Anda di halaman 1dari 24

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Ruang lingkup Logging

Tidak banyak yang dapat di pelajari tentang potensi dari suatu sumur yang sedang
dibor. Dalam kenyataanya lumpur bor mendesak hidrokarbon masuk ke dalam formasi
menjauhi lubang bor dan mencegah hidrokarbon menyembur keluar ke permukaan.
Pemeriksaan berkas bor (cutting) yang kembali ke permukaan dapat memberikan
petunjuk tentang litologi secara gambling dari formasi yang ditembus mampu
memperkirakan banyaknya minyak atau gas di lapisan formasi.

Logging memberikan data yang di perlukan untuk mengevaluasi secara kuantitas


banyaknya hidrokarbon di lapisan pada situasi dan kondisi sesungguhnya. Kurva log
memberikan informasi yang cukup tentang sifatsifat batuan dan cairan. Dari sudut
pandang pengambilan keputusan, logging adalah bagian yang penting dari proses
pemboran dan penyelesaian sumur. Adalah mutlak untuk mendapatkan data log yang
akurat dan lengkap. Biaya logging diperkirakan hanya sekitar 5% dari total biaya
eksplorasi sebuah sumur, sehingga adalah kurang bijaksana billa tahap penting ini tidak
di laksanakan dengan baik.

2.1.1 Lubang bor

Situasi lubang bor yang dihadapi oleh operator logging kira-kira adalah
demikian:

1. Kedalaman yang dapat bervariasi antara 1.000 – 25.000ft, diameter lubang 5”-
7”.
2. Kemiringan lubang yang berkisar antara 20˚ -70˚.

3
3. Lubang bor yang berliku – liku ( dogleg ) yang mempersulit masuknya alat
logging.

4. Temperature dasar lubang antara 100˚F sampai 400˚F.

5. Salinitas garam lumpur 1.000-200.000 ppm; kadang-kadang lumpurnya


adalah lumpur minyak.

6. Berat lumpur antara 9 sampai 17 lb/gal.

7. Tekanan dasar lubang 500 - 20.000 psi.

8. Runtuhan serpih atau lapisan pasir yang tidak kuat

9. Suatu lapisan dari mud cake pada seluruh formasi permeable dengan
ketebalan 0.1” – 1”.

Daerah terkontaminasi meluas dari hanya beberapa inci hingga beberapa feet dari
lubang bor dimana kebanyakan cairan di pori-pori digantikan oleh cairan pemboran.
Seringkali kondisi yang lebih buruk dijumpai. Akan tetapi ini merupakan suatu
keadaan yang penuh tantangan karena dari sana akan di peroleh informasi uang akurat
tentang keadaan formasi yang sebenarnya seperti sebelum adanya pemboran.

2.1.2 Prosedur Logging

Setiba di lapangan sumur, para operator logging mulai mengatur letak kendaraan
logging segaris dengan sumbu sumur, menggelarkan kabel logging melalui roda-katrol
bawah dan atas, dan menyambungkan alat-alat logging. Insinyur logging melakukan
pemeriksaaan dan kalibrasi awal, kemudian rangkaian alat logging diturunkan kedasar
sumur secepat mungkin dengan memperhatikan kondisi sumur. Setelah sampai kedasar
sumur, kalibrasi alat sekali lagi di lakukan, skala-skala pembacaan diatur, dan kabel
logging mulai ditarik keluar, maka dimulailah proses logging.

Kecepatan pengukuran diatur konstan antara 1800 s/d 6000 kaki/jam,


tergantung pada jenis alat logging yang dipakai. Alat-alat logging umumnya
berdiameter 3-5/8” dengan panjang 20-50 kaki. Rangkaian tersebut biasanya terdiri

4
dari kombinasi dari beberapa alat. Kombinasi alat yang umum adalah contoh
kombinasi alat super combo

DLL-SLS-GR Dual induction-Sonic-Gamma Ray


LDL-CNL- Litho Density-Netron-Natural Gamma
NGL Ray
DLL-MSFL-
Dual Latrelog-Micro SFL-Gamma Ray
GR
EPT-ML Electromagnetic Propagation-Microlog
Statigraphy High Resolution Dipmeter
SHDT-GR
Tool

Kabel logging pada umumnya mempunyai tujuh buah konduktyang dilapisi


isolator Teflon tahan panas dan dua lapis kawat pembungkus dari baja yang kedap
terhadap lumpur. Arus listrik dikirm turun melalui satu pasang konduktor, sedangkan
data logging dikirim ke permukaan melalui 5 konduktor yang tersisa. Fungsi kabel
selain sebagai alat komunikasi antara alat logging didalam sumur dengan perangkat
computer diatas, juga meruapakan alat untuk menentukan menentukan kedalaman
sumur, dengan kata lain panjang kabel yang diturunkan kedalam sumur sesuai dengan
kedalaman sumur tersebut. Kini system permukaan yang lama telah digantikan dengan
system computer yang kebih canggih dan mudah di oprasi, misalnya system computer
MAXIS-500 yang diperkenalkan oleh Schlumberger pada awal thun 1990
menggunakan system citra (imaging) dengan penampilan grafik yang prima dan system
komunikasi telemetri yang lebih cepat. Kabel logging pun mengalami perkembangan
yang cukup pesat, kini terseia berbagai jenis kabel sesuai dengan kondisi lubang,
bahkan teknologi serat optic pun sudah diterapkan pada kabel logging.

5
2.2. Macam - macam Wireline Logs dan Kegunaannya

Well Logging adalah metode atau teknik untuk mengkarakterisasi formasi di


bawah permukaan dengan melakukan pengukuran parameter-parameter fisis batuan
dalam lubang bor, sedangkan log adalah hasil rekaman dalam fungsi kedalaman dari
proses well logging (Serra dan Serra, 2004 dalam Kristianto, 2007). Tujuan
dilakukannya logging adalah untuk mengetahui parameter – parameter fisik batuan
sehingga dapat dilakukan interpretasi terhadap lubang sumur, yang berkenaan dengan
penampang sumur, karakter reservoir seperti litologi, kandungan serpih, porositas,
permeabilitas dan saturasi air. Selain hal itu, logging juga dapat digunakan untuk
menentukan besarnya cadangan hidrokarbon mengetahui kondisi struktur dan
stratigrafi

2.2.1 Log SP (Spontaneous Potential Log)

Prinsip dasar kerja log SP adalah merekam beda potensial antara dua elektroda
yang dicatat dalam satuan millivolt. Sebuah elektroda diletakkan di permukaan dan
yang lain bergerak ke dalam lubang bor (Harsono, 1997). Beda potensial yang tercatat
merupakan fungsi dari tahanan jenis air formasi (Rw).

2.2.2 Log Sinar Gamma (Gamma Ray Log)

Log sinar gamma merekam intensitas radiasi sinar gamma alamiah yang
dipancarkan oleh batuan. Sinar gamma berasal dari tiga unsur radioaktif, yaitu Uranium
(U), Thorium (Th) dan Potasium (K). Sinar gamma mampu menembus batuan dan akan
dideteksi oleh sinar gamma yang umumnya berupa detektor sintilasi. Pancaran ini akan
dicatat di permukaan sebagai kurva sinar gamma yang dinyatakan dalam jumlah pulsa
per satuan waktu (GAPI).

Unsur-unsur radioaktif yang ada dalam suatu batuan cenderung untuk


terkonsentrasi di dalam batuan yang berukuran halus, misalnya lempung. Defleksi
kurva sinar gamma pada batuan jenis ini akan relatifbesar. Batuan yang memiliki

6
ukuran butir lebih kasar dari lempung seperti batupasir, batugamping yang umumnya
hanya mengandung sedikit unsur radioaktif akan memberikan defleksi kurva sinar
gamma yang relative kecil.

2.2.3 Log Tahanan Jenis (Resistivity Log)

Log tahanan jenis pada prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu log
induksi dan log elektroda. Jenis log tahanan jenis yang banyak digunakan dalam
eksplorasi hidrokarbon adalah log induksi (Dresser Atlas, 1975 dalam Asquith &
Gibson, 1982). Cara kerja log ini adalah dengan mengukur kemampuan lapisan batuan
untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar daya hantar listrik suatu lapisan
batuan, maka semakin kecil tahanan jenisnya. Daya hantar listrik merupakan fungsi
dari pori batuan dan jenis fluida yang telah mengisi pori-pori batuan. Butiran dan
matriks batuan tidak dapat menghantarkan listrik, jadi untuk batuan yang porinya terisi
oleh fluida berupa minyak dan gas akan mempunyai nilai tahan jenis yang cenderung
lebih besar karena minyak dan gas cenderung Non – Konduktif jika dibandingkan
dengan air.

Log tahanan jenis dapat digunakan untuk membedakan batuan yang mengandung
fluida air dan hidrokarbon, menentukan porositas dan permeabilitas lapisan batuan.

7
Gambar 2.1 Defleksi Kurva Log Tahanan Jenis Terhadap Fluida (Rider, 1996)

2.2.4 Log Densitas (Density Log)

Log densitas disebut juga Formation Density Compensated (FDC). Log ini
mengukur besarnya densitas elektron suatu lapisan batuan (bulk density). Log ini
menggunakan bahan radioaktif sinar gamma dengan energy menengah, seperti Cobalt-
60 dan Cesium-137 (Asquith & Gibson, 1982).

FDC terdiri dari dua jenis detektor yang dibedakan menurut jarak kemampuan
mendeteksi sinar gamma, yaitu Long spaces detector dan Short spaced detector.
Dengan adanya dua detektor ini, maka dapat dilakukan koreksi terhadap pengaruh
ketebalan batuan, berat dan komposisi mudcake. Masuknya sinar gamma ke dalam
batuan akan menyebabkan benturan antara sinar gamma dan elektron sehingga terjadi
pengurangan energi pada sinar gamma tersebut. Sisa energi sinar gamma ini direkam
detektor sinar gamma. Semakin lemah energi yang diterima detektor, maka semakin

8
banyak jumlah elektron di dalam batuan yang berarti semakin padat butiran penyusun
batuan per satuan volume yang menjadi indikasi densitas batuan. Adanya dinding
lubang bor yang tidak rata akan mempengaruhi keakuratan data.

Log densitas dapat digunakan untuk menentukan porositas dan densitas batuan,
menentukan zona gas (gas bearing), mengidentifikasi adanya mineral evaporit dan
mengetahui kandungan shale pada suatu reservoir

2.2.5 Log Neutron (Neutron Log)

Log netron pada prinsipnya merupakan log yang mengukur konsentrasi ion atom
hidrogen yang ada di dalam batuan. Pada suatu batuan tanpa kandungan shale (clean
formation) dan pori-porinya terisi oleh air atau minyak, maka log netron akan
mengukur porositas yang terisi oleh cairan tersebut (Asquith & Gibson, 1982).
Pancaran netron ke dalam formasi batuan akan mengakibatkan tumbukan antara
partikel netron dengan atom hidrogen yang ada di dalam batuan. Tumbukan ini akan
menyebabkan pengurangan energi netron dan juga kecepatan geraknya. Hal ini terjadi
karena massa atom netron sama dengan massa atom hidrogen. Hilangnya energi
partikel netron akan direkam dalam kurva log netron.

Besarnya porositas batuan sama dengan jumlah energy netron yang hilang,
karena atom hidrogen berkonsentrasi pada pori yang terisi fluida (water atau oil). Pada
pori yang terisi oleh gas, kurva log netron akan lebih rendah dari yang seharusnya (gas
effect). Hal ini terjadi karena konsentrasi hidrogen dalam gas lebih kecil
dibandingkanpada minyak dan air. Ada dua macam log netron yang dikenal modern
karena dapat mengurangi pengaruh dari ketidakaturan ukuran lubang bor, yaitu
Sidewall Neutron Log (SNL) dan Compensated Neutron Log (CNL).

Kurva log netron akan merekam porositas dalam harga porositas batugamping
apparent. Untuk mengetahui porositas pada formasi yang litologinya berupa batupasir
atau dolomit, maka hasil yang akurat akan didapatkan setelah kurva tersebut dikoreksi.
Log netron dapat digunakan untuk menentukan porositas dari batuan, menentukan jenis

9
fluida yang ada di dalam batuan serta menentukan batas kontak antar fluida (oil water
contact, gas water contact, dan gas oil contact).

2.2.6 Log Kaliper (Calliper Log)

Log kaliper merupakan log yang menggambarkan keadaan dinding lubang bor.
Kondisi lubang bor tersebut dapat dilihat dari defleksi kurva log kaliper yang
dinyatakan dalam satuan inchi. Defleksi kurva log caliper sangat tergantung pa da jenis
batuan yang ada. Pada batuan yang relatif kompak dan keras, defleksi kurvanya relatif
lebih kecil Batugamping memiliki permeabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan
serpih, sehingga air filtrat lumpur yang menginvasi batuan akan mengakibatkan
terbentuknya mudcake yang dapat mengurangi defleksi kurva log.

2.3 Evaluasi Data Wireline Logs Secara Kualitatif

Evaluasi data wireline logs secara kualitatif adalah dengan mengamati bentuk
defleksi kurva, tanpa menggunakan rumus / perhitungan. Metode ini digunakan untuk
menentukan jenis batuan dan fluida yang terkandunng dalam suatu batuan.

2.3.1 Interpretasi Jenis Batuan

Adanya sifat fisik batuan yang tertentu dapat memberikan bentuk defleksi kurva
log yang tertentu pula. Berikut adalah indikasi dari beberapa jenis batuan:

2.3.1.1 Batupasir

A. Defleksi kurva log sinar gamma relatif lebih rendah disbanding dengan serpih
atau batulempung, karena batupasir mengandung lebih sedikit unsur radioaktif,
sehingga perekaman kurva log sinar gamma akan lebih kecil.
B. Defleksi kurva log SP akan berkembang negatif dan positif terhadap shale
baseline. Defleksi negatif jika pori batuan terisi air asin atau hidrokarbon (Rw >
Rmf), sedangkan defleksi positif jika pori batuan terisi air tawar (Rw < Rmf).

10
C. Defleksi kurva log netron dan log densitas relatif lebih kecil dibanding defleksi
kurva pada serpih atau batulempung. Hal ini disebabkan batupasir mempunyai
porositas yang lebih kecil daripada serpih, sehingga kandungan atom hidrogen di
dalamnya juga sedikit. Densitas electron batupasir lebih besar daripada serpih
yang berarti densitas porositas akan kecil.
D. Defleksi kurva log sonik relatif kecil dibanding serpih. Hal ini dikarenakan
batupasir mempunyai porositas yang lebih kecil dan lebih kompak dibandingkan
dengan serpih, sehingga kecepatan gelombang suara akan makin cepat. Dengan
demikian waktu yang terukur pada kurva log sonic akan kecil.

2.3.1.2. Batulempung atau Serpih

A. Defleksi kurva log sinar gamma relatif lebih besar disbanding batupasir dan
batupasir serpihan dan merupakan defleksi kurva yang terbesar. Hal ini
disebabkan serpih mengandung lebih banyak unsur radioaktif, sehingga
pembacaan kurva log sinar gamma akan lebih besardaripada batupasir.
B. Defleksi kurva log SP berupa garis lurus (shale baseline) karena pada lapisan
serpih tidak terdapat aliran listrik, sehingga potensialnya konstan (rata).
C. Defleksi kurva log netron dan log densitas lebih besar disbanding batupasir dan
batupasir serpihan. Hal ini disebabkan serpih memiliki porositas yang lebih
besar, sehingga kandungan atom hidrogen akan semakin banyak. Densitas
elektron serpih lebih kecil yang berarti densitas porositasnya lebih besar.
D. Defleksi kurva log sonik lebih besar dibandingkan batupasir dan batupasir
serpihan. Hal ini disebabkan serpih memiliki porositas yang lebih besar dan
kurang kompak, sehingga kecepatan gelombang suara akan semakin lambat.
Dengan demikian waktu yang terukur akan makin besar pada kurva log sonik.

11
2.3.1.3 Batupasir lempungan

A. Defleksi kurva log sinar gamma relatif lebih besar dari batupasir, tetapi masih
lebih kecil dibanding dengan serpih.
B. Defleksi kurva log netron dan log densitas relatif lebih besar dari batupasir, tetapi
masih lebih kecil dibanding serpih
C. Defleksi kurva log sonik relatif lebih besar dari batupasir, tetapi masih lebih kecil
dibanding dengan serpih.

2.3.1.4. Batugamping

A. Defleksi kurva log sinar gamma relatif lebih kecil dan biasanya lebih kecil
dibanding dengan batupasir. Hal ini disebabkan batugamping jarang
mengandung mineral lempung yang mengadung unsur radioaktif.
B. Defleksi kurva log tahanan jenis lebih besar dibanding dengan batupasir dan
serpih. Hal ini disebabkan batugamping bersifat kurang dapat menghantarkan
arus listrik.
C. Defleksi kurva log densitas relatif lebih besar dan biasanya lebih besar daripada
batupasir. Hal ini dikarenakan batugamping lebih kompak (densitas batuan besar)
daripada batupasir.
D. Defleksi kurva log sonik relatif lebih kecil dan biasanya lebih kecil dibanding
dengan batupasir. Hal ini disebabkan batugamping sangat kompak dan memiliki
porositas yang lebih kecil daripada batupasir.

2.3.2 Interpretasi Jenis Fluida

Interpretasi jenis fluida ini hanya dapat dilakukan pada lapisanlapisan permeabel
yang berfungsi sebagai reservoar. Adanya perbedaan sifat fisik antara fluida air,
minyak dan gas akan memberikan kenampakan defleksi kurva log yang berbeda pula.
Berdasarkan kenampakan defleksi kurvanya dapat diketahui ketiga fluida tersebut:

12
2.3.2.1 Air

A. Defleksi kurva log tahanan jenis relatif lebih kecil disbanding dengan minyak
dan gas. Hal ini disebabkan air lebih bersifat menghantar listrik daripada minyak
dan gas.
B. Bentuk dan separasi kurva log netron dan log densitas relatif tidak beraturan dan
sempit, kadang-kadang kedudukan kurva log netron di sebelah kanan dan kurva
log densitas di sebelah kiri, atau sebaliknya.

2.3.2.2 Minyak

A. Defleksi kurva log tahanan jenis relatif lebih besar daripada air, tetapi masih lebih
kecil dibandingkan dengan gas dimana kedudukan kurva MSFL berada di
sebelah kiri dan kurva log ILD di sebelah kanan. Hal ini disebabkan minyak
memiliki tahanan jenis yang lebih besar daripada air.
B. Defleksi log netron dan log densitas saling mendekat atau separasinya relatif
sempit dengan kedudukan kurva log netron di sebelah kanan dan kurva log
densitas di sebelah kiri.

2.3.2.2 Gas

A. Defleksi kurva log tahanan jenis sangat menonjol dan relatif lebih besar
disbanding dengan fluida minyak atau air dimana separasi kurva log MSFL dan
log ILD relatif renggang dengan kedudukan kurva log MSFL di sebelah kiri dan
kurva log ILD di sebelah kanan. Hal ini disebabkan gas lebih sulit
menghantarkan arus.
B. Separasi kurva log netron dengan log densitas relatif renggang dibandingkan
separasi fluida minyak dengan kedudukan kurva log netron di sebelah kanan dan
kurva log densitas di sebelah kiri. Hal ini disebabkan gas memiliki kandungan
hidrogen yang lebih rendah dibandingkan minyak dan air.

13
Gambar 2.2 Interpretasi Jenis Litologi dan Kandungan Fluida Berdasarkan Wireline
Log (Dresser Atlas)

2.4 Evaluasi Data Wireline Logs Secara Kuantitatif

Evaluasi data wireline logs secara kuantitatif adalah dengan mengamati bentuk
defleksi kurva dengan menggunakan rumus / perhitungan. Dengan metode ini dapat
ditentukan porositas batuan, kejenuhan air dan kandungan shale dalam reservoar.
Parameter yang dihitung dalam analisa ini adalah :

14
Volume Shale, Porositas (Φ), Permeability (K), Resistivity (R), Saturasi Zona
Terinvansi (Sxo),Saturasi Air (Sw)

A. Volume Shale
B. Porositas (Φ)
C. Permeabilitas (K)
D. Resistivity (R)
E. Saturasi zona terinvasi (Sxo)
F. Saturasi air (Sw)

2.4.1 Volume Shale

Adanya shale atau serpih dalam suatu formasi dapat menyebabkan kekeliruan
dalam pehitungan porositas dan saturasi air. Ketika shale terdapat dalam suatu formasi,
maka peralatan log porositas seperti sonic log, density log, dan neutron log akan
merekam harga porositas yang terlalu besar. Perhitungan volume shale dibutuhkan
untuk mengoreksi log-log porositas yang akan digunakan untuk perhitungan porositas
efektif.

Pada umumnya volume shale yang didapatkan tidak hanya satu data, untuk itu
perlu dilakukan perata-rataan terhadap nilai volume shale tersebut.

15
2.4.2 Porositas

Porositas satu medium adalah bagian dari volume batuan yang tidak terisi oleh
benda padat (Harsono, 1997). Ada beberapa macam porositas:

A. Porositas Total (Φ)

Porositas total merupakan perbandingan antara ruang kosong (pori- pori,


rekaban, gerowong) total yang tidak diisi oleh benda padat yang ada di antara
elemen-elemen mineral dari batuan, dengan volume total batuan. Persamaan
untuk menghitung porositas batuan adalah:

Dimana :

Vp = volume ruang kosong, biasanya terisi oleh fluida (air, minyak gas)

Vs = volume yang terisi oleh zat padat

Vt = volume total batuan

Adapun porositas total meliputi :

A. Porositas primer (Φ1), adalah ruang antar butir atau antar kristal. Ini terutama
tergantung pada bentuk dan ukuran zat padat dan cara penyortirannya. Biasanya
dijumpai pada batuan klastik.

B. Porositas gerowong yang diperoleh secara disolusi dan porositas rekahan yang
diperoleh secara mekanik, akan membentuk porositas sekunder (Φ2) Porositas
total menjadi :

Φt = Φ1 + Φ2

16
B. Porositas efektif (Φeff)

Porositas efektif merupakan perbandingan volume pori-pori yang saling


berhubungan dengan volume total batuan. Porositas Bersambungan (Φconn)
adalah bagian dari ruang kosong yang saling bersambungan di dalam batuan.
Bisa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan porositas total jika pori-porinya
tidak saling bersambungan (kasus dari batu apung, Φconn adalah nol).

Penentuan harga porositas pada lapisan reservoir menggunakan gabungan


harga porositas dari dua kurva yang berbeda, yaitu: porositas densitas (ΦD) yang
merupakan hasil perhitungan yang berasal dari kurva RHOB serta porositas
neutron (ΦN) yang dibaca dari kurva NPHI.

Kurva RHOB pada hakekatnya mengukur berat jenis matrik batuan


reservoar (Ph) yang dikalibrasi pada berat jenis matriks bamgamping (ρma = 2.71
gr/cc), atau berat jenis matriks bampasir (ρma =2.65 gr/cc) serta diukur pada
lumpur pemboran yang digunakan dalam pemboran (ρf), maka kurva ini baru
bisa menunjukan harga porositas densitas (ρD) dengan menggunakan rumus.

Dimana :

ΦD : Porositas densitas

Ρma : densitas matrik batuan yang digunakan sebagai pembanding dapat


dilihat pada kepala log.

17
Ρb : densitas bulk lapisan, dilihat langsung pada kurba RHOB
Ρf : densitas cairan lumpur pemboran, dilihat pada kepala log.

Sedangkan kurva NPHI langsung menunjukkan harga porositas neutron


(ΦN)) dari batuan reservoar dalam persen (%).

Pendekatan harga porositas untuk lapisan yang mengandung gas dilakukan


melalui gabungan harga porositas densitas – neutron (ΦDN) dengan
menggunakan persamaan :

2.4.3 Permeabilitas (K)

Permeabilitas (K) adalah suatu pengukuran yang menyatakan tingkat kemudahan


dari fluida untuk mengalir dalam formasi batuan. Satuannya adalah darcy. Satu darcy
didefinisikan sebagai permebilitas dari fluida sebesar satu sentimeter kubik per detik
dengan kekentalan sebesar satu centipoise mengalir dalam tabung berpenampang
sebesar satu sentimeter di bawah gradien tekanan satu atmosfer per sentimeter persegi.
Kenyataannya satu adalah terlalu besar, sehingga digunakan satuan yang lebih kecil
yaitu milidarcy (md). Berbeda dengan porositas, permeabilitas sangat tergantung pada
ukuran butiran batuan. Sedimen butiran besar dengan pori-pori besar mempunyai
penneabilitas tinggi, sedangkan batuan berbutir halus dengan pori-pori kecil dan alur
yang berliku-liku mempunyai permeabilitas rendah.

Permeabilitas dapat ditentukan berdasarkan beberapa metode, salah


satunya adalah metoda porositas (Φ) dan saturasi air sisa (Swirr). Saturasi air sisa
(Swirr) adalah nilai saturasi air yang tertinggal karena tegangan permukaan butiran,
kontak butiran dan di dalam celah-celah yang sangat kecil. Dalam formasi yang basah
- air, selalu terdapat sejumlah air yang terikat oleh gaya kapiler antar pori. Tidak ada

18
hubungan yang pasti antara permeabilitas dan porositas. Rumus hubungan kedua
parameter itu umumnya adalah empiris, dijabarkan pada kondisi dan situasi tertentu.
Suatu hubungan empiris yang lebih umum diusulkan oleh Wylie dan Rose yang
melibatkan parameter air sisa. (Swirr).

Beberapa ahli kemudian mencoba menjabarkan rumus Wyle dan Rose ini
kedalam sesuatu yang dapat diterapkan pada hasil rekaman log sumur, salah satunya
adalah rumus Tixier.

Dimana:
K = Permeabilitas (mD)

Swirr = Saturasi air sisa, didapat dari hasil percobaan laboratorium

Φ = Porositas

2.4.4 Resistivity (R)

Tahanan jenis (Resistivity) adalah hambatan yang diberikan oleh suatu benda
yang panjangnya dalam satuan panjang dan penampangnya satu satuan luas, satuan
tahanan jenis adalah Ohmm. Dalam analisa log dikenal beberapa jenis resistivitas yaitu
Resistivitas Air Formasi (Rw), Resistivitas Batuan (Ro) dan Resistivitas Formasi (Rt).
2.4.1.1. Resistivitas air formasi (Rw)

Misalkan pada kubus dengan volume satu satuan (1 m3) yang hanya berisi air
formasi dialirkan arus listrik (Gambar II.3.). Bila arus listrik diketahui maka tahanan
kubus tersebut dapat diukur. Karena volumenya adalah 1 (satu) maka I tahanan yang
diukur adalah tahanan air formasi itu sendiri yaitu Rw dalam satuan ohmm.

19
Gambar 2.3 Resistivitas zat cair (Harsono, 1997)

Untuk mencari harga Rw dapat. ditentukan berdasarkan metode SP, Rwa dan
metode Rasio Resistivitas, tetapi metode SP banyak kelemahannya karena kurva SP
banyak dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti:

A. Ketebalan formasi dan Resistivity yang sebenarnya Rt (kurva Resistivity


Dalam).
B. Resistivitas lumpur (Rxo) dan diameter dari daerah rembesan dan lain- lain.

Metode Rwa biasanya menghasilkan nilai Rw yang terlalu besar. Dengan melihat
beberapa kelemahan metode SP dan Rwa tersebut maka dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode rasio resistivitas. Untuk mencari Rw dengan metode ini pertama
kali kita tentukan Water Bearing Zone (WBZ) pada tiap-tiap formasi, lalu tentukan
nilai Rt dan Rxo, selanjutnya kita hitung nilai Rmf pada zona tersebut.

Dari persamaan Archie. di daerah berair Sw mencapai maksimum yaitu Sw =


Sxo = 1, maka :

20
Sehingga :

Dimana:
Rw = Resistivitas air formasi (ohmm)

Rt = Resistivitas formasi@WBZ (kurvaResistivity dalam)

Rxo = Resistivitas formasi pada zona terinvasi @ WBZ (kurva


Resistivity dangkal)

Rmf = Resistivitas mud filtrat pada suhu formasi (ohmm)

Resistivitas mud filtrat pada suhu formasi didapatkan dari hasil konversi
resistivitas mud filtrat dari kepala log terhadap suhu formasi, dengan rumus sebagai
berikut

Keterangan :

T1 = Suhu pada Rmf 1 (26 oF)

21
Rmf1 = Resistivitas mudfiltrat (0.4 ohm; kepala log)

Rmf2 = Resistivitas mudfiltrat pada suhu formasi

Sedangkan suhu formasi di cari dengan rumus :

Keterangan :

Tf = Suhu formasi (oF)

ST = Suhu permukaan, dapat dilihat dari kepala log (oF)

BHT = Temperatur pada dasar sumur (oF)

TD = Kedalaman total (m)dilihat dari kepala log

Df = Kedalaman formasi (m)

Resistivitas batuan (Ro)

Sekarang kubus tadi diisi sejumlah butiran pasir yang tidak konduktif maka
tahanan jenisnya menjadi Ro dalam satuan ohm.

Hubungan antara resistivitas air formasi (Rw) dengan resistivitas dari batuan
basah (Ro) adalah :

Ro = F. Rw
Dimana :

Ro = Resistivitas batuan basah(ohmm)

Rw = Resistivitas air fonnasi (ohmm)

22
F = Faktor formasi

2.4.4.3 Resistivitas Formasi (Rt)

Karena yang kita cari adalah hidrokarbon, maka kubus dalam percobaan pertama
kemudian diisi dengan air formasi dan hidrokarbon penambahan minyak berarti Sw
lebih kecil dari satu ( Sw<1 ). Dalam penelitian ini harga Rt diambil dari harga
resisitivitas dalam ( Deep Resistivity ).

Dalam hubungannya dengan daya hantar jenis konduktivitas


Pengukuran menghasilkan Rt yang ternyata harganya lebih besar
dari Ro serta berbanding lurus dengan Ro. Dapat diformulakan
sebagai berikut:

Rt = I. Ro
Dimana :

Rt = Resistivitas formasi sebenamya (ohm.m)

I = Resistivity index = Resistivitas batuan (ohmm)

Ro = Resistivitas batuan (Ohmm)

Persamaan umum dari Formation Factor tersebut adalah :

Harga faktor formasi ini tergantung pada :

A. Jumlah air yang terdapat pacta pori-pori dan jumlah air ini
berhubungan dengan porositasnya
B. Keadaan geometri batuan itu sendiri

23
C. Keadaan sementasi daripada butiran-butiran batuan, biasanya
dinyatakan dengan persamaan:

Dimana :

m = Faktor sementasi

Φ = Porositas

Apabila dikaji Iebih Ianjut, ternyata persoalan hubungan factor formasi dengan
porositas memperlihatkan suatu hal yang Iebih spesifik. Bentuk tersebut adalah :

Dimana :

a = Konstanta faktor formasi

Φ = porositas

m = Faktor sementasi

Pada penerapanya, formula yang dipakai dalam analisis


petrofisika adalah:

A. Untuk formasi batupasir menggunakan rumus Humble:


B. Rumus Archie digunakan pada formasi batugamping :

Perlu ditambahkan disini bahwa perlu dibuat suatu studi secara statistik pada
daerah-daerah baru mengenai hubungan faktor formasi dengan porositas, sehingga bisa
didapatkan harga yang efektif untuk daerah dengan litologi serta umur yang sama.

24
2.4.5 Saturasi Zona Terinvasi (Sxo)

Harga kejenuhan pada zona terinvasi (Sxo) menggunakan Rumus


Archie. Harga Sxo digunakan untuk mengetahui sejauh mana telah terjadi
masuknya lumpur pemboran ke dalam suatu formasi. Untuk mengetahui
berapa besar saturasi hidrokarbon (Shr) pada batuan reservoar yang tersisa
akibat proses filtrasi Iumpur pada formasi dengan menggunakan rumus :

Shr = 1 – Sxo
Dengan asumsi bahwa apabila suatu reservoar telah terinfiltasi oleh
lumpur pemboran maka hidrokarbon telah tergantikan oleh lumpur pemboran sehingga
hidrokarbon yang tersisa pada zona ini berjumlah (1 - Sxo). Rumus Archie untuk
mencari Sxo adalah :

Dimana

Sxo = Saturasi formasi pada zona terinvasi

F = Faktor formasi

Rmf = Resistivitas mud filtrat pada suhu formasi (ohm)

Rxo = Resistivitas formasi pada zona terinvasi ( ohmm ), dibaca


pada kurva Resistivity dangkal.

25
2.4.6 Saturasi Air (Sw)

Kejenuhan air adalah rasio dari volume pori yang terisi oleh air dengan volume
porositas total (Harsono, 1997). Jika air adalah satu-satunya fluida di dalam pori-pori
maka Sw bernilai sama dengan 1. Jika terdapat sejumlah hidrokarbon maka Sw < 1.
Kejenuhan tidak mempunyai dimensi, karena hanya berupa rasio, akan tetapi sering
dikalikan 100 untuk dinyatakan dalam persen. Tujuan mencari harga kejenuhan air
(Sw) adalah menentukan zona yang mengandung hidokarbon. Rumus Archie untuk
mencari Sw adalah :

Sw = Saturasi formasi

F = Faktor formasi,

Rw = Resistivitas air formasi (ohmm)

Rt = Resistivitas formasi (ohmm), dibaca pada kurva Resistivity

26

Anda mungkin juga menyukai