Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah utama di Indonesia selain tentang masalah banjir serta
kemacetan yang ada juga membahas masalah sampah yang melimpah dan menjadi
faktor yang sangat merugikan. Sampah menurut masyarakat umum dianggap
sebagai barang tak layak pakai/barang sisa yang tidak bernilai guna. Menurut
Tchobanoglous dalam Achmad Zubair (2011, 2) “Sampah ini didefenisikan
sebagai buangan manusia atau hewan yang bersifat padat atau semi padat, yang
tidak memiliki nilai guna atau nilai ekonomi, sehingga perlu dibuang”. Menurut
undang-undang Republik Indonesia (UURI) No. 18 tahun 2008 mendefinisikan
sampah sebagai sisa kegiatan manusia sehari-hari dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
Acuan mengenai timbulan sampah kota di Indonesia adalah SNI S-04-
1993-03 yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Ansional (SNI). Dalam SNI
tersebut telah ditetapkan bahwa timbulan sampah di kota sedang adalah 0,7-0,8
kg/orang setiap harinya, sedangkan di kota kecil sebesar 0,5-0,6 kg/orang setiap
harinya. Adapun kisaran timbulan sampah ini berada pada kisaran timbulan
sampah antara negara berpenghasilan rendah (0,5 kg/orang setiap hari) dan
menengah (0,9 kg/orang setiap hari). Hasil timbunan sampah akan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Padmin dalam Achmad Zubair (2011,2)
menyatakan “sampah yang tidak dikelolah oleh pemerintah ditangani oleh
penduduk dengan cara dibakar (35%), dikubur (7,5%), dikompos (1,6%), atau
dengan cara lainnya (15,9%). Dan kondisi ini masih terjadi sekarang termasuk
juga di kota Makassar.
Volume sampah di Makassar tahun 2004 tercatat 4.330 ton perhari, jumlah
ini meningkat cukup signifikan dibandingkan tahun 2003 sebesar 3.748 ton
dengan komposisi sampah organik 87,21%, kertas 4,42%, plastik 5,84% dan
selebihnya aluminium, kaca, kayu dan jenis lainnya. Kapasitas zat padat sebagai
limbah dalam hal ini tergolong sangat besar. Namun pemanfaatan sampah yang
ada masih dalam skla terbatas. Salah satu upaya pengurangan limbah di
lingkungan yaitu dengan melakukan proses daur ulang atau melakukan inovasi
pemanfaatan limbah alam agar dapat digunakan sebagai bahan ekonomi atau
bahan-bahan untuk dijadikan energi tertentu.
Energi dalamkehidupan sehari-hari menjadi salah satu kebutuhan utama
yang wajib. Salah satu jenis energi dalam era modern saat ini yang dan menjadi
kebutuhan utama untuk seluruh wilayah atau negara yaitu energi listrik, yang
mana salah satu sumber energi listrik. Kebutuhan-kebutuhan akan energi ini untuk
setiap waktunya akan mengalami peningkatan, maka diperlukan adanya sebuh
energi yang tidak dapat dierbarui, mendorong dilakukannya usaha penghematan
energi dan melakukan pencaharian energi baru sebagai alternatif (Walisiewicz
dalam Yani, 2015: 97).
Sebagai suatu upaya mencegah terjadinya kehabisan sumber energi yaitu
dengan menciptakan sumber energi atau membuat sebuah energi alternatiff
terbarukan yang dapat dihasilkan secara praktis. Sejalan dengan pembuatan energi
alternatif terbarukan dapat pula dilakukan pencengahan timbunan limbah yang
terus pula mengalami peningkatan. limbah organik dan anorganik merupakan
suatu potensi untuk dijadikan energi alternatif terbarukan. Disamping ketersediaan
limbah organik ini melimpah, hal ini dapat pula dilakukan sebagai upaya
pencengahan penimbunan limbah yang terus meningkat.
Ketersediaan bahan yang banyak dan ramah lingkungan baha tersebut juga
harus mendukung kebutuhan energi yang diperlukan terlebih wilayah pedesaan
yang notabenenya berpenghasilan rendah. Salah satu alternatif yang dapat
dimanfaatkan yaitu dari limbah buah-buahan seperti limbah kulit mangga. Limbah
kulit mangga dapat digunakan sebagai aplikasi biobaterai. Biobaterai adalah suatu
alat yang menghasilkan energi listrik yang bersumber dari makluk hidup (Yasni,
2016). Ekstraksi kulit pisang untuk aplikasi biobaterai dapat bertindak sebagai
penghantar listrik (konduktor) dikarenakan mengandung asam yang mana bahan
yang mengandung asam memiliki muatan ion positif dan ion negatif.
Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, tanaman mangga
(Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga asli
Indonesia yang kemungkinan berasal dari Kalimantan adalah kebemben/kweni
(Mangifera odorata). Tanaman ini merupakan buah tropis yang biasa tumbuh baik
di daerah beriklim kering. Sentra produksi mangga di Indonesia di antaranya
adalah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka di Jawa Sarat, Tegal, Kudus, Pati,
Magelang, dan Soyolali di Jawa Tengah, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, dan
Pamekasan di Jawa Timur. Juga di daerah Istimewa Yogyakarta, Sumatera Utara,
Sumatera Sarat, Sulawesi Selatan, Maluku, Nusa Tenggara Sarat, dan Nusa
Tenggara Timur (BPPP,2008). Varietas mangga yang diketahui sangat banyak (84
jenis) yang tersebar dibeberapa daerah di Indonesia menjadikan limbah buah ini
sangat muda dijumpai (Fitnawati, 2009).
Persebaran buah mangga Di Pulau Jawa terdapat berbagai sebutan untuk
buah mangga, seperti pelem ‘Gadung’, pelem ‘Kopyor’, mangga ‘Bapang’,
mangga ‘Dodol’, mangga ‘Golek’, mangga ‘Cengkir’, mangga ‘Sengir’, mangga
‘Ndok’, mangga ‘Wangi’, mangga ‘Kelapa’, mangga ‘Kidang’, mangga ‘Madu’,
mangga ‘Gedong’ dan mangga ‘Daging’ (Heyne dalam Fitnawati, 2009). Untuk di
wilayah Makassar secara garis besar dikelompok menjadi mangga golek, mangga
madu, mangga harum manis, dan mangga manalagi.
Kelompok utama Golek disatukan oleh ciri bentuk buah bulat lonjong,
panjang buah mencapai 25 cm, bentuk daun oblong berujung runcing, panjang
daun > 35cm, bentuk mahkota oblong, arah lipatan mahkota tegak, rasa manis,
warna kulit buah masak kuning. Untuk Kelompok utama Arumanis disatukan oleh
ciri bentuk buah membulat telur lonjong, pucuk buah datar sampai membulat,
paruh dangkal sampai tidak ada, bentuk daun oblong dengan ujung daun runcing,
dan terdapat rambut pada cabang utama perbungaan. Dalam kulit mangga
mengandung variasi komponen bioaktif (Acid dan fosfor) dan ekstrak kulit
berpotensi sebagai zat antioksi (C.M. Ajila, 2010).
Mineral Fosfor dan asam (Acid) merupakan salah satu parameter yang
mempengaruhi kelistrikan suatu bahan bio. Fosfor sebagai elektrolit dapat
diaplikasikan dalam pembuatan fuel cell. Fuel cell dengan elektrolit fosfor ini
dinamakan Phosphoric acid Fuel Cell (PAFC) (Milewski et al dalam Yasni,
2015). Mineral fosfor dapat meningkatkan konduktivitas suatu bahan (Sulandari
dalam Yasni, 2015). Sementara itu air mengandung partikel bermuatan yang
meliputi ion positif dan negatif dapat berperan dalam proses transfer elektron.
Banyaknya jumlah ion-ion nantinya akan berperan dalam menghantarkan arus
listrik. Apabila suatu bahan yang terdapat ion-ion didalamnya diberikan dua buah
elektroda yang memiliki beda potensial maka ion-ion yang ada dalam bahan
tersebut akan terdisosiasi dan mengalami proses reaksi elektrolitik. Proses
elektrolitik ini dapat mengakibatkan adanya pertukaran ion yang nantinya akan
menyebabkan sebuah aliran elektron dari beda potensial yang menghasilkan
tegangan dan arus listrik (Suyani dalam Yasni, 2015).
Proses suatu produksi/menghasilkan energi di dalam sel dalam keadaan
tanpa oksigen (anaerob) disebut sebagai proses fermentasi (Saptoningsi dalam
Yasni, 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi suatu bahan antara
lain substrat, suhu, pH, oksigen dan mikroba yang digunakan (Kunaepah dalam
Yasni, 2015). Aktivitas yang terjadi selama fermentasi berupa penguraian
mikroorganisme. Semakin lama fermentasi maka semakin banyak
mikroorganisme yang aktif (Ningsih dalam Yasni, 2015). Baru-baru ini ditemukan
bahwa mikroorganisme dapat melestarikan energi untuk mendukung pertumbuhan
dengan mengoksidasi senyawa organik menjadi karbon dioksida dengan langsung
mentransfer elektron. Elektron yang dihasilkan tersebut bergerak dari potensial
tinggi ke potensial rendah sehingga menghasilkan tegangan. Berdasarkan latar
belakang dan data-data yang telah dikemukan di atas maka kelompok kami
mengambil judul “Pengaruh Jenis Kulit Mangga Dan Variasi Waktu
Fermentasi Terhadap Kelistrikan Dari Sel Accu Dengan Menggunakan
Larutan Kulit Mangga”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh lama waktu fermentasi mangga golek, manga arum
manis, dan manga manalagi terhadap kadar pH asam yang dihasilkan dari
ekstraksi kulit manga sebagai bahan dasar kelistrikan dari sel aki?
2. Bagaimana kandungan pH kulit mangga golek, arum manis, dan manalagi
terhadap daya hantar listrik?
3. Bagaimana pengaruh jenis kulit mangga dan variasi waktu fermentasi
terhadap kelistrikannya?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui adanya pengaruh lama waktu fermentasi manga golek, manga
arum manis, dan manga manalagi terhadap kadar pH asam yang dihasilkan
dari ekstraksi kulit manga sebagai bahan dasar kelistrikan dari sel aki.
2. Mengetahui adanya perbedan daya hantar kelistrikan berdasarkan
kandungan pH kulit manga golek, arum manis, dan manalagi.
3. Mengetahui adanya pengaruh jenis kulit manga dan variasi waktu
fermentasi terhadap kelistrikannya.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan sebagai
tambahan ilmu untuk pembacanya
2. Secara Praktis
Sumber energi alternative yang dapat digunakan oleh masyarakat
dan membuat masyarakat memahami arti penting dari pengolahan limbah
sebagai upaya untuk menghadapi krisis energi yang digunakan oleh
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai