Resume Jurnal
Resume Jurnal
Pola makan pada lansia sering tidak teratur dikarenakan kemampuan daya ingat
terhadap waktu makan sangat terbatas dan biasanya juga dalam kondisi terlalu lapar
namun kadang-kadang terlalu kenyang, Sehingga kondisi lambung dan pencernaan
menjadi terganggu (Muhith, Siyoto, 2016).
Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait dengan proses pencernaan terutama
lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan karena proses peremasan yang terjadi
terus menerus selama hidup. Selain itu, lambung bisa mengalami kerusakan jika sering
kosong karena lambung meremas hingga dinding lambung lecet atau luka.
a. Penyebab
1) Pola makan dan merokok
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gastritis antara lain pola
makan, merokok, stres, kopi, dan salah satu faktor yang menyebabkan
gasttritis yaitu merokok. Hasil pengamatan menunjukan bahwa
merokok ≥10 batang per hari berisiko 3,69 kali menderita gastritis
(Yuliarti, 2009). (Jurnal Keperawatan 136 Vol. IX No 3 Desember
2016).
2) NSAID
NSAID merupakan obat yang sering terkait dengan kejadian ROTD (
Reaksi obat yang tidak diinginkan) yang menyebabkan pasien usia
lanjut dirawat di rumah sakit dengan manifestasi klinik terbesar berupa
gejala saluran pencernaan seperti perdarahan saluran cerna, nyeri perut
serta mual dan muntah (3,16,17). Sebanyak 30% ROTD yang
menyebabkan pasien usia lanjut dirawat di rumah sakit disebabkan oleh
NSAID (16). Penggunaan NSAID dapat meningkatkan insiden
terjadinya perdarahan dan perforasi pada saluran pencernaan bagian
atas. Faktor risiko terjadinya perdarahan saluran cerna pada penggunaan
NSAID adalah usia lanjut, riwayat tukak lambung dan perdarahan
saluran cerna, serta penggunaan bersama kortikosteroid. (Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. V, No. 3, Desember 2008, 138 – 149).
a. Penyebab
Dimana penyebab kelainan diatas dapat berasal dari kelainan esofagus,
kelainan lambung, dan kelainan duodenum.Pada kasus ini mengarah pada
kelainan di lambung yaitu adanya gastritis erosif atas dasar riwayat kebiasaan
pasien meminum obat-obat sakit kepala sejak 30 tahun yang lalu sampai
sekarang. Dimana penyebab dari gastritis erosif yang terbanyak adalah akibat
obat-obatan yang mengiritasi mukosa lambung atau obat yang merangsang
timbulnya tukak (ulcerogenic drugs). Misalnya obat-obat golongan salisilat
seperti aspirin, ibuprofen, dan lainnya. Obat-obatan lain yang juga dapat
menimbulkan hematemesis yaitu : golongan kortikosteroid, butazolidin,
reserpin, spironolakton dan lain-lain. Golongan obat-obat tersebut
menimbulkan hiperasiditas. Gastritis erosif hemoragika merupakan urutan
kedua penyebab perdarahan saluran cerna atas.( Medula, Volum 1, Nomor 1,
September 2013)
b. Gender
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (96%) lansia berjenis
kelamin laki – laki; hampir setengahnya (39%) berumur antara 55-61 tahun;
sebagaian besar (57%) tingkat pendidikan SD; dan sebagian besar (65%)
mempunyai pekerjaan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir
seluruhnya (86%) lansia mempunyai lama merokok >10 tahun dan pada
katagori perokok berat (86%); sebagian besar (72%) mempunyai pola makan
tidak teratur dan hampir seluruhnya (80%) mengalami kejadian gastritis kronik.
(Jurnal Keperawatan 136 Vol. IX No 3 Desember 2016).
C. Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi di mana feses mengeras sehingga susah dikeluarkan melalui
anus, dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman pada rektum (Brown, 2011).
Konstipasi dapat terjadi pada semua lapisan usia, yang pada umumnya ditandai dengan
frekuensi buang air besar yang rendah (kurang dari 3 kali dalam satu minggu). (Media
Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 1 Januari–Juni 2016: hlm. 40–47).
Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya frekuensi
buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau 3 hari tidak buang air besar atau
buang air besar diperlukan mengejan secara berlebihan. Hal ini terjadi pada semua
kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 65
tahun dan umur dibawah 4 tahun. Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna yang
terbanyak pada usia lanjut. (JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015).
a. Penyebab
1) Konstipasi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya
asupan serat, kurang asupan air, pengaruh obat yang dikonsumsi,
pengaruh dari penyakit yang diderita, hingga akibat kurang aktivitas fi
sik (Brown, 2011). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
mengetahui penyebab terjadinya konstipasi, terutama asupan serat dan
asupan air. Akan tetapi belum banyak penelitian yang meneliti
hubungan aktivitas fi sik dengan kejadian konstipasi. (Media Gizi
Indonesia, Vol. 11, No. 1 Januari–Juni 2016: hlm. 40–47.
5) Posisi yang salah saat buang air besar dapat menyebabkan buang air
besar menjadi sulit, rasa tidak tuntas, dan membutuhkan usaha
mengejan untuk mengeluarkan feses dimana jika hal tersebut tidak
diatasi dapat menyebabkan konstipasi. Posisi jongkok saat buang air
besar merupakan cara yang paling baik dibandingkan dengan posisi
duduk. Ketika keinginan buang air besar muncul, diafragma akan
memberikan tekanan yang kuat pada sisa-sisa pencernaan agar sampai
pada rektum.18 Hasil penelitian pada mahasiswi gizi menunjukkan
bahwa konstipasi fungsional lebih banyak terjadi pada responden yang
memiliki posisi kurang baik atau posisi duduk pada saat buang air besar
65,9% dibandingkan dengan responden yang memiliki posisi baik atau
posisi jongkok saat buang air besar 43,1%. (JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT (e-Journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015)
b. Gender
Dari semua responden dalam penelitian terdapat 30,9% responden laki-laki dan
69,1% responden perempuan. Berdasarkan penelitian, responden perempuan
cenderung memiliki variasi kegiatan sehari-hari yang lebih tinggi, meskipun
aktivitas fisik yang dilakukan sebagian besar diketahui bahwa lebih banyak
responden yang tidak mengalami konstipasi (60,0 %) dibandingkan responden
yang mengalami konstipasi (40,0 %). (Media Gizi Indonesia, Vol. 11, No. 1
Januari–Juni 2016: hlm. 40–47).
Kelompok 3 :
- Agung Sutanto
- Catur Septianing
- Fajar Sudrajat
- Lusy Purnamasari
- Rika Mustika W
- Trisna Dinasari
- Yuni Hulianti