Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM I BOTANI PHANEROGAMAE

PINOPHYTA

(CYCADOPSIDA, CONIFEROPSIDA, dan GNETOPSIDA)

Disusun oleh:

Nama : Nurul Farach

NIM : 1415106088

Kelas/Semester : Biologi C/IV

Kelompok : 3 (Tiga)

PUSAT LABORATORIUM T.IPA BIOLOGI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON


PINOPHYTA

(CYCADOPSIDA, CONIFEROPSIDA, dan GNETOPSIDA)

A. TUJUAN
1. Untuk menemukan ciri-ciri khusus spesies tumbuhan yang termasuk pada Divisi
Pinophyta.
2. Untuk membedakan ciri-ciri tumbuhan pada kelas-kelas yang termasuk dalam Divisi
Pinophyta.

B. DASAR TEORI
Pinophyta atau yang biasa dikenal sebagai tumbuhan berbiji terbuka terdiri atas
tumbuhan-tumbuhan yang berkayu dengan bermacam-macam habitus. Bagian kayunya
berasal dari berkas-berkas pembuluh pengangkut kolateral terbuka. Di dalam bagian
xylem tidak terdapat pembuluh-pembuluh kayu melainkan hanya trakeid saja dan di
dalam floem tidak terdapat sel pengiring. Selain itu umumnya dalam batang tumbuhan
pinophyta tidak terdapat floeoterma. Kecuaali pada Gnetum gnemon yang batangnya
mempunyai floeoterma dan di dalam bagian kayunya terdapat pembuluh-pembuluh kayu,
tetapi tidak mempunyai pembuluh resin (Tjitrosoepomo, 2010: 8).
Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara Pinophyta dengan
Magnoliophyta diantaranya sebagai berikut: (1) fertilisasi tunggal, (2) xylem tidak
memiliki pembuluh trakea, (3) floem tidak memiliki sel pengantar, (4) gametofit betina
ada yang terdiri dari banyak sel atau nucleus, (5) gametofit betina memiliki arkegonium
kecuali pada Gnetum gnemon, (6) sebagian besar merupakan tumbuhan berkayu (Kimball,
1999: 177).
Daunnya memiliki bentuk yang bermacam-macam, kaku dan berwarna hijau.
Memiliki strobilus jantan dan betina sebagai pngganti dari bunga. Terdapat pula
makrosporofil dan mikrosporofil yang terkumpul dalam jumlah yang banyak pada suatu
sumbu. Mikrosporofil sebagian masih memiliki kntung sari yang besar dan banyak. Bakal
biji hanya memiliki satu integument terbuka. Bakal biji langsung didatangi oleh serbuk
sari yang dibawa oleh angin. Karen berbiji terbuka, jadi tidak terdapat kepala putik
(Tjitrosoepomo, 2003: 22).
Divisi Pinophyta di daerah tropis terdapat tiga kelas, yaitu Cycadopsida,
Coniferopsida, dan Gnetopsida. Cycadopsida memiliki habitus menyerupai palma,
berkayu, besar, tidak atau sdikit bercabang, korteks tebal. Daun tersusun dalam batang,
biasanya menyirip dan yang masih muda tergulung seperti daun paku. Strobilus berumah
dua. Strobilus jantan amat besar, bersisik, dan memiliki mikrosporofil. Strobilus betina
juga besar, bersisik, denagn dua bakal biji. Pada Cycas rumphii makrosporofil menyirip
dengan 2-5 bakal biji. Bakal biji memiliki satu integument tebal (Dasuki, 1992: 41).
Coniferopsida meliputi tumbuhan berkayu, umumnya daun berbentuk daun yang
tersebar pada sirung panjang. Pada sirung panjang terdapat daun-daun berbentuk jarum.
Tumbuhan ini hamper selalu berumah satu. Strobilus jantan aksilar atau di ujung batang
pendek dengan banyak mikrosporofil bertangkai yang tersusun dengan dua kantung sari.
Strobilus betina terminal atau aksilar dengan banyak sisik penutup (Sudarsono, 2005: 24).
Gnetopsida meliputi tumbuhan berkayu yang batangnya bercabang-cabang atau
tidak bercabang. Dalam kayu sekunder terdapat trakea tetapi tidak memiliki saluran resin.
Daun tunggal tersusun berhadapan. Bunga uniseksual, majemuk, terdapat pada ketiak
daun pelindung yang besar, memiliki tenda bunga. Bunga betina memiliki bakal biji yang
tegak (Tjitrosoepomo, 2010: 29).
Tumbuhan yang termasuk ke dalam Kelas Gnetopsida Bangsa Gnetales Suku
Gnetacea pada umumnya mempunyai habitus pohon atau perdu. Batangnya berkayu,
bentuknya membulat dan mempunyai trachea pada xylemnya. Daunnya tunggal berbentuk
bulat telur atau oblongus. Letak daunnya berhadapan dan ada juga yang tersebar.
Tumbuhan yang termasuk dalam kelas ini mempunyai strobilus jantan dan strobilus betina
yang terletak pada individu yang berbeda (dioceous). Strobilus biasanya keluar dari etiak
daun. Pada perbungaan strobilus jantan dan strobilus betina terdapat nodus yang
merupakan tempat keluar makrosporofil atau mikrosporofil. Pada strobilus jantan dan
juga strobilus betina bunga-bunga tersusun melingkar membentuk lingkaran. Strobilus
jantan mempunyi bunga yang tersusun melingkar dan pada bagian bawahnya terdapat
bunga-bunga betina yang steril sehingga tidak berkembang menjadi biji (Mulyani, 2013:
120-121).
Pinophyta memiliki peran penting secara ekonomis, menarik secara biologi, dan
sangat familiar. Tumbuhan Pinophyta banyak dimanfaatkan kayunya ada yang sebagai
tanamn hias, sebagai sumber makanan dan obat-obatan, berperan dalam pengendalian
erosi, melindungi dari abrasi, dan hutan rekreasi (Campbell, 2008: 168).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Lup
b. Silet/Cutter
2. Bahan
a. Family Cycadaceae : Cycas rumphii (Pakis haji).
b. Family Pinaceae : Pinus merkusii (Pinus).
c. Family Gnetaceae : Gnetum gnemon (Melinjo).

D. LANGKAH KERJA
1. Dipersiapkan tumbuhan yang akan diamati yaitu diantaranya Cycas rumphii, Pinus
merkusii, dan Gnetum gnemon.
2. Diamati spesimen tumbuhan yang ada dalam hal habitus, pola percabangan, dan
bentuk/segi penampang melintangnya.
3. Diamati daunnya dalam hal filotaksis, komposisi, pertulangan, bentuk, dan tepian
daunnya.
4. Diamati dan dibandingkan alat reproduksinya, yaitu: letak dan bentuk strobilus ketiga
tumbuhan tersebut.
5. Diamati dan dibandingkan letak dan bentuk makrosporofil dan mikrosporofil ketiga
tumbuhan tersebut.
6. Digambar bagian-bagian tumbuhan, yaitu: percabangan tumbuhan, strobilus jantan
dan strobilus betina, makrosporofil dan mikrosporofil yang diamati, dan beri nama
bagian-bagian tumbuhan tersebut.
F. PEMBAHASAN
Secara umum, tumbuhan terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu
gymnospermae (pinophyta) dan angiospermae (magnoliophyta). Theoprastus yang hidup
sekitar 300 sebelum msehi sudah mengenalkan istilah Gymnospermae dalam tulisannya
yang berjudul “Enquiry into Plants”. Gymno berarti telanjang dan spermae mengandung
arti biji. Gymnospermae ditujukan untuk tumbuhan yang mempunyai biji telanjang atau
terbuka (Mulyani, 2013: 109).
Di Indonesia, tumbuhan Pinophyta hanya terdapat tiga kelas saja, yaitu
Cycadopsida, Coniferopsida, dan Gnetopsida. Secara umum spesies tumbuhan yng
temasuk ke dalam tiga kelas tersebut merupakan tumbuhan berhabitus pohon dan berkayu
serta dapat tumbuh hingga puluhan meter (Tjitrosoepomo, 2010: 9).
Pengamatan pertama yang telah dilakukan yaitu tumbuhan Cycas rumphii atau
yang biasa dikenal dengan tumbuhan pakis haji dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Cycadopsida
Subkelas : Cycadales
Ordo : Cycadales
Family : Cycadaceae
Genus : Cycas
Spesies : Cycas rumphii https://www.google.com/search?q=pakis+haji
Pengamatan mengenai Cycas rumphii dengan digunakan lup terlihat beberapa
karakteristik yaitu dari aspek batang, daun, strobilus, mikrosporofil, makrosporofil, da
distribusi seks. Karakteristik batang terdiri dari habitus yang memiliki perawakan pohon
kecil atau treelet yaitu tumbuhan berkayu yangtidak tinggi, serta mempunyai satu batang
utama, karakteristik selanjutnya yaitu saat pengambilan specimen dan pada saat
pengamatan pada tumbuhan ini yaitu terlihat modus pertumbuhan bertipe monopodial
yaitu kuncup terminal selalu merupakan bagian vegetative dan hanya mati jika terjadi
kerusakan. Bunga-bunga terdapat pada struktur aksiler yang khusus, misalnya pada
cabang yang pendek. Perbungaan dengan tipe percabangan seperti ini disebut
indeterminate atau rasemosa. Karakteristik yang ketiga yaitu dari bentuk atau segi
penampangnya bulat atau teres. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan mengenai aspek
batang yaitu sesuai dengan yang dipaparkan oleh
(Dasuki, 1992: 15) bahwa, dilihat dari habitus atau
perawakannya, Cycas rumphii merupakan pohon
menahun, batangnya berbentuk bulat, berkayu, dan
bersisik, serta dapat tumbuh hingga 4 meter. Saat mengambil specimen terlihat tumbuhan
ini bertipe monopodil karena hanya memiliki satu titik tumbuh atau percabangannya tidak
kompleks.
Aspek daun terdiri dari beberapa karakteristik yaitu pertama filotaksis atau letak
susunan dari daun-daun sepanjang batang atau cabang yaitu termasuk distikha yang terdiri
atas dua baris serta tidak bergantung pada filotaksis tersebar atau berhadapan.
Karakteristik kedua yaitu pertulangan pada daun yang sejajar. Karakteristik ketiga yaitu
bentuk daun lanset atau lanseolatus dengan perbandingan lebar dan panjang yaitu 1 : (3-
5). Karakteistik keempat yaitu dari tepi daun berbentu rata atau pektinotus dan
karakteristik kelima yaitu termasuk tumbuhan yang majemuk dalam artian terdiri dari dua
atau lebih helai daun tetapi anak daun kadang-kadang hanya satu. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan mengenai aspek daun yaitu sesuai dengan yang
dipaparkan oleh (Dasuki, 1992: 15) bahwa, dilihat dari segi daunnya, daun Cycas rumphii
termasuk daun majemuk karena terdiri dari banyak daun di dalam satu tangkai daun.
Daunnya tersusun berhadapan pada tangkai daun, berbentuk garis (oval panjang) yang
tepi daunnya rata serta ujung dan pangkal daunnya lancip. Pertulangann daunnya
menyirip.
Aspek strobilus terdiri dari beberapa karakteristik yaitu
pertama letak jantannya terminal atau di ujung dari sumbu
batang atau cabang. Karakteristik kedua yaitu letak betina
aksiler atau di ketiak daun (braktea). Aspek mikrosporofil
terdiri atas beberapa karakteristik pula pertama yakni letaknya
terminal atau di ujung dari sumbu batang atau cabang.
Karakteristik kedua yaitu jumlahnya yang tidak diketahui
dikarenakan kurangnya bahan dalam praktikum. Aspek
Makrosporofil terdiri atas beberapa karakteristik yakni letaknya aksilar atau di ketiak
daun (braktea). Karakteristik kedua yaitu jumlahnya 7 buah. Aspek distribusi seks yaitu
termasuk dioesius atau berumah dua yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada
individu yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai keempat aspek tersebut
yaitu sesuai dengan yang dipaparkan oleh (Sudarsono, 2005: 22) bahwa, Cycas rumphii
memiliki strobilus jantan dan strobilus betina tetapi pada pohon yang berbeda. Strobilus
jantan berbentuk kerucut dan terletak di ujung batang. Di dalam strobilus jantan terdapat
mikrosporofil. Sedangkan, strobilus betina berbentuk seperti keris yang di atasnya
terdapat bulatan-bulatan kecil dan umumnya terletak di ketiak daun. Di dalam bulatan-
bulatan yang terdapat di atas strobilus betina terdapat megasporofil yang berjumlah tujuh
buah. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi seks Cycas rumphii adalah
dioecious karena strobius jantan dan strobilus betina terletak pada pohon yang berbeda
(Sudarsono, 2005: 22).
Strobilus jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda, sehingga
tumbuhan ini disebut juga sebagai tumbuhan berumah dua (dioceous). Strobilus jantan
berbentuk bulat panjang dan tersusun dari banyak mikrosporofil, yaitu bagian yang
menghasilkan mikrospora. Di dalam mikrospora tersebut banyak mengandung
mikrosporangia. Strobilus betina berbentuk agak pendek membulat, dan tesusun dari
banyak makrosporofil atau megasporofil yangberperan sebagai alat reproduksi betina.
Megasporofil tersusun dari megasporofil yang akan berkembang menjadi ovul dan
tumbuh menjadi biji. Apabila kita mengiris biji tersebut akan terlihat tiga lapisan kulit
atau integument, nuselus, gametofit betina pada bagian paling dalamnya (Mulyani, 2013:
112-114).
Cycas rumphii Miq. merupakan salah satu anggota dari suku Cycadaceae yang
menyerupai palem. Di Indonesia penyebarannya cukup luas dan banyak ditanam di sekitar
pekarangan. Empulur atau bagian dalam batang yng banyk mengandung amilum sejenis
karbohidrat. Pada sekitar abad ke 18, seorang bekebangsaan Jermn meneliti tumbuhan
yang hidup di kepulauan Maluku. Ahli tumbuhan itu adalah George Eberhard Rumpf
yang akhirnya namanya diabadikan pada kata kedua dari nama tumbuhan ini yaitu
“rumphii” (Mulyani, 2013: 111-112).
Cycas rumphii meiliki manfaat antara lain, bijinya dapat dimakan atau diolah
menjadi tepung, daun yang paling muda dimakan sebagai sayur, batangnya dapat
menghasilkan semacam sagu, tapal dari biji dan pepagan dipakai untuk menyembuhkan
pegal-pegal dan gangguan kulit, dan dapat sebagai tanamn hias yang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi (Campbell, 2008: 170).
Pengamatan kedua yang telah dilakukan yaitu pada tumbuhan Pinus merkusii atau
yang dikenal dengan tumbuhan pinus dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Coniferopsida
Subkelas : Dillenidae
Ordo : Coniferales
Family : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii https://www.google.com/search?q=pinus+merkusii
Pengamatan mengenai Pinus merkusii dengan digunakan lup terlihat beberapa
karakteristik yaitu dari aspek batang, daun, strobilus, mikrosporofil, makrosporofil, da
distribusi seks. Karakteristik batang terdiri dari habitus yang memiliki perawakan pohon
besar yaitu tumbuhan berkayu yang besar dengan mempunyai satu batang utama.
karakteristik selanjutnya yaitu saat pengambilan specimen dan pada saat pengamatan pada
tumbuhan ini yaitu terlihat modus pertumbuhan bertipe monopodial yaitu kuncup terminal
selalu merupakan bagian vegetative dan hanya mati jika terjadi kerusakan. Bunga-bunga
terdapat pada struktur aksiler yang khusus, misalnya pada
cabang yang pendek. Perbungaan dengan tipe percabangan
seperti ini disebut indeterminate atau rasemosa. Karakteristik
yang ketiga yaitu dari bentuk atau segi penampangnya bulat atau
teres. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai
aspek batang yaitu sesuai dengan yang dipaparkan oleh (Dasuki,
1992: 15) bahwa, dilihat dari habitus atau perawakannya, Pinus
merkusii merupakan pohon, batangnya berbentuk bulat, berkayu dan bersisik, serta dapat
tumbuh hingga 40 meter. Saat mengambil specimen terlihat tumbuhan ini bertipe
monopodial karena hanya memiliki satu titik tumbuh atau percabangannya tidak
kompleks. Hanya saja terdapat perbedaan pada habitus perawakannya yaitu pohon besar
yang mungkin terdapat kesalahan dan kurang ketelitiannya dari praktikan saat mengamati
tumbuhan tersebut.
Aspek daun terdiri dari beberapa karakteristik yaitu pertama filotaksis atau letak
susunan dari daun-daun sepanjang batang atau cabang yaitu termasuk tersebar atau folia
sparsa (“alternate”) yaitu daun-daun pada masing-masing nodus biasanya tersusun dalam
suatu spiral. Karakteristik kedua yaitu pertulangan pada daun yang sejajar. Karakteristik
ketiga yaitu bentuk daun jarum. Karakteistik keempat yaitu dari tepi daun berbentu rata
atau pektinotus dan karakteristik kelima yaitu termasuk
tumbuhan yang majemuk dalam artian terdiri dari dua atau lebih
helai daun tetapi anak daun kadang-kadang hanya satu.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai aspek
daun yaitu sesuai dengan yang dipaparkan oleh (Dasuki, 1992:
30) bahwa, dilihat dari segi daunnya, daun Pinus merkusii
termasuk daun majemuk karena terdiri dari banyak daun di
dalam satu tangkai daun. Daunnya tersusun tersebar pada tangkai daun, berjumlah dua
atau seperti bercabang, berbentuk jarum yang tepi daunnya rata serta ujung dan pangkal
daunnya lancip. Karena daunnya berbentuk jarum jadi pertulangan daunnya tidak
tampak.
Aspek strobilus terdiri dari beberapa karakteristik yaitu pertama letak jantannya
terminal atau di ujung dari sumbu batang atau cabang. Karakteristik kedua yaitu letak
betina aksiler atau di ketiak daun (braktea). Aspek mikrosporofil terdiri atas beberapa
karakteristik pula pertama yakni letaknya aksiler yaitu di ketiak dari daun (braktea).
Karakteristik kedua yaitu jumlahnya 71 buah dari mikrosporofil.
Aspek Makrosporofil terdiri atas beberapa karakteristik yakni
letaknya aksilar atau di ketiak daun (braktea). Karakteristik
kedua yaitu jumlahnya 61 buah makrosporofil. Aspek distribusi
seks yaitu termasuk monoesius atau berumah satu yaitu bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada satu individu, pada
perbungaan yang sama atau tidak. Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan mengenai keempat aspek tersebut yaitu sesuai dengan yang
dipaparkan oleh (Sudarsono, 2005: 24) bahwa, Pinus merkusii memiliki dua buah
strobilus yaitu strobilus jantan dan strobilus betina pada satu pohon. Strobilus jantan
berbentuk silindris berwarna cokelat dan terletak di ujung batang. Di dalam strobilus
jantan terdapat mikrosporofil. Sedangkan, strobilus betina berbentuk kerucut, bersisik,
berwarna cokelat dan umumnya terletak di ketiak daun. Pada ketiak daunnya terdapat
makrosporofil. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa distribusi seks Pinus merkusii adalah
monoecious karena strobilus jantan dan strobilus betina terletak pada satu pohon yang
sama.
Pada umumnya suku pinaceae ini mempunyai strobilus jantan dan strobilus betina
pada satu individu secara bersamaan (monoceous). Strobilus jantan membawa spora
jantan berukuran kecil (mikrospora), sedangkan strobilus betina membawa sejumlah sisik
yang berupa ovul. Strobilus jantan biasanya berwarna orange dan terletak pada bagian
ujung suatu cabang pohon, sedangkan srobilus betina biasanya terletak pada bagian tepi
atau ketiak daun. Strobilus betina berukuran lebih besar dari pada strobilus jantan dan
berwarna kecoklatan tua apabila telah matang, sedangkan jika strobilus masih muda akan
berwarna hijau. Strobilus jantan mempunyai banyak mikrosporofil yang letaknya tersusun
secra spiral. Setiap mikrosporofil mempunyai mikrosporangia berjumlah dua buah.
Mikrosporangia tersebut menghasilkan mikrospora yang mempunyai sayap sehingga
memudahkan proses penyerbukan dengan bantuan angina (anemogami). Pembuahan pada
tumbuhan pinus membutuhkan waktu lama bisa hampir setahun dari mulai penyerbukan
sampai dengan fertilisasi. Waktu yang cukup lama diperlukan karena struktur strobilus
yang cukup keras (Mulyani, 2013: 117-119).
Berdasarkan klasifikasi timbuhan, pinus (P. merkusii) termasuk dalam famili
Pinaceae. Satu-satunya pinus yang penyebaran alaminya sampai di selatan khatulistiwa.
Di Asia Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia
(Sumatra), dan Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23OLU-2OLS. Di Pulau Hainan
(China) diperkirakan terdapat hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia)
juga merupakan hasil penanaman. Tumbuh pada ketinggian 30-1.800 m dpl, pada
berbagai tipe tanah dan iklim. Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina hingga
1.000-1.200 mm di Thailand dan Burma. Di tegakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli dan
Kerinci), tidak satu bulanpun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan
kering. Suhu tahunan rata-rata 19-28O C.
Pinus merkusii memiliki manfaat antara lain, umumnya digunakan sebagai sumber
bahan bangunan, pulp, dan juga campuran dalam pembuatan kertas, penanaman pohon
Pinus merkusii dapat menghambat pertumbuhan alang-alang dengan baik, dan tumbuhan
ini termasuk tumbuhan yang dapat digunakan untuk memulihkan kembali lahan-lahan
kritis (Campbell, 2008: 171).
Pengamatan ketiga yang telah dilakukan yaitu pada tumbuhan Pinus merkusii atau
yang dikenal dengan tumbuhan melinjo dengan klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Getopsida
Subkelas : Gnetidae
Ordo : Gnetales
Family : Gnetaceae
Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon https://www.google.com/search?q=gnetum+gnemon
Pengamatan mengenai Gnetum gnemon dengan digunakan lup terlihat beberapa
karakteristik yaitu dari aspek batang, daun, strobilus, mikrosporofil, makrosporofil, da
distribusi seks. Karakteristik batang terdiri dari habitus yang memiliki perawakan pohon
yaitu tumbuhan berkayu dengan mempunyai satu batang
utama. Karakteristik selanjutnya yaitu saat pengambilan
specimen dan pada saat pengamatan pada tumbuhan ini yaitu
terlihat modus pertumbuhan bertipe monopodial yaitu kuncup
terminal selalu merupakan bagian vegetative dan hanya mati
jika terjadi kerusakan. Bunga-bunga terdapat pada struktur
aksiler yang khusus, misalnya pada cabang yang pendek.
Perbungaan dengan tipe percabangan seperti ini disebut indeterminate atau rasemosa.
Karakteristik yang ketiga yaitu dari bentuk atau segi penampangnya bulat atau teres.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai aspek batang yaitu sesuai
dengan yang dipaparkan oleh (Dasuki, 1992: 15) bahwa, dilihat dari habitus atau
perawakannya, Gnetum gnemon merupakan pohon, batangnya berbentuk bulat, bertekstur
halus dan licin, serta dapat tumbuh hingga 15 meter. Saat mengambil specimen terlihat
tumbuhan ini bertipe monopodial karena hanya memiliki satu titik tumbuh atau
percabangannya tidak kompleks.
Aspek daun terdiri dari beberapa karakteristik yaitu pertama filotaksis atau letak
susunan dari daun-daun sepanjang batang atau cabang yaitu berhadapan atau oposita yaitu
dua daun terletak pada satu nodus, masing-masing pada satu sisi. Karakteristik kedua
yaitu pertulangan pada daun yang menyirip. Karakteristik ketiga yaitu bentuk daunbulat
telur atau ovatus dengan perbandingan lebar : panjang
yaitu 1 : (1-2). Karakteristik keempat yaitu dari tepi
daun undulatus atau bergelombang yaitu torehan
maupun tonjolan tumpul membulat dan karakteristik
kelima yaitu termasuk tumbuhan yang majemuk dalam
artian terdiri dari dua atau lebih helai daun tetapi anak
daun kadang-kadang hanya satu. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai
aspek daun yaitu sesuai dengan yang dipaparkan oleh (Dasuki, 1992: 30) bahwa, dilihat
dari segi daunnya, daun Gnetum gnemon termasuk daun majemuk karena terdiri dari
banyak daun di dalam satu tangkai daun. Daunnya tersusun tersebar paa tangkai daun,
berjumlah dua atau seperti bercabang, berbentuk jarum yang tepi daunnya rata serta ujung
dan pangkal daunnya lancip. Karena daunnya berbentuk jarum jadi pertulangan daunnya
tidak tampak.
Aspek strobilus terdiri dari beberapa karakteristik yaitu
pertama letak jantannya pada pangkal tangkai daun atau aksiler.
Karakteristik kedua yaitu letak betina aksiler atau di ketiak daun
(braktea). Aspek mikrosporofil terdiri atas beberapa karakteristik
pula pertama yakni letaknya pada permukaan strobilus jantan.
Karakteristik kedua yaitu jumlahnya 70 percabang dari strobilus.
Aspek Makrosporofil terdiri atas beberapa karakteristik yakni
letaknya pada permukaan strobilus betina. Karakteristik kedua yaitu jumlahnya 18
percabang dari strobilus. Aspek distribusi seks yaitu termasuk dioesius atau berumah dua
yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat pada individu yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan mengenai keempat aspek tersebut
yaitu sesuai dengan yang dipaparkan oleh (Sudarsono, 2005: 26) bahwa, Gnetum gnemon
memiliki strobilus jantan dan strobilus betina tetapi pada pohon yang berbeda. Strobilus
jantan berbentuk bulat kecil dan melingkari sumbu utama. Di dalam strobilus jantan
terdapat mikrosporofil. Sedangkan, strobilus betina berbentuk lonjong, serta membulat
besar. Di dalam strobilus betina terdapat makrospora. Jadi, dapat ditarik kesimpulan
bahwa distribusi seks Gnetum gnemon adalah dioecious karena strobilus jantan dan
strobilus betina terletak pada pohon yang berbeda.
Melinjo ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara (meskipun merupakan
tumbuhan asli dari Jawa dan Sumatra) dan tersebar hingga mencapai sebelah utara Assam
dan sebelah timur Fiji. Melinjo tumbuh liar di hutan-hutan hujan pada ketinggian hingga
1200 m. Melinjo dapat ditemukan di daerah yang kering sampai tropis. Untuk tumbuh
dan berkembang, melinjo tidak memerlukan tanah yang bernutrisi tinggi atau
iklim khusus. Melinjo dapat beradaptasi dengan rentang suhu yang luas. Hal inilah yang
menyebabkan melinjo sangat mudah untuk ditemukan di berbagai daerah kecuali daerah
pantai karena tumbuhan ini tidak dapat tumbuh di daerah yang memiliki kadar
garam yang tinggi. Di Indonesia tumbuhan melinjo tidak hanya dapat dijumpai di
hutan danperkebunan saja. Di beberapa daerah tumbuhan melinjo ditumbuhkan di
pekaranganrumah atau kebun rumah dan dimanfaatkan oleh penduduk secara langsung.
Lahan yang akan ditanami melinjo harus terbuka atau terkena sinar matahari, lubang
tanam berukuran 60 x 60 x 75 cm, dengan jarak tanam 6 – 8 m.
Gnetum gnemon memiliki manfaat antara lain, kulitnya mengandung protein,
lemak, karbohidrat, kalsium, fofor, zat besi, dan vitamin yang baik untuk kesehatan, daun
dan bijinya sebagai obat peluruh airseni, obat bekas gigitan anjing, obat anemia, obat
mata, obat busung lapar, dapat dijadikan sebagai makanan olahan dan sebagai sayur
(Campbell, 2008: 173).
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut.
1. Divisi Pinophyta dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu kelas Cycadopsida, kelas
Coniferopsida, dan kelas Gnetopsida.
2. Karakteristik morfologi Divisi Pinophyta secara umum mempunyai habitus atau
perawakn berupa pohon.
3. Alat perkembangbiakan pada Divisi Pinophyta berupa strobilus yang teridiri atas
strobilus jantan dan strobilus betina.
4. Strobilus jantan mempunyai mikrosporangia yang menghasilkan mikrospora,
sedangkan strobilus betina mempunyai megasporofil yang menghasilkan megaspora.
5. Cycas rumphii (pakis haji) merupakan pohon bulat berkayu monopodial, daun
majemuk berbentuk garis, ujung dan pangkal daun lancip, tepi daun rata dioecious
karena strobilus jantan dan strobilus betina terletak pada pohon yang berbeda.
6. Pinus merkusii (pinus) merupakan pohon bulat berkayu , monopodial, daun majemuk
berbentuk jarum seperti bercabang dua, ujung dan pangkal daun lancip, tepi daun rata,
monoecious karena strobilus jantan dan strobilus betina terletak pada satu pohon yang
sama.
7. Gnetum gnemon (melinjo) merupahan pohon bulat berkayu, monopodial, daun tunggal
berhadapan, berbentuk bulat telur, ujung daun pangkal daun lancip, tepi daun
bergelombang, dioecious karena strobilus jantan dan strobilus betina terletak pada
pohon yang berbeda.
H. PERTANYAAN
1. Tuliskan ciri-ciri khusus tumbuhan yang termasuk pada Divisi Pinophyta?
2. Jelaskan perbedaan strobilus jntan dengan strobilus betina pada Cycas rumphii?
3. Jelaskan perbedaan strobilus jntan dengan strobilus betina pada Pinus merkusii?
4. Jelaskan perbedaan strobilus jntan dengan strobilus betina pada Gnetum gnemon?
5. Jelaskan perbedaan spesies tumbuhan yang terdapat pada kelas Cycadopsida,
Coniferopsida, dan Gnetopsida?
6. Bagaimana proses pergiliran keturunan yang terjadi pada Cycas rumphii, Pinus
merkusii, dan Gnetum gnemon? Jelaskan dengan gambar?

JAWABAN
1. Ciri khusus tumbuhan yang termasuk Pinophyta ialah memiliki biji yang terbuka dan
memiliki strobilus jantan maupun betina yang dapat bersifat monoiecious atau
dioeicious.
2. Pada Cycas rumphii, strobilus jantan berbentuk kerucut dan terletak di ujung batang.
Di dalam strobilus jantan terdapat mikrosporofil. Sedangkan, strobilus betina
berbentuk seperti keris yang di atasnya terdapat bulatan-bulatan kecil dan umumnya
terletak di ketiak daun. Di dalam bulatan-bulatan yang terdapat di atas strobilus betina
terdapat megasporofil. Strobilus jantan dan strobilus betina terletak pada pohon yang
berbeda.
3. Pada Pinus merkusii, strobilus jantan berbentuk silindris berwarna cokelat dan terletak
di ujung batang. Di dalam strobilus jantan terdapat mikrosporofil. Sedangkan,
strobilus betina berbentuk kerucut, bersisik, berwarna cokelat dan umumnya terletak
di ketiak daun. Pada ketiak daunnya terdapat makrosporofil. Strobilus jantan dan
strobilus betina terletak pada satu pohon yang sama.
4. Pada Gnetum gnemon, strobilus jantan berbentuk bulat kecil dan melingkari sumbu
utama. Di dalam strobilus jantan terdapat mikrosporofil. Sedangkan, strobilus betina
berbentuk lonjong serta membulat besar. Di dalam strobilus betina terdapat
makrospora. Strobilis jantan dan strobilus betina terletak pada pohon yang berbeda.
5. Kelas Cycadopsida , habitusnya menyerupai palma, daun mudanya menggulung
seperti paku-pakuan, daunnya majemuk, dan distribusi seksnya dioecious. Kelas
Coniferopsida, habitusnya pohon berkayu dapat mencapai ketinggian 40 meter,
daunnya majemuk, dan distribusi seksnya monoecious. Kelas Gnetopsida, habitus
pohonnya mencapai ketinggian 15 meter, daunnya tunggal, dan distribusi seksnya
dioecious.
6. Pergiliran keturunan antara ketiga tumbuhan tersebut sangat jelas, terdiri dari dua fase,
yaitu sporofit dan gametofit. Pada tumbuhan yang menghasilkan strobilus, tumbuan
tersebut berarti sedang dalam fase sporofit. Sedangkan ketika tidak ditemukan
strobilus maka fase yang terjadi ialah fase gametofit. Pada saat terjadi fertilisasi,
serbuk sari dari strobilus jantan akan berkecambah pada ovul yang terbuka dan
selanjutnya akan menembus jaringan ovul. Berikut ini adalah gambar pergiliran
keturunannnya
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A Neil. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Dasuki, Undang Ahmad. 1992. Fitografi. Bandung: Pusat Ilmu Hayati ITB.

Kimball, John W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Mulyani, Asep. 2013. Pengantar Botani Phanerogamae. Cirebon: IAIN Press.

Sudarsono. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang. UM Press

Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spematophyta). Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.
LAMPIRAN

Bahan Praktikum Daun Cycas rumphii

Batang Pinus merkusii Daun Pinus merkusii

Strobilus betina Cycas rumphii


Strobilus jantan Pinus merkusii Strobilus betina Gnetum gnemon

Strobilus jantan Gnetum gnemon Daun Gnetum gnemon

Anda mungkin juga menyukai