Anda di halaman 1dari 3

Adegan VI: Yesus di hadapan Pilatus

Narator: Mereka membawa Yesus dari Imam Besar Kayafas ke gedung pengadilan. Hari masih pagi.
Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka
hendak makan Paskah.

Pilatus: “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?” (Pilatus keluar mendapatkan mereka)

Rakyat: “Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!”

Pilatus: “ Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Taurat-Mu.”

Rakyat: “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.”

Narator: Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan
bagaimana caranya Ia akan mati. Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil
Yesus dan bertanya kepada Yesus.

Pilatus: “Engkau inikah raja orang Yahudi?” (dinyanyikan)

Yesus: “Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya
kepadamu tentang Aku?” (dinyanyikan)

Pilatus: “Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah
menyerahkan Engkau kepadaku: apakah yang telah Engkau perbuat?” (dinyanyikan)

Yesus: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah
melawan supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi kerajaan-Ku bukan dari sini.”
(dinyanyikan)

Pilatus: “Jadi Engkau adalah raja?” (dinyanyikan)

Yesus: “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang
ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari
kebenaran mendengarkan suara-Ku.” (dinyanyikan)

Pilatus: “Apakah kebenaran itu?” (dinyanyikan)

Narator: Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan
berkata kepada mereka.

Pilatus: “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya, tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa
pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang
Yahudi bagimu?”

Imam: “ Hai, Engkau dulu pernah mengaku-ngaku diri-Mu Mesias.”

Tua-Tua: “Jangan hanya diam, apakah Engkau takut, bukankah Engkau dulu mengatakan diri-Mu raja.”

Rakyat: “Kami tidak ingin memiliki raja seperti Dia. Raja kami hanya kaisar.” (Yesus diam saja atas
tuduhan orang-orang, imam-imam kepala, dan tua-tua tentang Dia)
Pilatus: “Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?” (Yesus
masih diam, Pilatus menjadi heran)

Narator: Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-
tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang
terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.

Pilatus: “Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu: Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut
Kristus?”

(Pilatus merasa bahwa Yesus diserahkan kepadanya karena kedengkian imam-imam dan tua-tua……tidak
lama kemudian ketika Pilatus mulai duduk di kursi pengadilan sambil merenung-renung tentang
pengadilan Yesus, tiba-tiba istrinya datang dengan membawa pesan)

Narator: Pesan itu berbunyi, “ Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia,
aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.” Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua,
orang banyak bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.

Pilatus: “Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” (dinyanyikan)

Rakyat: “Barabas, Barabas, barabas” (dinyanyikan)

Rakyat: “ Kami tidak ingin Yesus dibebaskan.” (dinyanyikan)

Pilatus: “Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?” (dinyanyikan)

Rakyat: “Ia harus disalibkan!” (dinyanyikan)

Rakyat: “Ia harus mati karena menganggap diri raja.” (dinyanyikan)

Rakyat: “Ia harus disalibkan karena Ia penjahat besar.” (dinyanyikan)

Pilatus: “Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?” (dinyanyikan)

Rakyat: “Ia harus disalibkan!” (dinyanyikan) (Rakyat semakin keras berteriak)

Rakyat: “Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu, Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya
sebagai Anak Allah. Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!”

(Pilatus semakin cemas, lalu ia masuk ke dalam gedung pengadilan)

Pilatus: “Dari manakah asal-Mu?” (Yesus diam saja)

Pilatus: “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk
membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”

Yesus: “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan
kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”

Narator: Sejak mendengar penjelasan dari Yesus, Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus.

Rakyat: “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang
menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.”
Narator: Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di
kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari
persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas .

Pilatus: “Inilah rajamu!”

Rakyat: “Enyahkan Dia!” Enyahkan Dia! Salibkan Dia!”

Pilatus: “Haruskah aku menyalibkan rajamu?”

Para Imam Kepala: “Kami tidak mempunyai raja selain daripada Kaisar!”

Narator: Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia
mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak.

Pilatus: “Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Aku tidak
bersalah terhadap darah orang ini, itu urusan kamu sendiri!”

(Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan)

Narator: Lalu Pilatus membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya
untuk disalibkan (Yesus dibawa ke kamar penyiksaan suara keluhan sakit-Nya terdengar sampai keluar,
setelah disiksa, Yesus dibawa keluar dengan bekas-bekas luka akibat penyiksaan)

Refleksi:

Pemimpin selalu hanya untuk satu orang saja. Kekuasaan selalu terbatas dan langka. Karenanya
pemimpin yang bekuasa digambarkan dengan pedang. Pedang yang baik dipakai untuk membuat
keadilan. Pedang yang buruk dipakai untuk memenggal kepala lawan-lawannya. Demikianlah dari waktu
ke waktu kekuasaan selalu bersahabat dengan kekerasan.

Yesus meski seorang pemimpin untuk dua belas orang murid-Nya. Ia mempraktekkan bahwa kekuasaan
itu dipakai untuk melayani. Hal itu, Ia praktekkan dengan membasuh kaki murid-murid-Nya. Namun, Ia
kini menghadapai kepemimpinan bukan sebagai pedang kebenaran untuk menegakkan keadilan. Pilatus
tidak berani mengambil kebenaran. Ia hanya mencari kekuasaan dari kepemimpinannya. Ia akhirnya
mencuci tangannya.

Dimana kita mencari keadilan akan kebenaran? Ketika kebanyakan orang seperti Pilatus. Apakah
kepemimpinan seperti yang dipraktekkan Yesus, hanya sebuah impian? Kalau itu impian, kitalah yang
harus mewujudkan impian itu. Kita adalah pewaris tindakan-tindakan yang perlu dipraktekkan, yang
telah dimulai Yesus semasa hidup-Nya. Semoga melalui Anda, wajah keadilan dan kebenaran menjadi
tampak lebih terang di keluarga kita, paroki kita, lingkungan sekitar kita.

Anda mungkin juga menyukai