Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fluida berupa gas dan cairan. Dalam kehidupan, kita selalu
berhubungan dengan fluida. Gejala-gejala alam yang sering terjadi di sekitar
kita biasanya disebabkan oleh pengaruh fluida. Mekanika fluida adalah suatu
ilmu yang memelajari perilaku fluida baik dalam keadaan diam (static)
maupun bergerak (dynamic) serta akibat interaksi dengan media batasnya
(zat padat atau fluida dengan yang lain ). Seperti kebanyakan disipilin ilmu
lainnya, mekanika fluida mempunyai sejarah panjang dalam pencapaian
hasil-hasil pokok hingga menuju ke era modern seperti sekarang ini.
Mekanika fluida berkembang sejalan dengan perjalanan perkembangan
peradaban manusia. Banyak aspek kehidupan manusia yang terkait dengan
mekanika fluida, seperti transportasi, industri, aerodinamik bangunan,
mesin-mesin fluida, dan kesehatan. Pada makalah ini akan dibahas tentang
teori perkembangan fluida diam (statik), serta mengetahui penemu teori
tersebut.

B. Tujuan
Tujuan dilaksanakan tugas ini antara lain:
1. Menambah pengetahuan Mahasiswa mengenai materi Mekanika Fluida.
2. Menambah pengetahuan Mahasiswa mengenai prinsip kerja sayap
pesawat.
3. Dapat mengetahui aplikasi prinsip mekanika fluida dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Fluida
5. Sebagai persiapan untuk pemahaman materi selanjutnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Kerja Sayap Pesawat

Prinsip kerja sayap pesawat

Gaya angkat terjadi karena adanya aliran udara yang melewati bagian
atas dan bagian bawah di sekitar airfoil. Pada saat terbang, aliran udara yang
melewati bagian atas airfoil akan memiliki kecepatan yang lebih besar
daripada kecepatan aliran udara yang melewati bagian bawah dari airfoil.
Maka, pada permukaan bawah airfoil akan memiliki tekanan yang lebih besar
daripada permukaan di atas. Perbedaan tekanan pada bagian atas dan bawah
inilah yang menyebabkan terjadinya gaya angkat atau lift pada sayap pesawat.
Oleh karena tekanan berpindah dari daerah yang bertekanan besar menuju ke
daerah yang bertekanan kecil, maka tekanan pada bagian bawah airfoil akan
bergerak menuju bagian atas airfoil sehingga tercipta gaya angkat pada sayap
pesawat. Gaya angkat inilah yang membuat pesawat dapat terbang dan
melayang bebas di udara.

2
Robert L. Wolke, seorang profesor kimia yang juga penulis terkenal, telah
menulis sebuah buku berjudul What Einstein Told His Barber: More Scientific
Answers to Everyday Questions

Dari buku yang sama itu, penulis mengutip bahwa pesawat dapat terbang
hanya karena sebuah prinsip yang dikenal dengan nama Prinsip Bernoulli.
Prinsip ini, seperti sudah jelas dari namanya, dirumuskan oleh seorang
matematikawan Swiss bernama Daniel Bernoulli (1700-1782), yang menyatakan
konsep dinamika fluida dalam sebuah persamaan:

Pada masing-masing ruas persamaan ini hanya merunutkan tekanan (p)


yang diberikan si fluida, energi gerak fluida per satuan volume ( ), dan energi
potensial fluida per satuan volume (ρgh) pada dua buah titik yang berbeda
(dinyatakan oleh indeks 1 dan 2).

Fakta alam yang ingin ditunjukkan oleh persamaan Bernoulli ini adalah
bahwa ketika sebuah fluida (entah apakah itu air, semilir angin, atau hasil buang
gas orang di sebelah Anda) bergerak lebih cepat, tekanan fluida tersebut terhadap
lingkungan sekitarnya akan berkurang. Kejadian ini mirip seperti seorang pelari
yang lebih sulit untuk mendorong orang di sampingnya daripada ketika ia
berjalan normal.

Cukupkah Prinsip Bernoulli saja?

Apa hubungannya dengan pesawat terbang? Menurut orang-orang yang


sudah puas dengan prinsip Bernoulli sebagai satu-satunya mekanisme di balik
kemampuan pesawat terbang, sayap pesawat dirancang sedemikian rupa dengan
bagian atas yang lebih melengkung daripada bagian bawah (kenyataannya

3
memang begitu). Dengan rancangan sayap semacam itu, menurut mereka, ketika
udara melalui sayap pesawat, udara yang melintas di bagian atas akan melintas
lebih jauh. Karena waktu tempuh udara di atas sayap dan di bawah sayap sama
(asumsi waktu transit sama), kecepatan udara di atas sayap menjadi lebih besar.
Artinya, tekanan di atas sayap lebih kecil daripada di bawah. Adanya perbedaan
tekanan menyebabkan adanya gaya tekan udara, yang totalnya mengarah ke atas.
Hal inilah yang diklaim menjadi sebab utama pesawat dapat terbang.

Penampang sayap pesawat dan diagram aliran angin di sekeliling sayap pesawat
(gambar dari Boeing, Inc.)

Sebenarnya teori tersebut hampir semuanya benar, kecuali untuk satu hal:
asumsi waktu transit sama hampir tidak berlaku pada kenyataan sebenarnya.
Tidak ada alasan penting bagi udara yang terpecah ke atas dan ke bawah sayap
untuk kembali bertemu dalam waktu bersamaan. Dengan demikian, meski
mungkin saja aliran udara di bagian atas sayap memang mengalir lebih cepat
daripada di bawah sayap, perbedaan kecepatan yang ada tidak akan mampu untuk
mengangkat pesawat ketika hanya Prinsip Bernoulli yang diperhitungkan.

4
Supaya perbedaan kecepatan itu bisa cukup besar sesuai Prinsip Bernoulli, sayap
pesawat harus dibuat sedemikian melengkung layaknya punggung ikan paus!
Namun, sayap yang seperti itu justru akan lebih membebani pesawat lagi
sehingga akan jauh lebih sulit untuk sekadar mengangkat pesawat.

Isaac Newton (1642-1727). Newton, sebagaimana banyak orang ketahui,


terkenal terutama atas ketiga hukumnya tentang gerak dan juga karena hukum
gravitasi-nya Newton. Ketiga hukum Newton ini amat berguna karena dapat
diaplikasikan pada hampir semua kondisi di alam semesta, selama benda yang
ditinjau tidak terlalu ringan (lebih ringan dari sebuah elektron) atau tidak
bergerak terlalu cepat (mendekati kecepatan cahaya). Lalu, bagaimana hukum
Newton diaplikasikan pada sayap pesawat terbang?

Rancangan sayap yang telah disebutkan pada penjelasan Prinsip Bernoulli,


selain membuat aliran udara yang sedikit lebih cepat di bagian atas sayap
daripada di bagian bawah, ternyata juga menghembuskan udara yang dibelahnya
ke arah bawah. Ini semua bermula dari kenyataan bahwa sebuah fluida yang
mengalir di permukaan sebuah benda lengkung akan cenderung untuk mengikuti
bentuk lengkung benda (meskipun pada akhirnya akan menyimpangkan arah laju
fluida) sebelum kemudian melanjutkan perjalanan. Efek ini dikenal dengan nama
Efek Coandă, merujuk kepada ahli aerodinamika Henri-Marie Coandă (1885-
1972). Contoh efek Coandă dalam kehidupan sehari-hari dapat kita lihat pada
aliran air yang berbelok di sekitar lengkungan kepala sendok (kita bisa coba juga
pada permukaan gelas).

5
Contoh efek Coandă.

Sayap pesawat membelah aliran udara menjadi ke atas dan ke bawah, dan
sesuai dengan efek Coandă, udara yang mengalir di sayap pesawat akan
mengikuti bentuk lekukan sayap tersebut. Di sinilah kunci prinsipnya. Bentuk
sayap yang sedemikian rupa membuat udara yang mengalir di atas ‘diarahkan’
sehingga secara umum lebih banyak udara yang dihembuskan ke bawah. Dari
fakta ini, sesuai hukum 3 Newton, dengan adanya udara yang dihembuskan ke
bawah oleh sayap, udara di bawah pesawat akan ‘balas mendorong’ pesawat.
Nah! “Balasan” inilah yang menjadi gaya angkat pesawat!

α adalah “angle of attack” dari pesawat.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gaya angkat terjadi karena adanya aliran udara yang melewati
bagian atas dan bagian bawah di sekitar airfoil. Pada saat terbang, aliran
udara yang melewati bagian atas airfoil akan memiliki kecepatan yang
lebih besar daripada kecepatan aliran udara yang melewati bagian bawah
dari airfoil. Maka, pada permukaan bawah airfoil akan memiliki tekanan
yang lebih besar daripada permukaan di atas. Perbedaan tekanan pada
bagian atas dan bawah inilah yang menyebabkan terjadinya gaya angkat
atau lift pada sayap pesawat. Oleh karena tekanan berpindah dari daerah
yang bertekanan besar menuju ke daerah yang bertekanan kecil, maka
tekanan pada bagian bawah airfoil akan bergerak menuju bagian atas
airfoil sehingga tercipta gaya angkat pada sayap pesawat. Gaya angkat
inilah yang membuat pesawat dapat terbang dan melayang bebas di udara.

Anda mungkin juga menyukai