Anda di halaman 1dari 30

MK.

AKUNTANSI MANAJEMEN
“ RESUME ANALISI LAPORAN KEUANGAN “

Oleh :

1. M. RIZAL ALDI PRATAMA (161422SA)


2. VICKY SEKAR SAGARA (161441SA)
3. YANG HARSI RAHMAT (161440SA)
4. M. AGUNG JIWANTA (161446SA)

JENJANG PENDIDKAN PROGRAM SARJANA (S1)


JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGG ILMU EKONOMI AMM MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikanrahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul ”Biaya Mutu dan Lingkunga” tepat waktu dna bertujuan agar
pembaca dapat memahami lebih mendalam tentang materi tersebut
Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Makalah ini ini tentu saja masih terdapat kekurangan baik dari segi isi maupun teknis
penulisannya. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan sumbangsih pemikiran baik
dalam bentuk saran maupun kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini ke depannya.
Penyusun makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pada khususnya maupun kepada pembaca umumnya.

Mataram, 07 Desember 2018

Penyusun

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
2.1 Biaya Mutu..................................................................................................................3
2.1.1 Definisi Kualifikasi Biaya Mutu........................................................................3
2.1.2 Pengukuran Biaya Mutu...................................................................................8
2.1.3 Pelaporan Biaya Mutu.......................................................................................9
2.1.4 Konsep Biaya Mutu Efektif............................................................................10
2.2 PENGENDALIAN BIAYA MUTU........................................................................11
2.2.1 Pemilihan Standard Mutu...............................................................................11
2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Kinerja Mutu................................................................12
2.3 Biaya Lingkungan.....................................................................................................17
2.3.3 Definisi Biaya Lingkungan.................................................................................17
2.3.4 Model Kualitas Biaya Lingkungan...................................................................18
2.4 Laporan Biaya Lingkungan.......................................................................................23
2.5 Laporan Keuangan Lingkungan..............................................................................24
BAB III PENUTUP..............................................................................................................26
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap
perusahaan dituntut untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Salah satu usaha yang
dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah meningkatkan mutu hasil produksinya.
Dengan hasil produksi yang bermutu, maka diharapkan para pelanggan/konsumen akan
tertarik dan membeli hasil produksi yang ditawarkan oleh perusahaan. Menurut Hansen
dan Mowen (2005) kualitas/mutu adalah derajat atau tingkat kesempurnaan, dalam hal
ini mutu merupakan ukuran relatif dari kebaikan. Secara operasional, produk atau jasa
yang bermutu adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
Untuk mencapai produk yang bermutu, perusahaan harus selalu melakukan
pengawasan dan peningkatan terhadap mutu produknya, sehingga akan diperoleh hasil
akhir yang optimal. Mutu yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak
sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada akhirnya
meningkatkan laba. Biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan
mutu produk disebut biaya mutu.
Dengan demikian biaya mutu dapat dipakai oleh perusahaan sebagai pengukur
keberhasilan program perbaikan mutu . Hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan
yang harus selalu memantau dan melaporkan kemajuan dari program perbaikan tersebut.
Apabila suatu perusahaan ingin melakukan program perbaikan mutu, maka perusahaan
harus mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan pada masing-masing dari keempat
kategori biaya dalam sistem pengendalian mutu
Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya mempedulikan sumber daya di
bumi untuk kepentingan generasi mendatang, melahirkan kepedulian akan pentingnya
menjaga kelestarian dan ketersediaan sumber daya. Kepedulian pada lingkungan yang
meliputi kualitas udara, air dan bahan beracun yang dapat merusak alam juga
berpengaruh terhadap bisnis perusahaan yang dituntut agar perusahaan berbisnis dengan
ramah lingkungan.
Hal ini menyebabkan perusahaan harus berusaha memenuhi tuntutan ini dengan
melakukan bisnis yang ramah lingkungan. Perusahaan harus menyiapkan anggaran yang
terkait dengan aktivitas untuk memastikan bahwa mereka tidak menghasilkan/ harus

1
mengolah limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Hal ini pada akhirnya akan menjadi
biaya bagi perusahaan. Perusahaan harus memikirkan bagaimana agar dapat
meminimalkan atau bahkan menghilangkan biaya yang terkait dampak lingkungan.
Makalah ini akan membahas tentang biaya mutu dan biaya lingkungan yang
dikeluarkan atau dianggarankan oleh perusahaan untuk meningkatkan mutu atau kualitas
produk tampa harus merusak lingkungan sekitar sehingga tidak akan terjadi pencemaran
lingkungan yang dikarenakan produksi yang dilakukan oleh perusahaa. Jika perusahaan
mampu menerapkan hal tersebut maka secara langsung perusahaan mampu menghemat
pengeluaran biaya yang diakibatkan pencemaran lingkungan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana proses pengakuan perusahaan terhadap pelaporan biaya mutu dan
lingkungan dalam pelaporan keuangan ?

1.3 Tujuan
Untuk menganalisi pelaporan biaya mutu dan biaya lingkungan pada suatu perusahaan
dan untuk memberikan cakrawala wawasan kepada pembaca mengenai biaya mutu dan
lingkungan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Biaya Mutu


2.1.1 Definisi Kualifikasi Biaya Mutu
Dalam usaha untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan mutu
dari suatu produk, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang disebut dengan biaya
mutu. Biaya mutu adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah dihasilkan
produk yang jelek mutunya (Hansen Mowen, 2000:7).. Biaya mutu harus
dikendalikan dengan tepat oleh suatu perusahaan, karena:
a. Dengan meningkatnya biaya mutu maka hasil produksi akan semakin rumit.
b. Meningkatnya kesadaran akan biaya daur hidup produk termasuk di dalamnya
biaya pemeliharaan, tenaga kerja dan suku cadang.
c. Adanya kebutuhan akan insinyur dan pengelola mutu yang secara efektif dapat
membeberkan biaya produksi dalam bahasa manajemen umum yaitu uang.
Agar biaya mutu dapat direncanakan, diukur dan dikendalikan, maka
diperlukan sistem akuntansi biaya mutu yang kemudian disajikan dalam laporan
biaya mutu. Laporan biaya mutu dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan jangka pendek dan jangka panjang, serta untuk mengevaluasi usaha yang
telah dilakukan manajemen dalam menjaga mutu produk.
Biaya mutu dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis biaya yaitu:
1) Biaya pencegahan (Prevention Cost)
Adalah biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk atau jasa yang
diproduksi. Jika terjadi kenaikan biaya pencegahan, maka perusahaan
mengharapkan terjadi penurunan biaya kegagalan. Jadi biaya pencegahan
terjadi dalam rangka untuk menurunkan jumlah unit atau jasa yang mengalami
ketidaksesuaian.
2) Biaya penilaian (Apprasial Cost)
Adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai
dengan persyaratan mutu. Tujuan utama fungsi penilaian adalah untuk
mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai persyaratan ke
pelanggan.

3
3) Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
Adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa yang tidak sesuai
persyaratan, terdeteksi sebelum produk atau jasa dikirimkan ke pelanggan.
4) Biaya kegagalan eksternal (External Failure Cost)

Adalah biaya yang terjadi karena produk dan jasa gagal menyesuaikan persyaratan-
persyaratan yang diketahui setelah produk atau jasa tersebut dikirimkan ke
pelanggan. Kegagalan ini adalah kegagalan yang tidak terdeteksi oleh aktivitas-
aktivitas penilaian.

Pada dasarnya biaya mutu dapat dibedakan menjadi golongan berdasarkan


sifat terjadinya, yaitu biaya pengendalian (Cost of Control) yang meliputi biaya
pencegahan serta biaya penilaian dan biaya kegagalan (Cost of Failure Control)
yang meliputi biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.
Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur dari masing-masing kelompok biaya
mutu diatas (Feigenbaum, 1983, hal:105-109):
1) Biaya Pencegahan
a. Perencanaan Mutu
Perencanaan mutu merupakan biaya yang berkaitan dengan waktu semua
karyawan, baik yang ada di dalam fungsi mutu maupun di dalam fungsi-
fungsi lain untuk merencanakan mutu yang diharapkan. Pengendalian mutu
merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dihabiskan untuk
melakukan pekerjaan perencanaan mutu lainnya, seperti analisis mutu pra
produksi, pemeriksaan, instruksi atau prosedur operasi untuk pengujian, dan
pengendalian proses.
b. Kendali Proses
Kendali proses merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang
digunakan semua karyawan untuk menelaah dan menganalisis proses
produksi untuk menetapkan cara pengendalian, meningkatkan kemampuan
proses yang ada dan untuk mengimplementasikan secara efektif rencana
mutu serta mengawali dan memelihara kendali proses produksi.

c. Perancangan dan Pengembangan Peralatan Informasi Mutu

4
Perancangan dan pengembangan peralatan informasi mutu merupakan biaya
yang berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk merancang dan
menngembangkan pengukuran mutu produk dan proses, data, serta kendali.
d. Pelatihan Mutu dan Pengembangan Tenaga Kerja
Pelatihan mutu merupakan biaya pengembangan dan pengoperasian program
formal pelatihan mutu pada seluruh operasi perusahaan, yang dirancang
untuk melatih karyawan dalam hal pengertian dan penggunaan program-
program dan teknik-teknik untuk pengendalian mutu, keterandalan dan
keamanan.
e. Verifikasi Rancangan Produk
Verifikasi rancangan produk merupakan biaya pengevaluasian produk pra
produksi untuk memeriksa mutu, keterandalan dan keamanan rancangan.
f. Pengembangan dan Manajemen Sistem
Pengembangan dan manajemen sistem merupakan biaya keseluruhan
rekayasa sistem mutu, manajemen, dan dukungan untuk pengembangan
sistem mutu.
g. Biaya-biaya pencegahan lainnya
Biaya-biaya ini merupakan biaya administrasi termasuk biaya organisasi
mutu.

2) Biaya Penilaian
a. Pengujian dan Pemeriksaan terhadap Bahan-Bahan yang dibeli
Pengujian dan pemeriksaan terhadap bahan-bahan yang dibeli merupakan
biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan oleh karyawan
pemeriksaan dan pengujian untuk mengevaluasi mutu bahan-bahan yang
dibeli, termasuk biaya pemeriksa yang berkeliling ke pabrik-pabrik pemasok
untuk mengevaluasi bahan-bahan yang akan dibeli.
b. Pengujian Laboratorium
Pengujian laboratorium merupakan biaya semua pengujian yang dilakukan
oleh laboratorium untuk mengevaluasi mutu bahan yang dibeli.
c. Pemeriksaan

5
Pemeriksaan merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan
karyawan pemeriksaan untuk mengevaluasi mutu produk.
d. Pengujian
Pengujian merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang digunakan
oleh karyawan pemeriksaan untuk mengevaluasi mutu produk di dalam
pabrik dan biaya yang dipakai oleh karyawan pengawasan dan klerikal.
Biaya ini tidak termasuk biaya pemeriksaan bahan yang dibeli, peralatan
pengujian, utilitas, perkakas.
e. Tenaga Pemeriksa
Tenaga pemeriksa merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang
dipakai oleh para operator untuk memeriksa mutu pekerjaannya sendiri.

f. Penyiapan Pengujian atau Pemeriksaan


Penyiapan pengujian atau pemeriksaan merupakan biaya yang dikaitkan
dengan waktu yang dipakai oleh karyawan untuk menyiapkan produk dan
peralatan yang berkaitan dengan pengujian.
g. Audit Mutu
Audit mutu merupakan biaya yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai
oleh karyawan untuk melakukan audit.
h. Peninjauan Rekayasa dan Penyerahan Produk
Peninjauan rekayasa produk dan penyerahan pengiriman merupakan biaya
yang dikaitkan dengan waktu yang dipakai insinyur produk yang meninjau
kembali data pengujian dari pemeriksaan sebelum penyerahan produk untuk
dikirim.
i. Pengujian Lapangan
Pengujian lapangan merupakan biaya yang ditanggung oleh departemen
pada waktu diadakan pengujian lapangan terhadap produk di tempat
pelanggan sebelum penyerahan akhir.

3) Biaya Kegagalan Internal


a. Scrap
Dengan maksud untuk memperoleh biaya mutu yang terlibat, scrap
merupakan kerugian yang diderita selama mencapai tingkat mutu yang

6
disyaratkan. Biaya ini tidak menyertakan scrap yang terjadi karena alas an
keusangan, kelebihan produk, dan perubahan rancangan produk.

b. Rework
Rework merupakan bayaran tambahan yang diberikan kepada para operator
untuk mencapai tingkat mutu yang disyaratkan, karena terjadi mutu yang
kurang memenuhi syarat.
c. Biaya Pengadaan Bahan
Biaya pengadaan bahan merupakan biaya-biaya tambahan yang muncul pada
waktu karyawan pengadaan bahan menangani penolakan dan keluhan pada
bahan yang dibeli.
d. Rekayasa Pabrik
Merupakan biaya yang terjadi jika suatu komponen produk atau bahan tidak
sesuai dengan spesifikasi mutu, yang memerlukan peninjauan kembali
kelayakan perubahan-perubahan spesifikasi produk.

4) Biaya Kegagalan Eksternal


a. Garansi
Merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi keluhan
lapangan yang spesifik dalam masa jaminan untuk penyelidikan, perbaikan,
atau penggantian.
b. Keluhan di Luar Jaminan
Keluhan di luar jaminan merupakan semua biaya yang diterima untuk
melakukan penyesuaian terhadap keluhan di lapangan yang spesifik setelah
berakhirnya masa jaminan.

c. Pelayanan Produk
Pelayanan produk merupakan semua biaya pelayanan produk yang diterima,
baik yang secara langsung diakibatkan oleh pengoreksian
ketidaksempurnaan atau pengujian khusus, maupun pengoreksian terhadap
kecacatan yang bukan disebabkan oleh keluhan di lapangan.
d. Liabilitas Produk

7
Liabilitas produk merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan mutu, yang
muncul sebagai akibat penilaian laibilitas yang berkaitan dengan kegagalan
mutu.
e. Penarikan Produk
Penarikan produk merupakan biaya-biaya yang berkaitan dengan mutu, yang
muncul sebagai akibat dari penarikan produk atau komponen produk.

2.1.2 Pengukuran Biaya Mutu


Biaya mutu diklasifikasikan sebagai biaya yang terlihat dan biaya yang
tersembunyi. Biaya mutu yang terlihat (observable quality cost) adalah biaya
yang disajikan dalam catatan akuntansi perusahaan. Biaya mutu yang
tersembunyi (hidden cost) adalah biaya oportunitas yang terjadi karena mutu
jelek. Biaya oportunitas biasanya tidak disajikan dalam catatan akuntansi
karena kesulitan dalam pengukurannya. Dengan pengecualian pada biaya
kehilangan penjualan, biaya ketidakpuasan pelanggan, dan biaya kehilangan
pangsa pasar adalah dapat terlihat dan dicatat dalam catatan akuntansi. Biaya
tersembunyi (hidden cost) pada umumnya berada dalam kategori produk gagal
eksternal.
Meskipun untuk mengestimasi biaya mutu tersembunyi (hidden cost)
tersebut sulit, namun ada 3 metode yang dapat disarankan untuk tujuan
tersebut yaitu:
1) Metode Pengganda
Metode pengganda mengasumsikan bahwa total biaya produk gagal
adalah beberapa kali lipat dari biaya produk gagal yang diukur.
2) Metode Penelitian Pasar
Metode ini digunakan untuk menilai pengaruh mutu yang jelek terhadap
penjualan dan pangsa pasar.
3) Fungsi Rugi Mutu Taguchi
Definisi tanpa cacat tradisional mengasumsikan bahwa biaya mutu yang
tersembunyi hanya terjadi atas unit-unit yang menyimpang jauh dari batas
spesifikasi atas dan bawah. Fungsi ini mengasumsikan bahwa setiap
variasi dan target dari karakteristik mutu akan menimbulkan biaya mutu

8
yang tersembunyi. Selanjutnya biaya mutu tersebut meningkat secara
kuadrat pada saat nilai aktual menyimpang dari nilai target.

2.1.3 Pelaporan Biaya Mutu


Biaya mutu perlu dilaporkan agar dapat membantu manajemen dalam
meningkatkan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, jika perusahaan ingin melakukan perbaikan dalam hal mutu
produk, maka melalui laporan biaya mutu dapat dianalisis apakah program
tersebut perlu dilanjutkan atau tidak. Untuk itulah bentuk laporan biaya mutu
disusun dengan cara yang memudahkan manajemen guna memanfaatkan
informasi tersebut. Untuk dapat menyajikan laporan biaya mutu harus dimulai
dengan membentuk suatu sistem yang memungkinkan, guna mengetahui
informasi biaya mutu yang sesungguhnya terjadi diperusahaan. Ada dua cara
pelaporan biaya mutu, yaitu:
1) Laporan Biaya Mutu
Laporan biaya mutu (quality cost report) menyajikan informasi biaya
mutu dengan cara menentukan setiap elemen biaya mutu dalam
persentase penjualan. Manfaat pelaporan biaya mutu dalam persentase
penjualan adalah agar diketahui jumlah biaya mutu jika dibandingkan
dengan penjualan, guna menentukan pengaruh biaya mutu terhadap
keuangan perusahaan, dan pelaporan tersebut dapat digunakan untuk
menilai apakah perusahaan masih memiliki peluang untuk meningkatkan
laba dengan mengurangi biaya mutu. Dengan cara pelaporan ini,
manajemen dapat memantau proporsi masing-masing elemen biaya mutu
yang terjadi, sehingga dapat ditentukan komposisi optimalnya.
2) Analisis Tren
Analisis tren membantu manajemen dalam memantau upaya perbaikan
mutu dengan melihat perkembangan biaya mutu dari tahun ke tahun,
sehingga menunjukkan perbaikan yang telah dilakukan. Pelaporan ini
menggunakan grafik yang menunjukkan perkembangan persentase biaya
mutu terhadap penjualan. Biaya mutu dapat digambarkan secara total
maupun secara per jenis biaya. Informasi perkembangan biaya mutu ini

9
sangat penting untuk menentukan aktivitas perbaikan mutu yang telah
dilakukan perusahaan terhadap biaya.

2.1.4 Konsep Biaya Mutu Efektif


Pengendalian biaya mutu efektif dapat tercapai jika kenaikan biaya
pengendalian diikuti dengan penurunan biaya kegagalan. Selama penurunan
biaya kegagalan lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, maka
perusahaan harus secara kontinyu meningkatkan usaha-usaha untuk mencegah
dan mendeteksi ketidaksesuaian unit-unit produk yang tidak sesuai dengan
persyaratannya. Pada akhirnya suatu titik akan dicapai yang menunjukkan
keseimbangan antara peningkatan biaya pengendalian dengan biaya
kegagalan. Setelah titik tersebut, peningkatan usaha pencegahan dan penilaian
menyebabkan biaya pengendalian lebih besar daripada penurunan biaya
kegagalan. Tanpa adanya perubahan teknologi, titik tersebut mencerminkan
tingkat minimum biaya mutu total.
Sebagai contoh, adanya peningkatan pengeluaran biaya pengendalian
menyebabkan biaya kegagalan lebih rendah. Hal ini dipandang logis, karena
adanya peningkatan program-program untuk menjaga mutu produk seperti
perencanaan mutu, pelatihan mutu, dan inspeksi produk dapat menyebabkan
penurunan produk yang tidak sesuai dengan persyaratan-persyaratan.

Hubungan antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan dapat dilihat


pada gambar berikut ini:

Biaya

Total Biaya Mutu

Biaya Kegagalan

10
0 Biaya Pengendalian
100%
AQL Tingkat Kerusakan

Gambar 2.1
Grafik Pendekatan Tradisional

Sumber: R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk


Teknologi Maju dan Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, hal 385.

Gambar tersebut menunjukkan bahwa persentase unit rusak meningkat, jika


jumlah biaya pengendalian menurun. Sebaliknya biaya kegagalan naik, jika
jumlah unit rusak meningkat.
Dari fungsi biaya mutu total, kita dapat melihat biaya mutu total
menurun sejalan dengan peningkatan mutu sampai dengan titik tertentu.
Setelah titik tersebut, tidak diijinkan lagi peningkatan mutu, Tingkat optimal
dari unit rusak dapat diidentifikasi dan perusahaan harus berusaha mencapai
titik tersebut. Titik produk rusak yang masih diinginkan tersebut didefinisikan
sebagai tingkat mutu yang dapat diterima (Acceptable Quality Level ,AQL).

2.2 PENGENDALIAN BIAYA MUTU

2.2.1 Pemilihan Standard Mutu


Dalam pemilihan standard mutu dapat digunakan dua pendekatan, yaitu:
pendekatan tradisional dan pendekatan kerusakan nol (Supriyono, 1994: 395-
397)
1) Pendekatan tradisional
Dalam pendekatan tradisional, standar mutu yang dianggap tepat adalah
tingkat mutu yang dapat diterima atau Acceptable Quality Level (AQL).
AQL merupakan standar mutu yang sederhana yang mengijinkan
kemungkinan terjadinya sejumlah tertentu produk rusak yang akan
diproduksi dan dijual. Biasanya AQL menunjukkan status pengoperasian

11
saat ini, bukan apa yang mungkin dicapai jika perusahaan mempunyai
program mutu yang unggul.

2) Pendekatan Kerusakan Nol


Para pakar mutu menyarankan agar ditentukan standar yang lebih masuk
akal untuk menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan. Standar
tersebut seringkali dinamakan dengan konsep kerusakan nol. Kerusakan
nol adalah standar kinerja yang mengharuskan produk dan jasa yang
diproduksi dan dijual sesuai dengan persyaratan-persyaratan. Kerusakan
nol mencerminkan filosofi total quality control. Standar kerusakan nol
merupakan standar yang mungkin saja tidak tercapai sepenuhnya, namun
banyak bukti yang menunjukkan bahwa standar tersebut dapat dicapai
dengan hasil yang mendekati ke standar yang ditentukan tersebut.
Kerusakan dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau kurangnya
perhatian. Kurangnya pengetahuan dapat diatasi dengan pelatihan yang
baik, sedangkan kurangnya perhatian diatasi dengan kepemimpinan yang
lebih efektif. Perlu diperhatikan juga bahwa penerapan konsep kerusakan
nol ini berarti manajemen harus berusaha mengeliminasi biaya-biaya
kegagalan dan terus menerus mencari cara-cara baru agar dapat
meningkatkan mutu

2.2.2 Jenis-Jenis Laporan Kinerja Mutu


Pelaporan biaya mutu masih kurang cukup untuk menjamin bahwa biaya-
biaya mutu tersebut sudah terkendali. Pengendalian yang baik mensyaratkan
standar dan ukuran atas biaya sesungguhnya, sehingga kinerja perusahaan
dapat diukur dan tindakan perbaikan dapat dilakukan jika diperlukan. Laporan
kinerja mutu mempunyai dua bagian penting, yaitu biaya sesungguhnya dan
biaya standar (biaya yang diharapkan). Selisih biaya sesungguhnya dengan
biaya standar perlu dievaluasi untuk menentukan kinerja yang telah dilakukan
perusahaan. Laporan tersebut memberikan umpan balik dan membantu
tindakan koreksi jika diperlukan.

12
Ada 4 jenis laporan kinerja mutu yang mengukur kemajuan penyempurnaan
mutu, yaitu:

1) Laporan Kinerja Mutu Interim


Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar
atau sasaran periode sekarang. Laporan tersebut mengukur kemajuan
relatif yang dicapai dengan tingkat kemajuan yang dicapai dalam periode
tersebut.
2) Laporan Kinerja Mutu Satu Periode
Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja
mutu terakhir. Laporan kinerja mutu satu periode membandingkan kinerja
tahun ini dengan biaya mutu sesungguhnya terjadi periode tahun
sebelumnya.
3) Laporan Tren Periode Ganda
Laporan ini menunjukkan kemajuan sejak awal mulai program
penyempurnaan mutu. Laporan tren periode ganda menggambarkan
perubahan mutu dari sejak awal pertama kali program tersebut
dilaksanakan sampai periode terakhir. Laporan ini biasanya disajikan
dalam sebuah grafik. Sumbu vertikal menggambarkan biaya mutu dalam
persentase penjualan, sumbu horizontal menunjukkan tahun-tahun
penerapan program mutu.
4) Laporan Kinerja Mutu Jangka Panjang
Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan standar
atau sasaran jangka panjang. Laporan kinerja mutu jangka panjang
membandingkan biaya sesungguhnya dengan biaya yang diharapkan, jika
standar kerusakan nol tercapai dengan anggapan penjualan sama dengan
penjualan periode sekarang. Biaya mutu yang ditargetkan pada laporan
ini adalah sebesar 2,5% dari penjualan.
Contoh laporan kinerja mutu:

Tabel 2.1 Elemen Biaya Mutu

13
PT Cintanusa
Laporan Kinerja Standar Interim: Biaya Mutu Tahun 1993

Kelompok Biaya Mutu Biaya Mutu # Selisih


Sesungguhnya Dianggarkan
Biaya Pencegahan:
Biaya tetap
Pelatihan mutu Rp 90.000,00 Rp 80.000,00 Rp 10.000,00 R
Perekayasaan mutu 120.000,00 120.000,00 0
Jumlah Rp 210.000,00 Rp 200.000,00 Rp 10.000,00 L

Biaya Penilaian:
Biaya Tetap:
Rp 40.000,00 Rp 56.000,00 Rp 16.000,00 L
Inspeksi bahan
20.000,00 30.000,00 Rp 10.000,00 L
Penerimaan produk 60.000,00 54.000,00 Rp 6.000,00 R
Penerimaan proses Rp 120.000,00 Rp 140.000,00 Rp 20.000,00 L
Jumlah

Kegagalan Internal:
Biaya Variabel: Rp
90.000,00 Rp 78.000,00 Rp 12.000,00 R
Sisa
60.000,00 63.000,00 3.000,00 L
Pengerjaan kembali Rp 150.000,00 Rp 141.000,00 Rp 9.000,00 R
Jumlah

Kegagalan Eksternal:
Rp 50.000,00 Rp 50.000,00 Rp 0
Biaya Tetap:
Keluhan pelanggan
Biaya Variabel: 40.000,00 30.000,00 10.000,00 R
Garansi (jaminan) 30.000,00 35.000,00 5.000,00 L
Reparasi Rp 120.000,00 Rp 115.000,00 Rp 5.000,00 R
Jumlah Rp 600.000,00 Rp 596.000,00 Rp 4.000,00 R
Jumlah biaya mutu 0,12% 11,92% 0,08% R
Persentase dari penjualan ##

Keterangan:
# Anggaran fleksibel berdasar
penjualan sesungguhnya
## Penjualan sesungguhnya Rp
5.000.000,00

14
Sumber: R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen
untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, hal 404.

Tabel 2.2 Elemen Biaya Mutu


PT Cintanusa
Laporan Kinerja: Biaya Mutu, Trend satu Tahun Tahun 1993
Kelompok Biaya Mutu Biaya Mutu # Selisih
Sesungguhnya 1993 Dianggarkan 1992

Biaya Pencegahan:
Biaya tetap
Pelatihan mutu Rp 90.000,00 Rp 92.000,00 Rp 2.000,00
Perekayasaan mutu 120.000,00 200.000,00 80.000,00
Jumlah Rp 210.000,00 Rp 292.000,00 Rp 82.000,00

Biaya Penilaian:
Biaya Tetap:
Rp 40.000,00 Rp 62.500,00 Rp 22.500,00
Inspeksi bahan
20.000,00 38.300,00 Rp 18.300,00
Penerimaan produk 60.000,00 62.400,00 Rp 2.400,00
Penerimaan proses Rp 120.000,00 Rp 163.200,00 Rp 43.200,00
Jumlah

Kegagalan Internal:
Biaya Variabel: Rp 90.000,00 Rp 86.000,00 Rp 4.000,00
Sisa 60.000,00 Rp 70.000,00 10.000,00
Pengerjaan kembali Rp 150.000,00 Rp 156.000,00 Rp 6.000,00
Jumlah

Kegagalan Eksternal:
Biaya Tetap: Rp 50.000,00 Rp 66.000,00 Rp 16.000,00
Keluhan pelanggan
40.000,00 36.000,00 4.000,00
Biaya Variabel:
30.000,00 32.800,00 2.800,00
Garansi (jaminan) Rp 120.000,00 Rp 134.800,00 Rp 14.800,00
Reparasi Rp 600.000,00 Rp 746.000,00 Rp 146.000,00

15
Jumlah 12% 14,92% 2.92%
Jumlah biaya mutu
Persentase dari penjualan

Keterangan:
# Penjualan sesungguhnya
untuk tahun1992 dan tahun
1993 besarnya sama yaitu Rp
5.000.000,00

Sumber: R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen


untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, hal 406.

Tabel 2.3 : Laporan Trend Periode Ganda

Tahun Biaya Pencegahan Biaya Penilaian Biaya Kegagalan Biaya Kegagalan


Internal Eksternal
1989 6.00% 4.50% 4.50% 6.00%
1990 6.00% 4.00% 3.50% 4.50%
1991 5.80% 3.60% 3.20% 3.40%
1992 5.60% 3.42% 3.30% 2.60%
1993 4.20% 2.50% 3.00% 2.30%

Sumber: R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen


untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, hal 408.

Tabel 2.4 Elemen Biaya Mutu


PT Cintanusa
Laporan Kinerja Jangka Panjang Tahun 1993

Kelompok Biaya Mutu Biaya Selisih


Sesungguhnya Ditargetkan
Biaya Pencegahan:
Biaya tetap
Pelatihan mutu Rp 90.000,00 Rp 50.000,00 Rp 40.000,00 R
120.000,00 40.000,00 80.000,00 R

16
Perekayasaan mutu Rp 210.000,00 Rp 90.000,00 Rp 120.000,00 R
Jumlah

Biaya Penilaian:
Biaya Tetap: Rp 40.000,00 Rp 20.500,00 Rp 20.000,00 R
20.000,00 - Rp 20.000,00 R
Inspeksi bahan
60.000,00 15.000,00 Rp 45.000,00 R
Penerimaan produk Rp 120.000,00 Rp 35.000,00 Rp 85.000,00 R
Penerimaan proses
Jumlah

Kegagalan Internal: Rp 90.000,00 - Rp 90.000,00 R


Biaya Variabel: 60.000,00 - 60.000,00 R
Sisa Rp 150.000,00 0 Rp 150.000,00 R
Pengerjaan kembali
Jumlah
Rp 50.000,00 - Rp 50.000,00 R
Kegagalan Eksternal: -
Biaya Tetap:
Keluhan pelanggan 40.000,00 - 4.000,00 R
Biaya Variabel: 30.000,00 - 30.000,00 R
Rp 120.000,00 0 Rp 120.000,00 R
Garansi (jaminan)
Rp 600.000,00 Rp 125.000,00 Rp 475.000,00 R
Reparasi
12% 2.5% 9.5% R
Jumlah
Jumlah biaya mutu
Persentase dari penjualan

Keterangan:
# Penjualan sesungguhnya
untuk tahun 1993 sebesar Rp
5.000.000,00

Sumber: R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen


untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi
Pertama, Cetakan Pertama, hal 412.

2.3 Biaya Lingkungan


2.3.3 Definisi Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses,
sistem atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang

17
lebih baik. Tujuan perolehan biaya adalah bagaimana cara mengurangi biaya-
biaya lingkungan, meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kinerja
lingkungan dengan memberi perhatian pada situasi sekarang, masa yang akan
datang dan biaya-biaya manajemen yang potensial (Arfan Ikhsan, 2008). Arfan
Ihksan (2009) menyatakan biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter
atau non-moneter yang terjadi oleh hasil aktivitas perusahaan yang
berpengaruh pada kualitas lingkungan. Definisi-definisi tambahan antara lain
meliputi:
1. Biaya lingkungan meliputi biaya-biaya dari langkah yang diambil, atau
yang harus diambil untuk mengatur dampak-dampak lingkungan terhadap
aktivitas perusahaan dalam cara pertanggungjawaban lingkungan, seperti
halnya biaya lain yang dikemudikan dengan tujuan-tujuan lingkungan dan
keinginan perusahaan.
2. Biaya-biaya lingkungan meliputi biaya internal dan eksternal dan
berhubungan terhadap seluruh biaya-biaya yang terjadi dalam
hubungannya dengan kerusakan lingkungan dan perlindungan.
3. Biaya-biaya lingkungan adalah pemakaian sumber daya disebabkan atau
dipandu dengan usaha-usaha (aktivitas) untuk: 1) mencegah atau
mengurangi bahan sisa dan polusi, 2) mematuhi regulasi lingkungan dan
kebijakan perusahaan, 3) kegagalan memenuhi regulasi dan kebijakan
lingkungan.

Biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan


(environmental quality costs). Sama halnya dengan biaya kualitas, biaya
lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan
yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi.
Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan
pencegahan degradasi lingkungan (Hansen, 2007).

2.3.4 Model Kualitas Biaya Lingkungan


Menurut Hansen (2007), sebelum informasi biaya lingkungan dapat
disediakan bagi manajemen, biaya-biaya lingkungan harus didefinisikan. Ada

18
banyak kemungkinan, akan tetapi pendekatan yang menarik adalah dengan
mengadopsi definisi yang konsisten dengan model kualitas lingkungan total.
Dalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah tidak ada
kerusakan lingkungan (sama dengan keadaan cacat nol pada manajemen kualitas
total). Kerusakan didefinisikan sebagai degradasi langsung dan lingkungan,
seperti emisi residu benda padat, cair, atau gas ke dalam lingkungan (misalnya
pencemaran air dan polusi udara), atau degradasi tidak langsung seperti
penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu. Menurut Arfan (2008)
kualitas biaya merupakan suatu teknik standar industri untuk mengevaluasi
kecenderungan dalam biaya penuh dalam menjamin masing-masing akhir produk
dan menyesuaikan jasa lebih dari yang dikehendaki pelanggan. Hansen (2007)
menyatakan biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau
telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Tujuan utama dari pelaporan biaya
kualitas adalah untuk memperbaiki dan mempermudah perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan manajerial. Arfan (2008) menyatakan
keutamaan penggunaan laporan biaya kualitas berdasarkan perencanaan adalah
penyediaan perencanaan manajemen dengan suatu alat untuk mengevaluasi
kecenderungan perencanaan biaya terhadap kualitas. Dengan menelaah analisis
biaya berdasarkan kualitas setiap waktu, tim perencanaan dapat mengidentifikasi
daerah-daerah yang memungkinkan untuk diubah atau diperbaiki, serta
implementasi tindakan yang benar tertuju pada peningkatan biaya terhadap
kualitas. Kategori biaya kualitas dibagi dalam faktor-faktor sebagai berikut:
1. Biaya pencegahan
Biaya pencegahan merupakan investasi yang dibuat dalam usaha untuk
menjamin konfirmasi yang dibutuhkan. Misalnya, kegiatan-kegiatan yang
termasuk ke dalam orientasi anggota tim, pelatihan dan pengembangan
standard perencanaan serta prosedur.
2. Biaya penilaian
Biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk mengidentifikasi
kesalahan setelah kejadian. Misalnya, kegiatan-kegatan seperti pengujian.
3. Biaya kesalahan internal

19
Biaya kesalahan internal merupakan biaya memperkerjakan kembali dan
biaya perbaikan sebelum diserahkan kepada pelanggan. Misalnya adalah
memperbaiki kesalahan yang dideteksi sepanjang pengujian internal.
4. Biaya kesalahan eksternal
Biaya kesalahan eksternal merupakan biaya yang memperkerjakan
kembali dan biaya perbaikan setelah diserahkan kepada pelanggan. Satu
contoh akan memperkerjakan dan memperaiki hasil dari pengujian yang
diterima. Contoh lainnya biaya aktual yang terjadi sepanjang jaminan
dukungan

Menurut Hansen (2007), biaya lingkungan dapat diklasifikasikan


menjadi empat kategori:
1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs) adalah
biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah dan atau sampah yang menyebabkan kerusakan
lingkungan. Contoh-contoh aktivitas pencegahan adalah evaluasi dan
pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan
polusi, desain proses dan produk untuk mengurangi atau menghapus
limbah, melatih pegawai, mempelajari dampak lingkungan, audit risiko
lingkungan, pelaksanaan penelitian lapangan, pengembangan sistem
manajemen lingkungan, daur ulang produk, dan pemerolehan sertifikasi
ISO 14001.
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs) adalah biaya-
biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk,
proses, dan aktivitas lainnya di perusahaan telah memenuhi standar
lingkungan yang berlaku atau tidak. Standar lingkungan dan prosedur
yang diikuti oleh perusahaan didefinisikan dalam tiga cara:
(1) peraturan pemerintah, (2) standar sukarela (ISO 14001) yang
dikembangkan oleh International Standards Organization, dan (3) kebijakan
lingkungan yang dikembangkan oleh manajemen. Contoh-contoh aktivitas

20
deteksi adalah audit aktivitas lingkungan, pemeriksaan produk dan proses
(agar ramah lingkungan), pengembangan ukuran
kinerja lingkungan, pelaksanaan pengujian pencemaran, verifikasi kinerja
lingkungan dari pemasok, dan pengukuran tingkat pencemaran.
3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure
costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena
diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan
luar. Jadi biaya kegagalan internal terjadi untuk menghilangkan dan
mengolah limbah dan sampah ketika diproduksi. Aktivitas kegagalan
internal memiliki salah satu dari dua tujuan
a) Untuk memastikan bahwa limbah dan sampah yang diproduksi tidak
dibuang ke lingkungan luar
b) Untuk mengurangi tingkat limbah yang dibuang sehingga jumlahnya
tidak melewati standar lingkungan.
Contoh-contoh aktivitas kegagalan internal adalah pengoperasian
peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan
dan pembuangan limbah-limbah beracun, pemeliharaan peralatan
polusi, lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah dan daur ulang
sisa bahan.

4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental externl failure


costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas
limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Biaya kegagalan eksternal
dapat dibagi lagi menjadi kategori yang direalisasi dan yang tidak
direalisasi. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi (realized external
failure cost) adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh perusahaan.
Biaya kegagalan yang tidak dapat direalisasikan (unrealized external
failure cost) atau biaya sosial (societal cost), disebabkan oleh perusahaan
tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan.

Biaya sosial selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai:

21
1) Biaya yang berasal dari degradasi lingkungan
2) Biaya yang berhubungan dengan dampak buruk terhadap properti atau
kesejahteraan masyarakat. Dalam kasus-kasus tersebut, biaya ditanggung
oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan, meskipun hal tersebut disebabkan
oleh perusahaan. Dari keempat kategori biaya lingkungan, kategori
kegagalan eksternal adalah yang paling merusak. Contohnya laporan dari
Environmental Protection Agency menunjukkan bahwa biaya
pembersihan swasta menurut Comprehensive Environmental Response,
Compensation, and Liability Act tahun 1980, telah mencapai puluhan
miliar dolar dan diproyeksikan akan mencapai beberapa ratus miliar dolar.
Lebih jauh lagi, biaya pembersihan yang harus ditanggung oleh para
pembayar pajak juga akan mencapai ratusan miliar dolar. Pembersihan
limbah perlindungan saja diperkirakan $ 500 miliar. Contoh biaya
kegagalan eksternal yang direalisasi adalah pembersihan danau yang
tercemar, pembersihan minyak yang tumpah, pembersihan tanah yang
tercemar, penggunaan bahan baku dan energi secara tidak efisien,
penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang tidak
ramah lingkungan, penyelesaian klaim kerusakan properti, pembaruan
tanah ke keadaan alaminya, dan hilangnya penjualan karena reputasi yang
buruk. Contoh biaya sosial mencakup perawatan medis karena udara yang
terpolusi (kesejahteraan individu), hilangnya kegunaan dana sebagai
tempat rekreasi karena pencemaran (degradasi), hilangnya lapangan
pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan individual), dan rusaknya
ekosistem karena pembuangan sampah padat (degradasi).

Menurut Arfan Ikhsan (2009) biaya sosial sering juga disebut


biaya atau pengeluaran tidak terduga. Padahal biaya sosial tidak selalu
tidak bisa diduga. Ada banyak penelitian dalam konsep biaya sosial, tetapi
pada umumnya menjelaskan makna ditempatkan pada biaya yang
berhubungan dengan masyarakat sebagai suatu hasil dari dampak
lingkungan khusus perusahaan maupun organisasi lainnya, atau suatu

22
entitas yang tidak ditentukan. Mungkin memang ada biaya sosial seperti
sumbangan-sumbangan yang sifatnya benar-benar tidak terduga. Untuk
menghadapi jenis-jenis biaya social seperti ini, manajer dapat melakukan
perkiraan berapa jumlah batasan yang kira-kira akan dikeluarkan
perusahaan mengenai kegiatan konservasi lingkungan. Prinsipnya adalah
tetap dapat membuat perkiraan.

Gambar II.1 Biaya Pribadi dan Biaya Lingkungan Sosial

Biaya Pribadi
Sering biaya konvensional perusahaan
menjadi
Biaya
faktor dalam pengambilan keputusan

Biaya lingkungan yang dilewatkan berpotensi


Sosial dalam
pengambialn keputusan (regulatory , pengungkapan,
operasional, overhead, masa depan, ketidakpastian,
dan Biaya
Gambaran hubungan biaya -biaya)
Sosial

Sumber: Allen T. White, Monica Becker and Deborah E. Savage, “Environmentally smart
accounting:using total assessment to advances pollution prevention. “Pollution Prevention
Review (Summer 1993), pp.247-259.

2.4 Laporan Biaya Lingkungan


Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius untuk
memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Langkah
pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan
menurut kategori memberikan dua hasil yang penting:
(1) dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan dan (2) jumlah
relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori. Tabel II.1 menunjukkan contoh laporan
biaya lingkungan PT Thamus yang sederhana (Hansen,2007).

23
Tabel II.1
PT Thamus
Laporan Biaya Lingkungan

Biaya Lingkungan % dari biaya


operasi
1.Biaya pencegahan
1.1 pelatihan karyawan $ 600.000
1.2 merancang produk 1.800.000
1.3 memilih peralatan 400.000 2.800.000 14.0 %
2. Biaya deteksi
2.1 memeriksa proses 2.400.000
2.2 mengukur perkembangan 800.000 3.200.000 1.60 %
3. Biaya kegagalan internal
3.1 polusi operasi peralatan 4.000.000
3.2 mempertahankan 2.000.000 6.000.000 3.00 %
peralatan polusi
4. biaya kegagalan eksternal
4.1 membersihkan danau 9.000.000
4.2 memulihkan tanah 5.000.000
4.3 menimbulkan klaim 4.000.000 18.000.000 9%
kerusakan properti
Jumlah $ 30.000.000 15 %
Berakhir hingga 31 Desember 2009 Sumber: Hansen Mowen (2007). Managerial Accounting. Eight
Edition. Thomson South-Western

2.5 Laporan Keuangan Lingkungan


Menurut Hansen (2007), ekoefisiensi menyarankan sebuah kemungkinan
modifikasi untuk pelaporan biaya lingkungan. Secara khusus, selain melaporkan biaya
lingkungan, mengapa tidak melaporkan keuntungan lingkungan? Dalam suatu periode
tertentu, ada tiga jenis keuntungan: pemasukan, penghematan saat ini, dan penghindaran
biaya. Pemasukan mengacu pada pendapatan yang mengalir ke dalam organisasi karena
adanya tindakan lingkungan seperti mendaur ulang kertas, menemukan aplikasi baru
untuk limbah yang tidak berbahaya, dan meningkatkan penjualan karena penguatan citra
lingkungan. Penghindaran biaya mengacu pada penghematan berjalan yang dihasilkan di
tahun-tahun sebelumnya. Penghematan saat ini mengacu pada pengurangan biaya

24
lingkungan yang dicapai tahun ini. Dengan membandingkan keuntungan yang
didapat dengan biaya tahun ini.dengan membandingkan keuntungan yang didapat
dengan biaya lingkungan yang terjadi dalam periode tertentu, dapat disusun suatu
laporan keuangan lingkungan. Manajer dapat menggunakan laporan tersebut
untuk menilai kemajuan (keuntungan yang dihasilkan) dan potensi kemajuan
(biaya lingkungan). Laporan keuangan lingkungan dapat juga menjadi bagian
dari laporan kemajuan lingkungan yang disediakan bagi pihak pemegang saham
setiap tahunnya. Berikut ini adalah contoh laporan keuangan lingkungan.

Tabel II.2
PT Thamus
Laporan Keuangan Lingkungan
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2009

Keuntungan Lingkungan
Pengurangan biaya, pencemaran $ 3.000.000
Pengurangan biaya, pembuangan limbah yang berbahaya 4.000.000
Pemasukan daur ulang 2.000.000
Penghematan biaya konservasi energi 1.000.000
Pengurangan biaya pengemasan 1.500.000
Total keuntungan lingkungan $ 11.500.000

Biaya Lingkungan
Biaya pencegahan $ 2.800.000
Biaya deteksi 3.200.000
Biaya kegagalan internal 6.000.000
Biaya kegagalan eksternal 18.000.000
Total biaya lingkungan $ 30.000.000

Sumber: Hansen Mowen (2007).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

25
Dalam usaha untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan mutu dari
suatu produk, perusahaan harus mengeluarkan biaya yang disebut dengan biaya
mutu. Biaya mutu adalah biaya yang timbul karena mungkin atau telah dihasilkan
produk yang jelek mutunya. Biaya mutu dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis
biaya yaitu: Biaya pencegahan (Prevention Cost), Biaya penilaian (Apprasial Cost),
Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost), Biaya kegagalan eksternal
(External Failure Cost)
Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses,
sistem atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih
baik. Tujuan perolehan biaya adalah bagaimana cara mengurangi biaya-biaya
lingkungan, meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kinerja lingkungan dengan
memberi perhatian pada situasi sekarang, masa yang akan datang dan biaya-biaya
manajemen yang potensial.

DAFTAR PUSTAKA

Hansen Mowen (2007). Managerial Accounting. Eight Edition. Thomson South-Western

Feigenbaum, 1983 Kendali mutu terpadu, hal:105-109

26
R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, hal 385.

R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, hal 412.

R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, hal 408.

R.A. Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan
Globalisasi, Yogyakarta : BPPE, 1994, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, hal 406.

Allen T. White, Monica Becker and Deborah E. Savage, “Environmentally smart


accounting:using total assessment to advances pollution prevention. “Pollution Prevention
Review (Summer 1993), pp.247-259.

27

Anda mungkin juga menyukai