Oleh Lika Aprilia SamiadiInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter
Umum.
Definisi
Apa itu TBC (tuberculosis)?
TBC atau tuberculosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang
dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran
udara. TBC biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar
getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.
Jenis tuberkulosis yang diderita oleh pasien sering kali merupakan infeksi TBC laten, di
mana terdapat bakteri TBC yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TBC akan
aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu
bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pasien.
Jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada penderita HIV,
kanker, atau pasien yang menjalani kemoterapi), maka TBC akan berkembang lebih cepat.
Pengidap HIV, diabetes melitus (kencing manis), malnutrisi, atau penyakit lain yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh
Orang yang melakukan kontak dengan pasien TBC
Orang yang merawat pasien TBC, misalnya dokter atau perawat
Orang yang tinggal atau bekerja satu tempat dengan pasien TBC, misalnya di tempat
pengungsian atau klinik
Orang yang tinggal di wilayah yang kondisi kesehatannya buruk
Pengguna alkohol atau obat terlarang
Orang yang bepergian ke tempat di mana tuberculosis merupakan penyakit yang umum.
Kebanyakan adalah daerah yang masih berkembang seperti di Amerika Latin, Afrika, Asia,
Eropa Timur, dan Rusia
Tergantung pada organ mana yang diserang, gejala TBC bisa berupa batuk yang
berlangsung 2 minggu atau lebih, dahak atau batuk darah, sesak napas, demam atau
meriang, berkeringat di malam hari tanpa ada aktivitas fisik, penurunan berat badan,
kehilangan nafsu makan, lelah dan lemah.
Gejala TBC seperti di atas bisa jadi disebabkan oleh penyakit lain yang berhubungan
dengan paru-paru. Masih ada gejala-gejala lain yang tidak tercantum di atas. Jika Anda
memiliki kekhawatiran tentang gejala tertentu, segera konsultasikan pada dokter.
Penyebab
Apa penyebab TBC (tuberculosis)?
TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB) yang dapat menyebar melalui
udara. Bakteri ini dapat terhirup jika terjadi kontak dengan penderita tuberculosis atau
melalui udara yang sudah dicemari penyakit TBC melalui batuk.
Setelah memasuki tubuh, bakteri masih belum aktif melainkan akan “tidur” selama beberapa
waktu. Periode ini disebut masa inkubasi. Karena bakteri tidak aktif, maka tidak akan ada
gejala dan tidak pula menular. Jika pasien mengikuti tes bakteri MTB, hasilnya akan positif
meskipun tidak ada tanda-tanda sama sekali. Risiko TBC dapat dikurangi secara signifikan
jika terdeteksi dini dalam periode inkubasi.
Dari sepuluh orang yang terinfeksi bakteri MTB, hanya satu orang yang biasanya akan
berkembang menjadi terjangkit penyakit TBC. Bakteri akan menyerang tubuh ketika sistem
kekebalan tidak mampu melawannya, atau bakteri tersebut menunggu hingga sistem
kekebalan melemah (misalnya pada orang lanjut usia, atau pada penderita HIV). Jadi, masa
inkubasi akan berbeda pada setiap orang. Ketika bakteri mulai aktif, bakteri akan
berkembang di dalam paru-paru dan pembuluh darah, lalu bermigrasi ke bagian tubuh lain.
Faktor-faktor risiko
Siapa saja yang berisiko terkena TBC (tuberculosis)?
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko Anda terkena TBC. Faktor paling besar adalah
apabila sistem kekebalan tubuh melemah, di antaranya akibat:
HIV/AIDS
Diabetes
Penyakit ginjal stadium akhir
Kanker
Malnutrisi
Pengobatan kanker, seperti kemoterapi
Konsumsi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit autoimun,
seperti rheumatoid arthritis, penyakit Crohn, dan psoriasis.
Jika seseorang tidak memiliki faktor risiko seperti di atas, bukan berarti ia tidak akan terkena
TBC. Tanda-tanda di atas hanyalah referensi semata. Konsultasikan pada dokter spesialis
untuk keterangan lebih lengkap.
Pengobatan TBC yang tepat akan melibatkan 3-4 antibiotik harian. Pasien akan merasa
lebih baik setelah beberapa minggu. Namun, ini bukan berarti bakteri MTB sudah hilang dari
tubuh. Karenanya, penting bagi pasien untuk menyelesaikan tahapan pengobatan sekalipun
gejala-gejala TBC sudah hilang.
Jika pengobatan tidak diselesaikan dengan tuntas atau berhenti di tengah-tengah, bakteri
MTB dapat tersisa di tubuh pasien. Penyakit TBC dapat kembali, menyebar ke bagian tubuh
lain dan menular. Pemakaian antibiotik yang tidak tuntas dapat membuat bakteri MTB kebal
terhadap antibiotik yang tersedia. Hal ini akan mempersulit pengobatan tuberkulosis karena
antibiotik yang tersedia untuk mengobati TB terbatas macamnya.
Jalani pengobatan sesuai anjuran dokter untuk menghindari bakteri MTB menjadi kebal.
Penghentian konsumsi obat hanya berdasarkan anjuran dokter.
Obat-obat antibiotik yang diberikan oleh dokter dapat memberikan efek samping seperti
kencing berwarna merah (bukan darah), telinga berdenging, kesemutan pada kulit, mual
muntah, dan kulit kuning. Kencing berwarna merah bukanlah sesuatu yang berbahaya.
Namun bila efek samping lainnya muncul, segera temui dokter Anda untuk menanganinya.
Orang-orang yang memiliki kontak dengan pasien TB juga berisiko untuk terinfeksi TB.
Maka dari itu, keluarga pasien ataupun orang yang melakukan kontak dengannya harus
segera diperiksa.
Reaksi tes kulit dengan elemen TB (PPD) dapat dilakukan. Dalam tes ini, sejumlah kecil
protein yang mengandung bakteri TBC akan disuntikkan ke kulit di bawah lengan; bagian
yang bengkak akan diperiksa setelah 48-72 jam kemudian. Ukuran dari bagian yang
bengkak tersebut akan menentukan hasil tes. Apabila hasilnya positif, biasanya berarti
bahwa orang tersebut telah terinfeksi TBC.
Dokter dapat pula mengambil sinar X dan sampel dahak, darah, atau urin untuk memeriksa
keberadaan bakteriMTB. Tes HIV juga bisa dilakukan.
Pengobatan di rumah
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi TBC
(tuberculosis)?
Gaya hidup dan pengobatan berikut dapat membantu Anda mengatasi penyakit TBC: