Perhitungan Roda Gigi 2
Perhitungan Roda Gigi 2
Bab ini membahas pembentukan campuran, penyalaan, dan pembakaran pada motor
SI konvensional.
1
- Pada beban rendah, konsumsi bahan bakar minimum dan karenanya campuran
miskin harus disediakan.
- Pada beban tinggi, daya maksimum membutuhkan campuran kaya.
Kebutuhan-kebutuhan ini dipenuhi oleh karburator atau sistem injeksi bahan bakar
yang menginjeksikan bahan bakar ke dalam saluran masuk pada manifold. Setelah
menggunakan konverter-konverter katalis untuk penanganan gas buang, rasio
udara harus sama dengan satu pada semua kondisi operasi, yang hanya dapat
dicapai oleh sistem-sistem injeksi bahan bakar.
Karburator
Prinsip kerja karburator diperlihatkan pada Gambar 7.2. Udara masuk ke dalam
bagian hisap karburator dan mengalir ke dalam venturi (6) karburator, sebuah
konvergen dan divergen nosel, dimana kecepatan meningkat dan tekanan
menurun. Perbedaan tekanan bergantung pada aliran massa. Hal ini menyebabkan
bahan bakar cair mengalir ke ruang bakar (3), dimana level bahan bakar dijaga
konstan, melalui main jet (4), calibrated orifice, ke dalam tabung saluran
discharge bahan bakar. Di sini penguapan bahan bakar dimulai dan berlanjut di
dalam manifold. Aliran tersebut kemudian melalui katup gas (5) dan memasuki
saluran masuk pada manifold. Rasio udara diatur oleh permukaan menyilang dari
main jet(4). Kuantitas campuran ditentukan oleh posisi katup gas(throttle).
2
Untuk menghitung rasio udara, aliran massa udara dan bahan bakar harus
ditentukan menggunakan persamaan-persamaan untuk aliran cairan melalui suatu
orifice dengan koefisien aliran α:
m& A = AA .α A 2 ρ A .Δp A
m& F = AF .α F 2 ρ F .ΔpF
mA
λ=
Lst .mF
AA .α A ρ A .Δp A
λ=
Lst . AF .α F ρ F .ΔpF
Seperti halnya perbedaan-perbedaan tekanan untuk udara dan bahan bakar yang
hampir sama dan semua parameter lain yang hampir konstan, demikian pula rasio
udara tetap konstan dan tidak bergantung pada laju aliran massa.
3
- Beban penuh (posisi katup gas 6c): sistem memperkaya campuran (10), (11)
dengan menambah bahan bakar.
- Operasi stasioner tanpa beban (posisi katup gas 6a): sistem terpisah (13), (14),
(15) menyediakan bahan bakar.
- Akselerasi: untuk mengurangi efek inersia dan kondensasi, ditambahkan
sebuah pompa untuk akselerasi.
- Penyalaan dingin: sebuah choke (17) ditambahkan untuk memperkaya
campuran dengan meningkatkan perbedaan tekanan.
4
7.2. Penyalaan Busi
Pada motor dengan penyalaan busi, lompatan bunga api listrik yang diproduksi di
antara elektrode-elektrode busi memulai proses pembakaran. Voltase tinggi yang
cukup (15kV-40kV) harus disediakan dan didistribusikan ke silinder-silinder oleh
sistem penyalaan.
5
Pada beban rendah, kecepatan propagasi nyala api dikurangi sehingga penyalaan
harus diperlambat. Hal ini dapat dilakukan dengan mekanisme vakum pada intake
manifold.
7.3. Pembakaran
Plasma kerne dengan temperatur yang tinggi dihasilkan oleh penyalaan yang
berlanjut pada self sustaining and perambatan nyala awal. Ini adalah lapisan tipis
tempat reaksi kimia pembakaran berlangsung. Karakteristik nyala awal ini
(kecepatan propagasi,bentuk) berpengaruh langsung pada operasi motor. Pada
pembakaran normal, Nyala api awal harus menyebar melalui ruang bakar secepat
mungkin dan se-uniform mungkin sebelum dipadamkan pada dinding-dinding,
lihat Gambar 7.7a. Pembakaran tidak normal disebabkan oleh detonasi atau
penyalaan awal.
6
Detonasi merupakan penyalaan spontan sebagian campuran didepan awal
penyalaan yang disebabkan oleh tekanan dan temperatur tinggi, lihat Gambar
7.7b. Pelepasan energi kimia yang cepat menyebabkan gelombang-gelombang
tekanan lokal yang sangat tinggi yang mengakibatkan suara detonasi, lihat
Gambar 7.8. Beban mekanik dan termal yang tinggi pada pembakaran detonasi
dapat merusak komponen-komponen motor.
Untuk pembakaran normal dengan efisiensi yang baik, turbulensi yang tinggi yang
menyebabkan kecepatan perambatan nyala yang tinggi seperti diinginkan.
Kecepatan nyala rata-rata meningkat seiring dengan kecepatan piston rata-rata.
Kecepatan penyalaan juga bergantung pada rasio udara, lihat Gambar 7.9. Sejalan
dengan turunnya kecepatan penyalaan pada sebagian beban, jeda penyalaan
meningkat dan pewaktuan penyalaan harus diperlambat.
Jeda penyalaan atau pembakaran adalah waktu (atau sudut engkol) di antara awal
penyalaan dan awal pembakaran, ditandai oleh kenaikan tekanan di dalam silinder
atau kenaikan laju panas yang dilepaskan, lihat Gambar 7.10. Bagian terendah
Gambar 7.10 menunjukkan laju pelepasan panas.
7
x = panas yang dilepaskan / panas keseluruhan
atau
x = massa bahan bakar yang terbakar / massa bahan bakar
8
Gambar 7. 11. Variasi Siklus pada Motor Bensin
Gambar 7. 12
Untuk meningkatkan kecepatan penyalaan dan mengurangi detonasi, akhir-akhir
ini banyak digunakan inlet manifold dengan bentuk khusus yang menyebabkan
efek putaran fluida(swirl) yang dapat meningkatkan turbulensi, lihat Gambar 7.13.
Penginduksian gerakan campuran menggunakan sejumlah energi dan
menyebabkan transfer panas yang lebih tinggi.
9
BAB VIII
PEMBENTUKAN CAMPURAN DAN PEMBAKARAN
CAMPURAN PADA MOTOR DIESEL
10
proses buang. Akibatnya, jelaga atau asap hitam pada gas buang tersebut
membatasi daya keluarannya.
- Tidak ada batas detonasi sehingga rasio kompresi yang lebih tinggi dapat
digunakan untuk memperbaiki efisiensi relatif terhadap motor SI.
Gambar 8. 1
11
tinggi, dan kebisingan yang tinggi pula. Untuk menghindari pembakaran
cepat:
• Jeda pembakaran harus dijaga tetap singkat dengan menggunakan
bahan bakar dengan bilangan setan tinggi dan tekanan injeksi yang
tinggi, serta turbulensi yang tinggi di dalam ruang bakar.
• Injeksi awal sejumlah kecil bahan bakar.
• Sistem pembakaran melepaskan bahan bakar perlahan-lahan ke
pembakaran utama (ruang bakar awal).
- Pembakaran terkendali membakar sebagian besar bahan bakar. Laju
pelepasan panas atau laju pembakaran dikontrol oleh laju ketersediaan
campuran untuk pembakaran dari proses pencampuran udara – uap.
- Pembakaran lanjutan terhadap bahan bakar yang tidak tercampur sempurna
mengakibatkan termperatur tinggi pada gas buang, emisi CH yang tinggi, dan
efisiensi yang buruk. Hal ini harus dihindari dengan cara:
• Pencampuran yang baik (distribusi mikro)
• Distribusi yang baik (distribusi makro)
• Rancangan ruang bakar yang sesuai
• Turbulensi yang tinggi
12
8.2. Injeksi
Bahan bakar harus diinjeksikan ke dalam silinder umumnya pada tekanan silinder
50-100 bar. Semprotan bahan bakar cair yang diinjeksikan diusahakan memasuki
silinder pada kecepatan tinggi agar:
- mengatomisasi bahan bakar menjadi partikel-partikel berukuran kecil untuk
memungkinkan penguapan dan pencampuran dengan udara yang cepat.
- Menyiapkan ruang bakar dalam waktu singkat sehingga mampu memproses
campuran udara.
Pada sistem injeksi, bahan bakar diambil dari tangki oleh sebuah pompa suplai,
melalui sebuah saringan, dan dikompresi pada pompa injeksi. Pipa-pipa nosel
membawa bahan bakar bertekanan tinggi ke nosel injektor. Motor-motor kecil
menggunakan menggunakan pompa-pompa injeksi bahan bakar distributor,
motor-motor yang lebih besar menggunakan pompa-pompa segaris dengan sebuah
plunyer untuk setiap silinder yang dikendalikan oleh sebuah cam. Jumlah bahan
bakar yang dikirim diubah-ubah dengan memvariasi langkah plunyer, lihat
Gambar 8.4. Sebuah governor digunakan untuk mengendalikan kecepatan motor
idle dan maksimum, sebuah alat yang mengatur laju injeksi bahan bakar sesuai
dengan putaran mesin.
13
Gambar 8. 5. Injektor Elektronik
Gambar 8. 4 Sistem Injeksi Motor Diesel
14
meliputi jumlah, situasi, dan diameter-diameter lubang-lubang disesuaikan dengan
kebutuhan. Pada kebanyakan kasus digunakan nosel bertipe multi-lubang, lihat
Gambar 8.6, pada ruang-ruang pra- dan efek pusaran(swirl) digunakan pintle
nozzle. Nosel tersebut hanya menginjeksikan bahan bakar dalam jumlah kecil pada
awalnya sehingga bising dang emisi buang yang dihasilkan rendah.
8.3. Pembakaran
Pada semprotan bahan bakar, perbedaan rasio udara lokal selalu menghasilkan
area di dalam batas-batas kemampuan untuk tidak menyala, lihat Gambar 8.7
(pencampuran makro). Selain itu, di dalam penyemprotan tunggal bahan bakar,
rasio udara bervariasi dari bahan bakar murni sampai udara murni, lihat Gambar
8.8 (pencampuran mikro). Pembakaran yang dimulai pada campuran kaya (λ=0,6)
menyebabkan pembentukan jelaga. Pembakaran pada motor diesel lebih stabil
daripada motor-motor bensin, variasi siklik lebih kecil.
Pergerakan gas di dalam silinder merupakan salah satu faktor utama dalam
mengendalikan pencampuran bahan bakar – udara dan proses pembakaran. Pola
awal aliran dalam silinder diset oleh proses hisap (katup-katup dan port-port) dan
diubah oleh gerakan piston (swirl, squish). Gerakan campuran juga mempengaruhi
perpindahan panas, emisi, dan efisiensi. Berbagai sistem pembakaran telah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan motor-motor penyalaan kompresi.
15
Injeksi Tidak Langsung (IDI = Indirect Injection)
Bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar awal(pre-chamber) atau ruang
bakar dengan efek swirl(swirl-chamber) dimana pembakaran dimulai yang
kemudian diteruskan ke dalam ruang bakar utama, lihat Gambar 8.9. Motor-motor
IDI menghasilkan kebisingan dan emisi buang yang rendah karena fase
pembakarannya yang cepat dan lemah. Kerugiannya adalah efisiensi yang rendah,
beban termal pada ruang yang tinggi, dan rancangan yang lebih rumit. IDI
digunakan pada motor-motor mobil penumpang berkecepatan tinggi.
16
Gambar 8. 10. Pembakaran pada Sistem Injeksi Langsung.
Perbandingan siklus ideal dan real untuk motor bensin (pembakaran volume
konstan) dan motor diesel (pembakaran tekanan terbatas) diperlihatkan pada
17
Gambar 8. 11. Laju Pelepasan Panas Untuk Motor Bensin dan Diesel
18
alami (DE-S), dan motor diesel DI dengan turbocarjer pada kondisi beban penuh,
mengilustrasikan karakteristik-karakteristik tersebut.
19
BAB IX
EMISI
Suara adalah fluktuasi yang sangat kecil dalam tekanan udara yang dapat diterima
oleh telinga manusia. Suara yang tidak diinginkan disebut kebisingan. Motor
diesel dan sistem pembuangannya merupakan sumber kebisingan. Kebisingan
dihasilkan secara langsung oleh aliran gas (pipa pembuangan, kipas) atau secara
tidak langsung oleh getaran permukaan (kebisingan motor, kebisingan
pembakaran). Rendahnya frekuensi kebisingan pembakaran bergantung pada
tekanan silinder, kenaikan tekanan menyebabkan frekuensi kebisingan meningkat.
Untuk mengurangi kebisingan, produksi kebisingan dikurangi (kurva tekanan
yang lebih halus) dan kecepatan propagasi atau emisi dikurangi (covers,
damping).
Emisi gas-gas buang merupakan masalah kedua dari motor diesel. Hal ini disadari
pertama kali di California pada tahun 1940-an ketika ditemukan bahwa masalah
smog dihasilkan dari reaksi antara oksida nitrogen dengan senyawa-senyawa
hidrokarbon dengan bantuan sinar matahari.
Sejak itu, peraturan-peraturan gas buang diperketat dan emisi motor diesel
diturunkan secara drastis dengan munculnya katalitik konverter. Namun, masalah
tersebut tetap belum terpecahkan seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan
bermotor secara pesat, lihat Gambar 9.1. Selain itu, pembakaran bahan bakar HC
selalu menghasilkan CO2 hingga 20%, yang meskipun bukan merupakan gas
20
berbahaya namun mengakibatkan efek rumah kaca yang meningkatkan temperatur
global, lihat Gambar 9.2.
Karbon Monoksida CO
Di negara-negara industri, 2/3 emisi CO disebabkan oleh kendaraan bermotor (1/3
disebabkan pembakaran bahan bakar pada rumah tangga). Karena jumlahnya yang
besar, mobil penumpang menyumbang emisi CO paling banyak, baik motor
bensin yang memenuhi aturan katalitik maupun motor diesel menyumbang jumlah
yang relatif sama. CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa, namun sangat beracun (menghirup 0,3% volume dapat menyebabkan
kematian dalam setengah jam). Dengan bantuan oksigen, CO dapat diubah
menjadi CO2.
Partikulat
Hampir 1/3 emisi partikulat disebabkan oleh kendaraan bermotor (1/3 oleh rumah
tangga dan proses pemanasan di dalamnya). Emsisi partikulat, bersama-sama
21
dengan emisi NOx, merupakan masalah utama motor diesel. Partikulat meliputi
semua bahan cair maupun padat (abu, karbon, debu, jelaga). Partikel-partikel
tersebut menyebabkan iritasi pada sistem pernafasan. Hidrokarbon dapat diserap
pada permukaan partikel sehingga menjadi zat karsinogenik.
Hidrokarbon HC
Kendaraan bermotor lagi-lagi menjadi sumber utama emisi HC(1/3). Motor bensin
memproduksi HC lebih banyak dibandingkan dengan motor diesel, terutama
motor dua langkah yang kecil. Hidrokarbon sangat reaktif. Dengan bantuan sinar
matahari, oksida nitrogen bereaksi dengan HC menghasilkan oksidan yang
menyebabkan iritasi membran mukosa pada tenggorokan, hidung, dan telinga.
Beberapa jenis HC juga merupakan zat karsinogen.
Ozon O3
Ozon merupakan oksida yang berasal dari unsur-unsur gas buang (HC dan NOx)
di bawah pengaruh radiasi ultraviolet. Ozon merupakan gas yang sangat beracun
dengan bau yang merusak paru-paru.
Oksida Sulfur
Sulfur dioksida SO2 dihasilkan dari sulfur yang terdapat di dalam bahan bakar
sebagai pengotor. Ini merupakan gas beracun tak berwarna yang merusak paru-
paru. Senyawa ini dapat bereaksi membentuk asam sulfur.
Senyawa Timbal
22
Senyawa-senyawa timbal dahulu digunakan sebagai bahan tambahan untuk bensin
yang meningkatkan tahanan detonasi. Timbal merupakan logam berat beracun
yang dapat tertimbun di dalam tubuh, khususnya hati.
Pembakaran Sempurna
Dengan rasio udara λ=1 dan waktu reaksi yang cukup, pembakaran sempurna
menghasilkan karbon dioksida dan air. Nitrogen tetap tak berubah.
⎛ y z⎞ ⎛ y z⎞
C x H y O z + ⎜ x + − ⎟(O2 + 3.76 N 2 ) → xCO2 + H 2 O + 3.773⎜ x + − ⎟ N 2
y
⎝ 4 2⎠ 2 ⎝ 4 2⎠
Pembakaran Tak Sempurna
Dengan kurangnya oksigen, pembakaran tak sempurna menghasilkan:
- Hidrokarbon yang tidak terbakar (HC,CxHy):
Unsur-unsur pembangun bahan bakar.
- Hidrokarbon yang terbakar sebagian (CO):
Sebagian unsur terbakar, sementara sisanya, khususnya CO, tertinggal sebagai
gas buang.
- Jelaga(soot).
Pembakaran Berlebih
Dengan kelebihan oksigen pada temperatur yang sangat tinggi, pembakaran
berlebih mengubah nitrogen di atmosfer N2 menjadi oksida nitrogen (NO,NO2).
Emisi CO
Emisi CO rendah pada campuran miskin dan meningkat tajam pada λ=1 dengan
kondisi kurang udara (campuran gemuk). Konsentrasi CO tertinggi terjadi selama
pembakaran. Selama ekspansi, CO + air akan menghasilkan CO2 + hidrogen
(reaksi air - gas). Oksidasi menurun dengan menurunnya temperatur.
23
Gambar 9. 3. Emisi dari Motor Bensin
Emisi HC
Emisi HC mencapai minimum di sekitar λ=1,1 dan meningkat mendekati batas
penyalaan. Sebagian HC dioksidasi pada saat proses ekspansi dan proses buang.
24
- Penyimpanan dan pelepasan bahan bakar atau oli: lapisan-lapisan oli di dalam
motor dapat menjebak sebagian bahan bakar dan melepaskannya pada saat
ekspansi.
- Flame-quenching dalam celah: di dalam celah di antara cincin piston atas,
piston, dan dinding silinder, celah lebih kecil daripada jarak quenching.
Akibatnya, api tidak dapat menyebar ke campuran bahan bakar – udara yang
terkompresi ke dalam celah. Bahan bakar yang tidak bereaksi tersebut
tertinggal di dekat dinding tetapi sebagian keluar pada proses ekspansi, lihat
Gambar 9.5.
Emisi NOx
Emisi NOx mencapai maksimum dengan puncak yang tajam pada λ=1,1 yang
disebabkan oleh tingginya temperatur dan cukupnya oksigen pada titik operasi ini.
Karena emisi NOx maksimum bersamaan dengan emisi HC minimum,
pengurangan pembentukan polutan pada motor bensin menjadi sulit.
Emisi CO
Emisi CO rendah karena operasi miskin.
25
Emisi HC
Emisi HC dihasilkan karena:
- campuran lokal tidak berada di dalam batas inflammability (terlalu miskin)
- dripping atau penguapan bahan bakar dari injektor nosel
- flame quenching di dekat dinding atau di dalam celah
Emisi NOx
Emisi NOx meningkat dengan meningkatnya temperatur dan beban. Sistem DI
menghasilkan emisi NOx lebih banyak. Emisi ini dapat dikurangi dengan injeksi
terlambat dan re-sirkulasi gas buang.
Emisi Jelaga
Emisi jelaga merupakan bagian utama asal diesel dan sekaligus merupakan
masalah utama motor diesel. Jelaga terbentuk pada temperatur tinggi lebih dari
1500 K dengan kondisi kekurangan oksigen. Partikel-partikel jelaga mengental
dan menyerap senyawa-senyawa lain. Pembentukan jelaga juga bergantung pada
sistem pembakaran.
Pada motor diesel, campuran tidak seragam sehingga pembentukan polutan juga
bergantung pada distribusi bahan bakar dan proses pembakaran. Gambar 9.7
menunjukkan mekanisme pembentukan polutan pada motor diesel DI.
26
9.2.3. Perbandingan Motor Bensin dan Diesel serta Pengaruh
Kondisi Operasi
Motor bensin menghasilkan emisi buang CO, HC, dan NOx dalam jumlah besar.
Dengan menggunakan katalitik konverter, emisi tersebut dapat dikurangi hingga
90%, namun tetap lebih tinggi dibandingkan dengan motor diesel, lihat Gambar
9.8. Konsumsi bahan bakar (yang juga berdampak pada emisi CO2) juga lebih
tinggi. Namun, emisi NOx dan jelaga lebih banyak dihasilkan oleh motor diesel.
Gambar 9. 8. Emisi Motor Bensin dengan Katalis 3 jalur dan Motor Diesel
27
Pada motor SI dengan karburator, campuran bahan bakar - udara yang lebih
kaya akan menghasilkan emisi CO yang lebih tinggi. Hal ini tidak terjadi pada
sistem injeksi bahan bakar. Pada motor diesel turbocarjer, pembentukan jelaga
dimungkinkan (asap hitam) jika turbo membutuhkan waktu untuk
menghasilkan tekanan yang dibutuhkan untuk beban yang lebih tinggi.
- Perlambatan:
Lapisan film terkondensasi pada sistem hisap menguap dan memperkaya
campuran sehingga menyebabkan terjadinya misfire dan mempertinggi emisi
CO dan HC. Pada motor SI modern, seperti juga pada motor diesel, suplai
bahan bakar dikurangi dan tidak ada emisi yang signifikan.
28
diperkenalkan (katalis oksidasi), seperti juga filter partikulat dan perangkap
untuk emisi diesel.
29
Gambar 9. 9. Reduksi Emisi NOX Pada Penggunaan EGR
Katalitik Konverter
Katelitik konverter mempercepat reaksi kimia, umumnya pada temperatur tinggi.
Katalis Oksidasi
Katalis oksidasi mengoksidasi CO dan HC menjadi CO2 dan air dengan
bantuan oksigen pada 250°C.
Katalis Reduksi
Katalis reduksi mengurangi NOx ke N2 pada rasio udara di bawah satu.
Katalis 3 jalur
Katalis 3 jalur memungkinkan oksidasi CO dan HC sekaligus reduksi NOx
dengan sebuah katalis. Efisiensi konversi bergantung pada rasio udara, lihat
Gambar 9.10. Hanya di sekitar λ=1 semua polutan dapat diubah dengan
tingkat 90%.
30
mengendalikan sistem aliran bahan bakar. Platinum dan Rhodium digunakan
sebagai katalis, umumnya diaplikasikan pada keramik khusus yang menyediakan
permukaan luas untuk reaksi kimia. Katalis dihancurkan oleh timbal (bahan bakar
tanpa timbal!) dan membutuhkan temperatur sekurang-kurangnya 300°C
(pemanasan).
31
Turbocarjer dengan Pendingin Antara
Turbocarjer dengan pendingin antara di samping meningkatkan daya keluaran dan
efisiensi, juga menurunkan pembentukan semua polutan.
Katalis Oksidasi
Katalis oksidasi yang umum digunakan adalah katalis untuk oksidasi CO dan HC.
Pengurangan HC juga sedikit mengurangi partikulat karena HC yang dapat
menggumpal dengan partikel-partikel jelaga lebih sedikit.
Katalis Reduksi
Katalis reduksi untuk mengubah NOx sedang dikembangkan.
Filter
Filter, misalnya filter keramik, dipasang di sistem pembuangan untuk mengurangi
emisi partikulat. Pada motor diesel, katalis 3 jalur tidak dapat digunakan karena
tingginya rasio udara.
32
9.4. Uji Operasi Kendaraan(Driving Test)
Saat ini semua negara industri secara legal telah mewajibkan Uji Operasi
Kendaraan dan batas emisi. Kendaraan dipasangi dinamometer, lalu disimulasikan
siklus operasi kendaraan, dan emisi buangnya diambil sebagai contoh (CVS =
Constant Volume Sampling = Pengambilan Data pada Volume Konstan). Variasi
siklus tes dilakukan untuk menyediakan pilihan titik-titik beban motor dan
kecepatan operasi. Gambar 9.12 menggambarkan siklus operasi kendaraan untuk
motor bensin yang diterapkan pada sebuah kota di USA. Tes ini mencakup
rentang beban yang lebar seperti dapat dilihat dari titik-titik operasi terhadap peta
performa pada Gambar 9.13. Penyalaan kendaraan dalam keadaan dingin
seringkali merupakan bagian integral dari tes.
Batas-batas emisi terus diturunkan dan pendekatan baru untuk mengurangi emisi
akan terus dicari.
33
Gambar 9. 13. Pengujian Operasi Kendaraan di Amerika dalam Peta Performansi
34