagnosa Medis : OMSK
Nomer Rekam Medik :-

2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama :-
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dengan klien : Orang Tua

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada telinga kiri
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang
pasien mengatakan mengalami nyeri telinga sebelah kiri dan disertai dengan
keluarnya cairan berwarna kekuningan dan berbau sejak 6 bulan yang lalu. orang
tua pasien juga mengatakan bahwa anaknya sejak saat itu mulai menjadi pendiam
dan apabila diajak bicara sering tidak menjawab. keluarga mengatakan bahwa
pasien hanya diberi obat warungan karena terkendala masalah biaya
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu
Klien memiliki riwayat batuk pilek yang sering kambuh
4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga
-

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
TTV
TD :-
Nadi :-
Pernafasan :-
Suhu :-

Tingkat Kesadaran :-
GCS 15 :-

Antropometri = TB : -
BB : -

2. Kulit
-
3. Kepala dan Leher
-
4. Penglihatan dan Mata
-
5. Penciuman dan Hidung
-
6. Pendengaran dan Telinga
Letak simetris, nampak serumen berwarna kekuningan, fungsi pendengaran
terganggu, pasien mengatakan nyeri pada telinga kirinya .
7. Mulut dan Gigi
-
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
-

9. Abdomen
-
10. Genetalia dan Reproduksi
-
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
-

D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Aktivitas dan Istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah sakit/saat
sakit)
Di rumah : -
Di RS :-
2. Personal Hygiene
Di rumah : -
Di RS :-
3. Nutrisi
Di rumah : -
Di RS :-

4. Eliminasi (BAB dan BAK)


Di rumah : -
Di RS :-
5. Seksualitas
Pasien berumur 13 tahun berjenis kelamin perempuan
6. Psikososial
Hubungan klien dengan keluarga baik tetapi pasien menjadi pendiam dan apabila
diajak berbicara sering tidak menjawab.
7. Spiritual
-

E. DATA FOKUS
1. Data Subjektif
a. Pasien mengeluh nyeri pada bagian telinga kiri

2. Data Objektif
a. nampak keluar cairan berwarna kuning dan berbau pada telinga pasien
b. pasien nampak tidak menjawab jika ditanya
c. p= saat berbicara
q=berdenyut
r=telinga kiri
s= 4
t=sekitar 3 jam sekali

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
G. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)

II. ANALISA DATA


No. DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS: Nyeri kronik Berhubungan dengan
-pasien mengatakan cedera agen biologis
nyeri pada telingan kiri
DO
p= saat berbicara
q=berdenyut
r=telinga kiri
s= 4
t=sekitar 3 jam sekali
2. DS: Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
- Keluarga pasien auditorius deprivasi sensorik atau
mengatakan anaknya obstruksi dan infeksi
menjadi pendiam sejak telinga
mengalami keluhan
tersebut
DO
-pasien tampak tidak
menjawab saat di tanya
-tampak keluarnya
cariran kekuningan dan
berbau

Prioritas Masalah:
1. Nyeri kronik berhubungan dengan cedera agen biologis
2. Perubahan persepsi sensori auditorius berhubungan dengan deprivasi sensorik atau
obstruksi dan infeksi telinga

III. PERENCANAAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri kronik Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan keperawatan diharapkan nyeri nyeri secara
cedera agen biologis pasien berkurang atau hilang komprehensif
Kriteria Hasil : 2. Ajarkan tekni
1. Pasien mampu mengontrol nyeri nonfarmakologi
2. Pasien melaporkan nyeri 3. Observasi reaksi non
berkurang verbal
3. pasien mampu mengenali nyeri 4. kurangi faktor
presipitasi nyeri
5. tingkatkan istitrahat
6. kolaborasi dengan tim
dokter untuk terapi
medis
2. Perubahan persepsi Setelah dilakukan tindakan 1. observasi ketajaman
sensori auditorius keperawatan diharapkan ketajaman pendengaran
berhubungan dengan pendengaran pasien meningkat. 2. beri lingkungan yang
deprivasi sensorik Kriteria Hasil : tenang dan tidak kacau
atau obstruksi dan 1. pasien dapat mendengar dengan jika perlu berikan
infeksi telinga baik tanpa alat bantu alunan musik lembut
pendengaran 3. anjurkan pasien dan
2. pasien mampu menentukan keluarganya untuk
letak sumber suara mematuhi program
3. pasien tidak meminta terapi yang diberikan
mengulang setiap pertanya yang
diajukan kepadanya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna (tenang dan
aktif) dan OMSK tipe maligna pada OMSK tipe benigna peradangan terbatas pada
mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Pada OMSK tipe maligna, peradangan
dapat mengenai tulang. Bakteri penyebab tersering pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Prinsip penatalaksanaan OMSK tergantung
jenisnya pada OMSK benigna tenang tidak memerlukan pengobatan. OMSK benigna
aktif prinsip pengobatannya adalah pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet
telinga), pemberian antibiotik topikal, pemberian antibiotik sistemik. OMSK maligna
memerlukan operasi, meliputi mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal,
mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy), miringoplasti, timpanoplasti
dan timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty).
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Efiaty. 2007.Buku Ajar
Keperawatan Anak.Jakarta: Salemba Medika

Kusuma, Hardi & Amin Huda Nurarif. 2013.Asuhan Keperawatan anak.Jakarta: EGC

Sylvia A. Price & Lorraine M.W. 2006.Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses
penyakit.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai