a. Definisi ORIF
ORIF merupakan salah satu bedah ortopedi yang digunakan pada pasien fraktur. ORIF
diindikasikan untuk fraktur dengan kesejajaran yang tidak diterima setelah dilakukannya
reduksi tertutup dan imobilisasi, ketidakselarasan anggota tubuh pada ekstremitas bawah dan
terjadinya pembebanan berat badan, atau karena hasil pasien akan lebih baik dari
langsung dari beberapa fragmen, tetapi juga dapat meliputi teknik tidak langsung seperti
2) Fraktur yang membutuhkan keselarasan aksial yang tepat (mis patah pada lengan, patah tulang
metaphyseal sederhana)
4) Tertundanya operasi di mana jaringan granulasi atau awal kalus harus dipindah
6) Pada kasus tidak adanya atau terbatasnya akses untuk pencitraan perioperatif untuk memeriksa
reduksi.
Keuntungan ORIF
Keuntungan dari fiksasi internal ini yaitu akan tercapai reposisi yang sempurna dan
fiksasi yang kokoh sehingga pada pasien paska ORIF tidak perlu lagi dipasang gips dan
mobilisasi dapat segera dilakukan. Selain itu, pada pasien yang menjalani ORIF penyatuan
sendinya lebih cepat, memiliki reduksi yang akurat dan stabilitas reduksi yang tinggi,
Tujuan dari bedah ORIF yaitu digunakan untuk stabilitas fraktur atau mengoreksi masalah
stabilitas dan mengurangi nyeri serta stabilitas. Selain itu, tujuan lain dari tindakan ORIF
yaitu untuk menimbulkan reaksi reduksi yang akurat, stabilitas reduksi yang tinggi, untuk
immobilisasi eksternal, mengurangi lamanya rawat inap di rumah sakit serta pasien lebih cepat
Masalah yang sering kali ditimbulkan pada pasien pasca bedah ORIF meliputi:
1) Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi setelah bedah ORIF. Nyeri yang dapat
dirasakan seperti tertusuk dan terbakar pada tujuh hari pertama dan nyeri yang sangat
2) Gangguan mobilitas pada pasien pasca bedah ORIF juga akan terjadi akibat proses
pembedahan.
3) Kelelahan sering kali terjadi pada pasien post ORIF yaitu kelelahan sebagai suatu
sensasi. Gejala nyeri otot, nyeri sendi, sakit kepala, dan kelemahan dapat terjadi akibat
kelelahan sistem muskuloskeletal dan gejala ini merupakan tanda klinis yang seringkali terlihat
4) Perubahan ukuran, bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengubah sistem tubuh,
keterbatasan gerak, kegiatan, dan penampilan juga sering kali dirasakan oleh pasien paska
bedah ORIF.
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan
memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan
Nyeri Kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih lama dibandingkan nyeri akut (Hariyanto &
Sulistyowati, 2015).
Berbeda dengan nyeri akut, nyeri kronis memiliki neurofisiologis dan tujuan yang lebih
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan berlangsung dalam waktu
perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo,
2013).
Nyeri Nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang,
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur
saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri
berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter
dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil
atau laserasi.
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan Perry,
2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah.
Contohnya sensasi pukul (crushing)seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada
ulkus lambung.
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak organ tidak memiliki
reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri
dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang,
Radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain
(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasaseakan menyebar ke
bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah
akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
15
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS)merupakan alat pengukuran tingkat
keparahan nyeri yang lebih objekti. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”
Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri
terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk
Skala penilaian numerik (Numerical rating scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
(Andarmoyo, 2013)
(Visual Analog Scale)merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013)
Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada pasien yang secra
non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya (Judha, 2012). Intensitas nyeri dibedakan
1. 0 : Tidak Nyeri
Mana
Manajemen Farmakologi
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anannesis, pemeriksaan
klinis dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan : lokasi fraktur, bentuk fraktur,
menentukan tehnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
pengobatan.
2.Reduction
: tujuannya untuk mengembalikan panjang & kesegarisan tulang. Dapat dicapai yang manipulasi
tertutup/reduksi terbuka progresi. Reduksi tertutup terdiri dari penggunaan traksimoval untuk
Reduksi terbuka merupakan alat frusasi internal yang digunakan itu mempertahankan dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid seperti pen, kawat, skrup dan plat. Reduction
internafixation (orif) yaitu dengan pembedahan terbuka kan mengimobilisasi fraktur yang
pergerakan yang dapat mengancam union. Untuk mempertahankan reduksi (ektrimitas yang
mengalamifraktur) adalah dengan traksi.traksi merupakan salah satu pengobatan dengan cara
menarik/tarikan pada bagian tulang-tulang sebagai kekuatan dngan kontrol dan tahanan beban
keduanya untuk menyokong tulang dengan tujuan mencegah reposisi deformitas, mengurangi
nyeri, mempertahankan anatomi tubuh dan mengimobilisasi area spesifik tubuh. Ada 2
1.Mengurangi rasa nyeri, Trauma pada jaringan disekitar fraktur menimbulkan rasa nyeri yang
hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk menguranginyeri dapat diberi obat penghilang
rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu pemasangan bidai / spalk, maupun memasang
gips.
2.Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi
eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi
3.Membuat tulang kembali menyatu Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam waktu 4
4.Mengembalikan fungsi seperti semula Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut
Komplikasi
penderita Fraktur :
1 .Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang
tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miringDelayed unionadalah proses penyembuhan
yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
6.Fat embolism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko
terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai
80 fraktur tahun.
7.Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil
dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada
perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah
ortopedil
8.Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic
infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus
fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan
plat.
Avascular necrosis pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
10.Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik
abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan
vasomotor instability
indakan Terhadap Fraktur
(Brunner & Suddarth,2001 dalam wijaya & puti,2013 : 241) menyatakan bahwa tindakan yang
a.Reduksi terbuka
b.Reduksi tertutup
A.Alat Eksterna
a.Bebat
b.Brace
c.Case
e.Fiksator eksterna
f.Traksi
g.Balutan
B.Alat Interna
a.Nail
b.Plat
c.Sekrup
d.Kawat
e.Batang
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
PENATALAKSANAAN FRAKTUR
posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan
patah tulang (imobilisasi). Pada anak-anak reposisi yang dilakukan tidak harus
remodeling.
Agar penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang terjadi, baik
pada jaringan lunaknya maupun tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui,
apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau tak langsung.
Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian yang sakit dapat berfungsi kembali
fiksasi (imobilisasi). Hal ini akan menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit
sehingga terasa lebih nyaman dan sembuh lebih cepat. Rehabilitasi berarti
mengembalikan kemampuan anggota gerak yang sakit agar dapat berfungsi kembali.
Pengelolaan fraktur secara umum mengikuti prinsip pengobatan kedokteran
diagnosis yang tepat, pemilihan pengobatan dengan tujuan tertentu, mengikuti “law
of nature”, pengobatan yang realistis dan praktis, dan memperhatikan setiap pasien
secara individu. Penatalaksanaan fraktur sendiri terdiri dari dua, yaitu konservatif
dan operasi.
A. PENATALAKSANAAN KONSERVATIF
1. PEMBALUTAN
dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau dengan dislokasi yang tidak
akan menyebabkan kecacatan dikemudian hari. Contoh adalah pada fraktur kosta,
Istilah pembalut merujuk pada aplikasi secara luas maupun secara sempit
pembalutan untuk tujuan terapeutik. Apapun alasannya, perlu diingat bahwa jika
tidak diterapkan dengan benar, membalut dapat lebih cepat dan mudah
aliran darah.
Tujuan:
1. Mitella:
Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki deng
Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang tebentuk bulat atau unt
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapa
2. Dasi:
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis dan kaki
terkilir.
Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan el
astis.
Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena kassa mudah menyer
⁻ Lebar 7,5 cm - Biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis
dan kaki
Prosedur pembalutan
pertanyaan,
2) Pilih jenis pembalut yang akan dipergunakan, dapat salah satu atau
kombinanasi.
3) Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut
terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) unt
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril u
ya.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemu
dian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
Pengikatan dengantourniquet.
biasa.
dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang
perlu difiksasi
enderita
akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu
diikatkan
c. Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat diikatkan
dapat diikatkan
b. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salaah satu ujung
c. Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang lain
secukupnya
Prinsip-prinsip pembalutan
1) Balutan harus rapat rapi jangan terialu erat karena dapat mengganggu s
irkulasi.
n sirkulasi.
2. BIDAI
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga
Tujuan Pembidaian
5. Mempercepat penyembuhan
Macam-macam Bidai
1. Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain
yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan
2. Bidai improvisasi
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
lain-lain.
Prinsip Pembidaian
Indikasi Pembidaian
3. Dislokasi persendian
Persiapan Alat
3. Gunting
4. Kassa steril
5. Plester
6. Sarung tangan
7. Bantalan
Pelaksanaan
consent
4. Cuci tangan
cedera
10. Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar
dalam
11. Pasang balut bidai dalam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi,
12. Periksa nadi, fungsi motoric, dan sensorik (PMS) ekstremitas bagian
lengan maka periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama
bawah bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu
balutan, itu artinya terlalu keras. Meraba denyut arteri dorsalis pedis
pada kaki (untuk kasus di kaki).Bila tidak teraba, maka balutan kita
untuk kasus di tangan. Bila tidak teraba, maka balutan kita buka dan
longgarkan.
3. PEMASANGAN GIPS
Gips dalam bahasaa latin disebut kalkulus, dalam bahasa ingris disebut
plaster of paris, dan dalam belanda disebut gips powder. Gips merupakan
mineral yang terdapat di alam berupa batu putih yang mengandung unsur
kalsium sulfat dan air. Gips adalah alat imobilisasi eksternal yang kaku yang
balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh dengan mengunakan
bahan gips tipe plester atau fiberglass. Jadi gips adalah alat imobilisasi eksternal
yang terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam dengan formula khusus
Tujuan
Untuk mengimobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan
Mengoreksi deformitas
Jenis-jenis Gips
Kondisi yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan ketebalan gips
1) Gips lengan pendek Gips ini dipasang memanjang dari bawah siku sampa
2) Gips lengan panjang Gips ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ke
3) Gips tungkai pendek Gips ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai
dasar jari kaki, kaki dalam sudut tegak lurus pada posisi netral,
4) Gips tungkai panjang, gips ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas
dan tengah paha sampai dasar jari kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5) Gips berjalan. Gips tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat d
an dapat disertai telapak untuk berjalan
7) Gips spika gips ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ek
8) Gips spika bahu Jaket tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan sik
9) Gips spika pinggul Gips ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas
erbagai sebab.
otesa.
Bahan-bahan Gips
a) Plester.
sum ). Jika basah terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Krista
telah kering , memerlukan waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang k
gips yang basah berwarna abu-abu dan kusam, perkusinya pekak, terba le
b) Nonplester.
asi air ini mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebi
han karna lebih ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di
han pengeras yang dapat mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam
beberapa menit.
c) Nonplester berpori-pori,
Persiapan
Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang akan di gips
Gunting perban
Bengkok
Waslap/duk
Pemotong gips
Alat cukur
Handuk
Krim kulit
Persiapan pasien
Pasien dikaji secara umum sebelum pemasangan gips terhadap gejala dan
tanda, status emosional, pemahaman tujuan pemasangan gips, dan kondisi bagian
tubuh yang akan di pasang gips, termasuk status neurovaskuler, lokasi
pembengkakan, memar, dan adanya abrasi. Data yang harus terpenuhi antara lain
adanya rasa gatal atau nyeri ,keterbatasan gerak, rasa panas pada daerah yang di
pasang gips dan apakah ada luka di bagian yang akan digips. Misalnya luka
operasi, luka akibat patah tulang; apakah ada sianosis : apakah ada pendarahan;
apakah ada iritasi kulit; apakah ada bau atau cairan yang keluar dari bagian dari
bagian tubuh yang di akan di gips.Bila ada luka dirawat dan ditutup kassa, ukur
Persiapan lingkungan
Prosedur
Prosedur Rasional
mengurangi cemas.
erjaga ketumpangtidihan la
intervensi.
·Sebagai catatan/pegangan untuk
perawat.
M. Tanyakan pada klien jika h
N. Mendokumentasikan prose
catatan klien.
Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien.
Evaluasi
melakukan latihan sesuai kisaran gerakan sendi yang tidak tertutup gips
Mudah didapatkan.
Dapat dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau peraw
rtentu.
Pemasangan gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pad
Pemasangan yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mun
Perawatan
Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang mengakibatkan kerus
akan gips.
Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa tempat, harus
diperbaiki.
4. TRAKSI
Ada 2 cara :
1) Traksi kulit
memberikan imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan dalam
waktu yang lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit terjadi akibat
beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang diletakkan kekulit.
yang dapat dipasang sangat terbatas, tidak boleh melebihi toleransi kulit, tidak
lebih dari 2-3 kg. Traksi pelvis umumnya 4,5-9 kg, tergantung berat badan
klien.
Beban tarikan pada traksi kulit tidak boleh melebihi 5 kg, karena bila
beban berlebih kulit dapat mengalami nekrosis akibat tarikan yang terjadi
karena iskemia kulit. Pada kulit yang tipis, beban yang diberikan bahkan lebih
kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh dilakukan traksi kulit. Traksi kulit
banyak dipasang pada anak-anak karena traksi skelet pada anak dapat merusak
cakram episifis. Jadi beratnya beban traksi kulit antara 2-5 kg.
sensitivedanrapuhpadalansiaharusdiidentifikasipadalansiaharusdiidentifikasipa
berhubunganlangsungdenganplesterdansponharusdipantauketat.
Traksikulitharusdipasangdengankuat agar
Plestertraksiharusdipalpasisetiaphariuntukmengetahuiadanyanyeritekan.Padae
untukmencegahulkusdekubitus. Gunakankasurudara,
busadensitaspadauntukmeminimalkanterjadinyaulkuskulit.
Lama traksi,
baiktraksikulitmaupuntraksiskeletbergantungpadatujuantraksi.
Traksisementarauntukimobilisasibiasanyahanyabeberapahari,
sedangkantraksiuntukreposisibesertaimobilisasilamanyasesuaidengan lama
terjadinyakolusfibrosa. Setelahterjadikolusfibrosa,
ekstremitasimobilitasdengangips. Traksikulitapendikuler(
Metodeiniseringdigunakanuntukmenanganifrakturfemur, tibia,
humerus,dantulangleher.
Traksiskeletbiasanyamenggunakanbeban 7-12 kg
untukmencapaiefekterapi.Beban yang
dipasangbiasanyaharusdapatmelawandayapemendekanakibatspasmeotot yang
cedera. Ketikaototrileks,
bebantraksidapatdikurangiuntukmencegahterjadinyadislokasigarisfraktur dan
traksi yang efektif tetap dipertahankan. Bebat Thomas dengan pengait Pearson
sering digunakan bersama traksi skelet pada fraktur femur. Dapat pula
dalam alur roda pada katrol, tali tidak rusak, pemberat tetap tergantung
dengan bebas, dan simpul pada tali terikat erat. Evaluasi posisi klien, karena
klien yang merosot ke bawah dapat menyebabkan traksi tidak efekif. Beban
tidak boleh diambil dari traksi skelet kecuali jika terjadi keadaan yang
Kesajajaran tubuh klien harus dijaga agar garis tarikannya efektif. Kaki
plantar fleksi ), rotasi kedalam ( inversi ). Kaki klien harus disangga dalam
Perlu dipasang pegangan diatas tempat tidur, agar klien mudah untuk
berpegangan. Alat itu sangat berguna untuk membantu klien bergerak dan
perlu dikaji. Lakukan inspeksi paling sedikit tiap delapan jam dari adanya
menjaga kekuatan dan tonus otot, serta memperbaiki peredaran darah. Latihan
tempat tidur., fleksi dan ekstensi kaki, latihan rentang gerak, dan menahan
beban bagi sendi yang sehat. Pada ekstremitas yang diimobilisasi, lakukan
kaki dan kontraksi isometrik otot-otot betis, sebanyak 10 kali setiap jam saat
klien terjaga, dapat mengurangi risiko trombosis vena dalam. Dapat juga
terbentuknya kalus. Pin dipotong sedekat mungkin dengan kulit dan diangkat
oleh dokter kemudian dipasang gips atau bidai untuk melindungi tulang yang
Kontraindikasi
Efusi Sendi : Efusi sendi tidak boleh dilakukan mobilisasi. Hal ini
berasal dari perubahan yang terjadi dari laur dsan respon otot terhadap
Kehamilan
Hernia hiatus
Claustrophobia
gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat badan
pasien dan pengaturan posisi tempat tidur mmnpu memberi kontraksi. Yang
Traksi harus bersinambungan atau tidak boleh putus agar reeduksi dan
Pemberat tidak boleh diambil, kecuali jika traksi nuntuk tujuan intermiten.
Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur
pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat
4. Beri penguatan pada balutan awal/ pengganti sesuai dengan indikasi, gunak
an teknik aseptic dengan tepat.
dema, eritema.
Persiapan alat
beban
gunting
Traksi kulit
Bedak kulit
Kom berisi air putih
Handuk
Traksi skeletal
Lidi kapas
Kassa steril
Piala ginjal
Persiapan pasien
Anestesi
Persiapan lingkungan
Langkah-langkah prosedur
Mencuci tangan
Memakai handscone
Ambil skintraksi kit lalu rekatkan plester gips pada bagian medial dan
Mencuci tangan
Traksi Kulit
Cuci, keringkan dan beri bedak kulit sebelum traksi dipasang kembali
Lepas sarung tangan
traksi
Berikan penyokong kaku (foot plates) dan lepaskan setiap 2 jam lalu
rotasi
Traksi Skeletal
Cuci tangan
Buka set ganti balut, cairan pembersih dan gunakan sarung tangan steril
Bersihkan pin serta area kulit sekitar pin, menggunakan lidi kapas
Buang alat – alat yang telah dipakai ke dalam plastik khusus infeksius
Cuci tangan
punggung/ bokong
Berikan posisi yang tepat di tempat tidur
b. Mobilisasi terbatas
Evaluasi
l darah putih 5000-10.000/mm3, tidak ada nyeri pada luka, tidak ada tan
m rencana perawatan).
menurun.
l) Tidak ditemukan adanya dekubitus dan nyeri tekan. Kulit tetap utuh, at
B. PENATALAKSANAAN OPERASI
1. ORIF
fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. ORIF (Open Reduksi Internal
itu sendiri.
Indikasi ORIF :
tinggi. Misalnya :
⁻ Fraktur talus
⁻ Fraktur collum femur.
⁻ Fraktur avulsi
⁻ Fraktur dislokasi.
- Fraktur Monteggia.
- Fraktur Galeazzi
- Fraktur antebrachii
- Alat tidak steril : Lampu operasi, Cuter unit, Meja operasi, Suction,
Hepafik, Gunting
- Alat Steril : Duk besar 3, Baju operasi 4, Selang suction steril, Selang
- Set Orif :
1) Koker panjang 2
2) Klem bengkok 6
3) Bengkok panjang 1
4) Pinset cirugis 2
5) Gunting jaringan 1
6) Kom 2
7) Pisturi 1
8) Hand mest
9) Platina 1 set
13) Bor 1
b. Prosedur Operasi :
fraktur
- Pasang platina
dengan satu tangan dan memegang lengan bawah dengan tangan yang
lain.
kursiterdekat.
2. OREF
kerusakan jaringan lunak . Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk
fraktur kominutif (hancur atau remuk). Pin yang telah terpasang dijaga agar tetap
Indikasi
- Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau tulang yang parah.
dapat diminimalkan.
non union .
- Emboli lemak.
- Overdistraksi fragmen.
Persiapan OREF
- Persiapan psikologis
fiksator eksternal Alat ini sangat mengerikan dan terlihat asing bagi pasien.
Harus diyakinkan bahwa ketidaknyamanan karena alat ini sangat ringan dan
bahwa mobilisasi awal dapat diantisipasi untuk menambah penerimaan alat ini,
begitu juga keterlibatan pasien pada perawatan terhadap perawatan fiksator ini.
Setelah pemasangan fiksator eksternal , bagian tajam dari fiksator atau pin
harus ditutupi untuk mencegah adanya cedera akibat alat ini. Tiap tempat
masalah karena tekanan terhadap alat ini terhadap kulit, saraf, atau pembuluh
darah.
- Pencegahan infeksi
Perawatan pin untuk mencegah infeksi lubang pin harus dilakukan secara
rutin. Tidak boleh ada kerak pada tempat penusukan pin, fiksator harus dijaga
diberitahu. Klem pada fiksator eksternal tidak boleh diubah posisi dan
ukurannya.
- Latihan isometrik
Latihan isometrik dan aktif dianjurkan dalam batas kerusakan jaringan bisa
menahan. Bila bengkak sudah hilang, pasien dapat dimobilisasi sampai batas
meminimalkan pelonggaran puin ketika terjadi tekanan antara interface pin dan
tulang.
action sehingga aliran darah balik vena akan lebih cepat. Apabila system
peredaran darah baik maka oedema dan nyeri dapat berkurang. Contoh yang
bias diberikan yakni memberi arahan kepada pasien dengan cara mendorong
otot-otot anggota tubuh pasien itu sendiri. Tujuan latihan aktif meningkatkan
kekuatan otot. Gerak aktif tersebut akan meningkatkan tonus otot sehingga
pengiriman oksigen dan nutrisi makanan akan diedarkan oleh darah. Dengan
adanya oksigen dan nutrisi dalam darah, maka kebutuhan regenerasi pada
tempat yang mengalami perpatahan akan terpenuhi dengan baik dan dapat
Latihan Jalan: Salah satu kemampuan fungsional yang sangat penting adalah
berjalan. Latihan jalan dilakukan apabila pasien telah mampu untuk berdiri
dan keseimbangan sudah baik. Latihan ini dilakukan secara bertahap dan bila
tergantung dari kemampuan pasien. Pada waktu pertama kali latihan biasanya
menggunakan teknik non weight bearing (NWB ) atau tanpa menumpu berat
C. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi yang baik untuk pasien fraktur adalah dengan melakukan diet
1) Memberikan makanan secukupnya atau lebih dari pada biasa untuk memenuhi
protein dan kalori dibutuhkan dalam jumlah lebih dari pada kebutuhan biasa.
dapat menggunakan kartu menuju sehat (KMS), untuk anak balita, anak
sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa
tubuh.
1. Tinggi Energi
2. Tinggi Protein
4. Mudah dicerna
5. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan darurat
berfungsi sebagai zat pembangun dan pendorong metabolisme. Zat ini tidak bisa
Mete 21,2
Ayam 18,2
Tahu 7,8
Bayam 3,5
Kangkung 3,0
Kentang 2,0
Singkong 1,2
Sumber makanan yang tinggi Kalori
Wortel (126 g) 52
Makanan yang harus dihindari adalah makanan yang terlalu manis dan
gurih yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti gula-gula, dodol, cake, tarcis
dan sebagainya.
d) Sumber Protein Vitamin D : Ikan lele, sarden, ikan salmon, minyak ikan, telur
kepadatan tulang
Fosfor bergabung dengan kalsium untuk membentuk kalsium fosfat, yaitu zat
Ketimun dengan
Tempe bacem Sup sayuran
tomat iris
Pepaya
Susu Teh
Daftar Pustaka
2) Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR Dunn DL, Huter JG, Pollock RE. Orthopaedics.
Dalam: Brunicardi FC, Anderson DK, Billiar TR Dunn DL, Huter JG, Pollock RE.
6) Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers, TA, Melby SJ. Dalam: Klingensmith
ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers, TA, Melby SJ. Washington Manual of Surgery, The
Education. 2010.
8) Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Azis Alimul
9) Salter RB. Textbook Disorders and Injuries of The Muskuloskeletal System Third
11) Sjamsuhidayat, de Jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 3. Jakarta: Penerbit Buku
12) Stone,Keith. Current Diagnosisi & Treatment: Emergency Medicine. 6th Ed. Lange.2008.
Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani
1. Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan diagnose dan tindakan
selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan
fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya
untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal.
Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka.
Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan
elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi
fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalam penyembuhan.
3.Retensi(Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau di pertahankan
dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan
dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat digunakan untuk
fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi
eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan
memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan
distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan
eksternalbars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia,
tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis.
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang diletakkan pada bagian
proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan
satu sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk
menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma
muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi
atropi atau kontraktur. Bila keadaan mmeungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan-
VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri
yang berbeda, range dari “no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS merupakan alat
pemeriksaan yang efektif untuk memeriksa intensitas nyeri. VRS biasanya diskore dengan
memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas nyerinya. Sebagai
contoh, dengan menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan skore “0”, mild
(kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate (nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri
keras) dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan skore “4”. Angka tersebut
berkaitan dengan kata sifat dalam VRS, kemudian digunakan untuk memberikan skore untuk
Beberapa keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata
sifat yang cocok untuk level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf
ymenggunakan kata sifat untuk menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda,range dari
³no pain´ sampai ³nyeri hebat´ (extreme pain).yalat pemeriksaan yang efektif untuk memeriksa
intensitas nyeri.diskore dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan
tingkatintensitas nyerinya.
contoh: dengan menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan skore³0´, mild (kurang nyeri) dengan
skore ³1´, moderate (nyeri yang sedang) denganskore ³2´, severe (nyeri keras) dengan skor ³3´, very
severe (nyeri yang sangat keras)dengan skore ³4´. Angka tersebut berkaitan dengan kata sifat
keterbatasan: adanya ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yangcocok untuk
level intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat
yang digunakan
AROMATERAPI LEMON