1.1.2. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus
Kockroft – Gault sebagai berikut :
1.1.3. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab
yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu, ada beberapa
penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis, yaitu (Robinson,2013) :
a. Penyakit Glomerular kronis (glomerulonetritis)
b. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
d. Penyakir vaskuler (renal nephrosclerosis)
e. Obstruksi saluran kemih (nephrolithisis)
f. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythernatosus)
g. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
1.1.4. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih
rendah itu. ( Barbara C Long, 2006, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah
maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1.1.6. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami
beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001)
serta Suwitra (2006) antara lain adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, katabolisme, dan
masukan diit berlebih.
2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin
angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan
kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
1.1.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi
antara lain :
a. Biokimiawi Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dari
kreatinin plasma. Untuk hasilnya yang lebih akurat untuk mngetahui fungsi
ginjal adalah dengan analisa creatine clearance (klirens kreatinin). Selain
pemeriksaan fungsi ginjal (Renal Function Test), pemeriksaan kadar elektrolit
juga harus dilakkukan untuk mengetahui status keseimbangan elektrolit
dalam tubuh sebagai bentuk kinerja ginjal.
b. Urinalisis Urinalisis dilakukan untuk menapis ada atau tidaknya infeksi pada
ginjal atau perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim ginjal.
c. Ultrasonografi ginjal Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan
memberikan informasi yang mendukung untuk menegakkan diagnosis gagal
ginjal. Pada klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau
jringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat
1.1.8. PENATALAKSANAAN
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronis
adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan
keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien.
Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronis membutuhkan
penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisi komplikasi
dan meningkatkan harapan hidup klien. Oleh karena itu, beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam melakukan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik
(Robinson, 2013):
1. Perawatan kulit yang baik Perhatikan hygiene kulit pasien dengan baik
melalui personal hygiene (mandi/seka) secara rutin. Gunakan sabun yang
mengandung lemak dan lotion tanpa alcohol untuk mengurangi rasa gatal.
Jangan menggunakan gliserin/ sabun yang mengandung gliserin karena
akan mengakibatkan kulit semakin kering.
2. Jaga kebersihan oral Lakukan perawatan oral hygiene melalui sikat gigi
dengan bulu sikat yang lembut/spon. Kurango konsumsi gula (bahan
makanan yang manis) untuk mengurang rasa tidak nyaman di mulut.
3. Beri dukungan nutrisi Kolaborasi dengan nutritionist untuk menyediakan
menu makanan favorit sesuai dengan anjuran diet. Beri dukungan intake
tinggi kalori, rendah natrium dan kalium
4. Pantau adanya hyperkalemia Hiperkalemia biasanya ditunjukkan dengan
adanya kejang/kram pada lengan dan abdomen, dan diarea. Selain itu
pemantauan hyperkalemia dengan hasil ECG. Hyperkalemia bisa diatasi
dengan dialysis.
5. Kontrol tekanan darah Tekanan diupayakan dalam kondisi normal.
Hipertensi di cegah dengan mengontrol volume intravaskuler dan obat-
obatan antihipertensi.
6. Jaga kondisi septik dan aseptic setiap prosedur perawatan (pada
perawatan luka operasi)
7. Observasi adanya gejala neurologis Laporkan segera jika dijumpai
kedutan, sakit kepala, kesadaran delirium, dan kejang otot. Berikan
diazepam/fenitoin jika dijumpai kejang.
8. Tata laksana dialysis/ Transplantasi ginjal Untuk membantu
mengoptimalkan fungsi ginjal maka dilakukan dialysis. Jika
memungkinkan koordinasikan untuk dilakukan transplantasi ginjal.
a. Konservatif
1. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2. Observasi balance cairan
3. Observasi adanya odema
4. Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1. peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
2. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
f. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang
baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial terjadi pada
waktu klian mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses
dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri (murung).
Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama proses
pengobatan, sehingga klien mengalami kecemasan
g. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran
bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan
RR meningkat (tachypnea), hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi
fluktuatif
h. Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi sekresi,
reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah
penurunan urine output < 400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya
urine output)
i. System Endokrin Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal
ginjal kronis akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormone
reproduksi. Selain itu, jika konsisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan
penyakit diabetes mellitus, maka aka nada gangguan pada sekresi insulin yang
akan berdampak pada proses metabolisme.
j. System Pencernaan
Gangguan system pencernaan lebih dikarenakan efek dan penyakit (stress
effect). Sering ditemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
k. System Muskuloskeletal
Dengan penurunan/ kegagalan fungsi sekresi pada gagal ginjal maka berdampak
pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko terjadinya osteoporosis
tinggi.
l. System Kardiovaskuler
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronis salah
satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran
akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnansi ini akan memicu retensi
natrium dan air sehingga akanmeningkatkan beban jantung.
Resiko
1. kekurangan volume NOC : Keseimbangan NIC : Manajemen
cairan cairan elektrolit
Ketidakseimbangan
2. nutrisi NOC : Status nutrisi NIC : Manajemen
kurang dari kebutuhan tubuh gangguan makan
Kriteria hasil :
berhubungan dengan
Aktivitas-aktivitas :
anoreksia mual muntah. 1. Asupan makanan
2. Asupan cairan 1. Ajarkan dan dukung
3. Energy konsep nutrisi yang baik
4. Rasio berat badan/tinggi dengan klien (dan orang
badan terdekat klien dengan
tepat)
2. Monitor tanda-tanda
fisiologis ( tanda-tanda
vital,elektrolit), jika
diperlukan
3. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk
mengembangkan rencana
perawatan dengan
melibatkan klien dan
orang-orang terdekatnya
dengan tepat
1.2.4 IMPLEMENTASI
1. Mengjarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien (dan orang
terdekat klien dengan tepat)
2. Memonitor tanda-tanda fisiologis ( tanda-tanda vital,elektrolit), jika diperlukan
3. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan rencana
perawatan dengan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya dengan tepat
4. Monitor kecepatan, irama kedalaman nafas
5. Catat pergerakan dada
6. Monitor suara nafas tambahan
7. Monitor pola nafas
8. Memberikan cairan sesuai resep,jika diperlukan
1.2.5 EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan
kondisi klien dapat membaik dengan kriteria hasil keseimbangan cairan, status
nutrisi, dan status pernafasan.
DAFT AR PUSTAKA
Bakta, I Made & I Ketut Suastika,. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
2002
Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks. Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005
Nahas, Meguid El & Adeera Levin. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press. 2010
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi
8. Jakarta : EGC. 2001
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006